Anda di halaman 1dari 10

TRADISI BLOOD TABOO SUKU

PAPUA
LOGO

Disusun Oleh :
Afriana Herniawati
Alifia Yogi Rismala
Annisa Nurul Fitriyani
Nur Ilmiyah
POKOK BAHASAN

A B C D E

 Bagaimana  Apa Itu Tradisi  Bagaimana Kasus  Apa Saja  Apa Saja Peran
Kondisi Kesehatan Blood Taboo Ibu Melahirkan Di Kebijakan Yang Pekerja Social
Papua Pedalaman Papua Relevan Untuk di Papua?
Mengatasi
Masalah Ini?
A. KESEHATAN PENDUDUK PAPUA
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan penting bagi pembangunan manusia di Papua meskipun
terkadang pemahaman masyarakat mengenai pentingnya kesehatan
masih terbatas karena terbiasa menggunakan layanan kesehatan secara tradisional. 
Namun disinilah semakin pentingnya kehadiran pemerintah terutama  melayanikesehatan pada
daerah-daerah terpencil. Pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan dan melakukan pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan di lapangan.
Di  wilayah  Indonesia bagian Timur, Papua merupakan daerah yang cukup menyita  perhatian 
dunia terkait masalah kesehatan. Buruknya tingkat kesehatan diPapua ini antara lain mencakup empat
hal, yakni kesehatan ibu dan anak dan gizi masyarakat, penyakit menular malaria,tuberculosis (TB),
dan HIV-Aids

B C D E
B. Kasus Ibu Melahirkan Di Pedalaman Papua
Pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan dan melakukan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan di
lapangan. Di Papua, terutama di daerah pedalaman, kematian ibu melahirkan, bayi, dananak balita,
menjadi ancaman serius. AKI di Papua 362 per 100.000 kelahiran hidup, diatas angka nasional 228
per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Papua  pun
 tertinggi di Indonesia, 41 per 1.000 kelahiran hidup, jauh lebih tinggi dari pada angka nasional 34 per
1.000 kelahiran hidup.

A C D E
C. Tradisi Blood Taboo
Tradisi blood taboo atau tindakan isolasi perempuan yang didasari anggapan bahwa 
darah yang dikeluarkan perempuan pada saat menstruasi atau saat melahirkan (persalinan) adalah darah yang
membawa sial masih terjadi di berbagai wilayah Papua, misalnya seperti yang terjadi di Suku Burate & suku
rawa-rawa lainnya di Nabire yang bila tiba saatnya untuk melahirkan tiba mereka diisolasi di luar  kampungnya
dan tidak boleh keluar dari pagar yang telah ditentukan. bahwa tradisi pengisolasian perempuan hamil itu tidak
terjadi hanya di pelosok-pelosok saja, namun juga di kota-kota besar seperti Timika dan kota lainnya di Papua.
Tentunya tradisi ini dapat dinilai kurang menghargai ibu dan kesehatannya. Beliau juga mengatakan bahwa
aktivitas seperti makan, memasak, kebelakang, dan tidur selama kurang-lebih 2-3 minggu dalam menunggu
proses persalinan dilakukan sendirian ditengah hutan belantara atau di pantai. Semua itu hingga masa persalinan
tiba, dilewati sendiri oleh sang ibu di lokasi isolasi di luar kampung.

A B C D
Lanjutan....
Kepercayaan ini sangat memojokkan posisi perempuan dan sangat merugikan
kesehatannya,saat perempuan yang berjuang untuk tugas reproduksi yang berbahaya tidak mendapat perhatian da
ri suaminya. Cara penanganan persalinan juga sering bertentangan dengan cara pelayanan kesehatan moderen
misalnya posisi jongkok di toilet, pemotongan dan pengikatan tali pusat dengan tali rafia atau akar pohon.
tradisi tersebut sangat berbahaya untuk  keselamatan ibu dan anak, selain lingkungan tempat persalinan yang
tidak sehat dan  tidak dibantu dengan penanganan persalinan yang tepat, tidaklah diragukan kematian ibu Papua
dalam persalinan dapat terjadi. Kesadaran dan pendidikan terhadap bahaya
yang diakibatkan dari tradisi ini di daerah Papua masih rendah, khususnya di pedalaman.
Berbagai penanganan sudah dilakukan, namun masih belum efektif untuk mengatasi kematian ibu akibat kelalaia
n penanganan persalinan ini. Program pembangunan 
penyediaan fasilitas rumah sakit, puskesmas, pemenuhan kebutuhan dokter dan bidan, dan lain sebagainya pun
masih berupaya dilakukan untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau.

A B C D
D. Kebijakan Yang Relevan Dalam Menangani Kasus Ini
Pemerintah Papua sendiri telah mengeluarkan suatu kebijakan untuk  mengurangi tingkat kematian ibu dan bayi,
diantaranya adalah :

1. Making Pregnancy keluarga. dengan tujuan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB. Terfokus pada
pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi
klinisdan sistem kesehatan serta penekanan pada kemitraan antar institusi pemerintah,lembaga donor,
swasta, masyarakat, dan keluarga. Ada 3 strategi penurunan kesakitan dan kematian ibu.
 meningkatkan cangkupan akses dan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan cost effective
 ,membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya.
 Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat.

A C D E
Lanjutan.....
2. Gerakan Sayang Ibu Papuaa, GSIP mempromosikankegiatan yang berkaitan
dengan Kecamatan Sayang Ibu dan Rumah Sakit Sayang Ibu untuk mencegah 3
keterlambatan yaitu:

 Keterlambatan di tingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan membuat
keputusan untuk segera mencari pertolongan.
 Keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
 Keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapat pertolongan yang
dibutuhkan.

A B C E
D. Peran Pekerja Sosial
Beberapa penanganan yang sesuai dengan pendekatan tersebut diantaranya mengembangkan tenaga
ahli dari penduduk khususnya para dukun untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan medis yang
tepat dalam penanaganan pra-persalinan, proses persalinan dan pasca persalinan. Karena seperti yang
kita tahu bahwa dukun anak dari daerah asal mereka lebih dipercaya untuk menangani kasus
persalinan pendududuk Lalu program berikutnya adalah berkaitan dengan kebiasaan penduduk yang
enggan pergi ke fasilitas kesehatan karena jarak tempuh yang cukupjauh, membuang
waktu kerja mereka untuk bercocok tanam dan lain sebagainya. 
Selain itu,membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk menjangkaunya. Oleh karena itu banyak bidan
ataupun dokter yang datang secara khusus bertugas untuk mengunjungirumah-rumah penduduk.

A B C E
TERIMA KASIH

BAB 1 BAB 2 BAB 3 BAB 4

Anda mungkin juga menyukai