Anda di halaman 1dari 16

Makalah Gawat Darurat Maternal Neonatal

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Ikrawanty Ayu Wulandari, S.ST.,M.Keb

SOLUSIO PLASENTA

Disusun oleh : KEL. 6 D22

NUR AMALIYAH NASRUDDIN 202202194

MUSDALIPA RUDY 202202187

ANNASIHAH 202202162

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA MAKASSAR
KESDAM XIV/HSN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kehamilan tentang Alat – Alat Instrumen Dalam Kebidanan. Kami
ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Ikrawanty Ayu
Wulandari, S.ST.,M.Keb yang telah memberikan tugas kepada
kami.
Kami meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya
kami mohon maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih

Makassar, 21 Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 4
A. Definisi ................................................................................... 4
B. Etiologi.................................................................................... 4
C. Manifestasi Klinis.................................................................... 5
D. Klasifikasi................................................................................ 6
E. Patofisiologi............................................................................ 8
F. Diagnosis................................................................................ 9
G. Prognosis................................................................................ 10
H. Penanganan........................................................................... 10
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................ 11
B. Saran...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
permukaan maternalplasenta dari tempat implantasinya yang normal
pada lapisan desidua endometrium sebelumwaktunya yakni sebelum
anak lahir. Di berbagai literatur disebutkan bahwa risiko
mengalamisolusio plasenta meningkat dengan bertambahnya usia.
Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan
antepartum yangmemberikan kontribusi terhadap kematian maternal
dan perinatal di Indonesia. Terdapatfaktor-faktor lain yang ikut
memegang peranan penting yaitu kekurangan gizi, anemia,paritas
tinggi, dan usia lanjut pada ibu hamil. Di negara yang sedang
berkembang penyebabkematian yang disebabkan oleh komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas atau penangannya(direct obstetric death)
adalah perdarahan, infeksi, preeklamsi/eklamsi. Selain itu
kematianmaternal juga dipengaruhi faktor-faktor reproduksi, pelayanan
kesehatan, dan sosioekonomi.Salah satu faktor reproduksi ialah
ibu hamil dan paritas
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia
placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi
normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20
minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu
kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam
masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya
daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu
perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada / tidak
sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat
banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang
membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan
demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar
diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam
keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi
pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit
hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh pre eklampsia.
Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio
plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia
ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga
sulit menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio
plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai
kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus yang
hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat
ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala
kombinasi.
Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif
umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang
ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang
lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya.
Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari solusio plasenta ?
2. Bagaimana etiologi dari solusio plasenta ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari solusio plasenta ?
4. Apa saja klasifikasi dari solusio plasenta ?
5. Apa saja patofisiologi untuk pasien dengan solusio plasenta ?
6. Apa saja diagnosis dari solusio plasenta ?
7. Apa saja prognosis dari solusio plasenta ?
8. Apa saja penanganan dari solusio plasenta ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi solusio plasenta.
2. Untuk mengetahui etiologi dari solusio plasenta.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari solusio plasenta.
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari solusio plasenta.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari solusio plasenta.
6. Untuk mengetahui diagnosis untuk solusio plasenta.
7. Untuk mengetahui prognosis dari solusio plasenta.
8. Untuk mengetahui penanganan dari solusio plasenta.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
permukaan maternal plasentadari tempat implantasinya yang normal
pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunyayakni sebelum
anak lahir.

B. Etiologi
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa
faktor yang menjadi predisposisi.
1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma
preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan
bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta
berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai
penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh
kehamilan.
2. Faktor trauma
a. Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
b. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin
yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan
persalinan
c. Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara.
Beberapa penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu
makin kurang baik keadaan endometrium
4. Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi
menahun.
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma)
yang hamil dapat menyebabkan silusio plasenta apabila plasenta
berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasmepembuluh darah uterus dan berakibat
terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara
definitive
7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus
solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1
(satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang
perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa
abnormalitas pada mikrosirkulasinya
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan
riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian
ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan
uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran
uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.

C. Manifestasi Klinis
Gejala utama abrupsio plasenta adalah perdarahan pada ibu hamil.
Volume perdarahan bisa berbeda-beda, namun tidak menunjukkan
tingkat keparahan pelepasan plasenta. Pada beberapa kasus, darah
tidak keluar dan hanya terperangkap di rahim, sehingga tidak langsung
disadari. Selain perdarahan, beberapa gejala lain yang menyertai
solusio plasenta adalah sebagai berikut:
1. Kontraksi rahim yang berlangsung dalam waktu lama.
2. Nyeri perut dan punggung.
3. Perut atau rahim terasa lebih kencang.
4. Lemas dan denyut jantung cepat.
5. Tekanan darah rendah.
6. Pergerakan janin berkurang atau tidak ada sama sekali.
Pada beberapa kasus, gejala abrupsio plasenta berkembang
secara perlahan, sehingga perdarahan yang ditimbulkan hanya
ringan dan terjadi sesekali. Bisa juga disertai dengan cairan
ketuban yang berkurang dan pertumbuhan bayi yang lambat.

D. Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura
sinus marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio parsialis),
atau bisa seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio
plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian akan
merembes anatara plasenta dan miometrium untuk seterusnya
menyelinap di bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan
ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina (revealed hemorrhage).
Akan tetapi, ada kalanya, walaupun jarang, perdarahan tersebut tidak
keluar melalui vagina (concealed hemorrhage) jika
7. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding
Rahim
8. Selaput ketuban masih melekat pada dinding Rahim
9. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah ketuban
pecah karenanya
10. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada
segmen bawah rahim.
Dalam klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya
gambaran klinik sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang
terlepas, yaitu solusio plasenta ringan, solusio plasenta sedang dan
solusio plasenta berat. Yang ringan biasanya baru di ketahui setelah
plasenta lahir dengan adanya hematoma yang tidak luas pada
permukaan maternal atau adanya ruptura sinus marginalis. Pembagian
secara klinik ini baru definitif bila ditinjau retrospektif karena solusio
plasenta sifatnya berlangsung progresif yang berarti solusio plasenta
yang ringan bisa berkembang mejadi lebih berat dari wktu ke wktu.
Keadaan umum penderita bisa menjadi buruk apabila perdarahannya
cukup banyak pada kategori concealed hemorrhage.
1. Solusio placenta ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% tetapi atau
ada yang menyebutkan kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang
keluar biasanya kurang dari 250 ml. Tumpahkan darah yang keluar
terlihat seperti pada haid bervariasi dari sedikit sampai seperti
menstruasi yang banyak. Gejala-gejala perdarahan sukar dibedakan
dari plasenta previa kecuali warba darah yang kehitaman.
Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.
2. Solusio placenta sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum
mencapai separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar biasanya
kurang dari 250 ml tetapi belum mencapai 1.000 ml. Umumnya
pertumpahan darah terjadi ke luar dan ke dalam bersama-sama.
Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada
perut yang terus menerus, denyut jantung janin menjadi cepat,
hipotensi dan takikardia
3. Solusio placenta berat
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 50%, dan jumlah
darah yang keluar telah mencapai 1.000 ml atau lebih. Pertumpahan
darah bisa terjadi ke luar dan kedalam bersama-sama. Gejala-gejala
dan tanda-tanda klinik jelas, keadaan umum penderita buruk disertai
syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi
koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai pada oliguri biasanya
telah ada.
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tanda-tanda klinisnya,
sesuai derajat terlepasnya plasenta. Pada solusio placenta, darah
dari tempat pelepasan mencari jalan keluar antara selaput janin dan
dinding rahim dan akhirnya keluar dari serviks dan terjadi solusio
placenta dengan pendarahan keluar / tampak. Kadang-kadang
darah tidak keluar tapi berkumpul di belakang placenta membentuk
hematom retroplasenta. Perdarahan ini disebut perdarahan ke
dalam/tersembunyi. Kadang-kadang darah masuk ke dalam ruang
amnion sehingga perdarahan teteap bersembunyi.
E. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam
desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan
tipis yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma
desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya
penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma
retro plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah,
hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta,
karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak
mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut.
Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput
ketuban.
Sesungguhnya solusio plasentra merupakan hasil akhir dari suatu
proses yang bermula dari suatu keadan yang mampu memisahkan vili-
vili korialis plasenta dari tempat implantasinya pada desidua basalis
sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu patosiologinya
bergantung pada etilogi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas
karena robeknya pembuluh darah desidua.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel
(apoptosis) yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua
penyakit ibu yang dapat meneyebabkan pembekuan trombosis dalam
pembuluh darah desidua atau dalam vaskular vili dapat berujung
kepada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian
sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir.
Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali
selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan
demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri
ataspembentukab hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang
lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian plasenta kecuali
terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir.
Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta
disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua. Hematoma
retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari
sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang
terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih
luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar
merembes antara selaput ketuban dan miometrium untuk selanjutnya
keluar melalui serviks ke vagina (revealed hemorrhage). Perdarahan
tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi mengandung tidak mampu
berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus.
Walaupun jarang, terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam
uterus (concealed hemorrhage).
F. Diagnosis
Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan
anamnesis (wawancara medis) terkait gejala dan riwayat kesehatan
ibu selama kehamilan. Lalu, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
untuk mengecek perdarahan pada vagina serta ketegangan rahim.
Selanjutnya, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan USG,
tes darah, atau tes urine untuk memastikan apakah ibu hamil
mengalami solusio plasenta. Dokter juga akan memeriksa detak
jantung janin untuk memastikan kondisi janin.

G. Prognosis
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk baik bagi ibu
hamil dan lebih buruk lagi bagi janin. Solusio plasenta ringan masih
mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada
kematian dan morbiditasnya rendah. Solusio plasenta
sedangmempunyai prognosis yang lebih buruk terutama terhadap
janinnya karena morbiditas ibuyang lebih berat. Solusio plasenta berat
mempunyai prognosis paling buruk terhadap ibulebih-lebih terhadap
janinnya. Umumnya pada keadaan yang demikian janin telah mati
danmortalitas maternal meningkat akibat salah satu komplikasi. Pada
solusio plasenta sedang danberat prognosisnya juga tergantung pada
kecepatan dan ketepatan bantuan medik yangdiperoleh pasien.
Transfusi darah yang banyak dengan segera dan terminasi kehamilan
tepatwaktu sangat menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal dan
perinatal.
H. Penanganan
Penting untuk diketahui bahwa plasenta yang sudah lepas dari
dinding rahim tidak dapat disatukan kembali. Jadi, untuk menentukan
penanganan kondisi ini, dokter akan mempertimbangkan sejauh mana
plasenta telah lepas, kondisi perdarahan, usia kehamilan, dan kondisi
janin.
Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu, namun perdarahan
sudah berhenti, perut tidak terasa nyeri dan janin dalam kondisi stabil,
dokter akan menunggu kehamilan mencapai cukup bulan. Akan tetapi,
jika perdarahan terus berlangsung dan bagian plasenta yang terlepas
makin luas, perlu dilakukan persalinan sesegera mungkin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
permukaan maternalplasenta dari tempat implantasinya yang normal
pada lapisan desidua endometrium sebelumwaktunya yakni sebelum
anak lahir. Di berbagai literatur disebutkan bahwa risiko
mengalamisolusio plasenta meningkat dengan bertambahnya usia.
Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan
antepartum yangmemberikan kontribusi terhadap kematian maternal
dan perinatal di Indonesia. Terdapatfaktor-faktor lain yang ikut
memegang peranan penting yaitu kekurangan gizi, anemia,paritas
tinggi, dan usia lanjut pada ibu hamil. Di negara yang sedang
berkembang penyebabkematian yang disebabkan oleh komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas atau penangannya(direct obstetric death)
adalah perdarahan, infeksi, preeklamsi/eklamsi. Selain itu
kematianmaternal juga dipengaruhi faktor-faktor reproduksi, pelayanan
kesehatan, dan sosioekonomi.Salah satu faktor reproduksi ialah
ibu hamil dan paritas

B. Saran
Jika terjadi perdarahan antepartum sebagai tenaga
kesehatan harus melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu
harus melakukan rujukan ke Rumah sakit yang memiliki fasilitas
operasi dan tranfusi darah.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2022. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – S
Gray, Huon H [et.al..]. 2019. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Mansjoer. Arif. dkk . 2021. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Widya
Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2019. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai