2019
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
tepat pada waktunya. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih atas materi, pendapat
maupun pikiran yang diberikan oleh pihak-pihak yang telah turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Kami harap makalah yang berjudul Solusio Plasenta ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman pembaca agar kedepannya pembaca dan penulis
dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok. Penyebab
solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5%
disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai
penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan
makin bertambahnya usia ibu. Gejala dan tanda solusio plasenta sangat
beragam, sehingga sulit menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari
kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik,
sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus
yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat
ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala
kombinasi. Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif
umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu
yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih
tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio
plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas
pada janin dan bayi baru lahir.
2
dibuat untuk memenuhi tugas askeb kegawatdaruratan maternal neonatal
dari Ibu Maria Julin Rarome, Skp., M.Kes.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
Sebab primer solutio plasenta belum jelas, tapi diduga bahwa hal-hal
yang disebut di bawah ini dapat menyebabkannya:
- Hypertensi essentialis atau preeklampsi
- Tali pusat yang pendek
- Trauma
- Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior.
- Uterus yang sangat mengecil (hydramnion, gemelli).
Disamping itu ada pengaruh :
- Umur lanjut
- Multiparitas
- Defisiensi ac. Folicum
4
Solutio plasenta dimulai dengan perdarahan dalam desidua basalis,
terjadilah haematom dalam desidua yang mengangkat lapisan lapisan
diatasnya. Haematom ini makin lama makin besar, hingga makin lama makin
besar bagian plasenta yang terlepas dan tak berfungsi.
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam
desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang
melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang
menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang
berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro
plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga
pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap
berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal
5
untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir
keluar dapat melepaskan selaput ketuban.
Sesungguhnya solusio plasentra merupakan hasil akhir dari suatu proses
yang bermula dari suatu keadan yang mampu memisahkan vili-vili korialis
plasenta dari tempat implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi
perdarahan. Oleh karena itu patosiologinya bergantung pada etilogi. Pada
trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah desidua.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang
disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat
meneyebabkan pembekuan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau
dalam vaskular vili dapat berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat
yang menyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan
sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas
kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan
demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri ataspembentukab
hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan
kerusakan pada bagian plasenta kecuali terdapat hematom pada bagian
belakang plasenta yang baru lahir. Dalam beberapa kejadian pembentukan
hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam
desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan
oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang
terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih luas/banyak
sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput
ketuban dan miometrium untuk selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina
(revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi
mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria
spiralis yang terputus. Walaupun jarang, terdapat perdarahan tinggal
terperangkap di dalam uterus (concealed hemorrhage)
6
2.5 Penanganan
I. Umum
1. Pemberian darah yang cukup
2. Pemberian O2
3. Pemberian antibiotika
4. Pada shock yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi.
II. Khusus
1. Terhadap hypofibrinogenaemi
- Substitusi dengan human fibrinogen 10 g atau darah segar.
- Menghentikan fibrinolyse dengan trasylol (proteinase inhibitor)
200.000 S i.v selanjutnya kalau perlu 100.000 S / jam dalam infus.
2. Untuk merangsang diuresis : Mannit, mannitol
Diurase yang baik lebih dari 30 – 40 cc / jam.
III. Obstetris
Pimpinan persalinan pada solutio plasenta bertujuan untuk mempercepat
persalinan sedapat – dapatnya kelahiran terjadi dalam 6 jam.
Alasannya ialah:
- Bagian plasenta yang terlepas meluas
- Perdarahan bertambah
- Hypofibrinogenaemi menjelma atau bertambah
Tujuan ini dicapai dengan:
a). Pemecahan ketuban : pemecahan ketuban pada solusio plasenta tidak
bermaksud untuk menghentikan perdarahan dengan segera tetapi
untuk mengurangkan regangan dinding rahim dan dengan demikian
mempercepat persalinan.
b). Pemberian infus pitocin ialah 5 S dalam 500 cc glukosa 5 %.
c). SC dilakukan:
- Kalau serviks panjang dan tertutup
- Kalau setelah pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2
jam belum juga ada his.
- Kalau anak masih hidup
7
d). Hysterektomi dilakukan kalau ada atonia uteri yang berat yang tak
dapat diatasi dengan usaha – usaha yang lazim.
2.6 Prognosa
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding
uterus, banyaknya perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau
preeklamsia, tersembunyi tidaknya perdarahan, dan selisih waktu terjadinya
solusio plasenta sampai selesainya persalinan. Angka kematian ibu pada kasus
solusio plasenta berat berkisar antara 0,5-5%. Sebagian besar kematian tersebut
disebabkan oleh perdarahan, gagal jantung dan gagal ginjal.
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian.
Tetapi ada literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat
berkisar antara 50-80%. Pada kasus solusio plasenta ringan sampai sedang,
keadaan janin tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dari dinding uterus,
lamanya solusio plasenta berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih
dari 2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus-kasus tertentu
tindakan seksio sesaria dapat mengurangi angka kematian janin.
8
BAB III
KASUS
Kasus : Pada tanggal 2 desember 2012 di jam 14.30 WIB Ny. Prita datang ke
RSUD Kebumen di poli kandungan untuk memeriksakan kehamilannya. Ny. P G2
P1 A0 umur 30 tahun mengeluh keluar flek – flek kecoklatan dari kemaluannya
sejak 3 hari yang lalu. Ibu mengatakan nyeri pada bagian perut dan terasa sesak
juga kadang – kadang perut terasa tegang. Ibu merasa cemas dengan keadaan
janinnya. Ibu mengatakan HPHT tanggal 11 Juni 2012.
9
L3 = Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras, dan melenting yaitu
kepala.
L4 = Bagian terendah janin belum masuk PAP
- TBBJ : ( 35 – 11 ) x 155 = 3720 gram
- Auskultasi DJJ : 140 x / menit.
- USG : Janin tunggal hidup intra uterin
- Pemeriksaan Penunjang : Hb = 11 gr %
A: - Diagnosa : Ny P umur 30 tahun G2 P1 A0 UK 36+3 minggu janin tunggal
, hidup intrauterin, preskep, PU – KI, dengan solutip plasenta.
- Masalah : Ibu merasa cemas dengan keadaan janinnya dan
ketidaknyamanan pada trimester III, yaitu perut terasa sesak dan kadang –
kadang perut terasa tegang.
- Kebutuhan : Memberi support kepada ibu dan motivasi agar cemasnya
berkurang serta memberi konseling bahwa ketidaknyamanan yang dialami
adalah hal yang fisiologis, cara mengurangi ketidaknyamanan tersebut
yaitu dengan menganjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri.
- Diagnosa potensial : potensial hipoksia pada bayi dan perdarahan pada
ibu.
- Tindakan segera : Berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk melakukan
perawatan lebih lanjut.
P: - Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
- Jelaskan tentang keluhan yang dialami ibu
- Anjurkan ibu untuk melahirkan di tenaga kesehatan atau rumah sakit
- Jelaskan tanda – tanda persalinan
- Dokumentasi
NO WAKTU IMPLEMENTASI
1. 15. 00 WIB Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
Ev: Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan
2. 15. 05 WIB Menjelaskan tentang keluhan yang di alami ibu
Ev : Ibu mengerti dengan keluhan yang di alaminya
10
3. 15. 10 WIB Menganjurkan ibu untuk melahirkan di tenaga
kesehatan atau rumah sakit supaya apabila terjadi
kegawatdaruratan dapat ditangani secara cepat
Ev: ibu bersedia melahirkan di tenaga kesehatan atau
rumah sakit
4. 15.15 WIB Menjelaskan tanda – tanda persalinan
Ev : Ibu sudah mengerti tanda – tanda persalinan dan
ibu mengerti harus menghubungi tenaga kesehatan
5. 15.20 WIB Melakukan pendokumentasian
Ev: Pendokumentasian telah dilakukan
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption
plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien dengan solutio plasenta
memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat
keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari
solutio ringan hingga berat.
Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus
pendek atau lilitan tali pusat, janin terlalu aktif sehingga plasenta dapat
terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-lain diketahui bahwa
sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang menjadi
faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui
mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari
kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya solution
plasenta. Adapun komplikasi dari solusio plasenta pada ibu dan janin
tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan
lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari solution
plsenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan
seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin.
4.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, Triyanto, Kuspuji, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta :
Media Aesculapius.
http://tirnalidya.blogspot.com/2013/04/asuhan-kebidanan-pada-ibu-hamil-dengan.html