Anda di halaman 1dari 4

Dampak Korupsi Terhadap Politik dan Demokrasi

Di negara-negara demokrasi baru, demokrasi juga seperti tak berpengaruh terhadap


pengurangan korupsi. Sebagai contoh, Indonesia telah menjadi negara demokrasi sejak tahun
1998. Menurut Freedom House, lembaga pemeringkat demokrasi dunia, Indonesia
sudah tergolong negara bebas sepenuhnya (demokrasi) sejak 2004. Namun, Indeks Persepsi
Korupsi 2012 menempatkan Indonesia di peringkat ke-118 dengan skor 32. Artinya,
masyarakat merasakan bahwa korupsi masih merajalela di negeri ini.

Dampak Korupsi Terhadap Penegakan Hukum Sejak lahirnya UU No. 24/PrP/1960


berlaku sampai 1971, setelah diungkapkannya Undang-undang pengganti yakni UU No. 3
pada tanggal 29 Maret 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Baik pada
waktu berlakunya kedua undang-undang tersebut dinilai tidak mampu berbuat banyak dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena undang-undang yang dibuat
dianggap tidak sempurna yaitu sesuai dengan perkembangan zaman, padahal undang-undang
seharusnya dibuat dengan tingkat prediktibilitas yang tinggi. Namun pada saat membuat
peraturan perundang-undangan ditingkat legislatif terjadi sebuah tindak pidana korupsi baik
dari segi waktu maupun keuangan. Dimana legislatif hanya memakan gaji semu yang
diperoleh mereka ketika melakukan rapat. Sehingga apa yang dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan ituhanya melindungi kaum pejabat saja dan mengabaikan masyarakat.

Korupsi tidak terlepas dari kehidupan politik dan demokrasi. Rencana anggran yang
diajukan pihak eksekutif kepada pejabat legislatif yakni pihak DPR/APBD adalah berdampak
politik. Pihak-pihak yang terlibat dalam penetapan anggaran pendapatan belanja negara di
DPR kemungkinan tidak terlepas dari kepentingan politik dari masing-masing partai yang
diwakilinya. korupsi mengganggu kinerja sistem politik yang berlaku, publik cenderung
meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindakan korupsi.
Transparency international (IT) ,sebagai lembaga internasionl yang bergerak dalam upaya
anti korupsi,membgai kegiatan di sektor publok ke dalam dua jenis ,yaitu:

a. korupsi administratif
Secara administratif,korupsi bisa dilakukan “sesuai dengan hukum” yaitu
meminta imbalan atas pekerjaan yang seharusnya memang dilakukan,serta
korupsi yang “bertentangan dengan hukum” yaitu meminta imbalan uang
untuk melakukan pekerjaan yang sebenarnya dilarang untuk dilakukan
ditanah air,jenis korupsi administratif berwujud uang pelicin dalam mengurus
berbagai surat-surat,seperti kartu tanda penduduk (KTP),surat ijin mengemudi
(SIM),akte lahir dan paspor agar prosesnya lebih cepat. padahal seharusnya
tanpa uang pelicin surat-surat ini memang harus diproses dengan cepat.
b. korupsi politik
Jenis korupsi muncul dalam bentuk “uang damai” misalnya, uang yang
diberikan dalam kasus pelanggaran lalu lintas ,agar si pelanggar tidak perlu ke
pengadilan . manajemen kerja birokrasi yang efisien sungguh merupakan
barang yang langka di tanah air. Menurut H.S Dillon, birokrasi hanya dapat
digerakkan oleh politikus yang berkeahlian dalam bidangnya . bukan sekedar
pejabat yang direkrut dari kalangan profesi atau akademikus tanpa
pengalaman dan pemahaman tentang kerumitan birokrasi.

Dampak Terhadap Politik Dan Demokrasi

Dampak masif korupsi terhadap politik dan demokrasi antara lain:

a. Memunculkan kepemimpinan korup karena kondisi politik yang carut marut dan
cenderung koruptif.
b. Hilangnya kepercayaan publik pada demokrasi karena terjadinya tindak korupsi
besar-besaran yang dilakukan oleh petinggi pemerintah, legislatif,yudikatif atau
petinggi partai politik.
c. Menguatnya plutokrasi (sistem politik yang dikuasai oleh pemilik modal atau kapitalis
dan
d. Hancurnya kedaulatan rakyat yang disebabkan kekayaan negara hanya dinikmati oleh
sekelompok tertentu.

Contoh dampak terhadap politik dan demokrasi:

1. Munculnya Kepemimpinan Korup

Kondisi politik yang carut marut dan cenderung sangat koruptif menghasilkan masyarakat
yang tidak demokratis. perilaku koruptif dan tindak korupsi dilakukan dari tingkat yang
paling bawah. Konstituen didapatkan dan berjalan karena adanya suap yang diberikan oleh
calon-calon pemimpin partai, bukan karena simpati atau percaya terhadap kemampuan dan
kepemimpinannya. hubungan transaksional sudah berjalan dari hulu yang pada akhirnya pun
memunculkan pemimpin yang korup juga karena proses yang dilakukan juga
transaksional. masyarakat juga seolah-olah digiring untuk memilihpemimpin yang korup dan
diberikan mimpi-mimpi dan janji akan kesejahteraan yang menjadi dambaan rakyat sekaligus
menerima suap dari calon pemimpin tersebut.

2. Hilangnya Kepercayaan publik pada demokrasi demokrasi


Demokrasi yang diterapkan di indonesia sedang menghadapi cobaan berat yakni
berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. hal ini dikarenakan
terjadinya tindak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh petinggi pemerintah, legislatif
atau petinggi partai politik . kondisi ini mengakibatkan berkurangnya bahkan hilangnya
kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang sedang berjalan.

Masyarakat akan semakin apatis dengan apa yang dilakukan dandiputuskan oleh
pemerintah. Apatisme yang terjadi ini seakan memisahkanantara masyarakat dan pemerintah
yang akan terkesan berjalan sendiri-sendiri. hal ini benar-benar harus diatasi dengan
kepemimpinan yang baik, jujur,
bersih dan adil. sistem demokrasi yang dijalankan indonesia masih sangat muda, walaupun
kelihatannya stabil namun menyimpan berbagai kerentanan.

3. Menguatnya plutokrasi

Korupsi yang sudah menyandera pemerintahan pada akhirnya akan menghasilkan


konsekuensi menguatnya plutokrasi (sistem politik yang dikuasai oleh pemilik
modal/kapitalis) karena sebagian orang atau perusahaan besar melakukan ‘transaksi’ dengan
pemerintah, sehingga pada suatu saat mereka lah yang mengendalikan dan menjadi penguasa
di negeri ini. perusahaan-perusahaan besar ternyata juga ada hubungannya dengan partai-
partai yang ada di kancah perpolitikan negeri ini,bahkan beberapa pengusaha besar menjadi
ketua sebuah partai politik. Tak urung antara kepentingan partai dengan kepentingan
perusahaan menjadi sangat ambigu.

4. Hancurnya kedaulatan rakyat


Dengan semakin banyaknya plutokrasi yang terjadi,kekayaan negara ini dinikmati
sekelompok tertentu, bukan rakyat.seharusnya kedaulatan ada ditangan rakyat namun
sekarang ini kedaulatan ada ditangan partai politik karena anggapan bahwa partailah bentuk
reprentasi rakyat .

Anda mungkin juga menyukai