Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA DENGAN TINDAKAN HARGA DIRI RENDAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Saryomo M.Kep

Disusun oleh :

Danda Permana Januar (E2214401051)

PROGRAM STUDI DIII ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMLAYA
2024
A. Konsep Harga Diri Rendah
1. Definisi Harga diri rendah kronik merupakan perasaan tidak berarti, tidak berharga,
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat penilaian yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri (Yosep, 2009). Harga diri rendah merupakan suatu
penilaian mengenai pencapaian diri dengan analisis seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri, dimana penilaian diri yang muncul meliputi merasa tidak berharga,
tidak berarti, dan rendah diri akibat penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Fajariyah, 2012). Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana
individu menilai dirinya atau kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan
menganggap dirinya sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat
bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri (Nurhalimah, 2016). Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah kronik merupakan
perasaan negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri yang menganggap dirinya
sebagai individu yang tidak berharga, tidak berarti, rendah diri, dan tidak dapat
bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
2. Rentang Respon Konsep Diri
 Respon Adaptif Respon adaptif adalah respon atau kemampuan
individu dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. 1)
Aktualisasi diri merupakan persepsi diri terhadap dirinya yang dapat
melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya. 2) Konsep diri
positif merupakan persepsi individu dalam menilai dirinya secara
positif dan dapat menerima apa yang ada pada dirinya.
 Respon Maladaptif Respon maladaptif adalah respon individu ketika
tidak mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapinya.
1) Harga diri rendah merupakan individu yang cenderung menilai
dirinya secara negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
2) Keracunan identitas merupakan suatu kegagalan individu dalam
mengintegrasikan masa tumbuh kembangnya.
3) Depersonalisasi merupakan perasaan yang tidak realistis terhadap
diri sendiri yang tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
3.Klasifikasi
Klasifikasi harga diri rendah dapat terjadi secara:
1) Situasional Harga diri rendah situasional adalah harga diri yang terjadi secara tiba-
tiba, misalnya harus menjalani operasi, kecelakaan, diceraikan oleh pasangan, dan
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
2) Kronik Harga diri rendah kronik adalah harga diri yang terjadi akibat persepsi
individu yang negatif terhadap diri yang telah berlangsung lama seperti pemikiran
negatif sebelum sakit atau sebelum dirawat di rumah sakit. Kejadian sakit dan akan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa
4.Etiologi
Etiologi harga diri rendah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) :
1. Terpapar situasi traumatis
2. Kegagalan berulang
3. Kurangnya pengakuan dari orang lain
4. Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
5. Gangguan psikiatri
6. . Penguatan negatif berulang
7. . Ketidaksesuaian budaya Faktor
a. penyebab harga diri rendah (Stuart dan Lararia, 2008) :
1. Faktor predisposisi Faktor predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri
rendah, meliputi:
1) Biologis Diartikan sebagai faktor heriditer (keturunan) seperti adanya anggota
yang mengalami gangguan jiwa. Selain itu, adanya riwayat penyakit kronis atau
trauma kepala.
2) Psikologis Masalah psikologis yang dapat menyebabkan terjadinya harga diri
rendah meliputi pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari
lingkungan dan orang terdekat, harapan yang tidak realistis, kegagalan berulang,
kurang mempunyai tanggungjawab personal, dan memiliki ketergantungan tinggi
pada orang lain.
3) Sosial dan budaya Pengaruh sosial budaya yang menyebabkan terjadinya harga
diri rendah meliputi adanya penilaian negatif dari lingkungan kepada klien, sosial
ekonomi rendah, pendidikan yang rendah dan adanya riwayat penolakan dari
lingkungan.
b. Faktor presipitasi Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
1) Riwayat trauma Meliputi adanya pengalaman tidak menyenangkan,
penganiayaan seksual, menjadi korban atau saksi dari perilaku kekerasan
2) ) Ketegangan peran Ketegangan peran disebabkan oleh:
a. Transisi peran perkembangan merupakan perubahan yang berhubungan
dengan pertumbuhan manusia.
b).Transisi peran situasi terjadi karena perubahan jumlah anggota keluarga yang
disebabkan oleh kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit merupakan perubahan dari kondisi sehat menjadi
sakit. Perubahan tersebut dapat disebabkan karena perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal dan kecacatan fisik
5.Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul pada klien harga diri rendah (Muhith, 2015), sebagai berikut:

a. Mengkritik diri sendiri

b. Perasaan tidak mampu dalam berbagai hal

c. Pandangan hidup yang pesimis

d. Produktivitas yang menurun

e. Penolakkan terhadap kemampuan diri

f. Kurang memperhatikan perawatan diri

g. Berpakaian tidak rapi

h. Tidak berani menatap lawan bicara

i. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi

j. Bicara lambat dengan nada suara lemah

6.Akibat Harga Diri rendah

Klien yang mengalami harga diri rendah dapat mengakibatkan terjadinya gangguan interaksi
sosial, antara lain menarik diri, perubahan penampilan peran, keputusasaan maupun
munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
(Purwasi & Susilowati, 2016).

7.Penatalaksanaan

1) Psikofarmaka Berbagai obat psikofarmaka hanya diperoleh dengan resep dokter,


dapat dibagi dalam dua golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan generasi kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi
pertama berupa Chorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat
yang termasuk golongan generasi kedua berupa Risperidone, Olozapine,
Quentiapine, Glanzapine, Zotanine, dan Aripiprazole.
2) Psikoterapi
Psikoterapi merupakan terapi kerja yang sangat baik untuk mendorong klien
bergaul dengan orang lain, perawat maupun dokter. Hal ini dimaksudkan supaya
klien tidak dapat melakukan kebiasaan yang kurang baik, sehingga dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
3) Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples.
4) Terapi Modalitas
Terapi modalitas bertujuan untuk mengubah perilaku klien gangguan jiwa
dengan perilaku maladaptif menjadi perilaku yang adaptif. Terdapat beberapa
jenis terapi modalitas pada gangguan jiwa antara lain:
1. Terapi lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yang bertujuan untuk mengubah
perilaku maladaptif menjadi adaptif dengan cara mengubah atau
memodifikasi lingkungan.
2. Terapi okupasi
Terapi okupasi merupakan psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas
yang membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif dan edukasional
untuk penyesuaian diri dengan lingkungan dan meningkatkan derajat
kesehatan fisik dan mental pasien.
3. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya memfasilitasi psikoterapi
terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan
meningkatkan hubungan antar anggota.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu wawancara dan observasi. Beberapa
aspek yang perlu dikaji sebagai berikut:
a) Identitas klien Hal yang perlu dikaji meliputi nama klien, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, alamat lengkap, nomor
rekam medis, tanggal masuk rumah sakit, dan keluarga yang dapat dihubungi
atau penanggungjawab.
b) Alasan masuk (Faktor presipitasi) Faktor presipitasi yaitu pengkajian
mengenai faktor pencetus yang membuat klien mengalami gangguan jiwa.
Alasan masuk klien dapat ditanyakan kepada penanggung jawab klien.
Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada klien atau keluarga klien,
meliputi:
1) Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit jiwa saat
ini?
2) Bagaimana perilaku klien yang membuat klien dibawa ke rumah sakit jiwa
dan sejak kapan klien berperilaku seperti itu?
3) Apa yang sudah dilakukan keluarga dalam mengatasi masalah tersebut dan
bagaimana hasilnya?
c) Faktor predisposisi Faktor predisposisi adalah faktor yang menjadi latar
belakang klien mengalami gangguan jiwa. Tanyakan kepada klien atau
keluarga klien mengenai:
1) Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
2) Jika pernah mengalami, tanyakan bagaimana hasil pengobatan sebelumnya,
apakah berhasil, kurang berhasil atau tidak berhasil?
3) Apakah klien pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik,
penganiayaan seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan
kriminal?
d) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan tubuh secara
menyeluruh difokuskan pada sistem dan fungsi organ tubuh, antara lain
sebagai berikut:
1) Ukur dan observasi tanda-tanda vital klien meliputi tekanan darah, nadi,
suhu, dan frekuensi pernafasan.
2) Ukur inggi badan dan berat badan klien
3) Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakan
oleh klien?
4) Kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ tubuh pada klien dan jelaskan
sesuai dengan keluhan yang dirasakan klien.
e) Psikososial
1. Genogram
a) Buatlah genogram minimal 3 generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga
b) Jelaskan masalah terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan, dan
pola asuh dalam keluarga.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan kepada klien mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya dan
tanyakan bagian tubuh mana yang disukai dan yang tidak disukai.
b.Identitas diri
Tanyakan kepada klien/keluarga mengenai status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai
laki-laki/perempuan.
c.Peran diri
Tanyakan kepada klien/keluarga mengenai tugas/peran yang dimiliki dalam
keluarga/kelompok/masyarakat dan tanyakan mengenai kemampuan klien
dalam melaksanakan tugas/peran tersebut.
d. Ideal diri
Tanyakan kepada klien mengenai harapan klien terhadap tubuh, posisi, status,
tugas/peran yang diinginkan klien. Serta, tanyakan mengenai harapan klien
terhadap lingkungannya (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat) dan
harapan klien terhadap penyakit yang dideritanya
e.Harga diri
Tanyakan kepada klien/keluarga mengenai hubungan klien dengan orang lain
sesuai dengan kondisi gambaran diri, identitas diri, peran diri, dan ideal diri
pada klien. Serta, tanyakan mengenai penilaian/penghargaan orang lain
terhadap klien dan kehidupannya.
3) Hubungan sosial
Tanyakan kepada klien meliputi:
a) Siapa orang yang berarti dalam kehidupannnya, tempat mengadu, tempat
bicara, minta bantuan atau sokongan?
b) Apa saja kegiatan yang diikuti klien dalam kelompok atau masyarakat?
c) Sejauh mana klien terlibat dalam kelompok atau masyarakat tersebut?
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan Tanyakan pada klien mengenai pandangan dan
keyakinan klien terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan
agama yang dianut, serta tanyakan mengenai pandangan masyarakat di
lingkungan klien tentang gangguan jiwa. b) Kegiatan ibadah Tanyakan pada
klien mengenai kegiatan ibadah di rumah dilakukan secara individu atau
kelompok, serta tanyakan pendapat klien atau keluarga mengenai kegiatan
ibadah yang dilakukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah Harga Diri Rendah Kronik.
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah Kronik.
a. Rencana keperawatan pada klien
Tujuan :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
4) Klien dapat memilih atau menetapkan kemampuan yang akan dilatih
5) Klien dapat melatih kemampuan yang telah dipilih
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Rencana keperawatan pada klien harga diri rendah dengan menggunakan
pendekatan strategi pelaksanaan (SP) adalah sebagai berikut:

SP 1 Pasien
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2) Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3) Membantu klien memilih atau menetapkan kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan klien
4) Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih
5) Menganjurkan klien memasukkan kemampuan tersebut dalam jadwal kegiatan
harian

SP 2 Pasien

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien


2) Melatih klien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan klien
3) Menganjurkan klien memasukkan kemampuan tersebut dalam jadwal kegiatan
harian
b. Rencana keperawatan pada keluarga
Tujuan :
1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
2) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien
3) Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga dapat menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.

Rencana keperawatan pada keluarga pasien harga diri rendah dengan


menggunakan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) adalah sebagai berikut:

SP 1 Keluarga

1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien di


rumah
2) Menjelaskan pengertian, tanda gejala harga diri rendah beserta proses
terjadinya
3) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
4) Mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah

SP 2 Keluarga

Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien harga diri rendah secara
langsung pada pasien

SP 3 Keluarga

1) Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dan membuat jadwal aktivitas


di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2) Menjelaskan follow up klien setelah pulang

4. Implementasi Keperawatan

Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah dan keluarga pasien harga
diri rendah sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan

5. Evaluasi Keperawatan

1) Evaluasi kemampuan yang diharapkan pasien mampu:

a. Membina hubungan saling percaya

b. Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

c. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini

d. Memilih kemampuan yang akan dilatih

e. Melatih kemampuan yang telah dipilih f. Membuat jadwal kegiatan harian sesuai
kemampuan yang dimiliki

2) Evaluasi kemampuan yang diharapkan keluarga pasien mampu:

a. Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien (pengertian, tanda gejala, serta proses
terjadinya harga diri rendah)

b. Menentukan cara merawat pasien harga diri rendah sesuai dengan ajaran yang telah
diberikan

Anda mungkin juga menyukai