Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

INFUS

RANDI
18112165

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang


2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena
yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan. Infus merupakan tindakan yang dilakukan pasien dengan cara memasukan cairan
melalui intra vena dengan bantuan infus set, dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit, sebagai tindakan pengobatan dan pemberian nutrisi parenteral.
Sesuatu yang masuk ke dalam tubuh, memiliki kandungan atau komposisi yang harus sesuai
tubuh manusia. Pemberian ini tidak boleh salah, karena bisa berakibat fatal. Misalnya saja
flebitis. Flebitis adalah radang dinding vena. Oleh sebab itu, kita sebagai tenaga medis terlebih
dahulu harus bisa memahami komposisi dari tiap- tiap infus. Dengan adanya kita mengenali,
maka kecelakaan terhadap tenaga medis kepada pasien. Hal inilah akan dibahas secara
menyeluruh.

B. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Infus
2. Menjelaskan tujuan pemasangan infus
3. Menjelaskan keuntungan dan kerugian terapi intravena
4. Mengetahui lokasi vena untuk pemasangan infus
5. Mengetahui Jenis cairan infus
6. Menjelaskan prosedur kerja
7. Menjelaskan cara menghitung tetesan infus
8. Mengetahui komplikasi dari pemasangan infus

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Infus
Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering
dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan menambah
tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas
apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan, sehingga
kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan infus dapat dikurangi, bahkan
tidak terjadi (Priharjo, 2008).
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukan cairan melalui intravena
yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian
makanan (Aziz,2008)

B. Tujuan pemasangan Infus


1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit,vitamin, protein
lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuatmelalui oral
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
5. Memonitor tekan Vena Central (CVP)
6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan

C. Keuntungan dan Kerugian Terapi Intravena


Keuntungan dan kerugian terapi intravena adalah :
1. Keuntungan
a. Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung
cepat.
b. Absorsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan.
c. Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun
dimodifikasi.
d. Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau subkutan dapat
dihindari.
e. Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar,
iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis.
2. Kerugian
a. Tidak bisa dilakukan “Drug Recall” dan mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas
dan sensitivitas tinggi.
b. Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “Speeed Shock”
c. Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu:
 Kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu.
 Iritasi Vaskular, misalnya phlebitis kimia.
 Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

D. Lokasi vena untuk pemasangan infus


Macam-macam vena :
1. Vena digitalis
Vena digitalis terdapat pada punggung tangan yang mengalir di sepanjang sisi lateral jari tangan
dan terhubung ke vena dorsalis oleh cabang-cabang penyambung.

2. Vena Dorsalis Superfisialis


Vena ini terletak di metakarpal atau punggung tangan yang berasal dari gabungan vena-vena
digitalis yang berasal dari jari-jari tangan. Vena digitalis ini adalah pilihan vena nomor dua
setelah vena digitalis jika tidak berhasil.

3. Vena Sefalika
Vena sefalika merupakan pembuluh darah vena yang terletak di lengan bagian bawah pada posisi
radial lengan yang posisinya sejajar dengan ibu jari. Vena ini berjalan ke atas sepanjang bagian
luar dari lengan bawah dalam region antekubiti. Vena sefalika lebih kecil dan biasanya lebih
melengkung dari vena basilika.

4. Vena Basilika
Vena basilika ditemukan pada sisi ulnaris lengan bawah. Vena ini berjalan ke atas pada bagian
posterior atau belakang lengan dan kemudian melengkung ke arah permukaan anterior
atauregion antekubiti. Vena ini kemudian berjalan lurus ke atas dan memasuki jaringan yang
lebih dalam.

5. Vena Mediana Kubiti


Vena mediana atau antekubiti merupakan vena yang berasal dari vena lengan bawah dan
umumnya terbagi dalam dua pembuluh darah, satu berhubungan dengan vena basilika dan yang
lainnya berhubungan dengan vena sefalika. Vena mediana kubiti ini biasanya digunakan untuk
pengambilan sampel darah.

E. Cairan Infus
Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter (2005), cairan intravena (infus)
dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Cairan ersifat isotonis: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairan mendekati serum (bagian
cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat
pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan
darah terus menurun). Meiliki resiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya
pada penyakit gagal jantung kongresif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-
Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
2. Cairan bersifat hipotonis: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (kosentrasi
ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan
osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi),
sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialysis) dalam terapi deuretik, juga pada
pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetic. Komplikasi
yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke
sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakarnial (dalam
otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
3. Cairan bersifat hipertonis: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urine, dan mengurangi edema
bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%,
NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5% + Ranger- Lactate.
F. Prosedur kerja
Pemberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat langsung kedalam
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set.
Tindakan ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfusi darah, pra dan pasca
bedah sesuai pengobatan, serta klien yang tidak bisa makan dan minum melaui mulut.

1. Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
2. Persiapan alat
 Standar infus
 Cairan infus dan infus set sesuai kebutuhan
 Jarum / wings needle/abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
 Perlak dan tourniquet
 Plester dan gunting
 Bengkok
 Sarung tangan bersih
 Kassa seteril
 Kapas alkohol dalam tempatnya
 Bethadine dalam tempatnya

3. Penatalaksanaannya
 Mencuci tangan
 Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
 Mengisi selang infus
 Membuka plastic infus set dengan benar
 Tetap melindungi ujung selang steril
 Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus mengarah keatas
 Menggantung cairan infus di standar cairan infus
 Mengisi cairan infus set dengan cara menekan (tapi jangan sampai terendam)
 Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
 Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan kesterilan
 Cek adanya udara dalam selang
 Pakai sarung tangan bila perlu
 Memilih posisi yang tepat untuk memasang infus
 Meletakkan perlak dan pengalas
 Memilih vena yang tepat dan benar
 Memasang tourniquet
 Deninfeksi vena dengan alcohol dari atas kebawah dengan sekali hapus
 Buka abocath apakah ada kerusakan atau tidak
 Menusukan abocath pada vena yang telah dipilih
 Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam abocath
 Tourniquet di cabut
 Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan cairannya sedikit,
dan sambil dibiarkan menetes sedikit
 Memberikan plester pada ujung abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk fiksasi
 Membalut dengan kassa betadinsteril dan menutupnya dengan kassa steril kering
 Memberi plester dengar benar dan mempertahankan keamanan abocath agar tidak tercabut
 Mengatur cairan tetesan infus sesuai kebutuhan pasien
 Alat-alat di bereskan dan perhatikan bagaimana respon pasien
 Perawat kembali cuci tangan
 Catat tindakan yang dilakukan
4. Evaluasi
Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga respon klien terhadap pemberian tindakan.
5. Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi respon klien
terhadap pemasangan infus, cairan dan tetesan yang diberikan, nomor abocath, vena yang
dipasang, dan perawat yang melakukan ) pada catatan dokumentasi
G. Cara Menghitung Tetesan Infus :
 Kenali faktor tetesan dalam bentuk banyaknya tetesan/ml (tts/ml) dari sebuah set infus, misalnya :
o Mikrodrip (tetes mikro) : 60 tts/ml
o Makrodrip (tetes makro), yang terdiri dari :
 Abbott Lab : 15 tts/ml
 Travenol Lab : 10 tts/ml
 McGaw Lab : 15 tts/ml
 Baxter : 10 tts/ml
 Menghitung kecepatan aliran ( tts/ml) setelah menghitug jumah ml/ jam jika dibutuhkan.
a. Volume total (ml) ÷ jam pemberian infus = ml/jam
i. ml/jam ÷ 60 menit = tts/mnt
b. b. ml/jam x faktor tetes ÷ 60 menit = tts/mnt

 Tentukan kecepatan per jam dengan membagi volume dengan jam.


Contohnya :
b) 1000 ml ÷ 8 jam = 125 ml/jam atau jika 4 L diprogramkan
untuk 24 jam, maka :
c) 4000 ml ÷ 24 jam = 166,7 atau 167 ml/jam

 Keterangan :
1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
 Dewasa; (makro dengan 20 tetes/ml)
Tetesan/menit:
Jumlah cairan yang masuk
Lamanya Infus(jam) X 3

∑ keb. Cairan X Faktor tetesan

Lama Infus(Jam) X 60 menit

Keterangan:
Faktor tetesan Infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada label infus (10 tetes/menit, 15
tetes/menit, dan 20 tetes/menit).

Contoh:
Seorang pasien dewasa diperlukan rehidrasi dengan 1000ml(2 botol) dalam 1 jam, maka tetesan
per menit adalah?

1000ml
Tetesan/menit = ----------------------- = 333/menit
1X3

1000ml X 20
Tetesan/menit = ---------------------------- = 333/ menit
1 X 60 menit

 Anak

Jumlah cairan yang masuk


Tetesan/menit(mikro) = --------------------------------------
Lamanya infus (jam)

Contoh:
Seorang pasien neonatus diperlukan rehidrasi dengan 250µl dalam 2 jam, maka tetesan
per menit adalah?

250
Jumlah tetesan (mikro) = ----------------- = 125 tetes/menit
2
H. Komplikasi Pemasangan Infus
Pemasangan infus intravena diberikan secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama
tentunya akan meningkatkan terjadinya komplikasi. Komplikasi dari pemasangan infus yaitu
flebitis, hematoma, infiltrasi, trombiflebitis, emboli udara (Hinlay, 2006).
a. Flebitis
Inflasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi ini dikarakteristikkan
dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah inersi/penusukan atau
sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area inersi atau sepanjang vena dan pembengkakan.
b. Infiltrasi
Infiltaris terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di sekililing tempat fungsi vena.
Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya pembengkakan (akibat peningkatan cairan di jaringan),
palor (disebabkan oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area inersi, ketidaknyamanan dan
penurunan kecepatan aliran secara nyata. Infiltrasi mudah dikenali jika tempat penusukan lebih
besar daripada tempat yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara yang
lebih dipercaya untuk memastikan infiltrasi adalah dengan memasang torniket di atas atau di
daerah proksimal dari tempat pemasangan infus dan mengencangkan torniket tersebut
secukupnya untuk menghentikan aliran vena. Jika infus tetap menetes meskipun ada obstruksi
vena, berarti terjadi infilrasi.

c. Iritasi vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di atas area insersi. Iritasi
vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH rendah atau osmolaritas yang tinggi
(misalnya: Phenytoin, voncomycin, eritromycin dan nafellin).
d. Hematoma
Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di sekitar area inersi. Hal ini
disebabkan oleh pecahnya vena yang berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena,
dan tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah jarum atau kateter
dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis, pembengkakan segera pada tempat
penusukan, dan kebocoran darah pada tempat penusukan.
e. Tromboflebitis
Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan dalam vena.
Karakteristik Tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan
pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena adanya
rasa tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat, demam, malaise, dan
leukositosis.
f. Trombisis
Trombisis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan aliran infus
berhenti. Trombisis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena, pelekatan platelet.
g. Occlusion
Occlusion ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika botol dinaikkan, aliran balik
darah di selang infus, dan tidak nyaman pada area pemasangan/insersi. Occlusiondisebabkan
oleh gangguan aliran IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu
lama.
h. Spasme Vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar vena, aliran berhenti
meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme Vena bisa disebabkan oleh pemberian darah
atau cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mgiritasi vena dan aliran
yang terlalu cepat.
i. Reaksi Vasovagal
Digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena, dingin, berkeringat, pingsan,
pusing, mual dan penurunan tekanan darah. Reaksi vasovagal bisa disebabkan oleh nyeri
kecemasan.

j. Kerusakan Syaraf, tendon dan ligament


Kondisi ini ditadai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi otot. Efek lambat yang bisa
muncul adalah paralysis, mati rasa dan deformitas. Kondisi ini disebabkan oleh tehnik
pemasangan yang tidak tepat sehingga menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon dan
ligament.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat langsung kedalam
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set.
Tindakan ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfusi darah, pra dan pasca
bedah sesuai pengobatan, serta klien yang tidak bisa makan dan minum melaui mulut.
B. Saran
Penulis dapat memperbaiki makalah cara menghitung tetesan cairan infus dengan
mempertimbangkan berbagai sumber
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
Salemba Medika

Potter and Perry. 2006. Buku fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik edisi 4 volume 2.
Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan edisi
2. Jakarta:Salemba Medika
K,DOni. 2013.KTI; http://www.youtube.com/; http://inshifacantik.blogspot.com
http://aryyogapurnama.blogspot.com/2014/05/konsep-dasar-pemasangan-infus-pada.html
http://ayoungmidwifery.blogspot.com/2018/02/lokasi-vena-untuk-pemasangan-infus.html
http://bangkongcrazy.blogspot.com/2014/07/makalah-kesehatan-menghitung-tetesan.html

Anda mungkin juga menyukai