Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KEPERAWATAN JIWA

PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Yusi Yunita

NPM 4117146

STIKES RAJAWALI

BANDUNG

2018
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak


berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (keliat, 2011). Harga diri rendah
situasional merupakan perkembangan persepsi negatif tentang harga
diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang dialami.
(Wilkinson, 2012).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai
keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga diri dapat dijabarkan
sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, yang menjadikan
hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak mampu
dalam mencapai keinginan.(Fitria, 2009)
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah
yaitu dimana individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap
dirinya sendiri dan kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan
hilangnya rasa kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang
berlangsung dalam waktu yang lama karena merasa gagal dalam
mencapai keinginan.

B. Klasifikasi

Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu


yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami
perasaan negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu
kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau
kemampuan dalam waktu lama.
C. Etiologi

Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :

1. Situasional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,


kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan
kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :

a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya :


pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat
yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan
kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai,
misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa
penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
2. Kronik

Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,


yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir
yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada
klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah
kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan,
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima
dalam kelompok (Yosep, 2007).

D. Proses Terjadinya
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya
dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden,
1995). Konsep diri terdiri atas komponen : citra diri, ideal diri, harga
diri, penampilan peran dan identitas personal. Respons individu
terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri
yaitu dari adaptif sampai maladatif.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat,
1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai
sesuatu yang berharga dan tidak bertanggung jawab atas
kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung
harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan
penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang
lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari
orang lain.
Harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan
produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan
tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan stresor
pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal
seperti :
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menaksirkan kejadian yang mengancam.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis
transisi peran, yaitu :
1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif
yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini
termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
tekanan untuk peyesuaian diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
3) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari
keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan
ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan
fisik, prosedur medis dan keperawatan.
Sedangkan menurut hasil riset Malhi (2008, dalam Yosep,
2009), menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh
rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya
tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah
menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan
penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan Life Span
Teori (Yosep, 2009), penyebab terjadinya harga diri rendah adalah
pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang
dewasa awal sering gagal sekolah, pekerjaan dan pergaulan. Harga
diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuannya.
5. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).
6. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau
bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya
produktivitas (Fitria, 2009).
7. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini
sudah dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya.
Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri yang
mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan
perilaku harga diri rendah, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi
dalam 2 golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama,
misalnya: Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil,
Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine),
Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol,
Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya:
Risperidone (Risperdal, Rizodal, Noprenia),
Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan
Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat
diberikan apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah
mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas
sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah
berupa terapi aktivitas kelompok (TAK).
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik
melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.
Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis
terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)
d. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan
kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia
biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan
Sadock,1998,hal.728).
e. Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy
aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas
kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok
sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis
therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan
dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga
diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi
persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai
stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok
dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005,hal.49).
f. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam
bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
g. Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat
mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien
(Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam
ruangan khusus (Riyadi dan Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini
diberikan dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali
lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto,
2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan
aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik
tonik maupun klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
h. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas
dimana terjadi interaksi antara sesama penderita dan
dengan para pelatih (sosialisasi).
8. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu
terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep
diri, yaitu adaptif dan maladaptif.

RENTANG RESPON KONSEP DIRI


a) Tanda dan gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)
 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut
jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik
diri sendiri.
 Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
 Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
 Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
 Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
b) Akibat

Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
Tanda dan gejala :
 Data Subyektif :
 Mengungkapkan untuk memulai hubungan / pembicaraan
 Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan
orang lain
 Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang
lain
 Data Obyektif :
 Kurang spontan ketika diajak bicara
 Apatis
 Ekspresi wajah kosong
 Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
 Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat
berbicara (Budi Anna Keliat, 2001)
Penatalaksanaan
o Farmakologi
o Obat anti psikosis: Penotizin
o Obat anti depresi: Amitripilin
o Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
o Obat anti insomnia: Phneobarbital
o Terapi modalitas
 Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga
membantu mengatasi masalah klien dengan
memberikan perhatian
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang
berhubungan dengan keluarga
 Berikan kesempatan klien mengemukaan
pendapat
 Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien
untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya
o Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan,
keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi
dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena
masalah sebagian orang merupakan persaan dan tingkah
laku pada orang lain.
o Terapi music
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk
mengebalikan kesadaran klien
 Pohon Masalah

Pohon Masalah Harga Diri Rendah : Gangguan Konsep Diri

E. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
F. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa I : harga diri rendah.


Tujuan umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


a. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan
prinsip komunikasi terapeutik:
 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan
nonverbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa
adanya
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien.
b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu
klien.
c. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari.
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi
klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan
yang telah direncanakan.
b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
mearwat klien dengan harag diri rendah.
b. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien
dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
DAFTAR PUSTAKA

Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta:
Salemba Medika.

Herdman, T.H. 2012. International Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran.


Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2006. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CNHM(basic course).
Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN(basic course).


Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Kusumawati, F. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson A. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran : EGC

Anda mungkin juga menyukai