Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah Subhaanahuwata’alaa Yang


Maha Mendengar Lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Penyulit
Pada Janin.
Dalam proses menyelesaikan tugas ini, tentunya banyak pihak yang telah
memberikan bantuan berupa ilmu, saran, serta kritik yang menunjang, yang
berarah positive pada tugas penulis.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka penulis harapkan saran dan kritik yang konstruktif dari
semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah Subhaanahuwata’alaa kita kembalikan
semua urusan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi kami mahasiswa.

Banjarbaru , 15 Mei 2019

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyulit pada janin harus dikenali dan terdeteksi sejak dini sehingga dapat
ditangani dengan benar karena setiap penyulit pada janin bisa mengakibatkan
komplikasi kehamilan.
Berdasarkan penilitian, telah diakui saat ini bahwa setiap kehamilan dapat
memiliki potensi dan membawa risiko bagi ibu. WHO memperkirakan sekitar
15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang
berkaitan dengan kehamilannya dan dapat mengancam jiwanya. Bidan sebagai
pemberi pelayanan kebidanan akan menemukan wanita hamil dengan komplikasi-
komplikasi yang mungkin dapat mengancam jiwa.
Oleh karena itu, bidan harus dapat mendeteksi sedini mungkin terhadap
tanda-tanda bahaya pada janin yang mungkin akan terjadi. Yang sudah barang
tentu juga memerlukan kerjasama dari para ibu-ibu dan keluarganya, yang dimana
jika tanda-tanda bahaya ini tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi, dapat
mengakibatkan kematian ibu dan bayi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari peyulit pada janin
2. Apa saja penyebab dari penyulit pada janin
3. Apa tanda dan gejala dari penyulit pada janin
4. Bagaimana mencegahan penyulit pada janin

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari peyulit pada janin
2. Untuk mengetahui penyebab dari peyulit pada janin
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari peyulit pada janin
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah terjadinya peyulit pada janin
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyulit pada janin
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang penyulit pada janin
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan penyulit
pada janin
sehingga dapat meningkatkan pelayanan yang baik.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang masalah penyulit pada janin
BAB II
PEMBAHASAN

A Kehamilan Postterm
1. Pengertian
Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan
lewat waktu,kehamilan lewar bulan, prolongedprenancy, extended
pregnancy,postdate/pos datisme atau pascamaturis.
Menurut WHO 1977 kehamilan postterm adalah kehamilan yang
berlangsung lebih dari 42 minggu (294 hari) yang terhitung sejak hari
pertama siklus haid terakhir (HPHT) menurut rumus naegele dengan
siklus haid rata-rata 28 hari. Menurut definisi yang dirumuskan oleh
American collegeof obstetricians and Gynecologists (2004), kehamilan
postterm adalah kehamilan yang berlangsunglebih dari 42 minggu (294
hari) yang terhitung sejak hari pertama siklus haid akhir (HPHT).

2. Sebab terjadinya kehamilan postterm


Seperti halnya teori bagaimana terjadi persalinan, sampai saat ini
sebab terjadinya kehamialn postterm belum jelas. Beberapa teori yang di
ajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan postterm
sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori
di ajukan antara lain sebagai berikut.
a. Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu
proses biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas
uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa
terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlagsungnya
pengaruh progesteron.
b. Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan
postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara
fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan
dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang paa
usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab
kehamilan postterm.
c. Teori Kortisol/ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk
mulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba
kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi
plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar
sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya
produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus,
hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kalenjar hipofisis pada
janin akan menyebabkan koristol janan tidak diproduksi dengan baik
sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
d. Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada
tekanan pada plesus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai
penyebab terjadinya kehamian postterm.
e. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempeunyai kecenderungan untuk melahirkan
lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti
dikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu
mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan,
maka besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami
kehamilan postterm.

f. Permasalahan Kehamilan Postterm


Kehamilan postterm mempunyai risiko lebih tinggi daripada
kehamilan aterm, terutama terhadap kematian perinatal (antepartum,
intrapartum, dan postpartum) berkaitan dengan aspirasi mekonium
dan asfiksia5. Pengaruh kehamilan postterm antara lain sebagai
berikut.
1) Perubahan pada plasenta
Disfungsi plasenta meruakan faktor penyebab terjadinya
komplikasi pada kehamilan postterm dan meningkatkan risiko
pada janin. Penurunan fungsi plasenta dapat dibuktikan dengan
penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Perubahan yang
terjadi pada plasenta sebagai berikut:
a) Penimbunan kalsium. Pada kehamilan postterm terjadi
peningkatan penimbunan kalsium pada plasenta. Hal ini
dapat menyebabkan gawat janin dan bahkan kematian janin
intrauterin yang dapat meningkat sampai 2-4 kali lipat.
Timbunan kalsium plasenta meningkat sesuai dengan
progresivitas degenerasi plasenta. Namun, beberapa vili
mungkin mengalami degenarasi tanpa mengalami kalsifikasi.
b) Selaput vaskulosinsisial menjadi tambah tebal dan jumlahnya
berkurang. Keadaan ini dapat menurunkan mekanisme
transfor plasenta.
c) Terjadi proses degenerasi jaringan plasenta seperti edema,
timbunan fibrinoid, fibrosis, trombosis intervili, dan infark
vili.
d) Perubahan biokimia. Adanya insfisiensi plasenta
menyebabkan protein plasenta dan kadar DNA dibawah
normal, sedangakan konsentrasi RNA meningkat. Tranfor
kalsium tidak terganggu, aliran natrium, kalium, dan glukosa
menurun. Pengangkutan bahan dengan berat molekul tinggi
seperti asam amino, lemak, dan gama globulin biasanya
mengalami gangguan sehingga dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan janin intrauterin.
2) Pengaruh pada janin
Pengaruh kehamilan postterm terhadap janin sampai saat ini
masih diperdebatkan. Beberapa ahli menyatakan bahwa bahaya
kehamilan postterm terhadap janin, sedangkan bebarapa ahli
lainnya menyatakan bahwa bahaya kehamilan postterm terhadap
janin terlalu dilebihkan. Kiranya kebenaran terletak di antara
keduanya. Fungsi plasenta mencapai puncak pada kehamilan 38
minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah 42
minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar
estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta
berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan
risiko 3 kali. Akibat dari proses penuaan plasenta, pemasokan
makanan dan oksigen akan menurun di samping adanya spasme
arteri spiralis. Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang dengan
50 % menjadi hanya 250 ml/menit1. Beberapa pengaruh
kehamilan postterm terhadap janin antara lain sebagai berikut.
a) Berat janin
Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta,
maka terjadi penurunan berat janin. Dari penelitian Vorherr
tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik
rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya
penurunan sesudah 42 minggu. Namun, seringkali pula
plasenta masih dapat berfungsi dengan baik sehingga berat
janin bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur
kehamilan. Zwerdling menyatakan bahwa rata-rata berat
janin lebih dari 3.600 gram sebesar 44,5 % pada kehamilan
postterm, sedangkan pada kehamilan genap bulan (term)
sebesar 30,6 %. Risiko persalinan bayi dengan berat lebih
dari 4.000 gram pada kehamilan postterm meningkat 2-4
kali lebih besar dari kehamilan term.
b) Sidroma postmaturitas
Dapat dikenali pada neonatus dengan ditemukannya
beberapa tanda seperti gangguan pertumbuhan, dehidrasi,
kulit kering, keriput seperti kertas (hilangnya lemak
subkutan), kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak
lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan lanugo, maserasi
kulit terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna
cokelat kehijauan atau kekuningan pada kulit dan tali pusat,
muka tampak menderita, dan rambut kepala banyak atau
tebal. Tidak seluruh neonatus kehamilan postterm
menunjukkan tanda postmaturitas tergantung fungsi
plasenta. Umumnya didapat sekitar 12- 20 % neonatus
dengan tanda postmaturitas pada kehamilan postterm.
Berdasarkan derajat insufisiensi plasenta yang terjadi, tanda
postmaturitas ini dapat dibagi dalam 3 stadium, yaitu :
(1). Stadium I : Kulit menunjukkan kehilangan verniks
kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh, dan
mudah mengelupas
(2) Stadium II : Gejala diatas disertai pewarnaan
mekonium (kehijauan) pada kulit
(3) Stadium III : disertai pewarnaan kekuningan pada kuku,
kulit dan tali pusat
c) Gawat janin atau kematian perinatal
Menunjukkan angka meningkat setelah kehamilan 42
mnggu atau lebih, sebagian besar terjadi intrapartum.
Umumnya disebabkan oleh :
(1) Makrosomia yang dapat menyebabkan terjadinya
distosia pada persalinan, fraktur klavikula, palsi Erb-
Duchene, sampai kematian bayi.
(2) Insufisiensi plasenta yang berakibat :
(a). Pertumbuhan janin terhambat
(b). Oligohidramnion : terjadi kompresi tali pusat,
keluar mekonium yang kental, perubahan abnormal
jantung janin
(c). Hipoksia janin
(d). Keluarnya mekonium yang berakibat dapat terjadi
aspirasi mekonium pada janin
(3). Cacat bawaan : terutama akibat hipoplasia adrenal dan
anensefalus.
d) Pengaruh pada ibu
(1). Morbiditas atau mortaitas ibu: dapat meningkat sebagai
akibat dari makrosomia janin dan tulang tengkorak
menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi distosia
persalinan, incoordinate uterine action, partus lama,
meningkatkan tindakan obstetrik dan persalinan
traumatis atau perdarahan postpartum akibat bayi besar.
(2). Aspek emosi: ibu dan keluarga menjadi cemas bilaman
kehamilan terus berlangsung melewati taksiran
persalinan. Komentar tetangga atau teman seperti
belum lahir juga?, akan menambah frustasi ibu.
e) Aspek mediko legal
Dapat terjadi sengketa atau masalah dalam kedudukannya
sebagai seorang ayah sehubungan dengan umur kehamilan.
B. Pertumbuhan Janin Terhambat
1. Pengertian
Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang
dari 10% dari berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu.
Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah 2 minggu
tidak ada pertumbuhan. Dahulu PJT disebut sebagai intrauterine
growth retardation (IUGR), tetapi istilah retardation kiranya tidak
tepat. Tidak semua PJT adalah hipoksik atau patologik karena ada
25-60% yang berkaitan dengan konstitusi etnik dan besar orang tua.
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) kini merupakan suatu
entitas penyakit yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas,
mengingat dampak yang ditimbulkan jangka pendek berupa risiko
kematian 6-10 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi
normal. Dalam jangka panjang terdapat dampak berupa hipertensi,
arteriosklerosis, stroke diabetes, obesitas, resistensi insulin, kanker
dan sebagainya. Hal tersebut terkenal dengan Barker hipotesis yaitu
penyakit pada orang dewasa telah terprogram sejak dalam uterus.
2. Penyebab
a. Hipertensi dalam kehamilan
b. Gemeli
c. Anomali janin atau trisomi
d. Sindrom Antifosfolioid
e. SLE
f. Infeksi: rubela, sifilis, CMV
g. Penyakit jantung
h. Asma
i. Gaya hidup: merokok da narkoba
j. Kekurangan gziekonomi rendah
3. Patologi
Pada kelainan sirkulasi uteroplasenta akibat dari perkembangan
plasenta yang abnormal, pasokan oksigen, masukan nutrisi, dan
pengeluaran hasil metabolik menjdi abnormal. Janin menjadi
kekurangan oksigen dan nutrisi pada trimester akhir sehingga timbul
PJT yang asimetrik yaitu lingkar perut yang jauh lebih kecil dari
pada lingkar kepala. Pada keadaan yang parah mungkin akan terjadi
kerusakan tingkat seluler berupa kelainan nukleus dan mitokondria.
Pada keadaan hipoksia, produksi radikal bebas di plasenta
menjadi sangat banyak dan antioksidan yang relatif kurang
(misalnya: preeklamsia) akan menjadi lebih parah. Soothill dan
kawan-kawan (1987) telah melakukan pemeriksaan gas darah pada
PJT yang parah dan menemukan asidosis dan hiperkapnia,
hiogliemia, dan eritoblastosis. Kematian pada jenis asimetrik lebih
parah jika dibandingkan dengan simetrik.
Penyebab PJT simetrik ialah faktor janin atau lingkungan uterus
yang kronik (diabetes, hipertensi). Faktor janin ialah kelainan
genetik (aneuplodi), umumnya trisomi 21, 13, dan 18. Secara
keseluruhan PJT ternyata hanya 20% saja yang asimetrik pada
penelitian terhadap 8.722 di Amerika.
4. Diagnosis
Secara klinik awal pertumbuhan janin yang terhambat dikenal
setelah 28 minggu. Namun, secara ultrasonogafi mungkin sudah
dapat diduga lebih awal dengan adanya biometri dan taksira berat
janin yang tidak sesuai dengan usia gestasi. Secara klinik
pemerikdaan tinggi fundus umumnya dalam sentimeter akan sesuai
dengan usia kehamilan. Bila lebih rendah dari 3cm, patut dicurigai
adanya PJT, meskipun sensitivitasnya hanya 40%. Smith dan kawan-
kawan melakukan observasi pada 4.229 kasus dan menemukan
bahwa pertumbuhan yang suboptimal sejak trimester pertama
berkaitan dengan kelahiran preterm dan kejadian PJT.

C. Kelainan Genetik
1. Pengertian
Penyakit genetik adalah penyakit penyakit yang disebabkan oleh
efek pada gen. Termasuk dalam penyaki genetik adalah penyakit
yang disebabkan oleh beberapa kelainan berikut ini:
a. Kelainan gen tunggal seperti talasemia, cystic fibrosis (CF),
Ducbenne muscular dystrophy (DMD), spinal muscular atrophy
(SMA), acbondroplasia, hemofilia, dan hiperplasi adrenal
kongenital (HAK).
b. Kelainan lebih dari 1 gen (multiple genetic disorders) seperti
diabetes,hipertensi, dan asma.
c. Kelainan kromosom yaitu kelainan jumlah (trisomi atau
monosomi atau triploidi, dan tetraploidi) dan kelainan struktur
kromosom (translokasi, delesi, inversi, insersi).
d. Kelainan imprinting gen seperti sindrom prader willi, dan
Angelman.
2. Genetik Dasa dan Istilah Umum
a. Sel manusia
Jumlah sel manusia sekitar 100 triliun, hampir pada semua sel
terdapat satu kopi genom manusia yang lengkap. Intruksi
genetik yang lengkap pada setiap sel diperlukan untuk seluruh
kehidupan manusia (tumbuh, kembang, dan berfungsi).
b. Kromosom
Untai panjang (tbread-like)yang tersusun oleh DNA, terdapat
didalam inti sel, dapat dilihat dengan mikroskop cahaya pada
fase pembelahan sel sebagai untai panjang yang berwarna. Oleh
karena itu, disebut kromosom (dalam bahasa yunani, cbroma:
warna, soma: badan). Pada sel somatik jumlah krpmosom 46
atau 23 pasang yang terdiri atas 22 pasang kromosom non-seks
(autosom) dan sepasang kromosom seks (XX pada perempuan
dan XY pada laki-laki), 23 kromosom berasal dari ayah dan 23
dari ibu.
c. DNA
DNA atau (asam dioksiribonuklia) adalah molekul panjang yang
terdiri atas sepasang untai yang saling melilit. Setiap untai DNA
disususn oleh unit kimia yaitu basa nukleotida. Dikenal 4 jenis
basa nukleotida yaitu A : adenin, C : sitosin, T : timin, dan G :
guanin. Basa nukleotida ini selalu berpasangan Adenin dengan
Timin, Guanin dengan Sitosin, tiap pasang DNA disebut satu
pasang basa.
d. RNA
RNA (asam ribonokliat) adalah kopi dari DNA. Strukturnya
hampir sama dengan DNA, tetapi (a) berbentuk untai tunggal
(singgle stranded), tetapi berpasangan (doublel stranded)., (b)
tidak mengandung basa Timin (T) tetapi basa Uracil (U)
umumnya sebagian besar sekuens RNA ditranslasi untuk
sisntesis protein.
e. Gen
Gen adalah sekmen dari DNA yang mengode sintesis protein
atau polipeptida. Umumnya tersusun dari ribuan sampai puluhan
ribu pasang basa nukleotida. Pada setiap kromosom terdiri atas
ratusan sampai ribuan gen. Struktur pada gen umumnya terdiri
atas daerah promotor yang berfungsi pada proses transkripsi,
capsaid, kodoninisiasi (inisiator codon), ekson (exson), inpron,
kodon terminasi, region poli – A.
Susunan DNA pada gen akan di coppy menjadi molekul RNA,
molekul RNA umumnya diterjemahkan menjdi protein.
Pada setiap gen terdapat daerah-daerah dengan conserved
sequences, yang biasanya berperan penting dalam ekspresi gen,
pemrosesan RNA, dan proses translasi mRNA daerah promotor
pada ujung 5 ‘gen globin-β, sangat berperan untuk pengikatan
RNA polimerase, serta traskripsi RNA secara akurat dan efisien.
f. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital adalah kelainan yang tampak pada saat
lahir. Kelainan ini dapat berupa penyakit yang diturunkan
(didapat atas salah satu atau kedua orang tua) atau tidak
diturunkan.
g. Kelainan kromosom
Dikenal dua jenis kelainan kromosom yaitu kelainan jumlah dan
kelainan struktur. Kelainan kromosom, karena melibatkan
banyak gen (ratusan sampai ribuan), umumnya bermanifestasi
klinik sebagai kegagalan hasil pembuahan (infertilitas, abortus,
atau kematian modigah), kelainan kongenital marjor, dan bila
melibatkan kromosom seks dapat bermanifestasi infertilitas,
seks ambigus, retardasi mental, perawakan pendek, perawakan
tinggi, mikropinis, dan lain-lain
D. Gawat Janin
1. Pengertian
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima oksigen cukup, sehingga
mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka
waktu lama) atau akut. Janin yang sehat adalah janin yang tumbuh
normal, dengan usia gestasi aterm dan presentasi kepala. Adapu janin
yang beresiko tinggi untuk mengalami kegawatan hipoksia adalah :

a. Pertumbuhan yang terlambat


b. Ibu dengan diabetes
c. Janin preterm dan posterm
d. Kelainan letak
e. Kelainan bawaan atau infeksi

2. Tanda Gawat Janin

a. DJJ abnormal
b. Mekoneum

E. Gerak Janin Menghilang


Yaitu ibu tidak merasakan adanya gerak janin. Dengan diagnose sebagai
berikut :

1. Nilai DJJ
2. Bila ibu mendapat sedatif, tunggu hilangnya pengaruh obat, kemudian
nilai ulang
3. DJJ tidak terdengar
4. Rangsangan janin dengan rangsangan suara
5. DJJ cenderung turun saat janin bergerak
F. Kematian janin

1. Pengertian
kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin,
kegawatan janin atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya
sehingga tidak diobat.

2. Penilaian Klinik
a. Pertumbuhan janin kurang
b. Bunyi jantung janin tidak terdengar dengan fetoskop dan dipastika
denga doppler
c. Ibu mengeluh gerakan janinnya hilang
d. Tulang kepala kolaps
e. Penunjang USG
f. Pemeriksaan radiologi
g. Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif

3. Pencegahan
Khususnya yang sudah atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa
gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu keras,
perlu dilakukan pemeriksaan USG. Perhatikan adanya solusio plasenta.
Pada gamely dengan T +T (twen to twin transfusion) pencegahan
dilakukan dengan koagulasi pembuluh anastomosis.
4. Penanganan
a. Pemeriksaan tanda vital
b. Pemeriksaan darah periver
c. Jelaskan prosedur pemeriksaan dan hasinya serta tindakannya
d. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien
e. Perencanaan persalinan pervaginam dengan cara induksi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Deteksi dini penyulit pada janin selama kehamilan merupakan upaya
terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap
kehamilan maupun keselamatan ibu dan bayinya. Untuk meminimalkan
kematian ibu dan bayinya, bidan harus mampu mendeteksi secara
dinikemungkinan bahaya yang akan dialami, menjelaskan kepada ibu
resiko yang bisa terjadi akibat bahaya tersebut, serta penanganan optimal
yang bisa dilakukan oleh bidan. Agar terhindar dari semua masalah itu,
pastikan bahwa calon ibu benar-benar sehat saat akan merencanakan
kehamilan, pemeriksaan kehamilan dini dan teratur akan meminimalkan
risiko kelainan dan gangguan kehamilan serta binalah komunikasi yang
baik dengan bidan atau dokter kandungan, sehingga anda memiliki
kehamilan serta persalinanyang sehat dan menyenangkan

B. Saran
jika terjadi tanda-tanda penyulit atau komplikasi pada janin pada
kehamilan tua maka segeralah lakukan pemeriksaan pada tenaga kesehatan
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mungkin ini yang dapat
kami sampaikan pada makalah ini meskipun penulisan ini jauh dari kata
sempurna dan msih banyak kekurangan dari penulisan kelompok kami,
maka dari itu kami memerlukan kritik atau saran agar bisa menjadi
motivasi untuk penulisan yang lebih baik kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai