Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA

PASIEN DENGAN MASALAH HDR


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Jiwa
Pengampu :
Ns. Ari Setyawati, M. Kep

Disusun Oleh :
1. Isnatunaeni (2020200011)
2. Fityani Marma Hayati ( 2020200012)
3. Fajriyatul Mabruroh (2020200013)
4. Sasti Murti Devi (2020200014)
Kelas 2a DIII Keperawatan

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SAINS ALQURAN

JAWA TENGAH DI WONOSOBO 2022


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Tujuan Penulisan..................................................................................
BAB II Tinjauan Teori......................................................................................
A. Definisi.................................................................................................
B. Etiologi ................................................................................................
C. Klasifikasi ............................................................................................
D. Manifestasi Klinis.................................................................................
E. Rentang Respon....................................................................................
F. Akibat...................................................................................................
G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan............................................
H. Pohon Masalah......................................................................................
I. Konsep ASKEP....................................................................................
BAB III Ilustrasi Kasus....................................................................................
A. pengkajian.............................................................................................
B. diagnosa................................................................................................
C. intervensi ..............................................................................................
D. implementasi.........................................................................................
E. evaluasi ................................................................................................
BAB IV Penutup
A. kesimpulan ...........................................................................................
B. saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harga diri adalah perasaan negatif diri sendiri, merasa gagal mencapai
keinginan. Menurut klasifikasi diagnostic and statisyical manual of mental
disorder text revision (DSM IV, TR 2000), harga diri rendah merupakan salah
satu jenis gangguan jiwa kategori gangguan kepribadian (Rusly,2014). Harga
diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri menyebabkan
kehilangan rasa percaya diri, pesimis dan tidak berharga dikehidupan. Harga
diri rendah adalah evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
disertai kurangnya perawatan diri tidak berani menatap lawan lebih banyak
menunduk, berbicara lambat dan suara lemah (meryana, 2017).
Prevalensi gangguan jiwa di Amerika Serikat sekitar 50% dari penduduk
yang berusia lebih dari 18 tahun ke atas pernah memiliki masalah kejiwaan
dan penyalahgunaan zat dalam rentang hidupnya. tahun 1995 DALY’s
(Disability Adjusted Life Years) akibat gangguan 8,1% lebih tinggi di
banding TBC (7,2%), kanker (5,8), penyakit jantung (4,4%) maupun malaria
2,6. DALY’s akibat gangguan jiwa menjadi 12,3% pada tahun 2000 dan
diproyeksikan menjadi 15% pada tahun 2020. Gangguan jiwa di Indonesia
sebesar 26 juta penduduk. Gangguan jiwa yang berlangsung 6 (enam) bulan
dan mengalami kemunduran secara progresi 60-80% akan menjadi kronik dan
gangguan jiwa berat. Prevalensi ganguan jiwa cukup tinggi dan
membutuhkan penanganan yang serius serta berkesinambungan agar tidak
masuk dalam gangguan jiwa berat.
Keperawatan jiwa adalah suatu proses interpersonal dengan tujuan untuk
meningkatkan dan memelihara perilaku-perilaku yang mendukung
terwujudnya suatu kesatuan yang harmonis (integrated). Kliennya dapat
berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau masyarakat. Adapun
peran perawat jiwa yang harus dilakukan meliputi : peran promotif adalah
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan atau menurunkan angka kesakitan
dengan cara memberikan penyuluhan tentang kesehatan, peran preventif
adalah mengidentifikasi prilaku khusus dan menghindari kegagalan peran,
peran kuratif adalah menyediakan lingkungan yang kondusif, memecahkan
masalah, merawat kesehatan fisik atau mencegah usaha bunuh diri melalui
terapi psikoterapi dan terapi medik, peran perawat rehabilitatif adalah dengan
mengikut sertakan klien dalam kelompok, mendorong tanggung jawab klien
terhadap lingkungan dan melatih keterampilan klien sehingga Harga Diri
Rendah dapat ditangani dengan baik.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan
asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gangguan konsep diri : harga
diri rendah (HDR)
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000)
Gangguan harga diri adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri (Keliat, 1999).
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan
kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, ditubuh KKN,
dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri
rendah karena:
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perineal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena. dirawat/sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang yidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tan tanpa penjelasan, tanpa
persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien
gangguan fisik.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis
atau pada klien gangguan jiwa.

B. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang.
1. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah
yaitu:
a. Perkembangan individu yang meliputi:
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak
merasa tidak dicintai kemudian dampaknya anak gagal
mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk mencintai
orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari
orang-orang tuanya atau orang tua yang penting/dekat
dengan individu yang bersangkutan.
3) Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak
berguna, orang tua atau orang terdekat sering
mengkritik serta merevidasikan individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna
dan merasa rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya
rasa percaya diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau setresor pencetus dari munculnya harga diri
rendah mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal
seperti :
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga
sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual
dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dan
perampokan. Respon terhadap trauma pada umumnya akan
mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah represi
dan denial.
3. Perilaku
a. Dalam melakukan pengkajian, perawat dapat memulai dengan.
mengobservasi penampilan klien, misalnya kebersihan,
dandanan, pakaian. Kemudian perawat mendiskusikannya
dengan klien untuk mendapatkan pandangan klien tentang
gambaran dirinya. Gangguan perilaku pada gangguan konsep
diri dapat dibagi sebagai berikut:
b. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri
yang rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai
berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif
membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.

C. Klasifikasi
a. Situasional
Harga diri rendah situasional dalam Wilkinson, Ahern (2009)
didefinisikan sebagai suatu perkembangan persepsi negatif terhadap
harga diri individu sebagai respon terhadap situasi tertentu misalnya
akibat menderita suatu penyakit, kondisi ini dapat disebabkan akibat
adanya gangguan citra tubuh, kegagalan dan penolakan, perasaan
kurang penghargaan, proses kehilangan, dan perubahan pada peran
sosial yang dimiliki.
b. Kronik
Menurut Fitria (2012) menyatakan bahwa gangguan konsep
diri: harga diri rendah kronis biasanya sudah berlangsung sejak lama
yang dirasakan pasien sebelum sakit atau sebelum dirawat. Sedangkan
menurut Nurarif dan Hardhi (2015, p. 55) harga diri rendah kronis
merupakan evaluasi diri/ perasaan negatif tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang berlangsung lama.

D. Manifestasi Klinis
Menurut keliat tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien harga diri
rendah adalah :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan
kurang percaya diri.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam
meraih sesuatu.
3. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada
dibawah orang lain.
4. Gangguan berhubungan sosial seperti menarik diri, lebih suka
menyendiri dan tidak ingin bertemu dengan orang lain.
5. Rasa percaya diri kurang, merasa tidak percaya dengan kemampuan
yang dimiliki.
6. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam
memilih sesuatu.
7. Mencederai diri sendiri akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram sehingga memungkinkan mengakhiri hidupnya.
8. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
9. Perasaan negatif mengenai dirinya sendiri
10. Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera
makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, dan bicara lambat dengan nada lemah.
11. Penyalahgunaan zat.

E. Rentang Respon
Adapun tentang respon konsep diri dapat dilihat sebagai berikut :
Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Keracunan depersonalisasi


diri diri rendah identitas
positif

Respon adaptif terhadap konsep diri meliputi:


1) Aktualisasi diri
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima individu dapat
mengapresiasikan kemampuan yang dimilikinya
2) Konsep diri positif
Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam beraktualisasi
diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya
secara jujur dalam menilai suatu masalah individu berfikir secara
positif dan realistis.

Sedangkan respon maladaptif dari konsep diri meliputi:


1) Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Kekacauan identitas
Suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai identifikasi masa
kanak-kanak kendala kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
3) Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan sdirinya dengan orang lain.

F. Akibat
Harga diri rendah dapat di akibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang.
Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini
menyebutkan penampilan seseorang yang tidak optimal.harga diri rendah
muncul saat lingkungan cenderung mengucilkaan dan menuntut lebih dari
kemampuannya. Ketika seseorang mengalami harga diri rendah maka akan
berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan
cenderung menyendiri dan menarik diri.
Harga diri rendah dapat beresiko terjadi isolasi sosial yang menarik diri .
isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptiv, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial.

G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Terapi yang dapat diberikan antara lain :
1. Pesikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain,penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dilanjutkan untuk
mengadakan permainan atau latihan.
2. Therapy aktivitas kelompok dibagi menjadi 4 yaitu :
a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/ persepsi
b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
c. Terapi aktivittas kelompok stimulasi realita
d. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Terapi yang sering digunakan untuk masalah harga diri rendah
biasanya menggunakan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.
Terapi tersebut merupakan terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.

H. Pohon Masalah

Defisit perawatan Isolasi sosial effect


diri
Harga diri rendah Core problem

Koping individu tidak efektif causa

I. Konsep ASKEP
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan
status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan
kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosa keperawatan. Pengkajian
adalah
pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat
mengidentifikasi,
mengenal masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien
baik
mental, sosial, dan lingkungan (Keliat, 2011)
Menurut Prabowo (2014) isi dari pengkajian tersebut adalah:
1. Identitas pasien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama,
pekerjaan, status marital, suku/bangsa, alamat, nomor rekam medis,
ruang
rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa
medis,
dan identitas penanggung jawab
2. Keluhan utama/alasan masuk
Biasanya pasien datang ke rumah sakit jiwa atau puskesmas dengan
alasan masuk pasien sering menyendiri, tidak berani menatap lawan
bicara,sering menunduk dan nada suara rendah.
3. Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe keluarga beserta kendala mengenai jenis
tipe keluarga atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga
tradisional dan nontradisional
4. Suku Bangsa
Membahas tentang suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut kaitannya dengan kesehatan.
5. Agama
Menjelaskan tentang agama yang dianut oleh masing-masing
keluarga,
perbedaan kepercayaan yang dianut serta kepercayaan yang dapat
memengaruhi kesehatan

6. Status Sosial dan Ekonomi


Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki
oleh keluarga.
7. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun
dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi
8. Riwayat keluarga dan Tahap Perkembangan
a. Tahap perkembangan saat ini
Dari beberapa tahap perkembangan keluarga, identifikasi
perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga
ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti
b. Tahap Perkembangan keluarga yang belum tercapai
Identifikasi tahap perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi
dan yang belum terpenuhi. Pengkajian ini juga menjelaskan
kendala – kendala yang membuat tugas perkembangan keluarga
tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti
Pengkajian dilakukan mengenai riwayat kesehatan keluarga inti,
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing –
masing anggota keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita
oleh keluarga, terutama gangguan jiwa.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Pengkajian mengenai riwayat kesehatan orang tua dari suami dan
istri, serta penyakit keturunan dari nenek dan kakek mereka. Berisi
tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga klien, baik
berhubungan dengan panyakit yang diderita oleh klien, maupun
penyakit keturunan dan menular lainnya.
9. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan
sumber air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi
dengan denah rumah

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Identifikasi mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang
memengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga dapat diketahui melalui kebiasaan
keluarga berpindah tempat
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Identifikasi mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat

10. Struktur Keluarga


a. Sistem pendukung keluarga
Hal yang perlu dalam identifikasi sistem pendukung keluarga
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas
yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan mencangkup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota
keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.
b. Pola komunikasi keluarga
Identifikasi cara berkomunikasi antar anggota keluarga, respon
anggota keluarga dalam komunikasi, peran anggota keluarga, pola
komunikasi yang digunakan, dan kemungkinan terjadinya
komunikasi disfungsional.
c. Struktur kekuatan keluarga
Mengenai kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk mengubah prilaku
d. Struktur peran
Mengetahui peran masing – masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal
e. Nilai dan norma keluarga
Mengetahui nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berkaitan dengan kesehatannya.
11. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaiman kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
Kaji mengenai interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta
prilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Mengetahui sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian,
perlingdungan, serta perawatan anggota keluarga yang sakit.
Kesanggupan anggota keluarga dalam melaksanakan perawatan
kesehatan dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan
lima tugas kesehatan keluarga, yaitu (a) Mengenal masalah
kesehatan; (b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan;
(c) melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit; (d)
Menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan; (e)
Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan tempat tinggal.
d. Fungsi reproduksi
Fungsi Reproduksi perlu dikaji mengenai jumlah anak, rencana
mengenai jumlah anggota keluarga, dan upaya mengendalikan
jumah anggota keluarga
e. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah
sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumberdaya
dimasyarakat untuk meningkatkan status kesehatannya.
12. Faktor predisposisi
a. Riwayat gangguan jiwa
Biasanya pasien dengan harga diri rendah memiliki riwayat
gangguan jiwa dan pernah dirawat sebelumnya
b. Pengobatan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah pernah memiliki riwayat
gangguan jiwa sebelumnya, namun pengobatan klien belum
berhasil.
c. Aniaya
Biasanya pasiendengan harga diri rendah pernah melakukan,
mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.

d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Biasanya ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama
dengan pasien.
e. Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah mempunyai pengalaman
yang kurang menyenangkan pada masa lalu seperti kehilangan
orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan serta tidak tercapainya
ideal diri merupakan stressor psikologik bagi klien yang dapat
menyebabkan gangguan jiwa.

13. Pengkajian fisik


Tanda tanda vital:
Biasanya tekanan darah dan nadi pasien dengan harga diri rendah
meningkat

14. Pengkajian psikososial


a. Genogram
Biasanya menggambarkan garis keturunan keluarga pasien,
apakah ada keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa
seperti yang dialami pasien.
b. Konsep diri
1. Gambaran diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah akan mengatakan
tidak ada keluhan apapun
2. Identitas diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah merasa tidak
berdaya dan rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang
di banggakan atau diharapkan di keluarga maupun di
masyarakat.
3. Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas,
ketegangan peran dan merasa tidak mampu dalam
melaksanakan tugas.
4. Ideal diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah ingin diperlakukan
dengan baik oleh keluarga maupun masyarakat, sehingga
pasien merasa dapat menjalankan perannya di keluarga
maupun di masyarakat.

5. Harga diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kronis selalu
mengungkapkan hal negatif tentang dirinya dan orang lain,
perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis serta
penolakan terhadap kemampuan diri. Hal ini menyebabkan
pasien dengan harga diri rendah memiliki hubungan yang
kurang baik dengan orang lain sehingga pasien merasa
dikucilkan di lingkungan sekitarnya.

c. Hubungan sosial
1. Pasien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu
atau meminta dukungan
2. Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam
3. Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien
4. Pasien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan
mengeksploitasi orang lain.

d. Spiritual
1. Falsafah hidup
Biasanya pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan
ancaman, tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya
terhadap sakit serta dengan penyembuhannya.
2. Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan
Pasien mengakui adanya tuhan, putus asa karena tuhan tidak
memberikan sesuatu yang diharapkan dan tidak mau
menjalankan kegiatan keagamaan.

15. Status mental


a. Penampilan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah penampilannya tidak
rapi, tidak sesuai karena klien kurang minta untuk melakukan
perawatan diri. Kemuduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian
dapat merupakan tanda adanya depresi atau skizoprenia.
b. Pembicaraan
Biasanya pasien berbicara dengan frekuensi lambat, tertahan,
volume suara rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking
c. Aktivitas motorik
Biasanya aktivitas motorik pasien tegang, lambat, gelisah, dan
terjadi penurunan aktivitas interaksi.

d. Alam perasaan
Pasien biasanya merasa tidak mampu dan pandangan hidup yang
pesimis.
e. Afek
Afek pasien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon
bila ada stimulus emosi yang bereaksi
f. Interakasi selama wawancara
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kurang kooperatif dan
mudah tersinggung.
g. Persepsi
Biasanya pasien mengalami halusinasi dengar/lihat yang
mengancam atau memberi perintah
h. Proses pikir
Biasanya pasien dengan harga diri rendah terjadi pengulangan
pembicaraan (perseverasi) disebabkan karena pasien kurang
kooperatif dan bicara lambat sehingga sulit dipahami.
i. Isi pikir
Biasanya pasien merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau
menolak diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri.
j. Tingkat kesadaran
Biasanya tingkat kesadaran pasien stupor (gangguan motorik
seperti ketakutan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh
klien dalam sikap canggung yang dipertahankan dalam waktu
lama tetapi klien menyadari semua yang terjadi di lingkungannya).
k. Memori
Biasanya pasien dengan harga diri rendah umumnya tidak terdapat
gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek ataupun
memori jangka panjang.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Biasanya tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau
tidak mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama,
karena merasa cemas. Dan biasanya tidak mengalami gangguan
dalam berhitung.
m. Kemampuan menilai
Biasanya gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat
mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain, contohnya:
berikan kesempatan pada pasien untuk memilih mandi dahulu
sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi, setelah
diberikan penjelasan pasien masih tidak mampu mengambil
keputusan) jelaskan sesuai data yang terkait. Masalah keperawatan
sesuai dengan data
n. Daya tilik diri
Biasanya pasien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik
dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu meminta
pertolongan/pasien menyangkal keadaan penyakitnya, pasien tidak
mau bercerita penyakitnya.

16. Kebutuhan persiapan pulang


a. Makan
Biasanya pasien makan 3 kali sehari dengan lauk pauk dan
sayuran.
b. Buang air besar dan buang air kecil
Biasanya pasien BAB dan Bak secara mandiri dengan
menggunakan toilet. Klien jarang membersihkannya kembali
c. Mandi
Biasanya pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun, menyikat
gigi dan pasien selalu mencuci rambutnya setiap 2 hari 1 kali.
Klien menggunting kuku setiap kuku pasien dirasakan panjang
d. Berpakaian
Biasanya pasien dapat mengenakan pakaian yang telah disediakan,
klien mengambil, memilih dan mengenakan secara mandir
e. Istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidur siang setelah makan siang lebih kurang 2
jam, dan pada malam hari pasien tidur lebih kurang 7-8 jam.
Terkadang pasien terbangun dimalam hari karena halusinasinya
muncul.
f. Penggunaan obat
Biasanya pasien minum obat 3 kali dalam sehari, cara pasien
meminum obatnya dimasukkan kemudian pasienmeminum air.
Biasanya pasien belum paham prinsip 5 benar dalam meminum
obat
g. Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien akan melanjutkan obat untuk terapi dengan
dukungan dari keluarga serta petugas kesehatan dan orang
disekitarnya.
h. Aktivitas di dalam rumah
Biasanya pasien jarang membantu di rumah, pasien jarang
menyiapkan makanan sendiri dan membantu membersihkan

i. Aktivitas di luar rumah.


Biasanya pasien jarang bersosialisasi dengan keluarga maupun
dengan lingkungannya.

17. Mekanisme koping


Pasien dengan harga diri rendah biasanya menggunakan mekanisme
koping maladaptif yaitu dengan minum alkohol, reaksi lambat,
menghindar dan mencederai diri.
18. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mempunyai masalah dengan dukungan dari
keluarganya. Pasien merasa kurang mendapat perhatian dari keluarga.
Pasien juga merasa tidak diterima di lingkungan karena penilaian
negatif dari diri sendiri dan orang lain.
19. Kurang pengetahuan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah tidak mengetahui penyakit
jiwa yang ia alami dan penatalaksanaan program pengobatan
20. Aspek medik
Biasanya pasien dengan harga rendah perlu perawatan dan pengobatan
yang tepat. Pasien dengan diagnosa medis Skizofrenia biasanya klien
mendapatkan Clorpromazine 1x100 mg, Halloperidol 3x5 mg,
Trihexy penidil 3x2 mg, dan Risporidon 2x2 mg.

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Yosep (2014) menjelaskan terdapat beberapa masalah keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah diantaranya adalah:
1. Harga diri rendah kronik
2. Koping Individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Defisit Perawatan Diri

3.PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Perencanaan tindakan keperawatan pada pasien menurut Kemenkes RI
(2012),
yaitu:

a. Strategi pelaksanaan pertama pasien


1. Mengidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan, dan aspek positif
klien , buat daftar kegiatan.
2. Membantu klien memilih kegiata yang dapat dilakukMembantu pasien
menilai kegiatanan saat ini ( pilih dari daftar kegiatan) buat daftar
kegistan yang dapat dilakukan saat iniMembuat daftar kegiatan yang
dapat dilakukan saat ini.
3. Membantu klien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan
saat ini untuk dilatih.
4. Melatih kegiatan yang dipilih oleh klien (alat dan cara melakukannya)
5. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali sehari

b. Strategi pelaksanaan kedua pasien


1. Mengevaluasi kegiatan pertamsa yang telah dilatih dan berikan pujian.
2. Membantu klien memilih kegiatan kedua yang akan dipilih.
3. Melatih kegiatan kedua (alat dan cara)
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan,
( masing masing dua kali per hari)

c. Strategi pelaksanaan ketiga pasien


1. Mengevaluasi kegiatan pertama dan kedua yang telah dilatih dan
berikan pujian
2. Membantu klien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih
3. Melatih kegiatan ketiga (alat dan cara)
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan,
(masing masing dua kali per hari.)

d. Strategi pelaksanaan keempat pasien


1. Mengevaluasi kegiatan pertama, kedua,dan ketiga yang telah dilatih
dan berikan pujian.
2. Membantu klien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
3. Melatih kegiatan ke empat(alat dan cara)
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan empat kegiatan
masing-masing dua kali per hari

e. Strategi pelaksanaan kelima pasien


1. Mengevaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian
2. Melatih kegiatan dilanjutkan sampai tak terhingga
3. Menilai kemampuan yang telah mandiri
4. Menilai apakah harga diri klien meningkat
Strategi tindakan keperawatan keluarga.
a. Strategi pelaksanaan pertama keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
harga diri rendah.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga
diri rendah dan akibat harga diri rendah
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah

b. Strategi pelaksanaan kedua keluarga


1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
HDR
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
HDR

c. Strategi pelaksanaan ketiga keluarga


1. Membanu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk
minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setela pulang

4.EVALUASI KEPERAWATAN
Menurut Kemenkes RI (2012) evaluasi kemampuan pasien dan keluarga
dalam merawat harga diri rendah adalah:
a. Evaluasi kemampuan pasien harga diri rendah berhasil apabila pasien
dapat:
1. Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan
3. Melatih kemampuan yag dapat dikerjakan
4. Membuat jadwal kegiatan harian
5. Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
6. Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi
harga diri rendah

b. Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) harga diri rendah


berhasil apabila keluarga dapat:
1. engenal harga diri rendah yang dialami pasien (pengertian, tanda
dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah, dan akibat jika
harga diri rendah tidak diatasi)
2. Mengambil keputusan merawat harga diri rendah
3. Merawat harga diri rendah
4. Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
pasien untuk meningkatkan harga dirinya
5. Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi harga
diri rendah
6. Melakukan follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh, dan
melakukan rujukan
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. Identitas
1. Klien Inisial : Tn. A
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 17 tahun
4. Agama : Islam
5. Status : Belum menikah
6. Tanggal Pengkajian : 28 Mei 2022
7. No RM : 40-52-11
8. Sumber Data : Status klien dan komunikasi dengan klien

2. Alasan masuk RS
Klien mengatakan waktu SD sampai SMP pernah ditolak atau dikucilkan
oleh temen-temennya karena klien tidak memiliki uang. Keluarga klien
mengatakan klien dibawa ke Rumah sakit jiwa karena BAB sembarangan.
Klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain karena merasa malu dan
tidak berarti semenjak ayahnya meninggal dunia yang disebabkan oleh
kebakaran rumah sejak 2 tahun yang lalu, sehingga pasien menjadi
depresi. Keluarga pasien mengatakan jika pasien belum pernah berobat ke
siapapun dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Jiwa, sehingga keadaan
pasien masih sama hingga saat ini.
3. Factor predisposisi
Sebelumnya pasien tidak ada Riwayat gangguan jiwa. Pasien pertama kali
mengalami gangguan jiwa ketika pasien mnedapatkan penolakan dari
teman-teman SD sampai SMP. Pasien merasa dikucilkan karena tidak
memiliki uang, sehingga depresi dan tidak mau berinteraksi dengan orang
lain. Keluarga pasien mengatakan jika tidak ada anggota keluarga lain
yang mengalami gangguan jiwa. Keluarga pasein mengatakan jika pasien
merasa kehilangan sosok ayahnya karena kejadian kebakaran 2 tahun yang
lalu, sehingga pasien tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan merasa
hidup sendiri.
4. Fisik
Pasien tidak memiliki keluhan fisik saat dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital, didapatkan hasil : TD : 113/74 mmHg; N : 88 x/i; S : 36.5 oC;
P : 20 x/i; klien memiliki tinggi 160 cm dan berat badan 64 Kg.
5. Psikososial
a. Genogram

Keterangan :
: pasien laki-laki : garis tinggal serumah

: laki-laki meninggal : garis hubungan yang paling dekat

: laki-laki : perempuan meninggal

: laki-laki bercerai : perempuan


meninggal

Klien mengatakan bahwa ia adalah anak kembar yang berjenis kelamin


laki-laki dan saudaranya perempuan. Klien tinggal bersama ibu dan
adik sepupunya. Klien ditinggal ayahnya 2 tahun lalu karena
kebakaran dirumahnya.
1) pola asuh klien : klien diasuh oleh orang tuanya
2) pola komunikasi : keluarga mengatakan klien sering
menyendiri dikamar saat dirumah
3) pengambilan keputusan : pola pengambilan keputusan adalah
ayahnya, semenjak ayahnya meninggal keputusan digantikan
oleh ibunya
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah
b. Konsep diri
1. Gambaran diri : klien mengatakan puas dan nyaman
dengan tubuhnya
2. Identitas diri : Anak kedua dari orang tuanya
3. Peran : klien berperan sebagai anak
4. Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh
5. Harga diri : klien merasa tidak berarti dan tidak
percaya diri
c. Hubungan social
1. Orang yang berarti : orang yang berarti dalam kehidupan
pasien adalah keluarganya
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Pasien tidak
pernah mengikuti kegiatan kelompok lingkungan rumah
3. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang lain : klien tidak
mudah akrab/ berhubungan dengan orang lain yang dia tidak
kenal
d. Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama muslim
2. Kegiatan Ibadah : Klien jarang ibadah
6. Status mental
1. Penampilan
Klien tampak kurang rapi dalam berpakaian
2. Pembicaraan
Klien berbicara lambat, volume pelan, jumlah sedikit karakternya
kata-kata bersambung, klien gagap ketika berbicara
3. Aktivitas Motorik
klien tampak jarang menunjukkan perhatian pada lingkungan dan
muka tanpa mimik
4. Suasana perasaan
Klien mengatakan sering menangis, wajah pasien tampak murung,
makan harus dipaksa dan klien mengatakan kehilangan sosok
orang yang dekat dengan klien yaitu ayahnya
5. Afek
Afek wajah labil
6. Interaksi
Klien selama interaksi kontak mata kurang, klien tidak mampu
memulai pembicaraan, klien tidak menatap lawan bicaranya
7. Persepsi
Klien mengatakan tidak mengalami halusinasi maupun ilusi
8. Proses Pikir
Klien mampu menjawab apa yang ditanya dengan baik, namun saat
klien berbicara tiba-tiba tanpa ada faktor eksternal, kemudian
beberapa lama kemudian melanjutkan kembali pembicaraannya dan
klien sukar berbicara dengan orang lain.
9. Isi pikir
Klien dapat mengontrol isi pikirnya,klien tidak mengalami
gangguan isi pikir dan tidak ada waham. Klien tidak mengalami
fobia, obsesi ataupun depersonalisasi.
10. Tingkat kesadaran
Klien merasa tidak cocok bergaul dengan orang lain dan klien
merasa merendah terhadap hal-hal yang pernah dilakukan atau pun
belum pernah dilakukan.
11. Memori
Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang pernah
klien alami.
12. Tingkat konsentrasi berhitung
Klien tidak mudah beralih dan mampu berhitung tanpa bantuan
orang lain.
13. Kemampuan penilaian
Klien mengatakan ketika ia ditolak oleh lingkungan klien langsung
terdiam diri dikamar
14. Daya tilik diri
Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, klien mengetahui
bahwa dia sedang sakit.
7. Kebutuhan persiapan pulang
1. Makan
Pada saat di Rumah sakit jiwa pasien makan 3x sehari, porsi makan
yang yang diberikan selalu habis
2. BAB/ BAK
Keluarga klien mengatakan klien saat di rumah BAB dan BAK
sembarangan
3. Mandi
Saat dirumah klien tidak mau mandi dan dibantu oleh keluarga
untuk mandi, saat di Rumah sakit jiwa klien mampu mandi secara
mandiri
4. Berpakaian
Klien mampu berpakaian sendiri, berhias dan berdandan dengan
sendiri
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama: 12.00 wib s/d 15.00 wib
Tidur malam, lama: 18.00 wib s/d 05.00 wib
Aktifitas sebelum/sesudah tidur: Tidak ada.
Klien selalu tidur sesuai jadwal yang diatur oleh perawat.
6. Penggunaan obat
Klien tidak dapat mengatur penggunaan obat saat dirumah
sehingga sering kambuh
7. Pemeliharaan Kesehatan
keluarga selalu mengingatkan saat di rsj klien teratur meminum
obat dari perawat. Klien memerlukan dukungan dari keluarga,
terapis, teman sejawat dan kelompok supaya lebih memahami
ruginya menyendiri.
8. Kegiatan di dalam rumah
Klien dapat melakukan pekerjaan rumah seperti bersih-bersih
rumah,
9. Kegiatan di luar rumah
Klien dapat melakukan aktivitas di luar rumah dengan jalan kaki.
8. Mekanisme koping
Saat ada masalah klien mengatakan masalahnya dibuku harian, klien tidak
mau bercerita denagn orang lain
9. Masalah psikososial dan lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Klien mengatakan sulit untuk berinteraksi dengan orang lain
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Klien mengatakan memiliki masalah yang berhubungan dengan
lingkungnya, klien menarik diri tidak mau berinteraksi dengan
lingkungan sekitar
c. Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Klien mengatakan saat berada dibangku smp klien ditolak dengan
teman-temanya karena klien tidak memiliki uang
d. Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pekerjaanya sebagai
bertani
e. Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan perumahan, klien
mengatakan tinggal bersama orangtuanya
f. Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan ekonominya
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Keluarga klien mengatakan tidak pernah ada masalah dengan pelayanan
kesehatan
h. Masalah lainnya, spesifiknya:
Tidak ada masalah lainnya
10. Pengetahuan
Klien memerlukan penjelasan tentang kondisinya dan apa saja yang dapat
memperburuk kondisinya, sistem seperti keluarga harus memahami
pengetahuan atau informasi tentang bagaimana mengontrol kondisi klien
11. Aspek medik
a. Diagnosa Multi Axis
Axis I : F20.2, Skizofrenia katatonik 59
Axis II : Pendiam, tertutup
Axis III : Tidak ditemukan
Axis IV : Masalah psikososial dan lingkungan lainnya
Axis V : 30-21
b. Terapi Medis (Oral)
1) Trif luop erazine 5mg : (1-0-1-0)
2) Lorazapa 2mg : (1-0-1-0)
3) Olazapin 10mg : (0-0-1-0)
4) Depakote 250mg : (0-0-1-0)
B. Diagnosis Keperawatan
1. analisis data
No Data Diagnose keperawatan
1 DS: Klien mengatakan Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
tidak ada harapan punya
teman, klien mengatakan
malu berinteraksi
dengan orang lain DO:
Kontak mata kurang,
expresi wajah malu,
sering menunduk saat
berinteraksi
2 DS: Klien mengatakan Isolasi sosial : menarik diri
tidak mempunyai teman
dekat di kamar DO:
banyak diam,
menyendiri, kontak mata
kurang
3 DS: Klien pernah Respon pasca trauma dan berduka
kehilangan orang disfungsional
terdekat yaitu ayahnya,
klien pernah mengalami
penolakan saat SD-SMP
DO: Klien tampak
pendiam, berbicara
seperlunya
2. Daftar Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah 60 Respon pasca trauma
b. Isolasi sosial
c. Defisit perawatan diri
d. Koping individu inefektif
e. Distress spiritual
f. Ganguan komunikasi verbal

3. Pohon masalah

Isolasi sosial
menarik diri Effect

Harga diri rendah


core problem

Koping individu
Inefektif cause

Respon pasca
trauma

4. Prioritas masalah
a. Gangguan konspe diri : harga diri rendah
b. Isolasi social
c. Respon pasca trauma
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
D Perencanaan
Tgl Tuju Kriteria Hasil Intervensi
x
Kepera an
watan
28-05- Harga TUM : - Klien dapat menerima kehadiran perawat setelah 3x 1. Bina hubungan saling percaya
2022 Diri Klien dapat pertemuan dengan :
Rendah berinteraksi dengan - Klien dapat mengungkapkan perasaan dan a. Sapa klien dengan ramah baik
orang lain. keberdayaan saat ini secara verbal verbal maupun non verbal
a) Klien mau menjawab salam b. Perkenalkan diri dengan
TUK 1 : b) Ada kontak mata sopan
Klien mampu membina c) Klien mau berjabat tangan c. Tanyakan nama
hubungan saling d) Klien mau berkenalan lengkap klien dan nama
percaya e) Klien mau menjawab pertanyaan panggilan yang disukai klien
f) Klien mau duduk berdampingan d. Jelaskan tujuan
dengan perawat pertemuan
g) Klien mampu e. Buat kontrak interaksi yang
mengungkapkan perasaannya. jelas, jujur dan tepati janji
f. Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian pada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar klien.
TUK 2 : - Klien dapat menyebutkan 2.1 Tanyakan pada klien

TINDAKAN KEPERAWATAN
NO Tanggal Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jam
1 28 Mei Ganguan konsep diri harga diri 1. Bina hubungan saling percaya S : klien mengatakan
2022 rendah dengan menggunakan prinsip namanya qoirudin biasa di
komunikasi terapeutik panggil udin
a. Sapa klien dengan ramah O:
baik verbal maupun non a. Tidak ada kontak
verbal mata saat diajak
b. Perkenalkan diri dengan sopan bicara
c. Tanyakan nama lengkap dan b. Espresi wajah datar
nama panggilan yang disukai c. Selalu menyendiri
dan menerimaklien d. Susah diajak bicara
d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Menghindar saat
e. Jujur dan menepati janji diajak bicara
f. Tunjukan sikap empati A : Ganguan konsep diri
dan menerima klien belum teratasi, klien belum
apa adanya bisa melakukan bina
g. Beri perhatian dan perhatikan hubungan saling percaya
kebutuhan dasar klien P : Lanjutkan sp 1
2 28 Ganguan konsep 1. Bina hubungan saling S: Klien mengatakan
Mei diri harga diri percaya dengan tidak mau diganggu
2022 rendah menggunakan prinsip O:
komunikasi terapeutik a. Tidak ada kontak
a. Sapa klien dengan mata saat diajak
ramah baik verbal bicara
maupun non verbal b. Espresi wajah
b. Perkenalkan diri datar
dengan sopan c. Selalu
c. Tanyakan nama menyendiri
lengkap dan nama d. Susah diajak
panggilan yang disukai bicara
dan menerimaklien e. Menghindar saat
d. Jelaskan tujuan diajak bicara
pertemuan A: Gangguan
e. Jujur dan menepati janji Konsep diri harga
f. Tunjukan sikap empati diri rendah P:
dan menerima klien lanjutkan sp 1
apa adanya
g. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien
3 28 Ganguan konsep 1. Bina hubungan saling S: Klien mengatakan
Mei diri harga diri percaya dengan tidak mau diganggu
2022 rendah menggunakan prinsip O:
komunikasi terapeutik a. Tidak ada kontak
a. Sapa klien dengan
mata saat diajak
ramah baik verbal
maupun non verbal bicara
b. Perkenalkan diri dengan
b. Espresi wajah
sopan
c. Tanyakan nama datar
lengkap dan nama
c. Selalu
panggilan yang disukai
dan menerimaklien menyendiri
d. Jelaskan tujuan
d. Susah diajak
pertemuan
e. Jujur dan menepati janji bicara
f. Tunjukan sikap empati
e. Menghindar saat
dan menerima klien
apa adanya diajak bicara
g. Beri perhatian dan
A: Gangguan Konsep
perhatikan kebutuhan
diri harga diri rendah
dasar klien
P: lanjutkan sp 1
4 29 Ganguan konsep 1. Bina hubungan saling S:
Mei diri harga diri percaya dengan O:
2022 rendah menggunakan prinsip a. Tidak ada kontak
komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan mata saat diajak bicara
b. Espresi wajah
ramah baik verbal
datar
maupun non verbal
c. Selalu
b. Perkenalkan diri dengan
menyendiri
sopan
d. Susah
c. Tanyakan nama
diajak
lengkap dan nama
bicara
panggilan yang disukai
e. Menghindar
dan menerimaklien
saat diajak
d. Jelaskan tujuan
bicara
pertemuan
A: Gangguan Konsep diri
e. Jujur dan menepati janji
harga diri rendah P:
f. Tunjukan sikap empati lanjutkan sp 1
dan menerima klien
apa adanya
g. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien
5 29 Gangguan 1. Bina hubungan saling S: klien mengatakan ingin
Mei konsep diri percaya dengan pulang
2022 harga diri menggunakan prinsip O:
rendah komunikasi a. Tidak ada kontak
terapeutik mata saat diajak
a. Sapa klien dengan
ramah baik verbal bicara
maupun non verbal b. Espresi wajah
b. Perkenalkan diri dengan
sopan datar
c. Tanyakan nama c. Selalu
lengkap dan nama
panggilan yang disukai menyendiri
dan menerimaklien d. Susah
d. Jelaskan tujuan
pertemuan diajak
e. Jujur dan menepati janji bicara
f. Tunjukan sikap empati
e. Menghindar
dan menerima klien
apa adanya saat diajak
g. Beri perhatian dan
bicara
perhatikan kebutuhan
A: Gangguan Konsep
diri harga diri rendah
dasar klien P: lanjutkan sp 1

6 30 Gangguan 1. Bina hubungan saling S: klien mengatakan ingin


Mei konsep diri percaya dengan pulang
2022 harga diri menggunakan prinsip O:
rendah komunikasi a. Tidak ada kontak
terapeutik mata saat diajak
a. Sapa klien dengan
ramah baik verbal bicara
maupun non verbal b. Espresi wajah
b. Perkenalkan diri dengan
sopan datar
c. Tanyakan nama c. Selalu
lengkap dan nama
panggilan yang disukai menyendiri
dan menerimaklien d. Susah
d. Jelaskan tujuan
pertemuan diajak
e. Jujur dan menepati janji
bicara
f. Tunjukan sikap empati
dan menerima klien e. Menghindar
apa adanya saat diajak
g. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan bicara
dasar klien A: Gangguan Konsep
diri harga diri rendah P:
lanjutkan sp 1
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada tanggal 25 Mei 2022 ditemukan adanya data data
yang menunjukkan bahwa klien Tn. Q menderita harga diri rendah
Pengkajian ini meliputi wawancara, pemeriksaan fisik, informasi
perawat atau keluarga, catatan medis, catatan keperawatan.
Selanjutnya dilakukan analisa data dan ditemukan empat diagnosa
keperawatan
2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada Tn. Q yaitu ganguan
konsep diri Harga diri rendah, Isolasi sosial, Respon pasca trauma
dan berduka disfungsional, Distress spiritual, Defisit perawatan
diri, Koping individu inefektif
3. Intervensi keperawatan yang diberikan pada Tn. Q disesuaikan
dengan tinjauan pustaka yang ada pada BAB II. Tetapi tidak semua
intervensi diberikan kepada Tn. Q,
4. Implementasi dilaksanakan berdasarkan intervensi yang telah
disusun pada tinjauan pustaka BAB II. Penulis hanya melakukan
beberapa implementasi sesuai kebutuhan Tn. Q
5. Evaluasi yang dilakukan pada Tn. Q sebanyak enam kali berturut-
turut evaluasi dilakukan sejak tanggal 25 sampai 28 Mei 2022
Menentukan evaluasi menggunakan SOAP. Didapatkan hasil
evaluasi diagnosis Harga Diri Rendah belum teratasi.

B. Saran
1. Bagi pasien dan keluarga
Keluarga dapat ikut serta dalam memberikan asuhan keperawatan
klien harga diri rendah sehingga klien merasa ada dukungan yang
dapat mempercepat penyembuhan penyakitnya.
2. Perawat dan petugas kesehatan
Diharapkan mampu berkoordinasi dengan tim kesehatan yang lain
yakni dokter, dan ahli gizi karena menangani klien membutuhkan
asuhan keperawatan yang mengutamakan rasa nyaman , care,
kepedulian dan kesabaran pada umumnya dan khususnya pada
klien Harga diri rendah diharapkan tenaga kesehatan lebih
mengutamakan pelayanan yang mampu membina hubungan saling
percaya dan hubungan terapeutik guna memberikan rasa nyaman
dan keterbukaan sehingga masalah cepat tertasi.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT


Refika Aditama
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Febriana et.al, 2016. Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Harga Diri Remaja
Korban Bullying Vol. 4, No. 1. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Mulyawan & Agustina. 2018. Terapi Kreasi Seni Menggambar Terhadap
Kemampuan Melakukan Menggambar Bentuk Pada Pasien Harga Diri
Rendah Vol. 8 No. 1. Jurnal Ilmiah Keperawatan Indonesia
Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Anda mungkin juga menyukai