Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

MENDETEKSI KOMPLIKASI ATAU PENYULIT PADA IBU


HAMIL TRISEMESTER III USIA 32 MINGGU

DOSEN PENGAMPU : Isrowiyatun Da’iyah, M.Keb

Di susun Oleh : Kelompok 4


1. Amalia Rahmah NIM : P07124118164
2. Cantika Fatimatuzzahra NIM : P07124118177
3. Elrana Salsabilla NIM : P07124118185
4. Indah Rahmatuljannah NIM : P07124118203
5. Mitha Dayanti NIM : P07124118213
6. Riska Amalia NIM : P07124118232
7. Rizky Amelia NIM : P07124118236
8. Tiara Salsabila NIM : P07124118252
9. Wahdatul Misbah NIM : P07124118254

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN KEBIDANAN
DIPLOMA III TINGKAT IB SEMESTER II
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Deteksi Komplikasi Atau Penyulit Pada Ibu Hamil
Trisemester III Usia 32 Minggu” D3 Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Banjarmasin.
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membimbing untuk menyumbangkan ide dan pikiran mereka dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna di masa yang akan
datang serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada kita semua. Aamiin.

Banjarbaru, 9 Mei 2019


Hormat kami

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ 1


KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4


A. Latar Belakang ............................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6


A. Komplikasi Dan Penyulit Kehamilan Pada Trimester III ........................................... 6
1. Kehamilan Dengan Hipertensi ........................................................................ 7
2. Patofisiologi ................................................................................................... 19
B. Identfikasi Kasus ............................................................................................................. 24
C. Naskah Role Play ............................................................................................................ 25

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 29


A. Kesimpulan ................................................................................................................ 29
B. Saran ........................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 30

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya
janin.Lamanya hamilnormal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina
ke dunia luar. Kehamilan, persalinan, dan menjadi seorang ibu merupakan
peristiwa dan pengalaman penting dalam kehidupan seorang wanita.
Kehamilan trimester III adalah kehamilan dengan usia 27-40 minggu,
masa ini merupakan suatu masa yang lebih berorientasi pada realitas untuk
menjadi orang tua yang menanti kelahiran anak dimana ikatan antara orang tua
dan janin berkembang pada trimester ini. Pada trimester ini juga merupakan
saat-saat yang paling mendebarkan bagi ibu hamil, terutama menjelang
mendekatinya proses persalinan. Gambaran persalinan, lahirnya buah hati yang
telah dikandung selama 9 bulan semakit dekat. Namun, hal ini dapat berubah
menjadi bencana apabila sang ibu mengalami berbagai masalah menjelang
persalinannya. Salah satu akibat terburuk adalah dapat menimbulkan kematian
bagi ibu maupun janinnya.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajatkesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah
satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu
tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai
sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.
Penurunan angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidupmasih terlalu
lamban untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals/MDGs) dalam rangka mengurangi tiga per empat jumlah
perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada 2015, demikian
pernyataan resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat. Dalam

4
pernyataan yang diterbitkan di laman resmi WHO itu dijelaskan, untuk
mencapai target MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015
seharusnya 5,5 persen per tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan
Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini masih kurang dari
satu persen per tahun.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja komplikasi dan penyulit kehamilan pada trimester 3 ?
2. Apa yang dimaksud dengan kehamilan dengan hipertensi ?
3. Apa yang dimaksud dengan preeklamsia ?
4. Apa yang dimaksud dengan eklamsia ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dan penyulit kehamilan pada
trimester 3
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kehamilan dengan hipertensi
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan preeklamsia
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan eklamsia

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. KOMPLIKASI DAN PENYULIT KEHAMILAN PADA TRIMESTER III


1. Kehamilan Dengan Hipertensi
a. Hipertensi esensial
Hipertensi esensial adalah kondisi permanen meningkatnya
tekanan darah dimana biasanya tidak ada penyebab yang nyata.Kadanng-
kadang keadaan ini dihubungkan dengan penyakit ginjal,
phaeochromocytoma atau penyempitan aorta, dan keadaan ini lebih sering
muncul pada saat kehamilan.
Wanita hamil dikatakan mempunyai atau menderita hipertensi esensial jika
tekanan darah pada awal kehamilannya mencapai  140/90 mmHg.Yang
membedakannya dengan preeklamsia yaitu factor-faktor hipertensi
esensial muncul pada awal kehamilan, jauh sebelum terjadi preeklamsia,
serta tidak terdapat edema atau proteinuria.
Selama trimester ke II kehamilan tekanan darah turun di bawah batas
normal, selanjutnya meningkat lagi sampai ke nilai awal atau kadang-
kadang lebih tinggi. Setelah UK 18 minggu lebih sulit hipertensi esensial
dari pre eklamsia.
Penatalaksanaan:
Wanita dengan hipertensi esensial harus mendapat pengawasan yang ketat
dan harus dikonsultasikan pada dokter untuk proses
persalinannya. Selama tekanan darah ibu tidak meningkat sampai 150/90
mmHg berarti pertanda baik. Dia dapat hamil dan bersalin normal tetapi
saat hamil dianjurkan untuk lebih banyak istirahat dan menghindari
peningkatan berat badan terlalu banyak. Kesejahteraan janin dipantau
ketat untuk mendeteksi adanya retardasi pertumbuhan. Kehamilan tidak
dibolehkan melewati aterm karena kehamilan postterm meningkatkan
risiko terjadinya insufisiensi plasenta janin. Jika perlu, dapat dilakukan
induksi apabila tekanan darah meningkat atau terdapat tanda-tanda Intra

6
Uterine Growth Retardation (IUGR).
Merupakan pertanda kurang baik jika tekanan darah sangat tinggi. Jika
ditemukan tekanan darah 160/100 mmHg, harus dirawat dokter di rumah
sakit. Obat-obat antihipertensi dan sedative boleh diberikan untuk
mengontrol tekanan darah. Anamnesa juga diperlukan untuk
mengeluarkan ibu dari pre eklamsia. Kandungan catecholamine atau
vanilmandelic acid (VMA) biasanya diukur karena hipertensi yang berat
mungkin disebabkan karena Pheochromacytoma atau tumor pada ginjal.
Keadaan ibu mungkin berkembang menjadi Pre Eklamsia atau mengalami
abrupsio plasenta (plasenta Pecah); kadang-kadang gagal ginjal merupakan
komplikasi. Jika tekanan darah sangat tinggi, 200/120 mmHg atau lebih,
mungkin terjadi perdarahan otak atau gagal jantung.Janin juga berisiko,
karena kurangnya sirkulasi plasenta, yang dapat menyebabkan kejadian
Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan hipoksia.
Jika tekanan darah tidak dapat dikendalikan atau terdapat tanda-
tanda IUGR atau hipoksia, dokter dapat menghindari risiko yang serius
dengan mempercepat persalinan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menginduksi persalinan, atau jika keadaan berbahaya atau lebih akut, atau
meningkat pada awal persalinan, persalinan dapat dilakukan dengan cara
Sectio caesarea.
b. Hipertensi Karena Kehamilan (PIH)
Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih mungkin
terjadi pada wanita yang :
1) Terpapar vili korialis untuk pertamakalinya
2) Terpapar vili korialis yang terdapat jumlah yang banyak seperti pada
kehamilan kembar atau mola hidatidosa
3) Mempunyai riwayat penyakit vaskuler
4) Mempunyai kecenderungan genetic untuk menderita hipertensi dalam
kehamilan.
Kemungkinan bahwa mekanisme imunologis di samping endokrin dan
genetic turut terlibat dalam proses terjadinya pre-ekklamsia dan masih
menjadi masalah yang mengundang perhatian. Resiko hipertensi karena

7
kehamilan dipertinggi pada keadaan di mana pembentuka antibody
penghambat terhadap tempat-tempat yang bersifat antigen pada plasenta
terganggu.
Preeklamsia mungkin lebih serimh terdapat pada wanita dai keluarga
yang tidak mampu; namun bisa juga terjadi pada pada wanita denan
ekonomi yang menengah ke atas. Bahkan pengamatan menyebutkan
bahwa makanan yang kurang mengandung protein sebagai penyebab
penurunan insiden eklamsia.Kehamilan juga menyebabkan wanita hamil
kekurangnan nutrisi.Seharusnya preeklamsia ditemkan pada multipara dari
pada nulipara, tetapi kenyataannya sama-sama dapat terjadi preeklamsia.
c. Pre Eklamsia
1) Pengertian
Pre-Eklamsi Adalah Penyakit dengan tanda-tanda Hipertensi,
Oedema, dan Proteinuria yang timbul karena kehamila.Penyakit ini
biasanya timbul pada Triwulan ke-3 kehamilan tetapi dapat timbul
sebelumnya, misalnya pada Mola Hidatosa.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda
lain. Untuk menegakkan diagnosa Pre-Eklamsi kenaikan tekanan
Sistolik harus 30 mmHg atau lebih.Kenaikan tekanan Diagnostik lebih
dapat dipercaya apabila tekanan Diastolik meningkat 15 mmHg atau
lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Pemeriksaan tekanan darah
dilakukan minimal 2x dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda lain. Kenaikan
sistolik harus 30 mm Hg atau lebih diatas tekanan yang biasanya
ditemukan, atau mencapai 140 mmHg atau lebih.
Edema ialah Penimbunan cairan secara umum dan berlebih dalam
jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan
serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Oedema Pretribal yang
ringan sering terjadi pada kehamilan biasa, sehingga tidak berarti untuk
penentuan Diagnosis Pre-Eklamsi. Kenaikan BB ½ kg setiap minggu
masih normal tetapi kalau kenaikan BB I kg atau lebih setiap minggu
beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap

8
timbulnya preeklamsia.
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0,3 g/lt
dalam urin 24 jam atau pada pemeriksaan menunjukan 1 atau 2+ atau 1
gr/lt yang dikeluarkan dengan jarak waktu 6 jam. Proteinuria timbul lebih
lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan, karena itu harus
dianggap yang cukup serius.
2) Patofisiologi
Pre-Eklamsi terjadi pada spasme pembuluh darah yang disertai
dengan Retensi Garam dan air. Pada Biopsi ginjal ditemukan spasme
hebat arteriola Glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriole
sedemikian sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme
maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan Edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intestinal belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria
dapat disebabkan oleh Spasme arteriola sehingga terjadi perubahan
pada glomerolus.

3) Tanda Dan Gejala


Tanda-tanda Pre-Eklamsi biasanya timbul dalam urutan
pertambahan berat badan yang berlebihan, di ikuti oedema, hipertensi,
dan akhirnya proteinuria. Pada Pre-Eklamsi ringan tidak ditemukan
gejala-gejala subyektif, pada Pre-Eklamsi ditemukan sakit kepala di
daerah frontal, skotoma, diploma, penglihatan kabur, nyeri di daerah
epigastrum, mual dan muntah-muntah.Gejala-gejala ini sering di
temukan pada Pre-Eklamsi yang meningkat dan merupakan petunjuk
bahwa Eklamsi akan timbul.
4) Perubahan Psikologi
Normotensive pada wanita hamil dihubungkan dengan perubahan
cardiovascular termasuk meningkatnya kerja jantung, volume darah

9
dan cardiac output (Gant Et al 1973). Hal ini menyebabkan sel
endothelia rusak sehingga perbandingan antara vasodilator :
vasocontricsi. Perbandingan ini disebabkan karena untuk menopang
hipertensi. Dengan adanya hipertensi bersama-sama dengan sel
Endothelia rusak mempengaruhi melalui pembuluh, sehingga terjadi
kebocoran plasma dan rusaknya pembuluh darah sehingga dihasilkan
oedema kemudian menuju ke jaringan.
Pengurangan cairan ke intravaskuler disebabkan hypoluemia dan
hemokonsentrasi dan ini adalah reflek untuk meningkatnya
haematrokit. Dalam kasus yang parah, paru-paru dapat menjadi macet
dengan adanya cairan dan berkembang menjadi oedema pulmonary,
oksigen rusak dan sehingga terjadi sianosis.
Dengan vasokontriksi dan disruption ke vascular endothelium
menjadi coagulasi aktif. Meningkatnya produksi trombositopenia dan
responsible untuk Disseminated Intravaskular Cougelation (DIC). Di
ginjal, vasospasme menghasilkan arteriolus menyebabkan
pengurangan aliran darah menuju ke ginjal yang
menjadikan hypoxia dan oedema.
5) klasifikasi Pre Eklamsia
Klasifikasi pre eklamsia dibagi menjadi 2 golongan :
a) Preeklamsia ringan
(1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolik 15
mmHg atau lebih (diukur pada posisi berbaring terlentang)
atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2x pemeriksaan dengan jarak
(2) Proteinuria 0,3 gr/lt atau 1+ atau 2+
(3) Edema pada kaki, jari, muka dan berat badan naik >1 kg/mg
b) Preeklamsia berat
(1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
(2) Proteinuria, 5 gr/lt atau lebih
(3) Oliguria (jumlah urine < 500 cc per 2 jam
(4) Terdapat edema paru dan sianosis

10
(5) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di
epigastrium

6) Etiologi
Penyebab preeklamsia secara pasti belum di ketahui, namun pre
eklamsia sering terjadi pada
a) Primigravida
b) Tuanya kehamilan
c) Kehamilan ganda
d) Prinsip pencegahan preeklamsia
e) Pencegahan/ANC yang baik: ukuran tekanan darah, timbangan
berat badan, ukur kadar proteinuria tiap minggu
f) Diagnosa dini/tepat: diet, kalau perlu pengakhiran kehamilan
7) Penanganan
a) Penanganan Pre-Eklamsi Ringan:
(1) Rawat Jalan
(a) Banyak istirahat ( berbaring tidur miring)
(b) Diet: cukup protein, rendah kaebohidrat, lemak, dan
garam
(c) Sedative ringan (jika tidak bisa istirahat ) tablet
Febobarbital 3x30 mg peroral selama 2 hari
(d) Roboransia
(e) Kunjungan ulang tiap 1 mg
(2) Jika dirawat di Puskesmas atau Rumah Sakit:
(a) Pada Kehamilan Preterm (kurang dari 37 minggu)
(b) Jika Tekanan Darah mencapai normotensif selama
perawatan persalinan ditunggu sampai aterm
(c) Bila Tekanan Darah turun tetapi belum mencapai
normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat
diakhiri pada kehamilan lebih dari 37 minggu
(d) Pada Kehamilan Aterm (lebih dari 37 minggu)
(e) Persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk

11
melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal
persalinan.
(3) Cara Persalinan
Persalinan dapat dilakukan spontan bila perlu memperpendek
kal II dengan bantuan bedah obstetri.
b) Penanganan Pre-Eklamsi Berat di Rumah Sakit
(1) Penanganan Aktif:
(a) Indikasi
(b) Indikasi perawatan aktif ialah bila di dapatkan satu
atau lebih keadaan ini pada ibu:
(c) Kehamilan lebih dari 37 minggu
(d) Adanya tanda-tanda impending
(e) Kegagalan terapi pada perawatan konservatif
(f) Pada Janin :
(g) Adanya Tanda-tanda Fetaldistres
(h) Adanya Tanda-tanda IUFD
d. Eklamsia
1) Definisi
Eklampsi merupakan serangan konvulsi yang biasa terjadi pada
kehamilan, tetapi tidak selalu komplikasi dari pre eklampsi.
Dalam sebuah konduksi studi nasional di UK pada tahun 1992, 38%
dsari kasus eklampsi tidak disertai dengan hipertensi dan protein urin
(Douglas dan Redman 1994).Ini terjadi di UK sekitar 2000 kelahiran
dan beresiko tinggi untuk ibu dan janin.Douglas dan Redman (1994)
menemukan bahwa satu dari 50 wanita dengan eklampsi meninggal
dan satu dari 14 bayi mereka juga meninggal. Di dunia luas, 50.000
wanita meninggal setelah menderita konvulsi eklampsi (Duley 1994)
dan berbagai pusat penelitian sekarang ini sedang berlangsung untuk
mengetahui obat yang cocok untuk mencegah dan mengatasi
konvulsi..
Konvulsi dapat terjadi sebelum, selama, dan sesudah persalinan. Jika
ANC dan Inc mempunyai standar yang tinggi, konvulsi postpartum

12
akan lebih sering terhindar. Ini terjadi lebih dari 48-72 jam
setelahnya. Monitor tekanan darah dan urin untuk proteinuria harus
dilakukan dan dilanjutkan selama periode postpartum.
2) Etiologi
Dalam eklampsi berat terdapat hipoksia serebral yang disebabkan
karena spasme kuat dan oedem. Hipoksia serebral menunjukkan
kenaikan dysrhytmia serebral dan ini mungkin terjadi karena
konvulsi. Beberapa pasien ada yang mempunyai dasar dysrhytmia
serebral dan oleh karena itu konvulsi terjadi mengikuti bentuk yang
lebih kuat dari pre eklampsi.
Ada satu tanda eklampsi, bernama konvulsi eklampsi. Empat
fasenya antara lain:
c) Tahap premonitory. Pada tahap ini dapat terjadi kesalahan jika
observasi pada ibu tidak tetap. Mata dibuka, ketika wajah dan otot
tangannya sementara kejang
d) Tahap Tonic. Hampir seluruh otot-otot wanita segera menjadi
serangan spasme. Genggamannya mengepal dan tangan dan
lengannya kaku. Dia menyatukan gigi dan bisa saja dia menggigit
lidahnya. Kemudian otot respirasinya dalam spasme, dia berhenti
bernafas dan warnanyaberubah sianosis. Spasme ini berlangsung
sekitar 30 detik
e) Tahap klonik. Spasme berhenti, pergerakkan otot menjadi
tersendat-sendat dan serangan menjadi meningkat. Seluruh
tubuhnyabergerak-gerak dari satu sisi ke sisi yang lain, sementara
terbiasa, sering saliva blood-strained terlihatb pada bibirnya
f) Tahap Comatose. Wanita dapat tidak sadar dan mungkin nafasnya
berbunyi. Sianosis memudar, tapi wajahnya tetap bengkak.
Kadang-kadang sadar dalam beberapa menit atau koma untuk
beberapa jam
3) Bahaya-Bahaya Eklampsi
a) Bagi ibu
Perbedaan konvulsi dan kelelahan, jika frekuensi berulang

13
hati gagal berkembang.Jika kenaikan hipertensi banyak, pada
ibu dapat terjadi cerebral hemorrhage.Pasien dengan oedem
dan oliguria perkembangan paru-paru dapat bengkak atau
gagal ginjal. Inhalasi darah atau mucus dapat menunjukkan
asfiksia atau pneumonia. Dapat terjadi kegagalan hepar.Dari
komplikasi-komplikasi ini dapat terjadi kefatalan. Angka
kematian ibu dari eklampsi di UK pada tahun 1991-1993
adalah 11.Dalam lebih dari setengah terdapat kematian ibu dan
hanya satu atau dua yang selamat.
b) Bagi janin
Dalam eklampsi antenatal janin dapat terpengaruh dengan
ketidakutuhan plasenta. Ini menunjukkan retardasi
pertumbuhan intrauterine dan hipoksia. Selama sehat ketika
ibu berhenti bernafas supply oksigen ke janin terganggu,
selanjutnya berkurang. Angka kematian perinatal sebanyak
15%. Konvulsi intrapartum sangat berbahaya untuk janin
karena kenaikan hipoksia intra uterin yang disebabkan karena
kontraksi uterus.
c) Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin:
(1) Solusio plasenta
(2) Hipofibrinogen
(3) Hemolisis
(4) Perdarahan otak
(5) Kelainan mata
(6) Edema paru-paru
(7) Nekrosis hati
(8) Kelainan ginjal
(9) Prematuritas
(10) Komplikasi lain (lidah tergigit, trauma, dan fraktur
karena jatuh dan DIC

14
4) Gejala Dan Tanda
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya pre-
eklamsi dengan gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal,
gangguan penglihatan, mual, nyeri epigastrium, dan hiperefleksia.
Bila keadaan ini tidak segera diobati, akan timbul kejangan, konvulsi
eklamsi dibagi 4 tingkat yaitu :
a) Tingkat awal atau aura
Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 menit.Mata penderita
terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula
tangannya dan kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
b) Tingkat kejangan tonik
Berlangsung lebih 30 menit, dalam tingkat ini seluruh otot
menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggenggam
dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhent, muka
menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
c) Tingkat kejangan klonik
Berlangsung 1-2 menit, spasmus tonik menghilang, semua otot
berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat, mulut
membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi, bola mata
menonjol, dari mulut keluar ludah yang berbusa aka menunjukan
kongesti dan sianosis.Penderita menjadi tak sadar, kejadian
kronik ini a demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh
dari tempat tidurnya.Akhirnya kejangan terhenti dan penderita
menarik nafas secara mendengkur.
d) Tingkat koma
Lamanya koma tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan
penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa
sebelum itu timbul serangan baru yang berulang, sehingga ia
tetap dalam koma.
5) Penatalaksanaan Eklamsi
Jika pre eklampsi diketahui lebih awal dan ditangani lebih cepat,
eklampsi akan lebih sulit terjadi. Sangat jarang dimulai dan proses

15
cepat terjadi eklampsi diantara pemeriksaan antenatal yang biasa dan
sering. Jika wanita berada di luar rumah sakit saat terjadi konvulsi,
paramedis harus segera dipanggil untuk memberikan pertolongan
pertama sebelum dibawa ke rumah sakit.
a) Penatalaksanaan selama konvulsi antara lain:
(1) Memelihara kebersihan jalan nafas
(2) Melindungi wanita dari luka-luka
Ibu harus miring ke satu sisi dan pergerakkan konvulsinya
dapat ditekan dari semua ini harus dilakukan sepelan mungkin
dan tidak tergesa-gesa.Mulut dibersihkan dari mucus dan darah
dengan suction.Oksigen diberikan untuk kepentingan keduanya
ibu dan janin.Untuk pertolongan awal bantuan medis harus
dipanggil.
b) Penatalaksanaan Selanjutnya
Prinsip-prinsip pelaksanaan:
(1) Mengontrol konvulsi
Ini sangat penting untuk mengontrol konvulsi, terlebih lagi
konvulsi pada wanita memiliki resiko tinggi untuk hidupnya
dan janinnya.Obat diberikan dengan segera untuk mengurangi
rangsangan sistem saraf. Obat yang dipilih untuk pengobatan
eklampsi adalah Magnesium Sulfat (Neilsen 1995;Lucas 1995)
(a) Magnesium Sulfat
(b) Antikonvulsi yang efektif dan bereaksi cepat. Penemuan
Collaborative Eclampsi Trial, dipublikasikan pada tahun
1995, terbukti Magnesium Sulfat lebih efektif mengurangi
dan mencegah konvulsi eklampsi dibandingkan dengan
diazepam dab phenytoin (Eclampsia Collaborative Trial
Group, 1995). Wanita yang menerima Magnesium Sulfat
memiliki resiko 52% lebih rendah dari konvulsi
dibandingkan diberi diazepam, dan 67% resiko lebih
rendah dibandingkan dengan phenytoin. Magnesium
Sulfat direkomendasikan untuk pengobatan untuk

16
eklampsi.WHO sekarang merekomendasikan penggunaan
Magnesium Sulfat untuk pengobatan eklampsi dan
memasukkannya ke dalam Daftar Obat Esensial (WHO,
1995). Injeksi intravena 4-5 gr dalam 20% pemberian,
diikuti dengan infus 1-2 gr/jam.
(c) Injeksi intravena diazepam 10-40 mg diikuti dengan infus
20-80 mg dalam 500 ml dari 5% dextrose dengan rata-rata
30 tetes/menit.
(d) Obat lain yang digunakan seperti morfin, tribromoethanol
(Avertin), paraldehyde dan lytic cocktail (kombinasi dari
pethidine, promethozin dan chlorpromazine dalam infus
intravena dextrose 5%) sekarang tidak direkomendasikan
phenytoine digunakan untuk mengobati epilepsy dan saat
ini ada pembaharuan pada penatalaksanaan pre eklampsi.
Walaupuntidak efektif dalam mengontrol eklampsi (The
eclampsia Collaborative Trial Group, 1995) dan dianggap
sebagai prophylactic dari pada metode pengobatan
(Howard 1993).
(2) Mengontrol tekanan darah
Tekanan darah dikontrol oleh sedatif dan menggunakan obat anti
hipertensi seperti hydralazine, hydrochloride (apresoline) 20 mg
dengan injeksi intravena diikuti oleh 20-40 mg sebagai injeksi
intravena, laju teratur menurut aliran darah.
Pengobatan diuretic diindikasikan ketika urin yang keluar kurang
dari 20 ml/jam.Antibiotik mungkin untuk mencegah infeksi paru-
paru.
Tes biokimia untuk mengetahui fungsi ginjal, trombositopenia,
enzim dalam hati dapat dimonitor dengan memberi informasi
tentang:
6) Penanganan
a) Rujukan
(1) Kriteria rujukan

17
Eklamsi harus ditangani di Rumah Sakit, jika semua kasus eklamsi
harus segera di rujuk.
(2) Proses rujukan
(a) Jelaskan bahaya / komplikasi eklamsi kepada kelurga pasien.
(b) Rujuk pasien ke RS di sertai perawat yang mengantar dan surat
rujukan
(c) Sebelum merujuk dapat diberikan pengobatan awal sesuai
dengan diagnosis kasus, baik untuk mengatasi kejang ataupun
untuk memberi obat anti hipertensi.
(d) Bari O2
(e) Pasang infus dengan cairan dekstrose 5% dengan kecepatan 20
tetes / menit.
(f) Pasang kateter urine yang dipertahankan dan kantong urine.
(g) Pasang goedel atau sudip yang dilapisi kain kasa untuk
melindungi gigi tergigit lidah.
(h) Keempat ekstrimitas di ikat tidak terlalu ketat agar pasien tidak
terjatuh.
b) Penanganan eklamsi di RS
(1) Penanganan medisinal
Obat anti kejang MgSo4
(2) Loading dose
(a) 4 g MgSO4 40% dalam larutan 10 cc intravena selama 4
menit
(b) disusul 8 g IM MgSO4 40 % dalam laritan 25 nn diberikan
pada bokong kiri dan kanan masing-masing 4 gram.
(3) Maintenance dose
Tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram IM MgSO4
(4) Dosis tambahan
(a) Bila timbul kenjeng-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4
2 gram IV selama 2 menit.
(b) Sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir
(c) Dosis tambahan 2 gram hanya diberikan sekali saja.

18
2. PATOFISIOLOGI
a. Vasokonstriksi merupakan dasar pathogenesis PE-E. Vasokonstriksi
menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan
hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada
endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole
disertai perdarahan mikro pada tempat endotel .selain itu Hubel (1989)
mengatakan bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan
menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang
selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia /anoksia
jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedanfkan proses
hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen,
sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolism di dalam sel
peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang
menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan
radikal bebas. Apabila keseimbangan antara peroksidase terganggu,
dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan timbul
keadaan yang di sebut stess oksidatif.
Pada FE-E serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi
sumber terjadinya peroksidase lemak.Sedangkan pada wanita hamil
normal, serumnya mengandung transferrin, iontembaga dan sulfhidril yang
berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar
dalam aliran darah melalui ikatan sel yang di lewati termasuk sel-sel
endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut.
Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain: adhesi
dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap
plasma, terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai
akibat rusaknya trombosit, produksi prostasiklin terhenti, terganggunya
keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta
akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak. 4.jenis-jenis
Preeklampsia
1) Preeklampsia Ringan

19
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proterinuria
dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
kelahiran. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
pada penyakit trofoblas.Penyebab preeclampsia ringan belum diketahui
secara jelas.Penyakit ini di anggap sebagai” maladaptation
syndrome”akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.
Gejala klinis preeclampsia ringan meliputi: (1) kenaikan tekanan darah
sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15mmHg atau lebih dari tekanan darah
sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140mmHg
sampai kurang 160 mmHg, diastole 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg ,
(2) Proteinuria: secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau
secara kualitatif positif 2 (+2), (3) Edema pada pretibial, dinding
abdomen, lumbosacral, wajah atau tangan.
Pemeriksaan dan diagnosis untuk menujang keyakinan bidan atas
kemungkinan ibu mengalami preeklamsia ringan jika di tandai dengan:
kehamilan lebih 20 minggu, kenaikan tekanan darah 140/ 90 mmHg atau
lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (
untuk pemeriksaan pertama di lakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit).
Edema tekan pada tungkai ( pretibial), dinding perut, lumbosacral, wajah
atau tangan, proteinuria lebih 0, 3 gr/ liter/24 jam, kualitatif +2.
Penanganan Preeklampsia ringan dapat di lakukan dengan dua cara
tergantung gejala yang timbul yakni:
a) Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeclampsia ringan, dengan
cara:
ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring), diet: cukup
protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam, pemberian sedative
ringan: tablet phenobarbital 3x 30 mg atau diazepam 3x2 mg peroral
selama 7 hari (atas instruksi dokter), roborantia, kunjungan ulang
setiap 1 minggu, pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hemotokrit,
trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
b). Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeclampsia ringan
berdasarkan

20
kriteria: setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menujnukan
adanya perbaikan dari gejala-gejala preeclampsia, kenaikan berat
badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali berturut-turut
(2minggu), timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda
preeclampsia berat.
Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka
preeclampsia ringan dianggap sebagai preeclampsia berat.Jika dalam
perawatan dirumah sakit suda ada perbaikan setelah 1 minggu dan
kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari
lagi baru dipulangkan.Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan
rawat jalan.
Perawatan obstetric pasien preeclampsia ringan:
(1) Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) bila desakan darah
mencapai normotensive selama perawatan, persalinan di
tunggu sampai aterm, bila desakan darah turun tetapi belum
mencapai normotensive selama perawatan maka kehamilannya
dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
(2) Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih). Persalinan ditunggu
sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk
melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
(3) Cara persalinan: persalinan dapat dilakukan secara spontan bila
perlu memperpendek kala 11.
b. preeclampsia Berat
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/ atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Gejala dan tanda preeclampsia berat: tekanan darah sistolik>160 mmHg,
tekanan darah diastolic> 110 mmHg, peningkatan kadar enzim hati atau
/dan icterus, trombosit < 100.000/mm3, Oliguria <400 ml/ 24 jam,
proteinuria > 3gr /liter, nyeri epigastrium, skotoma dan gangguan visus lain
atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina, odem pulmonum.
Penyulit lain juga bisa terjadi, yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti

21
gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan pembekuan
darah, sindroma HELLP, bahakan dapat terjadi kematian pada janin, ibu,
atau keduanya bila pre-eklampsia tidak segera diatasi dengan baik dan
benar.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeclampsia
berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi:
1) Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi di
tambah pengobatan medical,
2) Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
a) Perawatan Aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada
setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment yakni
pemeriksaan Nonstress test (NST) Ultrasonograft (USG) ,
dengan indikasi (salah satu atau lebih) Yakni:
(1) Ibu usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya tanda-
tanda atau gejala impending eklampsia , kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjai
kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan
edicinal, ada gejala-gejala status (tidak da perbaikan).
(2) Janin :Hasil fetal assessment jelek (NST &USG). Adanya
tanda intra uterin Growt Retardation (IUGR).
(3) Hasil laboratorium : Adanya “HELP
Syndrome”(hemolysis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia).
b) Pengobatan medisinal pasien preeclampsia berat dilakukan
dirumah sakit dan atas instruksi dokter) yaitu:
Segera masuk rumah sakit, tirah baring miring kesatu sisi. Tanda
vital diperiksa setiap 30 menit, refleks fatella setiap jam, infus
dextrose 5 % dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (
60-125cc/ jam )500cc, berikan Antasida, diet cukup protein,
rendah karbohidrat, lemak dan garam, pemberian obat anti
kejang :MgSO4 diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada

22
tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema
anasaraka. Diberikan furosemide injeksi 40 mg/ IM.
c) Antihipertensi diberikan bila: tekanan darah sistolis lebih
180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau MAP lebih 125
mmHg, sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105
mmHg ( bukan kurang 90 mmHg ) karena akan menurunkan
perfusi plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis
antihiprtensi pada umumnya.
d) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat
diberikan obat-obat antihiprtensi parenteral ( tetesan kontinyu),
catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc
cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
e) Bila tidak tersedia anti hipertensi parenteral dapat diberikan
tablet anti
hipertensi secara sublingual diulang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang
sama mulai diberikan secara oral ( Syakib bakri, 1997).
f) Pengobobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-
tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat
dengan cedilanid D.
g) Lain-lain :konsul bagian penyakit dalam/ jantung, maka obat-
obat antipiretik diberikan bila suhu rectal lebih 38,5 c dapat
dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alcohol atau
xylomidion 2cc IM, antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan
ampicillin 1 gr/ 6 jam /1v /hari, anti nyrri bila penderita kesakitan
atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin
HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum
janin lahir.

23
B. IDENTIFIKASI KASUS
Kami telah melakukan observasi dan mengidentifikasi penyulit dan
komplikasi pada ibu hamil pada Ny. M yang berusia 28 tahun. Ny. M seorang
ibu rumah tangga yang berpendidikan terakhir SMA/ sederajat. Menurut
keterangan dari Ny M di BPM diketahui bahwa HPHT Ny. M tanggal 26
September 2018 dengan TD : 100/80 mmHg, BB : 50 Kg dan TB : 144 cm

Setelah diidentifikasi dapat diperoleh keterangan bahwa Ny. M mengeuh


sakit pada bagian pinggang kesulitan untuk beraktivitas dan tidur malam, merasa
sering pusing, kadang magh kambuh. Selama hamil Ny. M merasakan gerakan
janin 10x sehari dari pemeriksaan poeji rochayati didapatkan jumlah skor >12
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Ny. M mempunyai komplikasi resiko
tinggi pada kehamilan karena terlalu cepat hamil yaitu 2 tahun setelah anak ke 3
dan proses persalinan dapat ditolong oleh dokter dan melahirkan di fasilitas
kesehatan atau rumah sakit.

Kami telah menjelaskan kepada Ny.M tentang cara mengatasi penyulit


atau komplikasi pada saat kehamilan trimester ke III seperti kurang darah,
pusing berkepanjangan, cara mengatasi penyulit aktivitas karena sakit pinggang
dan kurangnya memperhatikan makanan dan menyarankan kepada Ny. M untuk
selalu memakan makanan yang bergizi dan memperiksakan kehamilan sejak dini
ke fasilitas kesehatan agar tidak terjadi komplikasi.

24
C.NASKAH ROLE PLAY

Tokoh :

Ibu X = Icha

Suami Ibu X = Lala

Bidan Senior = Misbah

Anak 1 : Tiara

Anak 2 : Indah

Anak 3 : Amal

Asisten bidan 1 : cantika

Asisten bidan 2 : kiky

Asisten bidan 3 : Mitha

(Bidan datang ke rumah px dan suami px yang membukakan pintu, bidan


beserta asisten meminta izin untuk melakukan wawancara terhadap Ibu M)

Bidan : Assalamualaikum, Permisi Ibu, perkenalkan nama saya Bidan M. Ini


asisten saya, asisten satu, dua dan tiga. Tujuan kami menghampiri Ibu, adalah
untuk melakukan wawancara untuk memenuhi tugas kami.

Ibu M : iya boleh, silakan masuk bu.

Bidan : Mohon maaf ibu, boleh saya tahu nama dan usia Ibu

Ibu M : Miftakhul Jannah, 28 tahun

Bidan : anak Ibu ada berapa bu?

25
Ibu : ada 3 bu.

Bidan : jarak kehamilan antara anak pertama, kedua dan ketiga berapa
tahun/bulan bu?

Ibu : dari anak pertama ke anak kedua 20 bulan, anak kedua ke anak ketiga 18
bulan, anak ketiga ke kehamilan sekarang 2 tahun

Asisten 1 : maaf bu, nama suami ibu siapa?

Ibu : alfianoor

Asisten 1 : pekerjaan suami ibu?

Ibu : swasta

Asisten 1 : umur suami ibu?

Ibu : 28 tahun juga

Asisten 2 : oh iya bu, Apa sebelumnya ibu pernah keguguran?

Ibu : tidak pernah

Asisten 3 : apa yang ibu rasakan selama usia kandungan sejauh ini bu? Apa kah
ada penyulit di masa kehamilan saat ini?

Ibu : saya sering merasakan sakit pinggang yang mengganggu pola tidur saya,
dan sering pusing karena tekanan darah saya sering rendah.

Bidan : iya ibu, nah ibu ya saya jelaskan dulu penyebab dari sakitnya pinggang
pada kehamilan penyebab utama sakit pinggang saat hamil:

1. Peningkatan hormon - Hormon yang dilepaskan selama kehamilan


memungkinkan ligamen di daerah panggul untuk melunak dan sendi menjadi
longgar untuk persiapan proses persalinan; pergeseran pada sendi dan
mengendurnya ligamen ini dapat mempengaruhi beban kerja dari tulang
belakang, apabila hal ini tidak ditoleransi dengan baik, maka terjadilah sakit
pinggang saat hamil.

26
2. Pusat gravitasi - pusat gravitasi secara bertahap akan bergerak maju seiring
dengan bertambah besarnya rahim dan pertubuhan janin, yang menyebabkan
postur tubuh menjadi berubah.
3. Berat badan bertambah - sudah sewajarnya bagi ibu hamil mengalami
peningkatan berat badan hal ini akan menambah beban pada otot-otot pinggang
dan tulang belakang sehingga pada batas-batas tertentu ini dapat menyebabkan
sakit pinggang selama hamil.
4. Postur atau posisi tubuh - Postur yang buruk, berdiri berlebihan, dan
membungkuk dapat memicu atau meningkatkan rasa sakit yang Anda
alami pada punggung.
5. Stres - Stres biasanya terakumulasi di daerah yang lemah dalam tubuh, dan
karena sedang terjadi perubahan di daerah panggul, maka stres dapat memicu
peningkatan rasa nyeri pada punggung.

Ibu : Oh iya bu, lalu bu bagaimana ya saya cara mengatasinya itu?

Bidan : jadi bu ya ibu bisa melakukan.

1. Latihan. Ada beberapa jenis olah raga yang dianjurkan untuk meringankan sakit
pinggang selama hamil, salah satunya adalah berenang.
2. Hindari sepatu hak tinggi dan sepatu lainnya yang tidak memberikan dukungan
yang memadai.
3. Hindari tidur terlentang, tidurlah dalam posisi miring ke
kiri sehingga kandungan tidak menekan pembuluh darah dan juga tulang
belakang dari dalam.
4. Ketika ingin mengambil sesuatu yang berada di bawah jangan membungkukkan
badan, tetapi lakukanlah gerakan jongkok pada sendi lutut dan pinggul.
5. Beristirahatlah yang banyak. Bagi ibu hamil hindarilah aktifitas fisik yang berat,
hanya lakukan rutinitas yang penting-penting saja untuk meminimalisir
kelelahan dan rasa sakit pada pinggang. Obat penghilang rasa sakit yang aman
untuk ibu hamil sebagai contoh paracetamol.

Ibu : ohh iya bu, terus satu lagi bu, mengatasi pusingnya gimana ya bu?

27
Bidan : Nah dalam banyak kasus, tekanan darah ibu akan kembali normal
ketika memasuki trimester ketiga kehamilan. Perawatan tekanan darah rendah
selama kehamilan sebenarnya bergantung pada riwayat penyakit serta kondisi
kesehatan ibu.

Namun, ibu dapat mencoba beberapa langkah-langkah sederhana ini untuk


mengurangi gejala :

1. Duduk atau berbaring jika merasa kliyengan, untuk menghindari jatuh


2. Menghindari berdiri terlalu cepat dari posisi duduk atau berbaring
3. Berbaring di sisi tubuh sebelah kiri, untuk meningkatkan aliran darah ke
jantung
4. Gunakan pakaian longgar selama kehamilan
5. Perbanyak minum air putih
6. Mengonsumsi makanan yang bergizi dan bernutrisi tinggi selama
kehamilan
7. Tentu saja, penting juga bagi ibu untuk memeriksakan kesehatan ke dokter
jika pusing semakin memburuk atau jika muncul gejala mengganggu
lainnya. Ibu hamil harus segera mendapatkan penanganan darurat jika
mengalami pusing atau pingsan disertai dengan gejala serius seperti
perdarahan, sakit kepala parah, perubahan penglihatan atau pandangan
kabur, nyeri dada, sesak napas, dan lemas atau mati rasa, terutama pada
satu sisi tubuh.

Ibu : ooh iya bu, terimakasih sudah banyak memberikan saya informasi.

Bidan : iya ibu terima kasih kembali semoga persalinan nya lancar ya ibu
aamiin

Ibu : aamiin ibu.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada kehamilan trimester III, dapat terjadi berbagai macam penyulit dan
komplikasi yang dapat memberikan efek negatif, baik bagi ibu maupun bagi
janin yang di kandungnya.Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3
dalam hal ini perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu
yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan
komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan
kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang disebabkan
perdarahan maupun penyebab yang lain dapat menurun. Diperlukan pula suatu
upaya pencegahan agar hal tersebut tidak terjadi, antara lain dengan selalu rajin
memberikan penyuluhan bagi para ibu hamil. Apabila ibu hamil menderita
berbagai kemungkinan penyulit dan komplikasi yang tersebut di atas, maka
harus dilakukan tindakan penatalaksanaan yang cepat dan tepat untuk
memperbaiki kualitas ibu dan kehamilannya.

B. Saran
Ibu hamil perlu memeriksakan kehamilannya secara dini dan teratur
sehingga dapat diketahui kelompok resiko tinggi atau rendah dalam komplikasi
kehamilan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G., 2005, Maldo Hald, Gant, N. F. Obstetri Williams vol 1, edisi 21,
EGC: Jakarta.
DeCherney, Alan H. et all. 2007. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics &
Gynecology, Tenth Edition. The McGraw-Hill: New York.
Fortner, Kimberly B., et al, 2007. The Johns Hopkins Manual Of Gynecology And
Obstetrics, 3rd Editon. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.
Manuaba, I.B.G. et al, 2007, Pengantar Kuliah Obstetri, EGC: Jakarta.
Taber, B., 1994, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri Dan Ginekologi.EGC : Jakarta
Winkjosastro, H. 2009. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo:Jakarta.

30
LAMPIRAN

31

Anda mungkin juga menyukai