Anda di halaman 1dari 12

ISU ETIK

dan
HUKUM KEPERAWATAN PASIEN HIV

DISUSUN OLEH :
 
NURMA (201801011)
ULFA ADISTIASARI (201801010)
 
 
Konsep Etik dan Hukum dalam Asuhan Keperawatan
Pasien HIV/AIDS

Etik berasal dari Bahasa yunani Asas dasar tersebut dijabarkan menjadi enam
asas etik, yaitu :
“ethos” yang berarti adat 1. Asas menghormati Otonomi Klien
kebiasaan yang baik atau yang 2. Asas Kejujuran
seharusnya dilakukan. Dalam 3. Asas Tidak merugikan
organisasi profesi kesehatan 4. Asas Manfaat
pedoman baik atau buruk 5. Asas Kerahasiaan
6. Asas Kerahasiaan
dalam melakukan tugas
7. Asas Keadilan
profesi telah dirumuskan Prinsip etik yang harus dipegang oleh
dalam bentuk kode etik yang seseorang, masyarakat, nasional, dan
penyusunanya mengacu pada internasional dalam menghadapi
HIV/AIDS adalah :
sistem etik dan asas etik yang
8. Empati
ada. 9. Solidaritas
10. Tanggung jawab
Hak Pasien HIV/AIDS

Dalam Pasal 4 UU Kesehatan No. 36/2009 dinyatakan bahwa setiap


orang berhak atas kesehatan.
Secara garis besar di dalam UU Kesehatan perlindungan hukum
terhadap penderita HIV/ AIDS diatur mengenai :
1. Hak atas pelayanan kesehatan
Dalam Pasal 5 UU Kesehatan  dinyatakan bahwa terdapat kesamaan
hak tiap orang dalam mendapatkan akses atas sumber daya
kesehatan, memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu
dan terjangkau.
2. Hak atas informasi
Pasal 7 UU Kesehatan secara tegas mengatakan bahwa setiap orang
berhak mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan
serta informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan
dan pengobatan atas dirinya.
Lanjutan........
3. Hak atas kerahasiaan
Hak atas kerahasiaan dalam UU Kesehatan diatur dalam Pasal 57
dimana setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatannya.
Selain itu UUPK No. 29/2004 juga mengatur mengenai rahasia
medis dan rekam medis ini pada paragraph 3 dan 4 tentang
rekam medis dan rahasia kedokteran. Rahasia Medis itu bersifat
pribadi, hubungannya hanya antara dokter - pasien. 
4. Hak atas Persetujuan Tindakan Medis
Dalam pasal 56 UU Kesehatan diatur tentang persetujuan
tindakan medis atau informed consent.
Isu Etik dan Hukum pada Konseling Pra dan Pasca tes
HIV

1. Konseling Pra dan Pasca-Tes HIV


Konseling adalah proses pertolongan di mana seseorang dengan tulus
ikhlas dan tujuan yang  jelas memberikan waktu, perhatian dan keahliannya
untuk membantu klien mempelajari dirinya, mengenali, dan melakukan
pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan.
2. Informed Consent untuk tes HIV/AIDS
Tes HIV adalah tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah
seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara
mendeteksi adanya antibody HIV di dalam sampel darahnya.
Tes HIV harus bersifat :
a. Sukarela
b. Rahasia
c. Tidak boleh diwakilkan  kepada siapapun baik orangtua/pasangan,
atasan atau siapapun.
Lanjutan.......
3.Aspek Etik dan Legal Tes HIV
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau
keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut (Permenkes, 1989). Dasar dari
informed consent yaitu;
a. Asas menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang
memadai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan
terhadapnya.
b. Kepmenkes 1239/Menkes/SK/XI/2001 pasal 16: dalam melaksanakan
c. kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta
persetujuan tindakan yang akan dilakukan
d. PP No. 32 tahun1996 tentang tenaga kesehatan pasal 22 ayat 1: bagi tenaga
e. kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan informasi dan meminta
persetujuan.
f. UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2: tindakan
medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan
atas keluarga
Kerahasiaan Status HIV

Pasien HIV berhak atas kerahasiaan, ini sesuai dengan prinsip etik asas
kerahasiaan yaitu kerahasiaan klien harus dihormati meskipun klien
meninggal.
Terdapat perkecualian di mana pasien HIV/AIDS bisa dibuka yaitu bilamana:
1. Berhubungan dengan administrasi .
2. Bila kita dimintai keterangan dipersidangan.
3. Informasi bisa diberikan kepada seseorang yang merawat atau memberikan
konseling dan informasi diberikan dengan tujuan untuk merawat, mengobati,
atau memberikan konseling pada klien.
4. Informasi diberikan kepada Depkes.
5. Informasi diberikan kepada partner seks/keluarga yang merawat klien dan
berisiko terinfeksi oleh klien karena klien tidak mau menginformasikan pada
keluarga/pasangan seksnya dan melakukan hubungan seksual yang aman.
Isu Terkait Pekerjaan

ODHA mempunyai hak yang samadalam pekerjaan karena ODHA yang masih
berstatus HIV bisa hidup produktif seperti orang normal,Hingga saat ini.ODHA
masih mengalami banyak diskriminasi di tempat kerja sehingga mereka di
PHK atau tidak di terima bekerja.Untuk melindungi hak ODHA ini maka telah
disepakati bahwa tes skrining HIV tidak boleh menjadi persyaratan untuk
masuk/bekerja di suatu perusahaan/kantor. Selain itu,untuk menghindari
diskriminasi tersebut.SADC (South African M edical Council) mengeluarkan
“the code of good tice” sebagai pedoman bagi perusahaan dan para pekerja
tentang bagaimana mengelola ODHA di tempat kerja.
Tujuan pedoman ini meliputi
a. Melindungi hak ODHA untuk tidak diperlakukan secara diskriminatif
b. Melindungi hak ODHA atas kerahasiaan dan privasi
c. Melindungi hak ODHA atas keselamatan kerja
d. Melindungi hak ODHA atas imbalan yang adil sesuai hasil kerjanya
Stigma dan Diskriminasi

Stigma atau cap buruk adalah tindakan memvonis seseorang


buruk moral/prilakunya sehingga mendapatkan penyakit
tersebut.Orang-orang yang di stigma biasanya di anggap
memalukan untuk alasan tertentu dan sebagai akibatnya
mereka dipermalukan, dihindari,
dideskreditkan,ditolak,ditahan.
Deskriminasi didefenisikan UNAIDS sebagai tindakan yang
disebabkan perbedaan,menghakimi orang berdasarkan
status HIV mereka baik yang pasti atau yang
diperkirakan.Diskriminasi dapat terjadi di bidang
kesehatan , kerahasiaan, kebebasan, keamanan pribadi.
Etik Terkait Partisipasi dalam Riset Kesehatan

Norma etik dalam riset biomedik berdasarkan pada


empat prinsip yaitu, anutonomy, beneficence, non
maleficience & justice (Declaration of
Helsinki,1975). Dalam kaitannya dengan HIV pasien
sebagai obyek riset berhak atas informed consent
sebelum mereka berpartisipasi dalam
riset.Partisipasi seseorang dalam riset harus
diberikan secara suka rela dan berdasarkan
pengetahuan tentang risiko dan keuntungan
berpartisipasi
Evaluasi

Anda adalah seorang perawat yang bertugas di bangsal


internal,pada suatu sore menerima seorang pasien dengan
keluhan panas badan dan diare sudah satu bulan. Anda
bermaksud mengusulkan pemeriksaan HIV untuk pasien.
Pertanyaan
1. Prinsip etik apa yang harus Saudara pertimbangkan?
2. Kapan Informed consent diberikan?
3. Bagaimana cara memberikan konseling pada klien tersebut
mengapa anda merasa perlu melakukan tes
4. Penjelasan apa yang harus anda sampaikan ketika pasien
menanyakan jenis tes yang diperlukan?

Anda mungkin juga menyukai