Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN (SP) ASUHAN


KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN MASALAH
HARGA DIRI RENDAH (HDR)

Mata Kuliah
MENTAL HEALTH NURSING PRACTICE II

Dosen :
Ns. Zakiyah, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J

Nama : Ariani Dwi Ananda Ruswitasari


NIM : 011911047

Program Studi Keperawatan


Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Binawan
2022
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien Dengan Masalah Harga Diri Rendah (HDR)

A. Masalah Utama
Gangguan masalah HDR (Harga Diri Rendah).

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Menurut Dermawan & Rusdi (2013) menyatakan bahwa harga diri
adalah perasaan tentang nilai, harga atau manfaat dari diri sendiri yang berasal
dari kepercayaan positif atau negative seorang individu tentang
kemampuannya dan menjadi berharga. Aspek utama harga diri adalah dicintai,
disayangi, dikasihi orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain.
Menurut Damaiyanti & iskandar (2012) menjelaskan bahwa harga diri
rendah yaitu perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi diri yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.
Menurut Stuart & Sundeen, dalam Wijayaningsih (2015) Harga diri
rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.
Menurut Carpenito,L.J (2015) Harga diri rendah merupakan keadaan
dimana individu mengalami evaluasi diri yang negative mengenai diri ataupun
kemampuan diri. Menurut Yosep (2011) Harga diri rendah adalah perasaan
tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau pun kemampuan diri.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan tidak
berdaya akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
dalam waktu yang lama dan terus menerus (SDKI, 2016).
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan terlepas
dari spesifiknya. Masalahnya, hamper semua pasien menyatakan bahwa
mereka ingin memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi
harga diri rendah, banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang
secara substansial sepenuhnya. Harga diri merupakan komponen psikologis
yang penting bagi kesehatan (Sitanggang, et al, 2021).
2. Karakteristik
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam
penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seseorang yang penting dan
berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.
Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan
menolak diri sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi
secara :
1) Situasional
Terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada
pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang
kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan
fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau penyakit,
perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2) Kronik
Perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu sebelum
sakit atau dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif, kondisi
ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada
pasien gangguan jiwa.
3. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut herman (2011)
adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
ideal diri yang tidak realistis.
Faktor predisposisi citra tubuh adalah :
1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh.
2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit.
3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
4) Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.
Faktor predisposisi harga diri rendah adalah :
1) Penolakan.
2) Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif,otoriter, tidak konsisten,
terlalu dituruti, terlalu dituntut.
3) Persaingan antar saudara.
4) Kesalahan dan kegagalan berulang.
5) Tidak mampu mencapai standar.

Faktor predisposisi gangguan peran adalah :

1) Ketidak percayaan orang tua.


2) Tuntutan peran seks.
3) Harapan peran kultural.

Factor predisposisi gangguan identitas adalah :

1) Ketidak percayaan Orang tua.


2) Tekanan dari per group.
3) Perubahan struktur sosial.
4. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentukterjadinya harga diri
rendah adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau
bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunya produktivitas.
4.1. Trauma
Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang mebuat
individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti
penganiayan seksual dan phisikologis pada masa anak-anak atau
merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupannya.
4.2. Ketegangan peran
Rasa frustasi saat indivisu merasa tidak mampu melakukan
peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai
dengan melakukan perannya. Ketengangan peran ini sering dijumpai
saat terjadi konflik peran terjadi saat indivisu menghadapi dua harapan
yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi
bila indivisu tidak mengetahui harapan peran yang spesifik atau
bngung tentang peran sesuai.
1) Trauma peran perkembangan.
2) Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.
3) Transisi peran situasi.
4) Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau
berkurang.
5) Transisi sehat sakit.
6) Pergeseran kondisi pasien yang menyebabkan kehilangan
bagian tubuh.
4.3. Perilaku
1) Citra tubuh
Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu,
menolak bercermin, tidak mau mendiskusikan keterbatasan
atau cacat tubuh, menolak usaha rehabilitasi, usaha pengobatan
mandiri yang tidak tepat, dan menyangkal cacat tubuh.
2) Harga diri rendah
Mengkritik diri atau orang lain, produktivitas menurun,
gangguan berhubungan, keteganggan peran, pesimis
menghadapi hidup, keluhan fisik, penolakan kemampuan diri,
pandangan hidup bertentangan, destruktif kepada diri, menarik
diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari
realitas, khawatir, merasa diri paling penting, distruktif pada
orang lain, merasa tidak mampu, merasa bersalah, mudah
tersinggung/marah, perasaan negatif terhadap tubuh.
3) Keracunan identitas
Tidak ada kode moral, kepribadian yang bertentangan,
hubungan interpersonal yang ekploitatif, perasaa hampa,
perasaan mengembang tentang diri, kehancuran gender, tingkat
ansietas tinggi, tidak mampu empati pada orang lain, masalah
estemasi.
4) Depersonalisasi
Kehidupan identitas, perasaan terpisah dari diri, perasaan
tidak realistis, rasa terisolasi yang kuat, kurang rasa
berkesinambungan, tidak mampu mencari kesenangan,
perseptual : halusinasi dengar dan lihat, bingung tentang
seksualitas diri, sulit membedakan diri dari orang lain,
gangguan citra tubuh, dunia seperti mimpi. Kognitif, gangguan
daya ingat, gangguan penilaian, kepribadian ganda.
5. Pohon Masalah
5.1. Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Effect Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Core Problem Harga Diri Rendah

Causa Koping Individu Tidak Efektif

6. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif klien
(buat daftar kegiatan).
2. Membantu klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (dipilih
dari daftar kegiatan) : membuat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini.
3. Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini untuk dilatih.
4. Latih kegiatan yang dipilih (menggunakan alat dan cara melakukannya).
5. Memasukkan pada jadual kegiatan untuk dilatih dua kali per hari.
7. Diagnosa Medis

Paraf Pembimbing Tanda Tangan Mahasiswa

(Nama Jelas) (Nama Jelas)


Strategi Pelaksanaan (SP ) Tindakan Keperawatan Setiap Hari
Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien Dengan Masalah Harga Diri Rendah (HDR)

Strategi Pelaksanaan (SP) I

Proses Keperawatan

Kondisi klien :

A. Data Subjektif :
1. Klien mengatakan dirinya trauma terhadap masa lalunya.
B. Data Objektif :
1. Klien tampak kurang memperhatikan perawatan diri.
2. Klien mengkritik dirinya sendiri.

Diagnosa Keperawatan :

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3. Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai dengan kemampuan.
4. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan yang telah dilatih.

Tindakan Keperawatan :

1. Mengidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif klien (buat daftar
kegiatan).
2. Membantu klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (dipilih dari daftar
kegiatan) : membuat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.
3. Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk
dilatih.
4. Latih kegiatan yang dipilih (menggunakan alat dan cara melakukannya).
5. Memasukkan pada jadual kegiatan untuk dilatih dua kali per hari.
Proses Pelaksanaan Tindakan

Orientasi

Salam Terapeutik

“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Nanda. Saya Mahasiswa


Keperawatan Universitas Binawan. Saya yang akan merawat bapak dari
jam 8 pagi sampai jam 3 sore nanti ya pak”

“Bagaimana keadaan bapak R hari ini?  Bapak R terlihat segar”

”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan dan


kegiatan yang pernah   bapak R lakukan? Setelah itu kita akan nilai
kegiatan mana yang masih dapat   bapak R dilakukan di rumah sakit.
Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih. Bagaimana
menurut bapak R?”

”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di nurse station


saja pak? Berapa lama kira-kira kita akan ngobrol pak ? Apakah cukup 20
menit? Oke cukup ya pak 20 menit”.

Kerja

“Bapak R, apa saja kemampuan bapak R dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya
buat daftarnya ya pak. Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa bapak
R lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci
piring? Bernyanyi ? Wah, bagus sekali. Cukup banyak kemampuan dan
kegiatan yang  bapak R miliki “.

“Bapak R, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih


dapat dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama bisakah?
yang kedua? sampai 5 (misalnya ada 4 yang masih bisa dilakukan). Bagus
sekali ada 4 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”

”Sekarang, coba bapak R pilih satu kegiatan  yang masih bisa dikerjakan


di rumah sakit ini”.
” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur bapak R? Mari kita
lihat tempat tidur bapak R T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus sekali pak. Sekarang kita angkat spreinya
dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita
mulai dari arah atas, ya bagus pak R. Sekarang sebelah kaki, tarik dan
masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal,
rapihkan dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah
letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus, pak bisa melakukannya”

“Bapak R sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“Coba bapak R lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau
bapak R lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk
melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”

Terminasi

“Bagaimana perasaan bapak R setelah berbincang-bincang dan latihan


merapihkan tempat tidur? Iya benar pak. bapak R ternyata banyak
memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah
satunya, merapihkan tempat tidur yang sudah bapak R praktekkan dengan
baik sekali.  Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah
pulang ya pak.”

”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. bapak R mau berapa
kali sehari merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam
berapa ? Lalu sehabis istirahat jam berapa?”

”Besok pagi  kita latihan lagi kemampuan yang kedua. bapak R masih


ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan
latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis
makan pagi  selama 20 menit, menurut bapak bagaimana? Oke pak,
Sampai jumpa ya”
Strategi Pelaksanaan (SP) 2

Orientasi

“Selamat pagi, bapak R masih ingat dengan saya? Iya benar sekali pak,
saya perawat Nanda yang akan merawat bapak dari jam 8 sampai jam 3
sore nanti ya pak”

“Bagaimana perasaan bapak R pagi ini? Wah, tampak cerah”

 ”Bagaimana bapak R, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/


Tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi,
sekarang kita akan latihan kemampuan kedua ya pak?. Masih ingat apa
kegiatan itu bapak R?”

”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini,
Waktunya sekitar 20 menit. Bagaimana menurut bapak R?”

Kerja

“Bapak R, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu


perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun
khusus untuk mencuci piring dan air untuk membilas. bapak R bisa
menggunakan air yang mengalir dari kran ini ya? Oh ya jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan”

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semua perlengkapan tersedia, bapak R ambil satu piring kotor


lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian bapak R bersihkan piring tersebut dengan menggunakan
sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring.  Setelah selesai
disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikit pun
di piring tersebut. Setelah itu bapak R bisa mengeringkan piring yang
sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai pak”

“Sekarang coba bapak R praktekkan kembali seperti yang saya contohkan


tadi pak”
“Bagus sekali, bapak R dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik.
Sekarang dilap tangannya pak”

Terminasi

”Bagaimana perasaan bapak R setelah latihan cuci piring?”

 “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan


sehari-hari bapak R? Mau berapa kali bapak R mencuci piring? Bagus
sekali bapak R mencuci piring tiga kali setelah makan.

“ Coba bapak R lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri)


kalau bapak R lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan
untuk melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”

”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan


tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar
kita akan latihan mengepel. Mau jam berapa pak kita melakukan latihan
mengepel nya? Oke baik besok jam 9 pagi ya pak setelah bapak selesai
merapikan tempat tidur dan mencuci piring. Dimana kita akan melakukan
latihannya pak? Oke baik pak, kita mulai dari ruangan ini saja ya pak.
Kalau begitu saya permisi dulu ya pak, Sampai jumpa”
Strategi Pelaksanaan (SP) 3

Orientasi

“Selamat pagi, bapak R masih ingat dengan saya? Iya benar sekali pak,
saya perawat Nanda yang akan merawat bapak dari jam 8 sampai jam 3
sore nanti ya pak”

“Bagaimana perasaan bapak R pagi ini? Wah, tampak cerah”

 ”Bagaimana bapak R, sudah dicoba mencuci piring kemarin/ Tadi pagi?


Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi), sekarang kita akan
latihan kemampuan ketiga ya pak?. Masih ingat apa kegiatan itu bapak
R?”

”Ya benar, kita akan latihan mengepel di ruangan ini, Waktunya sekitar 20
menit. Bagaimana menurut bapak R?”

Kerja

“Bapak R, sebelum kita mengepel kita perlu siapkan dulu


perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan lantai, sabun
khusus untuk mengepel lantai. bapak R bisa menggunakan air yang
mengalir dari kran ini ya dan tuangkan sabun? Oh ya jangan lupa sediakan
tempat sampah untuk membuang sisa makanan yang terjatuh”

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya mengepel lantai dengan


benar”

“Setelah semua perlengkapan tersedia, bapak R ambil alat untuk mengepel


yaitu pelan yang sudah terisi air dan sabun kemudian bapak R diperas
terlebih dahulu pelannya agar airnya tidak banyak dan membuat lantai
licin. Pada saat akan mengepel bagian kamar terlebih dahulu yang
dibersihkan baru diluar kamar ya pak. Nah selesai pak”

“Sekarang coba bapak R praktekkan kembali seperti yang saya contohkan


tadi pak”

“Bagus sekali, bapak R dapat mempraktekkan cara mengepel lantai dengan


baik. Sekarang dilap tangannya pak”
Terminasi

”Bagaimana perasaan bapak R setelah latihan mengepel lantai?”

 “Bagaimana jika kegiatan mengepel lantai ini dimasukkan menjadi


kegiatan sehari-hari bapak R? Mau berapa kali bapak R mengepel
lantai? Bagus sekali bapak R mengepel lantai setelah makan. “ Coba bapak
R lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau bapak R
lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan untuk melakukan
dan T (tidak) tidak melakukan”

”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan keempat, setelah merapihkan


tempat tidur, cuci piring dan mengepel lantai. Masih ingat kegiatan apakah
itu? Ya benar kita akan latihan bernyanyi. Mau jam berapa pak kita
melakukan latihan bernyanyi nya? Oke baik besok jam 9 pagi ya pak
setelah bapak selesai merapikan tempat tidur, mencuci piring dan
mengepel lantai . Dimana kita akan melakukan latihannya pak? Oke baik
pak, kita mulai di ruangan ini saja ya pak. Kalau begitu saya permisi dulu
ya pak, Sampai jumpa”
Strategi Pelaksanaan (SP) 4

Orientasi

“Selamat pagi, bapak R masih ingat dengan saya? Iya benar sekali pak,
saya perawat Nanda yang akan merawat bapak dari jam 8 sampai jam 3
sore nanti ya pak”

“Bagaimana perasaan bapak R pagi ini? Wah, tampak cerah”

 ”Bagaimana bapak R, sudah dicoba mengepel lantainya kemarin/ Tadi


pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita
akan latihan kemampuan keempat ya pak?. Masih ingat apa kegiatan itu
bapak R?”

”Ya benar, kita akan latihan bernyanyi di ruangan ini, Waktunya sekitar 20
menit. Bagaimana menurut bapak R?”

Kerja

“Bapak R, sebelum kita berlatih bernyanyi, bapak R suka dengan lagu


apa ? Lagu pop kah ? atau lagu melayu? Oke bapak suka lagu pop ya pak,
yang harus kita lakukan untuk bernyanyi adalah persiapkan suara ya pak,
suaranya jangan sampai hilang dan jangan lupa untuk menyalakan
musiknya agar bernyanyinya mudah”

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semua peralatan bernyanyinya sudah ada dan musiknya sudah ada
mari kita bernyanyi pak, gimana pak lagunya enak untuk didengar ?”

“Sekarang coba bapak R praktekkan kembali seperti yang saya contohkan


tadi pak”

“Bagus sekali, bapak R dapat mempraktekkan cara benyanyi dengan baik.


Sekarang minum dulu pak biar tenggorokkannya tidak sakit setelah
bernyanyi”
Terminasi

”Bagaimana perasaan bapak R setelah latihan bernyanyi?”

 “Bagaimana jika kegiatan bernyanyi ini dimasukkan menjadi kegiatan


sehari-hari bapak R? Mau berapa kali bapak R berlatih menyanyi? Bagus
sekali bapak R berlatih bernyanyi ketika sambil mengerjakan kegiatan
yang sudah dimasukkan ke dalam jadwal ya”.

“Coba bapak R lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri)


kalau bapak R lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan
untuk melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”

”Oke baik pak, kalau begitu saya permisi dulu ya pak, Sampai jumpa
selamat istirahat ya pak”.

Anda mungkin juga menyukai