Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Asuhan Kebidanan Kehamilan


“Menghitung Usia Kehamilan Dengan HPHT”

Disusun oleh kelompok 1:


1. Elrana Salsabilla P07124118185
2. Erlinawati P07124118189
3. Fatma Rizki Wijanarko P07124118191
4. Risma Handayani P07124118234
5. Tiara Salsabilla P07124118252

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEBIDANAN
DIPLOMA III SEMESTER IIB
TAHUN AJARAN 2018/2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Penentuan Usia Kehamilan 3


B. Metode HPHT 5
C. Menentukan Usia Kehamilan Dan Hari Perkiraan Persalinan 10

D. Menentukan Usia Kehamilan Jika HPHT Tidak Diketahui

BAB III PENUTUP 14

A. Kesimpulan 14
B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Menentukan Usia Kehamilan Dengan HPHT” sebagai
salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan pada semester 2 D3
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin.

Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan
penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan membimbing untuk menyumbangkan ide dan pikiran mereka dalam
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna di masa yang akan
datang serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada kita semua.
Aamiin.

Banjarbaru, 01 Mei 2019

Penulis

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghitung usia kehamilan masih banyak kurang dipahami oleh para ibu
hamil. Padahal hal ini merupakan penting untuk dapat mengetahui usia
kehamilan yang sedang dijalani. Dengan mengetahui usia
kehamilan,seorang ibu hamil dapat mengetahui perkembangan dan
pertumbuhan organ, apa yang sedang terjadi pada janinnya. Kebutuhan apa
yang diperlukan oleh janinnya dan hal apa yan boleh dan tidak boleh
dilakukan selama usia kehamilan tersebut. Selain itu, dengan mengetahui
usia kehamilan, seorang ibu hamil dapat mengetahui kapan jadwal
pemeriksaan yang harus dilakukan baik oleh dokter maupun ke bidan.
Sehingga dengan demikian diharapkan kehamilan yang sedang dijalani
menjadi sehat dan menghasilkan buah hati yang berkualitas. Selama ini
kebanyakan untuk dapat menghitung usia kehamilan mengandalkan para
ahli baik dokter atau bidan, memang hal ini merupakan yang dianjurkan
demi ketepatan penghitungan usia kehamilan. Selain itu, biasanya
menghitung usi kehamilan dilakukan dengan menggunakan USG yang
memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dengan mengukur ukuran
tengkorak, panjang janin, ukuran jantung, ginjal dan sebagainya.
Pengkajian usia kehamilan yang akurat merupakan salah satu
pertimbangan yang paling penting yang dibuat oleh bidan selama
kehamilan berlangsung. Perkiraan usia kehamilan yang tidak tepat dapat
mengakibatkan waktu penapisan yang tidak sesuai. Usia kehamilan
merupakan salah satu alat ukur kesehatan janin yang paling bermanfaat
dan waktu kelahiran sering ditentukan dengan pengkajian usia kehamilan.
Tradisi dalam memperkirakan usia kehamilan dari Hari Pertama haid
Terakhir (HPHT) telah digunakan secara luas karena lebih banyak wanita
menyadari kapan menstruasi terakhirnya dimulai dibandingkan kapan
mereka mengalami ovulasi atau kapan konsepsi terjadi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menetukan usia kehamilan?
2. Bagaiman metode HPHT?
3. Bagaiman cara Menentukan Usia Kehamilan Dan Hari Perkiraan
Persalinan?

c. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara menentukan usia kehamilan
2. Untuk mengetahui metode HPHT
3. Untuk mengethui cara menentukan usia kehamilan dan hari perkiraan
persalinan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penentuan Usia Kehamilan


Usia kehamilan adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan
saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid terakhir. Penentuan usia
kehamilan bisa dilakukan mulai dari antenatal sampai setelah persalinan.
Pada masa antenatal ditentukan dengan cara sederhana yaitu dengan
menghitung Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan kejadian-kejadian
selama kehamilan yang penting (Damanik, 2008). Apabila usia
kehamilan tidak dapat ditentukan dengan jelas, maka sonografi mungkin
sangat membantu (Cunningham et al., 2006).
No. Prioritas untuk Estimasi Usia Kehamilan Estimasi Deviasi
1. Fertilisasi in vitro <1 hari
2. Induksi ovulasi 3-4 hari
3. Catatan suhu basal tubuh 4-5 hari
4. Ultrasonografi panjang ubun-ubun bokong ±0,7 minggu
(CRL)
5. Pemeriksaan fisik pada trimester pertama ±1 minggu
(uterus normal)
6. Ultrasonografi diameter biparietal sebelum 20 ±1minggu
Minggu
7. Ultrasonografi volume kantong gestasi ±1,5 minggu
8. Ultrasonografi diameter biparietal pada 20-26 ±1,6 minggu
Minggu
9. Tanggal HPHT dari pencatatan (riwayat ±2-3 minggu

3
baik)**
10. Ultrasonografi diameter biparietal pada 26-30 ±2-3 minggu
Minggu
11. Tanggal HPHT dari ingatan (riwayat baik)** 3-4 minggu
12. Ultrasonografi diameter biparietal setelah 30 3-4 minggu
Minggu
13. Pengukuran tinggi fundus uteri 4-6 minggu
14. Tanggal HPHT dari ingatan (riwayat buruk) 4-6 minggu
15. Denyut jantung fetus pertama kali terdengar 4-6 minggu
16. Persepsi adanya gerakan janin 4-6 minggu
Keterangan:
*Kaidahnya adalah untuk selalu menggunakan pilihan indikator yang lebih
akurat daripada yang kurang akurat.
** Riwayat baik mewajibkan adanya pengetahuan panjang siklus sebelumnya
dengan siklus menstruasi yang teratur dan tidak adanya penggunaan pil
kontrasepsi selama 6 bulan dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Sumber : Bowie & Andreotti, 1983

4
B. Metode HPHT
Estimasi usia kehamilan berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT) merupakan metode estimasi usia kehamilan yang paling banyak
digunakan di dunia karena mudah digunakan dan tidak memerlukan biaya
(Lynch & Zhang, 2007). Namun metode ini mengharuskan terpenuhinya
beberapa syarat agar memberikan keakuratan yang baik (Bowie &
Andreotti, 1983), yaitu:
1. Mengetahui tanggal HPHT yang akurat dan panjang siklus sebelumnya
dengan siklus menstruasi yang teratur.
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus disertai pelepasan endometrium. Siklus menstruasi adalah jarak
antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi
berikutnya. Hari pertama keluarnya darah menstruasi pada siklus
menstruasi yang terakhir disebut hari pertama haid terakhir. Interval
rata-rata pengulangan menstruasi diperkirakan 28 hari, tetapi terdapat
variasi yang cukup besar diantara wanita secara umum (Hanafiah, 2009)

Gambar 1. Variasi Siklus


Menstruasi Sumber: Johnson,
2008

5
Panjang siklus menstruasi yang normal adalah 21-35 hari (Palter &
Olive, 2002) dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus haidnya
berkisar 18-42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42
hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulatoar)
(Hanafiah, 2009).
Siklus menstruasi normal dapat dipahami dengan baik dengan
membaginya atas dua fase dan satu saat, yaitu fase folikuler, saat ovulasi,
dan fase luteal.

Hari 1-5 adalah menstrual phase (disebut juga haid atau


menstruasi) saat lapisan dalam uterus lepas dan keluar dalam bentuk darah,
jaringan endometrium, dan mukus. Aktivitas ovarium minimal, sehingga
level hormon estrogen dan progesteron menjadi relatif rendah. Ketika
kadar hormon estrogen rendah, hipofisis anterior akan memfasilitasi
pengeluaran follicle-stimulating hormone (FSH) lebih banyak dari
luteinizing hormone (LH) – proses ini sebenarnya terjadi pada akhir di
siklus sebelumnya dan berlanjut sampai menstrual phase pada siklus
berikutnya.

Hari 6-12 adalah proliferative, estrogenic, atau follicular phase. Pada fase
ini FSH dan LH yang disekresi oleh hipofisis anterior menstimulasi
pembentukan kantong berisi cairan yang disebut folikel. Setiap folikel
merupakan tempat dari ovum yang berkembang, namun hanya satu folikel
yang akan mencapai maturitas penuh. FSH kemudian menstimulasi folikel

6
di dalam ovarium untuk mengeluarkan estrogen. Pengeluaran estrogen ini
menyebabkan penebalan endometrium. Peningkatan kadar estrogen akan
menghambat sekresi FSH dan meningkatkan kadar LH yang mencolok.
Lonjakan LH membuat satu folikel menjadi matur.
Hari 13-15 adalah ovulatory phase. Kira-kira 16-24 jam setelah
lonjakan LH. Folikel yang matur akan ruptur dan mengeluarkan ovum
yang telah berkembang. Fertilisasi dapat terjadi dalam rentang waktu ini.
Peristiwa ini disebut ovulasi, yang secara khas terjadi pada hari ke-14.
Hari 16-23 adalah secretory, progestational, atau luteal phase
disaat folikel yang telah kosong berubah menjadi struktur sel endokrin
yang disebut korpus luteum. Korpus luteum ini mensekresikan progesteron
dalam jumlah yang banyak dan estrogen dalam jumlah sedikit. Progesteron
mempertahankan penebalan dinding uterus dan menyebabkan sel-sel
uterus mengeluarkan hormon dan enzim lain untuk mempersiapkan
endometrium sebagai tempat implantasi dari ovum yang sudah difertilisasi.
Hari 24-28 adalah premenstrual phase. Jika ovum yang telah
difertilisasi tidak implantasi pada lapisan uterus, korpus luteum akan
berdegenerasi sehingga kadar progesteron dan estrogen akan menurun.
Penurunan hormon ini akan berakibat dalam spasme pembuluh darah
arteriol yang menyebabkan luluhnya endometrium. Akhirnya, kadar
prostaglandin yang tinggi akan menyebabkan kontraksi otot uterus, yang
akan mengeluarkan jaringan endometrium, darah, dan mucus (Johnson,
2008).
2. Tidak menggunakan pil kontrasepsi dalam 6 bulan terakhir.
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan (Albar, 2009). Metode kontrasepsi dibagi menjadi kontrasepsi
hormonal dan kontrasepsi non-hormonal. Kontrasepsi hormonal adalah
kontrasepsi yang menggunakan hormon seks steroid wanita seperti
estrogen dan progesteron sintetis (Stubblefield & Olive, 2002).
Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral, injeksi dan implan. Kontrasepsi
oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya progestin—mini
pil dan merupakan jenis kontrasepsi hormonal yang paling banyak

7
digunakan di dunia.

Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid bersifat


multipel, tetapi efek yang paling penting adalah mencegah ovulasi dengan
menekan gonadotropin-releasing factors dari hipotalamus. Dengan
penekanan gonadotropin releasing factors ini maka sekresi follicle
stimulating hormone dan luteinizing hormone dari hipofisis ikut terhambat.

Estrogen saja dalam dosis yang memadai akan menghambat


ovulasi dengan menekan gonadotropin. Estrogen ini juga mungkin akan
menghambat implantasi dengan mengubah pematangan endometrium.
Estrogen mempercepat transportasi ovum; namun progestin menyebabkan
perlambatan.
Progestin menyebabkan terbentuknya mukus serviks yang kental,
sedikit, selular, dan menghambat perjalanan sperma. Kapasitasi sperma
juga mungkin terhambat. Seperti estrogen, progestin juga menyebabkan
endometrium menjadi kurang memungkinkan untuk implantasi blastokista.
Akhirnya, progestin juga dapat menghambat ovulasi dengan menekan
gonadotropin (Cunningham et al., 2006).
Setelah kontrasepsi oral dihentikan, siklus ovulasi kembali dalam
beberapa bulan (Stubblefield & Olive, 2002). Serupa dengan masa
pascapartum, dalam 3 bulan setelah penghentian, paling tidak 90 persen
wanita yang sebelumnya berovulasi secara teratur akan kembali
mengalaminya. Bracken et al. mengamati penurunan angka konsepsi
selama paling tidak enam siklus setelah penghentian kontrasepsi ini
(Cunningham et al., 2006).
Rumus Naegele dilakukan dengan cara menambahkan 7 hari ke
hari pertama haid terakhir dan menghitung mundur 3 bulan. Rumus
Naegele dilakukan dengan asumsi bahwa siklus haid rata-rata adalah 28
hari dengan ovulasi terjadi pada hari ke-14 dan lama kehamilan rata-rata
280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kemungkinan kesalahan dalam
perkiraan usia kehamilan dalam metode ini dapat terjadi dalam setidaknya
4 aspek (Ananth, 2007), yaitu:

8
1) Panjang siklus menstruasi normal yang dapat berbeda-beda pada wanita.
Bahkan pada wanita dengan panjang siklus menstruasi rata-rata, waktu
terjadinya ovulasi dapat berbeda. Baird et al. melaporkan bahwa hanya
10% wanita dengan siklus menstruasi 28 hari dan teratur ovulasi terjadi
tepat pada hari ke-14. Ditemukan dari 75% wanita yang diteliti, ovulasi
terjadi dalam ± 4 hari dari hari ke-13 (Lynch & Zhang, 2007).
2) Wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur atau anovulatoar tidak
dapat disertakan dalam asumsi bahwa ovulasi terjadi pada hari ke-14;
pada kenyataannya episode perdarahan yang tidak teratur terkadang dapat
merupakan keguguran kandungan spontan yang tidak diketahui.
3) Perdarahan pada awal kehamilan mungkin sering disalahartikan sebagai
periode menstruasi yang terlambat. Dengan demikian, dapat terjadi
kesalahan dalam tanggal periode menstruasi terakhir sebanyak 4 minggu.
4) Kesalahan dalam mengingat tanggal hari pertama haid terakhir.

Dari penelitian yang dilakukan, Hall et al menemukan bahwa


diantara 11.602 wanita yang diteliti, 79% mengetahui tanggal HPHT
pastinya (pasti dalam ± 1 minggu), 13% secara mengira-ngira
mengetahui tanggal HPHT pastinya (pasti dalam ± 2 minggu), dan 7%
tidak dapat mengetahui tanggal HPHT pastinya (pasti dalam ± 4 minggu)
(Lynch & Zhang, 2007).
Untuk itu dalam menentukan usia kehamilan dengan
menggunakan rumus Naegele diperlukan anamnesis yang cermat.
Riwayat menstruasi sangatlah penting. Wanita yang mengalami
menstruasi secara spontan dan teratur setiap sekitar 28 hari kemungkinan
besar berovulasi pada pertengahan daur. Apabila daur menstruasinya
secara bermakna lebih lama daripada 28 sampai 30 hari, maka ovulasi
lebih besar kemungkinannya terjadi jauh setelah 14 hari; atau apabila
interval terlalu lama dan tidak teratur, maka kemungkinan besar sebagian
dari episode-episode perdarahan vagina yang diidentifikasi sebagai
menstruasi didahului oleh anovulasi kronik. Tanpa menstruasi yang
teratur, spontan, siklik, dan dapat diperkirakan yang mengisyaratkan
siklus ovulatorik, maka usia kehamilan yang akurat sulit ditentukan.

9
Perlu dipastikan juga apakah wanita yang bersangkutan
menggunakan kontrasepsi steroid sebelum hamil. Wanita yang
mengalami perdarahan lucut berulang teratur selagi menggunakan
kontrasepsi biasanya menghentikan pemakaian kontrasepsi tersebut
secara siklis dan langsung hamil tanpa mengalami perdarahan mirip
menstruasi lebih lanjut. Namun, ovulasi mungkin belum pulih dalam 2
minggu setelah awitan perdarahan lucut terakhir, tetapi mungkin terjadi
pada tanggal-tanggal selanjutnya yang sangat bervariasi. Dalam hal ini
kita sulit memperkirakan waktu ovulasi (Cunningham et al., 2006).

C. Menentukan Usia Kehamilan Dan Hari Perkiraan Persalinan

Menentutukan usia kehamilan merupakan salah satu langkah penting


yang harus dilakukan oleh bidan. Hal tersebut berguna dalam penegakan
diagnosis kehamilan. Implementasinya adalah ketika menghitung
Taksiran Berat Janin (TBJ) kemudian disesuaikan dengan usia
kehamilan, lalu dianalisis apakah ada ketidaksesuaian atau tidak.
Hasilnya dijadikan acuan dalam pemberian asuhan. Begitu juga dengan
menentukan Hari Perkiraan Lahir (HPL), karena hal ini dapat
digunakan sebagai acuan bagi pasien dan keluarga untuk mempersiapkan
diri baik fisik, mental, maupun materi. Sedangkan bagi bidan HPL ini
dijadikan sebagai acuan dalam menentukan diagnosis dalam proses
persalinan (misalnya persalinan preterm atau posterm

1. Cara menentukan usia kehamilan

a. Menggunakan suatu alat khusus (skala yang sudah disesuaikan)

1) Tentukan terlebih dahulu hari pertama haid terakhir (HPHT)

2) Lihat dalam skala, akan terlihat usia kehamilan sekaligus


HPLnya

10
b. Menggunakan cara manual atau menghitung

1) Tentukan HPHT terlebih dahulu

2) Tentukan tanggal pemeriksaan hari ini

3) Buat daftar jumlah minggu dan kelebihan hari setiap bulan.


Sebagai contoh:

Bulan Desember berjumlah 31 hari, maka menjadi minggu + 3


hari

4) Daftar jumlah minggu dan hari dibuat mulai dari sisa hari
dalam bulan HPHT sampai dengan jumlah minggu dan hari di
bulan saat pasien melakukan pemeriksaan.

5) Setelah daftar selesai dibuat, jumlahkan minggu dan harinya,


hasil akhir dikonvermasikan dalam jumlah minggu.

6) Contoh kasus :

Pada tanggal 20 Maret 2009 Ny. Ani datang ke bidan Titin


dengan keluhan tidak menstruasi selama 6 bulan. Menstruasi
terakhir tanggal 9 Oktober 2008. Maka langkah perhitungan
usia kehamilannya adalah sebagai berikut.

a) HPHT = 9 Oktober 2008

b) Tanggal periksa= 20 Maret 2009

c) Daftar jumlah minggu dan hari :

(1). Oktober = sisa hari (31 – 9 = 22 atau 3 minggu + 1


hari)

(2). November = 30 hari (4 minggu + 2 hari)

(3). Desember = 31 hari atau 4 minggu + 3 hari

(4). Januari = 31 hari atau 4 minggu + 3 hari

11
(5). Februari = 28 hari atau 4 minggu

(6). Maret = sampai dengan tanggal periksa, 20 hari (2


minggu + 6 hari)

d). Dijumlahkan menjadi 21 minggu + 15 hari atau 23 minggu


+ 1 hari

c. Menghitung Usia Kehamilan Dengan Rumus Tanggal Kunjungan – HPHT x 4


1/3

Rumusnya adalah :

Usia Kehamilan = TK – HPHT x 4 1/3

Contoh kasus 1 :

Ada seorang ibu hamil yang ingin menghitung usia kehamilan. Kebetulan, pada
hari ini tanggal 17 November 2017.Kira – kira berapa usia kehamilan hingga hari
ini ?

Masukan datanya ke dalam rumus

Usia kehamilan :

 (waktu sekarang – HPHT x 4 1/3)

 (17-11-2017) – (10-5-2017)

Keterangan : kurangi hari dengan hari, bulan dengan bulan. Tahun tidak
perlu digunakan.

 (17-10) (11-5) x 4 1/3

 7 hari, 6 bulan x 4 1/3

Hari tidak perlu dikalikan. Yang dikalikan dengan 4 1/3 hanya bulannya
saja.

 7 hari + 26 minggu

12
 1 minggu +26 minggu

 27 minggu

Jadi, usia kehamilannya adalah 27 minggu.

Contoh kasus 2 :

Ibu Risna saat ini pada tanggal 28 Agustus 2017 berkunjung ke PMB untuk
mengetahui usia kehamilannya. Diketahui HPHT Ibu Risna 17 Mei 2017

Masukan datanya ke dalam rumus

Usia kehamilan :

 (waktu sekarang – HPHT x 4 1/3)

 (28 Agustus 2017 – 17 Mei 2017 x 4 1/3)

Keterangan : kurangi hari dengan hari, bulan dengan bulan. Tahun tidak
perlu digunakan.

 (28-17) (8-5) x 4 1/3

 11 hari, 3 bulan x 4 1/3

Hari tidak perlu dikalikan. Yang dikalikan dengan 4 1/3 hanya bulannya
saja.

 4 hari + 14 minggu

Jadi, usia kehamilannya adalah 14 minggu 4 hari

2. Menentukan HPL

Untuk HPL biasanya digunakan rumus Neagle, yaitu sebagai berikut.

HPL = HPHT + 7 Hari – 3 Bulan

13
Namun, rumus ini tidak bisa digunakan pada :

a. Ibu dengan riwayat haid yang tidak teratur

b. Ibu hamil saat masih menyusui

c. Ibu hamil karena berhenti mengonsumsi pil KB dan belum haid

Penentuan hari lahir pada pasien dengan keadaan diatas dapat


dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan USG.

Contoh kasus :

HPL Ny. Ani adalah sebagai berikut.

20 – 3 – 2008

+7 – 3 + 1

27 – 12 – 2009

Jadi, HPL nya adalah tanggal 27 Desember 2009. Bulan 3 dikurangi


sama dengan nol (0), maka mengambil satu tahun (12 bulan, yang
ditambah 3 menjadi 15 bulan), 15 dikurangi 3 menjadi 12 atau bulan
ke-12, yaitu bulan Desember, tahun ditambah satu.

D. Menentukan Usia Kehamilan Jika HPHT Tidak Diketahui

1. Ukur TFU atau Palpasi abdominal


cara menghitung kehamilan dengan cara ini cukup akurat untuk
mengetahui usia kehamilan karena ditentukan menurut tinggi fundus uteri.
Tatalaksana dari metode ini yaitu dengan meraba atau menekan bagian
perut dengan jari tangan.dan bisa juga dengan alat bantu seperti
menggunakan metlin yang diukur mulai dari simpisis pubis sampai TFU.
Teknik ini dilakukan setelah ibu hamil cukup bulan dan setelah rahim
membesar sehingga bagian bagian tubuh janin dapat dibedakan.

14
2. USG
Cara ini paling mudah dan paling sering dilakukan oleh dokter. Tingkat
akurasinya cukup tinggi, yakni sekitar 95%. Dengan USG maka usia kehamilan
dan perkiraan waktu kelahiran bisa dilihat dengan jelas melalui “gambar” janin
yang muncul pada layar monitor.

pasien yang akan menjalani pemeriksaan USG biasanya akan diminta


untuk berbaring terlentang. dokter akan mengoleskan jel khusus guna mencegah
terjadinya gesekan antara kulit dan tranduser. Teknik USG biasanya dilakukan di
klinik atau rumah sakit dan memakan waktu kurang dari setengah jam.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Usia kehamilan adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai


dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Penentuan usia kehamilan bisa dilakukan mulai dari antenatal
sampai setelah persalinan. Pada masa antenatal ditentukan dengan
cara sederhana yaitu dengan menghitung Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT) dan kejadian-kejadian selama kehamilan yang
penting (Damanik, 2008).

Menentutukan usia kehamilan merupakan salah satu langkah


penting yang harus dilakukan oleh bidan. Hal tersebut berguna
dalam penegakan diagnosis kehamilan. Implementasinya adalah
ketika menghitung Taksiran Berat Janin (TBJ) kemudian
disesuaikan dengan usia kehamilan, lalu dianalisis apakah ada
ketidaksesuaian atau tidak. Hasilnya dijadikan acuan dalam
pemberian asuhan. Begitu juga dengan menentukan Hari
Perkiraan Lahir (HPL), karena hal ini dapat digunakan sebagai
acuan bagi pasien dan keluarga untuk mempersiapkan diri baik
fisik, mental, maupun materi. Sedangkan bagi bidan HPL ini
dijadikan sebagai acuan dalam menentukan diagnosis dalam
proses persalinan (misalnya persalinan preterm atau posterm

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,


kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati Ari.2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika

Sari Angrita, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Bogor :
IN Media

Hanifa,dkk.2002.Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

17

Anda mungkin juga menyukai