Anda di halaman 1dari 25

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN DALAM BIDANG KESEHATAN

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN DALAM BIDANG KESEHATAN

A. Dasar Hukum
1.
Undang-undang No. 23 Tahun 1992 pasal 23 tentang kesehatan, dimana
pelayanan kesehatan dilaksanakan disetiap tempat kerja yang memiliki
karyawan 10 orang atau lebih dari 10 orang.

B. Visi dan Misi pembangunan kesehatan


Pada Tahun 2010, bangsa Indonesia akan mencapai suatu keadaan dimana
masyarakat:
Hidup dalam lingkungan sehat
Mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat

Memiliki kemampuan menyediakan, memilih, mendapatkan dan


memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
sehingga memiliki derajat kesehatan tinggi.

C. Misi untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010


Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau.

Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan


masyarakat beserta lingkungannya.
Membantu pihak-pihak terkait (khususnya dalam bidang pelayanan
kesehatan).

D. Strategi
1.
Untuk mencapai keberhasilan program secara efektif dan efisien, maka
dikembangkan strategi pelaksanaan kegiatan berikut.
2.
Perencanaan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
berdasarkan skala prioritas.
3.
Intensifikasi penemuan dan penetalaksanaan dini penyakit dan masalah
kesehatan masyarakat.
4.
Pengendalian masyarakat berbasis lingkungan.
5.
Melakukan monitoring evaluasi serta kajian program dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna untuk mendukung
program.
6.
Meningkatkan kemitraan melalui kegiatan lintas program, lintas sector
serta memberdayakan partisipasi masyarakat.
7.
Meningkatkan peran dan fungsi sesuai dengan kewenangan daerah serta
memanfaatkan sumber daya pusat melalui system penganggara.

E.

Perubahan Paradigma
Perubahan paradigma yang diutarakan oleh Bapak Mentri Kesehatan di
DPR tanggal 15 September 1998 apabila dilaksanakan akan membawa dampak
yang cukup luas. Hal ini disebabkan karena pengorganisasian upaya kesehatan
yang ada, tenaga-tenaga kesehatan yang ada, fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada, peraturan perundangan yang ada adalah merupakan wahana dan sarana
pendukung dari penyelenggaraan kesehatan yang berorientasi pada upaya
penyembuhan penyakit. Maka untuk mendukung terselenggaranya paradigma
sehat yang berorientasi pada upaya promotif, preventif, proaktif. Sehingga setiap
individu dalam masyarakat tidak berusaha atau tidak tahu untuk mempraktekkan

gayahidup sehat seperti olahraga, makan-makanan sehat, tidak merokok dan


istirahat yang cukup. Pemerintah harus ikut bertanggung jawab atas terciptanya
gaya hidup sehat dikalangan masyarakat yang selama ini kurang dilakukan secara
sungguh-sungguh.

F. System Pelayanan Kesehatan


System adalah gabungan dari elemen-elemen (sub system) di dalam suatu proses
atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi. Adapun system
pelayanannya sebagai berikut:
a.
Masukan (input)
Adalah sub elemen-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk
berfungsinya system.
b.
Proses
Ialah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan.
c.
Keluaran (output)
Ialah hal yang dihasilkan proses.
d.
Dampak (impact)
Akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya
e.
Umpan balik (feed back)
Ialah juga merupakan hasil dari proses yang sekaligus masukan untuk system
tersebut.
f.
Lingkungan (enviromment)
Ialah dunia diluar system untuk mempengaruhi system tersebut.

Secara umum pelayanan kesehatan ialah merupakan sub system pelayanan


kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan
promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.

Pelayanan kesehatan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun


swasta perlu memperhatikan beberapa ketentuan antara lain:

Penanggung jawab
Suatu system pelayana kesehatan baik pemerintah maupun swasta. Namun
demikian di Indonesia dalam hal ini Departemen Kesehatan merupakan tanggung
jawab yang paling tinggi. Artinya pengawasan, standar pelayanan.

Standar pelayanan
System pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta harus berdasarkan
pada suatu standar tertentu. Di Indonesia standar ini telah ditentukan oleh
Departemen Kesehatan, dengan adanya Buku Pedoman Puskesmas.

Hubungan kerja
Pembagian kerja yang jelas antara bagian yang satu dengan yang lain. Artinya
fasilitas kesehatan tersebut harus mempunyai struktur organisasi yang jelas
menggambarkan hubungan kerja baik horizontal maupun vertical.

Pengorganisasian potensi
System pelayanan pengorganisasian, upaya ini penting terutama diIndonesia.
Karena adanya keterbatasan sumber-sumber daya dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masyarakat, perlu keikut sertaan.

G. Organisasi Depkes
Seiring dengan diterbitkannya surat keputusan menteri kesehatan RI No.130
tahun 2000 tentang organisasi dan tata kerja Depkes. Setelah kepala biro organisasi
yang lama menggulirkan reorganisasi di lingkungan Depkes, dengan demikian terjadi
perampingan-perampingan jabatan structural. Tetapi bukan berarti pekerjaan biro
organisasi telah selesai, hal ini merupakan titik dimulainya pekerjaan-pekerjaan biro

organisasi. Tujuan utama nantinya adalah Departemen Kesehatan merupakan


departemen yang hemat struktur kaya fungsi. Depkes terutama biro organisasi saat
ini sedang menyelesaikan tiga pekerjaan besar, yaitu: uraia structural, hubungan tata
kerja dan jabatan. Berkaitan dengan UU No. 22 tahun 2000 tentang otonomi daerah
dan disusul dengan adanya PP No.25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah
daerah. Kewenangan propinsi adalah daerah otonomi, hal ini juga merupakan pokok
pembahasan dari biro organisasi. Karena dengan adanya PP No.25 tersebut akan
menggeser kewenangan-kewenangan pusat ke daerah sebagai oprasion pelaksanaan
sedangkan pusat nantinya hanya pedoman-pedoman atau standar-standar. Sebagai
bahasan khusus tentang PP No.25 tahun 2000, Depkes akan mengadakan pertemuan
para bupati seluruh Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Syafrudin, 2010, Organisasi manajemen Pelayamam Kesehatan, Trans info


Media, Jakarta
www.ppmplp_depkes.go.id
www.pusdiknakes.or.id
www.depkes.com
Notoatmodjo soekidjo, Prinsip-prinsip ilmu kesehatan masyarakat. Cetakan 1.
1997.

VISI DAN MISI


DIPUBLIKASIKAN PADA : KAMIS, 12 JUNI 2014 00:00:00, DIBACA : 58.580
KALIVISI
Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan
MISI
1 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani
2 Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan
yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan
3 Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan
4 Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik
STRATEGI
5 Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam

pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan global.


6 Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif dan
preventif.
7 Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan
jaminan sosial kesehatan nasional.
8 Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan
bermutu.
9 Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan
serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan.
10 Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdayaguna dan
berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab.
NILAI-NILAI
Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu
mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk rakyat.
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah
satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial
ekonomi.
Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena
pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan
saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang
meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat
madani dan masyarakat akar rumput.
Responsif
Program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap
dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan
kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan
kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penangnganan yang berbeda pula.
Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah
ditetapkan dan bersifat efisien.
Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN), transparan, dan akuntabel.

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019


Oleh Bagian Hukormas Setditjen Buku & Pedoman, Unduhan 13/01/2015 1 Komentar
dibaca 2,312 kali

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan merupakan dokumen negara yang


berisi upaya-upaya pembangunan kesehatan yang dijabarkan dalam bentuk
program/kegiatan, indikator, target, sampai dengan kerangka pendanaan dan kerangka
regulasinya. Renstra ini menjadi dasar dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, bahwa Kementerian/Lembaga menyusun Rencana Strategis
(Renstra) periode lima tahun. Kementerian Kesehatan menyusun Renstra dengan
mengacu pada Visi, Misi, dan Nawacita Presiden yang ditetapkan pada Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 ini digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam kurun waktu 2015-2019,
serta dilaksanakan oleh seluruh stakeholders jajaran kesehatan baik di Pusat maupun
Daerah termasuk dukungan lintas sektor dan dunia usaha. Selanjutnya Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 dijabarkan dalam bentuk Rencana Aksi
Program (RAP) di tingkat Eselon I dan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) di tingkat Eselon
II.
Rencana pembangunan kesehatan merupakan dokumen negara yang berisiupaya-upaya
pembangunan kesehatan yang dijabarkan dalam bentuk program/kegiatan, indikator,
target, sampai dengan kerangka pendanaan dan kerangka regulasinya.
Rencana pembangunan kesehatan ini menjadi dasar dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa Kementerian/Lembaga menyusunRencana
Strategis (Renstra) periode lima tahun. Kementerian Kesehatan menyusun Renstra
dengan mengacu pada Visi, Misi, dan Nawacita Presiden sesuai peraturan yang

ditetapkan pada
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 ini digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam kurun waktu 2015-2019,
serta dilaksanakan oleh seluruh stakeholdersjajaran kesehatan baik di Pusat maupun
Daerah termasuk dukungan lintas sektor dan dunia usaha.Selanjutnya Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 dijabarkan dalam bentuk Rencana Aksi
Program (RAP) ditingkat Esselon I dan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) ditingkat Esselon
II.

I. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Kemenkes


Visi, misi dan tujuan pembangunan kesehatan terdapat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) 2005-2025. Adapun sasaran strategis
Kemenkes yang berlaku saat ini merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah bidang Kesehatan (RPJM-K) ke-dua (2010-2014) yang disusun setiap
5 tahun sekali.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) adalah rencana
pembangunan nasional di bidang kesehatan, yang merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, dalam bentuk dasar,
visi, misi, arah dan kebutuhan sumber daya pembangunan nasional di bidang kesehatan

untuk masa 20 tahun ke depan, yang mencakup kurun waktu sejak tahun 2005 sampai
dengan tahun 2025.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) merupakan penjabaran dari
dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UndangUndang Dasar (UUD) 1945, yaitu untuk: 1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia; 2) memajukan kesejahteraan umum; 3) mencerdaskan
kehidupan bangsa; dan 4) ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
A. Visi
Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai: Indonesia Sehat 2025. Dalam Indonesia
Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah
lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun
sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya
air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman
yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai
budaya bangsa.
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang
bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko
terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan
lainnya; sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat,
termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).
Dalam Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat memiliki kemampuan menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan, yaitu
masyarakat mendapatkan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.
Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang
memenuhi kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika
profesi.
Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta
meningkatnya kemampuan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
bermutu, maka akan dapat dicapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
B. Misi
Dengan berlandaskan pada dasar Pembangunan Kesehatan, dan untuk mewujudkan Visi
Indonesia Sehat 2025, ditetapkan 4 (empat) misi Pembangunan Kesehatan, yaitu:
1. Menggerakkan Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan

Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja


keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta kontribusi
positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil kerja serta
kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai
asas pokok program pembangunan nasional. Kesehatan sebagai salah satu unsur dari
kesejahteraan rakyat juga mengandung arti terlindunginya dan terlepasnya masyarakat
dari segala macam gangguan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Untuk dapat terlaksananya pembangunan nasional yang berkontribusi positif terhadap
kesehatan seperti dimaksud di atas, maka seluruh unsur atau subsistem dari Sistem
Kesehatan Nasional berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional
berwawasan kesehatan.
2. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat
Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk
menjaga kesehatan, memilih, dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Penyelenggaraan
pemberdayaan masyarakat meliputi: a) penggerakan masyarakat; masyarakat paling
bawah mempunyai peluang yang sebesar-besarnya untuk terlibat aktif dalam proses
pembangunan kesehatan, b) organisasi kemasyarakatan; diupayakan agar peran organisasi
masyarakat lokal makin berfungsi dalam pembangunan kesehatan, c) advokasi;
masyarakat memperjuangkan kepentingannya di bidang kesehatan, d) kemitraan; dalam
pemberdayaan masyarakat penting untuk meningkatkan kemitraan dan partisipasi lintas
sektor, swasta, dunia usaha dan pemangku kepentingan, e) sumberdaya; diperlukan
sumberdaya memadai seperti SDM, sistem informasi dan dana.
3. Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan
Terjangkau
Pembangunan kesehatan diselenggarakan guna menjamin tersedianya upaya kesehatan,
baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan yang bermutu,
merata, dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pengutamaan pada upaya pencegahan (preventif), dan peningkatan kesehatan (promotif)
bagi segenap warga negara Indonesia, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Agar dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatan, diperlukan pula upaya peningkatan lingkungan yang sehat.
Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan kemitraan antara pemerintah, dan
masyarakat termasuk swasta.
Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan sosial telah berkembang,
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan primer akan diserahkan kepada masyarakat
dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga. Di daerah yang sangat terpencil,
masih diperlukan upaya kesehatan perorangan oleh Puskesmas.
4. Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sumber daya kesehatan perlu


ditingkatkan dan didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia kesehatan,
pembiayaan kesehatan, serta sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sumber daya kesehatan
meliputi pula penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan/kedokteran, serta
data dan informasi yang makin penting peranannya. Tenaga kesehatan yang bermutu
harus tersedia secara mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaat-kan secara
berhasil-guna dan berdaya-guna.
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat, swasta, dan pemerintah harus
tersedia dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara
berhasil-guna serta berdaya-guna. Jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara
nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, bertujuan untuk menjamin
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman, bermutu, dan bermanfaat harus tersedia
secara merata serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, makanan dan minuman
yang aman, bermutu serta dengan pengawasan yang baik. Upaya dalam meningkatkan
ketersediaan tersebut, dilakukan dengan upaya peningkatan manajemen, pengembangan
serta penggunaan teknologi di bidang sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
minuman. bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan
sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan
masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya
bangsa.
C.

Tujuan dan Sasaran

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya


kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup
dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator dampak
yaitu:
1 Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005
menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025.
2 Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.
3 Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.

4 Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005
menjadi 9,5% pada tahun 2025.
D. Upaya Pokok Pembangunan Kesehatan
1. RPJM-K ke-1 (2005-2009)
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan.
2. RPJM-K ke-2 (2010-2014)
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah lebih berkembang
dan meningkat.
3. RPJM-K ke-3 (2015-2019)
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mulai mantap.
4. RPJM-K ke-4 (2020-2025)
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mantap.
E.

Rencana Strategis Kesehatan 2010 2014

Rencana Strategis Kesehatan adalah Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 20102014 (RENSTRA Kesehatan)yang merupakan acuan bagi kementerian kesehatan dalam
menyelenggarakan Program Pembangunan Kesehatan, yang juga merupakan acuan bagi
penyelenggara pembangunan kesehatan pada Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten /Kota, termasuk seluruh pejabatnya baik struktural maupun
fungsional, bahkan lebih luas lagi semua stakeholder dalam pembangunan kesehatan.
RENSTRA Kesehatan ini adalah Standar Nasional (berlaku Umum secara Nasional),
pada semua Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten harus menjabarkan kembali
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ini menjadi Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Propinsi dan kemudian dijabrakan kembali menjadi Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Kabupaten maupun kota, yang disesuaikan atau diturunkan sesuai dengan
kebutuhan dan situasi serta kondisi setempatnya.
RENSTRA ini merupakan penjabaran dari sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(UU no.25 th.2004). Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan
yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program pembangunan kesehatan yang akan
dilaksanakan langsung oleh Kementerian Kesehatan untuk kurun waktu tahun 2010-2014,
dengan penekanan pada pencapaian sasaran Prioritas Nasional, Standar Pelayanan
Minimal (SPM), danMillenium Development Goals (MDGs). Masalah kesehatan begitu
berat, kompleks dan tak terduga perlu perhatian pada dinamika kependudukan,
epidemiologi penyakit, ekologi dan lingkungan, kemajuan iptek, kemitraan, globalisasi
dan demokratisasi, kerja sama lintas sektoral dan mendorong partisipasi masyarakat.
Pembangunan kesehatan diarahkan guna mewujudkan Visi Kementerian Kesehatan.

Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan selama tahun 2010-2014


Pertama ; menguraikan arah kebijakan dan strategi nasional, dan Kedua : menguraikan
arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan dengan program-program, secara
garis besarnya terdiri dari dua program yaitu program generik dan program tehnis.
Program generik meliputi :
5 Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
6 Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur kementerian kesehatan
7 Program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur kementerian
kesehatan
8 Progran penelitian dan pengembangan kesehatan
Program teknis meliputi :
9 Program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak
10 Program Pembinaan upaya kesehatan
11 Program Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
12 Program kefarmasian dan alat kesehatan
13 Program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan.
Visi Kementerian Kesehatan sekaligus juga sebagai visi pembangunan kesehatan selama
5 tahun kedepan (2010-2014) adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.
Visi ini merupakan operasionalisasi dari pengertian kesehatan, sebagaimana yang
terdapat dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009, yaitu kesehatan adalah keadaan sehat
fisik, jasmani (mental) dan spritual serta sosial, yang memungkinkan setiap induvidu
dapat hidup secara produktif secara sosial dan ekonomis.
Misi: untuk mencapai visi Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan ditempuh
melalui misi sebagai berikut:
1.
Pertama : Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
2.
Kedua : Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
3.

Ketiga : Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.

4.

Keempat : Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.

Sementara itu tujuannya (tujuan kementerian kesehatan) termasuk juga tujuan dari
pembangunan kesehatan yaitu:terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasilguna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan, Kementerian

Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yaitu:


14 Pertama : PRO RAKYAT. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan haruslah
menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi.
15 Kedua : INKLUSIF. Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan
semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus
berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi
masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.
16 Ketiga : RESPONSIF. Program kesehatan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi
kondisi setempat, social budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar
dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan
penanganan yang berbeda pula.
17 Keempat : EFEKTIF. Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan
sesuai target yang telah ditetapkan, dan bersifat efisien.
18 Kelima : BERSIH. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel.
Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan tahun 2010- 2014, dibuat sebanyak 8
strategis yaitu:
Pertama : Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, dengan :
19 Meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun;
20 Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per 100.000
kelahiran hidup;
21 Menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup;
22 Menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000 kelahiran
hidup;
23 Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting) dari 36,8 persen
menjadi kurang dari 32 persen;
24 Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN)
sebesar 90%;
25 Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED sebesar 100%;
26 Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK sebesar 100%;
27 Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar 90%.
Kedua : Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular, dengan:
28 Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000
penduduk;
29 Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index-API) dari 2 menjadi 1 per
1.000 penduduk;
30 Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2 menjadi dibawah

0,5%;
31 Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari 80%
menjadi 90%;
32 Persentase Desa yang mencapai UCI dari 80% menjadi100%;
33 Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000 penduduk.
Perlu ingatkan target-target indikatif pada tingkat kabupaten /kota dengan konstanta
100.000 sebaiknya tidak langsung digunakan tetapi dikonversi dulu ke dalam nilai
absolutnya, misalnya saja sering terjadi perdebatan angka kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup, harus dikonversikan dengan jumlah kelahiran hidup absolut yang ada
dalam kabupaten tertentu.
Ketiga : Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan
antar tingkat sosial ekonomi serta gender, dengan menurunnya disparitas separuh dari
tahun 2009.
Keempat : Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam
rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh
penduduk, terutama penduduk miskin.
Kelima : Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat
rumah tangga dari 50 persen menjadi 70 persen.
Keenam : Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah
Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).
Ketujuh : Seluruh provinsi melaksanakan program pengendalian penyakit tidak
menular.
Kedelapan : Seluruh Kabupaten/Kota melaksanakan Standar Pelayanan Minimal
(SPM).
II. Standar Pelayanan Minimal
Secara ringkas PP No.65 Tahun 2005 memberikan rujukan bahwa Standar Pelayanan
Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga Negara secara
minimal, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar, baik Daerah Provinsi maupun
Daerah Kabupaten/Kota.
Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan selanjutnya disebut SPM Kesehatan adalah
tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Daerah Kabupaten/Kota.
Proses penyusunan SPM Bidang Kesehatan sampai ditetapkannya Permenkes Nomor
741/MENKES/PER/VI/2008 tanggal 29 Juli 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota telah melalui suatu rangkaian kegiatan yang
panjang dengan melibatkan berbagai pihak, yaitu:
34 Unit Utama terkait di Depkes, UPT Pusat, dan UPT Daerah.
35 Lintas sektor terkait (Departemen Dalam Negeri, Badan Perencanaan Nasional,
Departemen Keuangan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara)

36 Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota, Rumah Sakit Daerah Provinsi/


Kabupaten/ Kota dan Puskesmas
37 ADINKES dan ARSADA
38 Lintas sektor terkait di daerah (Gubernur, Bupati, Walikota, DPRD Provinsi/
Kabupaten/ Kota, Pemda Provinsi/ Kabupaten/ Kota, Bappeda Provinsi/ Kabupaten/
Kota dan Dinas terkait lainnya di Provinsi/ Kabupaten/ Kota)
39 Organisasi profesi kesehatan di tingkat Pusat/Provinsi/ Kabupaten/ Kota
40 Para pakar Perguruan Tinggi .
41 Para Expert/ Donor Agency.
42 Para konsultan Luar Negeri dan Konsultan Domestik.
43 WHO, World Bank, ADB, USAID, AusAID, GTZ, HSP dll
Dalam penerapannya SPM kesehatan harus menjamin akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan dasar dari Pemerintah Daerah sesuai dengan ukuran-ukuran
yang ditetapkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, baik dalam perencanaan maupun
penganggaran, wajib diperhatikan prinsip-prinsip SPM kesehatan yaitu sederhana,
konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan serta
mempunyai batas pencapaian yang dapat diselenggarakan secara bertahap.
Kementerian Kesehatan telah sepakat menambahkan kriteria SPM kesehatan yaitu :
44 Merupakan pelayanan yang langsung dirasakan masyarakat, sehingga hal-hal
yang berkaitan dengan manajemen dianggap sebagai faktor pendukung dalam
melaksanakan urusan wajib (perencanaan, pembiayaan, pengorganisasian,
perizinan,sumberdaya, sistem dsb), tidak dimasukkan dalam SPM (kecuali critical
support function).
45 Merupakan prioritas tinggi bagi Pemerintah Daerah karena melindungi hak-hak
konstitusional perorangan dan masyarakat, untuk melindungi kepentingan nasional
dan memenuhi komitmen nasional dan global serta merupakan penyebab utama
kematian/kesakitan.
46 Berorientasi pada output yang langsung dirasakan masyarakat.
47 Dilaksanakan secara terus menerus (sustainable), terukur (measurable) dan dapat
dikerjakan (feasible).
Dalam pelaksanaan SPM kesehatan untuk jangka waktu tertentu ditetapkan target
pelayanan yang akan dicapai (minimum service target), yang merupakan
spesifikasi peningkatan kinerja pelayanan yang harus dicapai dengan tetap berpedoman
pada standar teknis yang ditetapkan guna mencapai status kesehatan yang diharapkan.
Dalam Urusan Wajib dan SPM, nilai indikator yang dicantumkan merupakan nilai
minimal nasional sebagaimana komitmen global dan komitmen nasional. Indikator SPM
kesehatan berdasar Permenkes Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 adalah:
48 Cakupan kunjungan ibu hamil K4
49 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
50 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan.
51 Cakupan pelayanan nifas

52 Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani


53 Cakupan kunjungan bayi
54 Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
55 Cakupan pelayanan anak balita
56 Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan
keluarga miskin
57 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
58 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
59 Cakupan peserta KB aktif
60 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit
a. Acute Flaccid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk <15 tahun
b. Penemuan penderita Pneumonia balita
c. Penemuan pasien baru TB BTA positif
d. Penderita DBD yang ditangani
e. Penemuan penderita Diare
14. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin
15. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin
16. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan
(Rumah Sakit) di Kabupaten/Kota
17. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi
<24 jam
18. Cakupan Desa Siaga Aktif
SPM mempunyai peranan yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,
baik bagi pemerintah daerah sebagai perangkat yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat maupun bagi masyarakat yang mendapatkan pelayanan. Bagi pemerintah
daerah, SPM dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam penentuan biaya yang
diperlukan untuk menyediakan pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat, SPM
akan menjadi acuan untuk menilai kualitas suatu pelayanan publik yang
disediakan oleh pemerintah daerah. SPM kesehatan dapat digunakan untuk menentukan
tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan daerah dalam
rangka pertanggungjawaban Perangkat Daerah untuk mencapai visi, misi, tujuan dan
sasaran pembangunan bidang kesehatan.

Referensi :
Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005
2025. Jakarta: Depkes RI.http://www.depkes.go.id.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010

2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id.


Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. 2008. Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten atau Kota, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/Menkes/Per/VII/2008.
Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. 2008. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten atau Kota, Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008.

BAB 2
VISI, MISI, TUJUAN, NILAI-NILAI DAN SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN
KESEHATAN
II.1 VISI KEMENTRIAN KESEHATAN
MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN
II.2 MISI KEMENTRIAN KESEHATAN
Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan ditempuh melalui misi
sebagai berikut:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan
II.3. TUJUAN KEMENTRIAN KESEHATAN
Terselenggaranya pembangunan kesehatan secaea berhasil-guna dan berdaya-guna dalam

rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.


II.4. NILAI-NILAI KEMENTRIAN KESEHATAN
Guna mewujudkan visi-misi rencana strategis pembangunan kesehatan. Kementrian
menganut dan menjunjung tinggi niali-nilai yaitu:
1. Pro Rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan selalu
mendahulukan kepentingan rakyat dan haruslah menghasilkan yang terbaik untuk rakyat.
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah
satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial
ekonomi.
2. Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena
pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan
saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang
meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat
madani dan masyarakat akar rumput.
3. Responsif
Program kesehatan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap
dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, social budaya dan
kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan
kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penanganan yang berbeda pula.
4. Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah
ditetapkan, dan bersifat efisien.
5. Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN), transparan, dan akuntabel.
II.5 SASARAN STRATEGIS KEMNTRIAN KESEHATAN
Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan tahun 2010-2014, yaitu:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat.
2. Menurunya angka keskitan akibat penyakit menular.
3. Menurunya dispartasi status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar sosial
ekonomi serta gender.
4. Menigkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi
risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk
miskin.
5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah tangga
dari 50 persen menjadi 70 persen.
6. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal, Terpencil,
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).
7. Seluruh provinsi melaksanakan program pengendalian penyakit tidak menular.
8. Seluruh Kabupaten/Kota melaksanakan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

BAB 3
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
III. 1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
Sesuai visi misi Presiden, kebijakan pembangunan kesehatan periode 5 tahun ke depan
(2010-2014) diarahkan pada tersedianya akses kesehatan dasar yang murah dan
terjangkau terutama pada kelompok menengah ke bawah guna mendukung pencapaian
MDGs pada tahun 2015. Tema Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2010-2014
adalah Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan melalui :
1. Program Kesehatan Masyarakat
2. Program Keluarga Berencana (KB)
3. Sarana Kesehatan
4. Obat
5. Asuransi Kesehatan Nasional
Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2010-2014 difokuskan pada delapan fokus
prioritas, yaitu :
1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan Keluarga Berencana (KB)
2. Perbaikan status gizi masyarakat
3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti penyehatan
lingkungan
4. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan
5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan
penggunaan obat serta pengawasan obatdan makanan
6. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan
8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dantersier.
III. 2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTRIAN KESEHATAN
Arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan dan
strategi nasonal sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014 dengan memperhatikan permasalahan
kesehatan yang telah diidentifikasi melalui hasil review pelaksanaan pembangunan
kesehatan. Untuk mewujudkan Visi dan Misi Kementerian Kesehatan pada tahun 2014
serta memperhatikan pencapaian Prioritas Nasional Bidang Kesehatan, maka dalam
periode 2010-2014 akan dilaksanakan strategi dengan fokus pada Prioritas Nasional
Bidang Kesehatan yang dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan Kementerian
Kesehatan 2010-2014.
STRATEGI :
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam
pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan,
serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif preventif.
3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama mewujudkan jaminan

sosial kesehatan nasional.


4. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan
bermutu.
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan
serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan.
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna dan
berhasilguna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggungjawab.
Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan, Strategi, dan Sasaran Strategis sebagaimana diuraikan
dalam bab-bab sebelumnya, maka disusunlah program-program Kementerian Kesehatan
untuk kurun waktu 2010-2014. Program-program Kementerian Kesehatan 2010-2014
dibagi ke dalam dua jenis, yaitu Program Generik (Dasar) dan Program Teknis.
A. Program Generik:
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Kesehatan
3. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan
4. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
B. Program Teknis:
1. Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
2. Program Pembinaan Upaya Kesehatan
3. Program Pengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan
4. Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan
5. Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Penjabaran :
A. Program Generik
1. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS
LAINNYA
Sasaran : Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian
dukungan manajemen Kementerian Kesehatan.
Kegiatan:
1. Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan
2. Penanggulangan Krisis Kesehatan
3. Pembinaan, Pengembangan, Pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
4. Perumusan Peraturan Perundang-undangan dan Pembinaan Organisasi Tatalaksana
5. Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan
6. Peningkatan Kerjasama Luar Negeri
7. Pengelolaan Komunikasi Publik
8. Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan
9. Pembinaan Administrasi Kepegawaian
10. Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Perlengkapan
11. Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga, Keuangan, dan Gaji.
12. Peningkatan Penyelenggaraan Kesehatan Jemaah Haji

13. Peningkatan Manajemen Konsil Kedokteran Indonesia


14. Kajian Desentralisasi dan Daerah Bermasalah Kesehatan
15. Pembinaan, Pengawasan dan Penyidikan Kesehatan
16. Pertimbangan Kesehatan Nasional
17. Peningkatan dan Pengawasan Rumah Sakit Indonesia
2. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR
KEMENTERIAN KESEHATAN
Sasaran : Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana aparatur Kementerian Kesehatan.
Kegiatan : Pengelolaan Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan
3. PROGRAM PENINGKATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS
APARATUR KEMENTERIAN KESEHATAN
Sasaran : Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan.
Kegiatan :
1. Pengawasan dan Pembinaan Pelaksanaan Kebijakan Ditjen Bina Upaya Kesehatan dan
Setjen
2. Pengawasan dan Pembinaan Pelaksanaan Kebijakan Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak dan Itjen
3. Pengawasan dan Pembinaan Pelaksanaan Kebijakan Ditjen PP dan PL dan
Balitbangkes
4. Pengawasan dan Pembinaan Pelaksanaan Kebijakan Ditjen Bina Kefarmasian dan
Alkes dan Badan PPSDMK
5. Investigasi Hasil Pengawasan
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan
4. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN.
Sasaran: Meningkatnya kualitas penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang
kesehatan.
Kegiatan:
1. Riset Operasional Kesehatan dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran
2. Penelitian dan Pengembangan Humaniora Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
3. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Intervensif
4. Penelitian dan Pengembangan Klinik Terapan dan Epidemiologi Klinik
5. Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan
6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
B. Program Teknis
1. PROGRAM BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
Sasaran : Meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
bermutu bagi seluruh masyarakat.

Kegiatan:
1. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Reproduksi
2. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Anak
3. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Komunitas dan Gender
4. Pembinaan Gizi Masyarakat
5. Pembinaan Keperawatan dan Kebidanan
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak
2. PROGRAM PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN
Sasaran : Meningkatkan upaya kesehatan dasar, rujukan, tradisional, alternatif dan
komplementer, kesehatan kerja, olah raga dan matra, serta standarisasi, akreditasi, dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Kegiatan :
1. Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar
2. Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan
3. Pembinaan dan Pengawasan Upaya Kesehatan Tradisional/ Komplementer Alternatif
4. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja, Olahraga, dan Matra
5. Pembinaan Standarisasi, Akreditasi, dan Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
6. Pelayanan Kesehatan Rujukan bagi Masyarakat Miskin (Jamkesmas)
7. Pelayanan Kesehatan Dasar bagi Masyarakat Miskin (Jamkesmas)
8. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
9. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pembinaan Upaya Kesehatan.
3. PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
Sasaran : Menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit
Kegiatan:
1. Pembinaan Imunisasi dan Karantina Kesehatan
2. Pengendalian Penyakit Menular Langsung
3. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
4. Penyehatan Lingkungan
5. Pengendalian Penyakit Tidak Menular
6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
4. PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Sasaran : Meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan
terjangkau oleh masyarakat.
Kegiatan :
1. Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
2. Peningkatan Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT)
3. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
4. Peningkatan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
5. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program

Kefarmasian dan Alat Kesehatan


5. PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIA KESEHATAN
Sasaran : Meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan sesuai
standar pelayanan kesehatan.
Kegiatan :
1. Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
2. Pendidikan dan Pelatihan Aparatur
3. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
4. Sertifikasi, Standarisasi dan Peningkatan Mutu SDM Kesehatan
5. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai