SOLUSIO PLASENTA
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan,
rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Solusio Plasenta ”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada nabi besar alam kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Adapun
tujuan makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas II.
Halaman Judul............................................................................................................ i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan......................................................................................................1
3.1 Kesimpulan...........................................................................................20
Daftar Pustaka...........................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap
klien dengan solusio plasenta
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta.
Untuk mengetahui dan memahami macam solusio plasenta.
Untuk mengetahui dan memahami patologi dan etiologi dari
solusio plasenta.
Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan keperawatan
dari solusio plasenta.
Untuk mengetahui dan memahami tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien solusio plasenta
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. 1 Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental
haemorage. Beberapa jenis perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes
diantara selaput ketuban dan uterus dan kemudian lolos keluar menyebabkan
perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak keluar dari tubuh tetapi
tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus serta menyebabkan perdarahan
yang tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau parsial.
2. 4 Etiologi
Kausa primer solusio plasenta belum diketahui tetapi terdapat beberapa
kondisi terkait, sebagai berikut:
Ris Relatif
Bertambahnya usia dan paritas NA
Preeklamsia 2.1-4.0
Merokok 1.4-1.9
Trombofilia NA
Pemakaian kokain NA
Leiomioma uterus NA
NA = tidak tersedia
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
1. Faktor kardiorenovaskuler Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial,
sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan
bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan
separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi
kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat
solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu
2. Faktor trauma
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada
kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil
lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus
pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya
kehamilan, dan lain-lain.
2. 5 Patologi
Solusio plasenta di awali perdarahan kedalam desidua basalis. Desidua
kemudian terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat ke
endometrium. Akibatnya, proses ini pada tahapnya yang paling awal
memperlihatkan pembentukan hematom desidua yang menyebabkan pemisahan,
penekanan, dan akhirnya destruksi plasenta yang ada di dekatnya. Pada tahap awal
mungkin belum ada gejala klinis.
Pada beberapa kasus, arteri spiralis desidua mengalami rupture sehingga
menyebabkan hematom retroplasenta, yang sewaktu membesar semakin banyak
pembuluh darah dan plasenta yang terlepas. Bagian plasenta yang memisah
dengan cepat meluas dan mencapai tepi plasenta. Karena masih teregang oleh
hasil konsepsi, uterus tidak dapat beronntraksi untuk menjepit pembuluh darah
yang robek yang memperdarahi tempat implantasi plasenta. Darah yang keluar
dapat memisahkan selaput ketuban dari dinding uterus dan akhirnya muncul
sebagai perdarahan eksternal, atau mungkin tetap tertahan dalam uterus.
2. 6 Gambaran Klinis
Solutio plasenta ringan
Terjadi rupture sinus masrginalis. Bila terjadi perdarahan pervaginam
warna merah kehitaman, perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang.
Tetapi bagian-bagian janin masih teraba
2. 7 Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya
plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :
1. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir
tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera.
Bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari
perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk
menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan
pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering
tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.
Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia, karena itu
pengobatan segera ialah pemulihan defisit volume intravaskuler secepat
mungkin. Angka kesakitan dan kematian ibu tertinggi terjadi pada solusio
plasenta berat. Meskipun kematian dapat terjadi akibat nekrosis hipofifis
dan gagal ginjal, tapi mayoritas kematian disebabkan syok perdarahan dan
penimbunan cairan yang berlebihan. Tekanan darah tidak merupakan
petunjuk banyaknya perdarahan, karena vasospasme akibat perdarahan
akan meninggikan tekanan darah. Pemberian terapi cairan bertujuan
mengembalikan stabilitas hemodinamik dan mengkoreksi keadaan
koagulopathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah pilihan yang
ideal, karena pemberian darah segar selain dapat memberikan sel darah
merah juga dilengkapi oleh platelet dan faktor pembekuan.
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita
solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia
karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal
yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan
yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan
intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli
atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya
dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara
rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal
meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya,
pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin
menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.
3. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan
oleh hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Wirjohadiwardojo di RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah
terjadi pada 46% dari 134 kasus solusio plasenta yang ditelitinya.
Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450
mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma
kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan darah.
Mekanisme gangguan pembekuan darah terjadi melalui dua fase, yaitu:
a. Fase I
Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadi
pembekuan darah, disebut disseminated intravasculer clotting.
Akibatnya ialah peredaran darah kapiler (mikrosirkulasi) terganggu.
Jadi pada fase I, turunnya kadar fibrinogen disebabkan karena
pemakaian zat tersebut, maka fase I disebut juga coagulopathi
consumptive. Diduga bahwa hematom subkhorionik mengeluarkan
tromboplastin yang menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut.
Akibat gangguan mikrosirkulasi dapat mengakibatkan syok, kerusakan
jaringan pada alat-alat yang penting karena hipoksia dan kerusakan
ginjal yang dapat menyebabkan oliguria/anuria.
b. Fase II
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untuk
membuka kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini
dilaksanakan dengan fibrinolisis. Fibrinolisis yang berlebihan malah
berakibat lebih menurunkan lagi kadar fibrinogen sehingga terjadi
perdarahan patologis. Kecurigaan akan adanya kelainan pembekuan
darah harus dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium, namun di
klinik pengamatan pembekuan darah merupakan cara pemeriksaan
yang terbaik karena pemeriksaan laboratorium lainnya memerlukan
waktu terlalu lama, sehingga hasilnya tidak mencerminkan keadaan
penderita saat itu.
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim
dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.
Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna
uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus
couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak,
tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan
perdarahan. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:
1. Fetal distress
2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
3. Hipoksia dan anemia
4. Kematian
2. 8 Diagnosis
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas.
Sebagai contoh, perdarahan eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan
plasenta belum begitu luas sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau
dapat juga terjadi perdarahan eksternal tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas
seluruhnya dan janin meninggal sebagai akibat langsung dari keadaan ini.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi mengandung ancaman
bahaya yang jauh lebih besar bagi ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat
kemungkinan koagulopati yang lebih tinggi, namun juga akibat intensitas
perdarahan yang tidak diketahui sehingga pemberian transfusi sering tidak
memadai atau terlambat.
Menurut penelitian retrospektif yang dilakukan Hurd dan kawan-kawan
pada 59 kasus solusio plasenta dilaporkan gejala dan tanda pada solusio plasenta.
No
Tanda atau Gejala Frekuensi (%)
.
1. Perdarahan pervaginam 78
2. Nyeri tekan uterus atau nyeri pinggang 66
3. Gawat janin 60
4. Persalinan prematur idiopatik 22
5. Kontraksi berfrekuensi tinggi 17
6. Uterus hipertonik 17
7. Kematian janin 15
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perdarahan pervaginam merupakan
gejala atau tanda dengan frekuensi tertinggi pada kasus-kasus solusio plasenta.
Berdasarkan kepada gejala dan tanda yang terdapat pada solusio plasenta klasik
umumnya tidak sulit menegakkan diagnosis, tapi tidak demikian halnya pada
bentuk solusio plasenta sedang dan ringan. Solusio plasenta klasik mempunyai
ciri-ciri nyeri yang hebat pada perut yang datangnya cepat disertai uterus yang
tegang terus menerus seperti papan, penderita menjadi anemia dan syok, denyut
jantung janin tidak terdengar dan pada pemeriksaan palpasi perut ditemui kesulitan
dalam meraba bagian-bagian janin.
4. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar
biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang
bila plasenta yang terlepas lebih dari satu per tiga bagian.
5. Pemeriksaan Dalam
Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang,
baik sewaktu his maupun di luar his.
Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta
ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut
prolapsus placenta, ini sering meragukan dengan plasenta previa.
6. Pemeriksaan Umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya
menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh
dalam keadaan syok. Nadi cepat, kecil dan filiformis.
7. Pemeriksaan Laboratorium
Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan
silinder dan leukosit.
Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match
test. Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan
darah hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot
Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan
tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%).
8. Pemeriksaan Plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan
cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum
atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta yang
disebut hematoma retroplacenter.
9. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain:
Terlihat daerah terlepasnya plasenta-Janin dan kandung kemih ibu.
Darah.
Tepian plasenta.
- Biodata
Pada biodata yang perlu dikaji berhubungan dengan solusio plasenta antara lain
- Nama
Nama dikaji karena nama digunakan untuk mengenal dan merupakan identitas
untuk membedakan dengan pasien lain dan menghindari kemungkinan tertukar
nama dan diagnosa penyakitnya.
- Jenis kelamin
Pada solusio plasenta diderita oleh wanita yang sudah menikah dan mengalami
kehamilan.
- Umur
Solusio plasenta cenderung terjadi pada usia lanjut (> 45 tahun) karena terjadi
penurunan kontraksi akibat menurunnya fungsi hormon (estrogen) pada masa
menopause.
- Pendidikan
Solusio plasenta terjadi pada golongan pendidikan rendah karena mereka tidak
mengetahui cara perawatan kehamilan dan penyebab gangguan kehamilan.
- Alamat
Solusio plasenta terjadi di lingkungan yang jauh dan pelayanan kesehatan, karena
mereka tidak pernah dapat pelayanan kesehatan dan pemeriksaan untuk
kehamilan.
- Riwayat persalinan
Riwayat persalinan pada solusio plasenta biasanya pernah mengalami pelepasan
plasenta.
- Status perkawinan
Dengan status perkawinan apakah pasien mengalami kehamilan (KET) atau hanya
sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.
- Agama
Untuk mengetahui gambaran dan spiritual pasien sebagai memudahkan dalam
memberikan bimbingan kegamaan.
- Nama suami
Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam pembiayaan dan memberi
persetujuan dalam perawatan.
- Pekerjaan
Untuk mengetahui kemampuan ekonomi pasien dalam pembinaan selama istrinya
dirawat.
Keluhan utama
1. Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri
2. Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah
dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim
tegang.
3. Perdarahan yang berulang-ulang.
Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui
asal dan penyebabnya.
Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran : composmetis s/d coma
Postur tubuh : biasanya gemuk
Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
Raut wajah : biasanya pucat
b) Tanda-tanda vital
Tensi : normal sampai turun (syok)
Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)
Suhu : normal / meningkat (> 370 c)
RR : normal / meningkat (> 24x/menit)
Abdomen
– Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea alba
dan ligra
Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah
kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.
Ekstimitas
Akral dingin, tonus otot menurun.
d) pemeriksaan penunjang
Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental
haemorage. Keadaan klien dengan solutio plasenta memiliki beberapa macam
berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari volume
perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat.
Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau
lilitan tali pusat, janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada
vena kafa inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution
plasenta. Beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu
sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata
lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya
solution plasenta. Adapun komplikasi dari solusio plasenta pada ibu dan janin
tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya
solusio plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat
mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat
berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin.
Penatalaksanaan dari solution plaseenta dapat dilakukan secara
konservatif dan secara aktif. Masing-masing dari penatalaksaan tersebut
mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupuun keduanya.
3. 2 Saran
Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami
dan mendalami dari solution plasenta.
Perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu meminimalkan faktor
risiko dari solution plasenta demi mempertahankan dan meningkatkan
status derajat kesehatan ibu dan anak.
Institusi kesehatan terkait dapat menyediakan dan mempersiapkan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan dalm kejadian-kejadian abnormalitas ibu
terkait dengan kehamilan dan persalinan.
Masyarakat mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi
pada mereka sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan
secara dini dan mampu mengurangi jumlah mortalitas padaibu dan janin.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan
mampu menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan
pada masyarakat secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusio-
plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaru-
periode-1-januari-2002-31-desember-2006/. Diakses tanggal 22 Maret 2008.
Wong, Dona L, dkk,. 2002. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc.