A. Dasar Hukum
1.
Undang-undang No. 23 Tahun 1992 pasal 23 tentang kesehatan, dimana
pelayanan kesehatan dilaksanakan disetiap tempat kerja yang memiliki
karyawan 10 orang atau lebih dari 10 orang.
D. Strategi
1.
Untuk mencapai keberhasilan program secara efektif dan efisien, maka
dikembangkan strategi pelaksanaan kegiatan berikut.
2.
Perencanaan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
berdasarkan skala prioritas.
3.
Intensifikasi penemuan dan penetalaksanaan dini penyakit dan masalah
kesehatan masyarakat.
4.
Pengendalian masyarakat berbasis lingkungan.
5.
Melakukan monitoring evaluasi serta kajian program dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna untuk mendukung
program.
6.
Meningkatkan kemitraan melalui kegiatan lintas program, lintas sector
serta memberdayakan partisipasi masyarakat.
7.
Meningkatkan peran dan fungsi sesuai dengan kewenangan daerah serta
memanfaatkan sumber daya pusat melalui system penganggara.
E.
Perubahan Paradigma
Perubahan paradigma yang diutarakan oleh Bapak Mentri Kesehatan di
DPR tanggal 15 September 1998 apabila dilaksanakan akan membawa dampak
yang cukup luas. Hal ini disebabkan karena pengorganisasian upaya kesehatan
yang ada, tenaga-tenaga kesehatan yang ada, fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada, peraturan perundangan yang ada adalah merupakan wahana dan sarana
pendukung dari penyelenggaraan kesehatan yang berorientasi pada upaya
penyembuhan penyakit. Maka untuk mendukung terselenggaranya paradigma
sehat yang berorientasi pada upaya promotif, preventif, proaktif. Sehingga setiap
individu dalam masyarakat tidak berusaha atau tidak tahu untuk mempraktekkan
Penanggung jawab
Suatu system pelayana kesehatan baik pemerintah maupun swasta. Namun
demikian di Indonesia dalam hal ini Departemen Kesehatan merupakan tanggung
jawab yang paling tinggi. Artinya pengawasan, standar pelayanan.
Standar pelayanan
System pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus berdasarkan
pada suatu standar tertentu. Di Indonesia standar ini telah ditentukan oleh
Departemen Kesehatan, dengan adanya Buku Pedoman Puskesmas.
Hubungan kerja
Pembagian kerja yang jelas antara bagian yang satu dengan yang lain. Artinya
fasilitas kesehatan tersebut harus mempunyai struktur organisasi yang jelas
menggambarkan hubungan kerja baik horizontal maupun vertical.
Pengorganisasian potensi
System pelayanan pengorganisasian, upaya ini penting terutama diIndonesia.
Karena adanya keterbatasan sumber-sumber daya dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masyarakat, perlu keikut sertaan.
G. Organisasi Depkes
Seiring dengan diterbitkannya surat keputusan menteri kesehatan RI No.130
tahun 2000 tentang organisasi dan tata kerja Depkes. Setelah kepala biro organisasi
yang lama menggulirkan reorganisasi di lingkungan Depkes, dengan demikian terjadi
perampingan-perampingan jabatan structural. Tetapi bukan berarti pekerjaan biro
organisasi telah selesai, hal ini merupakan titik dimulainya pekerjaan-pekerjaan biro
DAFTAR PUSTAKA
ditetapkan pada
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 ini digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam kurun waktu 2015-2019,
serta dilaksanakan oleh seluruh stakeholdersjajaran kesehatan baik di Pusat maupun
Daerah termasuk dukungan lintas sektor dan dunia usaha.Selanjutnya Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 dijabarkan dalam bentuk Rencana Aksi
Program (RAP) ditingkat Esselon I dan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) ditingkat Esselon
II.
untuk masa 20 tahun ke depan, yang mencakup kurun waktu sejak tahun 2005 sampai
dengan tahun 2025.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) merupakan penjabaran dari
dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UndangUndang Dasar (UUD) 1945, yaitu untuk: 1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia; 2) memajukan kesejahteraan umum; 3) mencerdaskan
kehidupan bangsa; dan 4) ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
A. Visi
Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai: Indonesia Sehat 2025. Dalam Indonesia
Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah
lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun
sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya
air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman
yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai
budaya bangsa.
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang
bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko
terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan
lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat,
termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).
Dalam Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat memiliki kemampuan menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan, yaitu
masyarakat mendapatkan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.
Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang
memenuhi kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika
profesi.
Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta
meningkatnya kemampuan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
bermutu, maka akan dapat dicapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
B. Misi
Dengan berlandaskan pada dasar Pembangunan Kesehatan, dan untuk mewujudkan Visi
Indonesia Sehat 2025, ditetapkan 4 (empat) misi Pembangunan Kesehatan, yaitu:
1. Menggerakkan Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
4 Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005
menjadi 9,5% pada tahun 2025.
D. Upaya Pokok Pembangunan Kesehatan
1. RPJM-K ke-1 (2005-2009)
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan.
2. RPJM-K ke-2 (2010-2014)
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah lebih berkembang
dan meningkat.
3. RPJM-K ke-3 (2015-2019)
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mulai mantap.
4. RPJM-K ke-4 (2020-2025)
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mantap.
E.
Rencana Strategis Kesehatan adalah Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 20102014 (RENSTRA Kesehatan)yang merupakan acuan bagi kementerian kesehatan dalam
menyelenggarakan Program Pembangunan Kesehatan, yang juga merupakan acuan bagi
penyelenggara pembangunan kesehatan pada Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten /Kota, termasuk seluruh pejabatnya baik struktural maupun
fungsional, bahkan lebih luas lagi semua stakeholder dalam pembangunan kesehatan.
RENSTRA Kesehatan ini adalah Standar Nasional (berlaku Umum secara Nasional),
pada semua Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten harus menjabarkan kembali
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ini menjadi Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Propinsi dan kemudian dijabrakan kembali menjadi Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Kabupaten maupun kota, yang disesuaikan atau diturunkan sesuai dengan
kebutuhan dan situasi serta kondisi setempatnya.
RENSTRA ini merupakan penjabaran dari sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(UU no.25 th.2004). Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan
yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program pembangunan kesehatan yang akan
dilaksanakan langsung oleh Kementerian Kesehatan untuk kurun waktu tahun 2010-2014,
dengan penekanan pada pencapaian sasaran Prioritas Nasional, Standar Pelayanan
Minimal (SPM), danMillenium Development Goals (MDGs). Masalah kesehatan begitu
berat, kompleks dan tak terduga perlu perhatian pada dinamika kependudukan,
epidemiologi penyakit, ekologi dan lingkungan, kemajuan iptek, kemitraan, globalisasi
dan demokratisasi, kerja sama lintas sektoral dan mendorong partisipasi masyarakat.
Pembangunan kesehatan diarahkan guna mewujudkan Visi Kementerian Kesehatan.
4.
Sementara itu tujuannya (tujuan kementerian kesehatan) termasuk juga tujuan dari
pembangunan kesehatan yaitu:terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasilguna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan, Kementerian
0,5%;
31 Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari 80%
menjadi 90%;
32 Persentase Desa yang mencapai UCI dari 80% menjadi100%;
33 Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000 penduduk.
Perlu ingatkan target-target indikatif pada tingkat kabupaten /kota dengan konstanta
100.000 sebaiknya tidak langsung digunakan tetapi dikonversi dulu ke dalam nilai
absolutnya, misalnya saja sering terjadi perdebatan angka kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup, harus dikonversikan dengan jumlah kelahiran hidup absolut yang ada
dalam kabupaten tertentu.
Ketiga : Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan
antar tingkat sosial ekonomi serta gender, dengan menurunnya disparitas separuh dari
tahun 2009.
Keempat : Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam
rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh
penduduk, terutama penduduk miskin.
Kelima : Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat
rumah tangga dari 50 persen menjadi 70 persen.
Keenam : Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah
Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).
Ketujuh : Seluruh provinsi melaksanakan program pengendalian penyakit tidak
menular.
Kedelapan : Seluruh Kabupaten/Kota melaksanakan Standar Pelayanan Minimal
(SPM).
II. Standar Pelayanan Minimal
Secara ringkas PP No.65 Tahun 2005 memberikan rujukan bahwa Standar Pelayanan
Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga Negara secara
minimal, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar, baik Daerah Provinsi maupun
Daerah Kabupaten/Kota.
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan selanjutnya disebut SPM Kesehatan adalah
tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Daerah Kabupaten/Kota.
Proses penyusunan SPM Bidang Kesehatan sampai ditetapkannya Permenkes Nomor
741/MENKES/PER/VI/2008 tanggal 29 Juli 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota telah melalui suatu rangkaian kegiatan yang
panjang dengan melibatkan berbagai pihak, yaitu:
34 Unit Utama terkait di Depkes, UPT Pusat, dan UPT Daerah.
35 Lintas sektor terkait (Departemen Dalam Negeri, Badan Perencanaan Nasional,
Departemen Keuangan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara)
Referensi :
Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005
2025. Jakarta: Depkes RI.http://www.depkes.go.id.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010
BAB 2
VISI, MISI, TUJUAN, NILAI-NILAI DAN SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN
KESEHATAN
II.1 VISI KEMENTRIAN KESEHATAN
MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN
II.2 MISI KEMENTRIAN KESEHATAN
Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan ditempuh melalui misi
sebagai berikut:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan
II.3. TUJUAN KEMENTRIAN KESEHATAN
Terselenggaranya pembangunan kesehatan secaea berhasil-guna dan berdaya-guna dalam
BAB 3
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
III. 1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
Sesuai visi misi Presiden, kebijakan pembangunan kesehatan periode 5 tahun ke depan
(2010-2014) diarahkan pada tersedianya akses kesehatan dasar yang murah dan
terjangkau terutama pada kelompok menengah ke bawah guna mendukung pencapaian
MDGs pada tahun 2015. Tema Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2010-2014
adalah Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan melalui :
1. Program Kesehatan Masyarakat
2. Program Keluarga Berencana (KB)
3. Sarana Kesehatan
4. Obat
5. Asuransi Kesehatan Nasional
Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2010-2014 difokuskan pada delapan fokus
prioritas, yaitu :
1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan Keluarga Berencana (KB)
2. Perbaikan status gizi masyarakat
3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti penyehatan
lingkungan
4. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan
5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan
penggunaan obat serta pengawasan obatdan makanan
6. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan
8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dantersier.
III. 2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTRIAN KESEHATAN
Arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan dan
strategi nasonal sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014 dengan memperhatikan permasalahan
kesehatan yang telah diidentifikasi melalui hasil review pelaksanaan pembangunan
kesehatan. Untuk mewujudkan Visi dan Misi Kementerian Kesehatan pada tahun 2014
serta memperhatikan pencapaian Prioritas Nasional Bidang Kesehatan, maka dalam
periode 2010-2014 akan dilaksanakan strategi dengan fokus pada Prioritas Nasional
Bidang Kesehatan yang dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan Kementerian
Kesehatan 2010-2014.
STRATEGI :
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam
pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan,
serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif preventif.
3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama mewujudkan jaminan
Kegiatan:
1. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi
2. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Anak
3. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Komunitas dan Gender
4. Pembinaan Gizi Masyarakat
5. Pembinaan Keperawatan dan Kebidanan
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak
2. PROGRAM PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN
Sasaran : Meningkatkan upaya kesehatan dasar, rujukan, tradisional, alternatif dan
komplementer, kesehatan kerja, olah raga dan matra, serta standarisasi, akreditasi, dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Kegiatan :
1. Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar
2. Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan
3. Pembinaan dan Pengawasan Upaya Kesehatan Tradisional/ Komplementer Alternatif
4. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja, Olahraga, dan Matra
5. Pembinaan Standarisasi, Akreditasi, dan Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
6. Pelayanan Kesehatan Rujukan bagi Masyarakat Miskin (Jamkesmas)
7. Pelayanan Kesehatan Dasar bagi Masyarakat Miskin (Jamkesmas)
8. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
9. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pembinaan Upaya Kesehatan.
3. PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
Sasaran : Menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit
Kegiatan:
1. Pembinaan Imunisasi dan Karantina Kesehatan
2. Pengendalian Penyakit Menular Langsung
3. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
4. Penyehatan Lingkungan
5. Pengendalian Penyakit Tidak Menular
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
4. PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Sasaran : Meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan
terjangkau oleh masyarakat.
Kegiatan :
1. Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
2. Peningkatan Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT)
3. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
4. Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
5. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program