N DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
DI WISMA SADEWA RS JIWA Prof. dr. SOEROJO MAGELANG
Disusun Oleh :
Diah Ayu Widiarti
(A02020026)
Telah disahkan
Pada tanggal :
.... Juni 2022
Mengetahui :
(Ike Mardiati, A.M. Kep. Sp. Kep. J) (Khoirul Anam, S. Kep., Ners)
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Harga diri rendah merupakan salah satu respon maladaptif dalam rentang respon
neurobiologi. Proses terjadinya harga diri rendah kronik pada pasien skizofrenia dapat
dijelaskan dengan menganalisa stressor predisposisi dan presipitasi yang bersifat biologis,
psikologis, dan sosial budaya sehingga menghasilkan respon bersifat maladaptif yaitu
perilaku harga diri rendah kronik. Respon terhadap stressor pada pasien harga diri rendah
memunculkan respon secara kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Respon-
respon tersebut akan dianalisis lebih lanjut, sehingga memunculkan rentang respon
(Pardede, 2015).
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan terlepas dari
spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa mereka ingin
memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi harga diri rendah,
banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang secara substansial sepenuhnya
(Wijayati, 2020).
Harga diri rendah berasal dari pengalaman seseorang seiring dengan pertumbuhannya,
seperti : tidak ada kasi sayang , dorogan dan tantangan, tidak terdapat cinta dan
penerimaan, selalu mengalami kritikan, ejekan, sarkame, dan sinisme, adanya pemukulan
fisik dan pelecehan tidak adanya pengakuan dan pujian untuk prestasi, terdapat kelebihan
dan keunikan yang selalu di abaikan (Pardede J. A., 2021).
Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah
perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan
ideal diri.
B. Jenis
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan
melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi
diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan diri atau
harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi
harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan
fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang
tidak menghargai (Iskandar, 2012).
2. Kronik
Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik
yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa (Iskandar, 2012).
C. Rentang Respon
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
b. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu lagi
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b. Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai
kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain
secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik
dengan orang lain (Eko P,2014)
D. Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan harga diri
rendah antara lain :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Menarik diri dari hubungan sosial
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Perasaan lemah dan takut
5. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
6. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
7. Hidup yang berpolarisasi
8. Ketidakmampuan menentukan tujuan
9. Merasionalisasi penolakan
10. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
11. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri rendah yaitu :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Merendahkan martabat
4. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
5. Percaya diri kurang
6. Menciderai diri
E. Data Subjektif
Menurut Saptina, (2020) data subjektif pada harga diri rendah yaitu:
1. Mengintrospeksi diri sendiri.
2. Perasaan diri yang berlebihan.
3. Perasaan tidak mampu dalam semua hal.
4. Selalu merasa bersalah
5. Sikap selalu negatif pada diri sendiri.
6. Bersikap pesimis dalam kehidupan.
7. Mengeluh sakit fisik.
8. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
9. Menentang kemampuan diri sendiri.
10. Menjelek-jelekkan diri sendiri.
11. Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan.
12. Menolak atau menjauh dari umpan balik positif.
13. Tidak mampu menentukan tujuan.
F. Data Objektif
Menurut Saptina, (2020) data subjektif pada harga diri rendah yaitu:
1. Produktivitas menjadi menurun.
2. Perilaku distruktif yang terjadi pada diri sendiri.
3. Perilaku distruktif yang terjadi pada orang lain.
4. Penyalahgunaan suatu zat.
5. Tindakan menarik diri dari hubungan sosial.
6. Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu.
7. Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan.
8. Gampang tersinggung dan mudah marah.
G. Penyebab
1. Faktor Presdiposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman (2011)
adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis. Faktor predisposisi citra tubuh adalah :
a. Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
d. Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi. Faktor predisposisi harga diri
rendah adalah :
1) Penolakan
2) Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak konsisten,terlalu
dituruti,terlalu dituntut
3) Persaingan antar saudara
4) Kesalahan dan kegagalan berulang
5) Tidak mampu mencapai standar. Faktor predisposisi gangguan peran adalah :
a) Stereotipik peran seks
b) Tuntutan peran kerja
c) Harapan peran kultural. Faktor predisposisi gangguan identitas adalah :
(1) Ketidakpercayaan orang tua
(2) Tekanan dari peer gruup
(3) Perubahan struktur sosial
(Herman,2011)
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara situasional
maupun kronik.
a. Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti penganiayaan
seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai
dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi
konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat
individu menghadapi dua harapan peran yang bertentangan dan tidak dapat
dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak mengetahui harapan peran
yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesuai.
c. Perilaku
1) Citra tubuh
2) Mengkritik diri atau orang lain
3) Produktivitas menurun
4) Keracunan identitas diantaranya tidak ada kode moral, kepribadian yang
bertentangan, hubungan interpersonal yang ekploitatif, perasaan hampa,
perasaan mengambang tentang diri, kehancuran gender, tingkat ansietas tinggi,
dll.
5) Depersonalisasi meliputi afektif, kehidupan identitas, perasaan terpisah dari
diri, perasaan tidak realistis, rasa terisolasi yang kuat, kurang rasa
berkesinambungan, tidak mampu mencari kesenangan.
H. Pohon Masalah
Isolasi Sosial : menarik diri
Effect
A. Identitas pasien
Nama : Tn. N
Umur : 58 th
Alamat : Purwodadi, Purworejo
Pekerjaan : Buruh tani
Tgl Pengkajian : 24 Mei 2022
B. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. R
Umur : 53 th
Alamat : Purwodadi, Purworejo
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Hubungan dg Klien : istri
C. Alasan masuk
Klien mengatakan tidak bisa tidur sejak 8 bulan yang lalu dan sudah berobat ke RSUD dr.
Tjitrowardojo Purworejo mengkonsumsi obat olanzapine 10 mg, lodomer 5mg, sandepril
25 mg, quetiapine 25 mg. Klien mengkonsumsi obat dengan teratur namun kurang
berhasil. Saat dirumah klien sering diam. Klien juga mengatakan satu bulan yang lalu
pernah ingin mengakhiri hidupnya karena sudah lama menganggur yang membuatnya
khawatir tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga keluarga membawa
klien ke Rumah Sakit Prof. Dr. Soerojo Magelang.
D. Factor presipitasi dan presdisposisi
1. Faktor Predisposisi
a. Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
b. Klien mengatakan sudah berobat ke RSUD dr. Tjitrowardojo Purworejo
mengkonsumsi obat olanzapine 10 mg, lodomer 5mg, sandepril 25 mg, quetiapine
25 mg namun kurang berhasil.
c. Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami aniaya fisik, aniaya
seksual, dan kekerasan dalam rumah tangga baik sebagai pelaku, korban, ataupun
saksi.
d. Klien mengatakan pernah mengalami penolakan kerja yang membuat klien
menganggur dan tidak memiliki penghasilan.
e. Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang pernah mengalami gangguan
jiwa.
f. Dalam berkomunikasi dengan keluarga klien merasa tidak ada hambatan, tetapi
ketika berkomunikasi dengan menantunya lebih tertutup.
g. Klien mengatakan pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu
ketika usaha
2. Faktor Presipitasi
a. Klien mengatakan merasa khawatir tidak mampu memenuhi kebutuhan
keluarganya karena sudah mencoba mencari pekerjaan namun gagal dan akhirnya
menganggur.
b. Klien mengatakan merasa bersalah karena tidak bisa menjadi kepala keluarga
yang bertanggungjawab.
E. Pengkajian fisik
1. Keadaan umum
Compos mentis
2. Vital sign
TD : 110/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,6°C
3. Pemeriksaan fisik
BB : 63 kg
TB : 168 cm
Kepala : chepal, penglihatan baik, pendengaran baik, bibir pecah-pecah
Dada : inspeksi normal, tidak ada nyeri tekan, bunyi sonor, suara napas
vesikuler, tidak ada ronchi
Abdomen : inspeksi datar, bising usus 15x/menit, suara tympani, tidak ada
benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas : tidak ada edema, ekstremitas berfungsi dengan baik
F. Pengkajian Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: tinggal serumah
: meninggal
Keterangan Genogram :
a. Klien tinggal serumah dengan istri, ketiga anaknya, menantu, dan cucunya.
b. Dalam berkomunikasi dengan keluarga klien merasa tidak ada hambatan, tetapi
ketika berkomunikasi dengan menantunya lebih tertutup.
c. Dalam keluarganya keputusan didiskusikan bersama.
2. Konsep diri
a. Citra Diri
Pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya. Saat ditanya bagian tubuh
yang paling disukai adalah tangannya.
b. Identitas Diri
Pasien menyadari bahwa dirinya adalah seorang laki-laki.
c. Peran Diri
Sebelum sakit pasien di rumah mempunyai tanggungjawab sebagai kepala
keluarga, suami dan sebagai kakek. Klien merasa tidak mampu menjalankan
tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga karena penghasilannya tidak
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
d. Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin segera sembuh sehingga bisa pulang dan kembali
bekerja.
e. Harga Diri
Pasien mengatakan malu karena merasa gagal menjadi seorang kepala keluarga
yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3. Hubungan social
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang terdekatnya adalah istrinya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Saat dirumah klien mengatakan sering mengikuti kegiatan di masyarakat. Namun
saat di Wisma Sadewa klien tampak murung, sering menyendiri dan terkadang
melamun.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan malu dan merasa tidak mampu untuk memulai pembicaraan
sehingga pasien merasa lebih nyaman sendiri dan jarang berkomunikasi dengan
orang lain.
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Pasien meyakini bahwa gangguan jiwa adalah ujian dari Allah SWT.
b. Kegiatan Ibadah
Pasien mengatakan selama di rumah melaksanakan sholat meskipun terkadang ada
yang terlewat. Saat di rumah sakit pasien mengatakan selalu melaksanakan sholat
5 waktu karena perawat mengingatkan setiap sudah masuk waktu sholat.
G. Status mental
1. Penampilan umum
Pasien tampak bersih, dalam berpakaian rapi dan sesuai, postur tubuh sedang dan
rambut pendek rapi.
2. Pembicaraan
Pasien dalam berbicara intonasinya kurang jelas dan pelan, dalam pembicaraan sesuai
atau nyambung dengan pertanyaan, hanya menjawab seperlunya dan pasien tidak bisa
memulai pembicaraan.
3. Aktivitas motoric
Pasien tampak mau melakukan aktivitas sehari-hari tetapi saat beraktivitas pasien
tampak lesu.
4. Alam perasaan
Pasien mengatakan merasa sedih karena gagal menjadi kepala keluarga yang baik.
5. Afek
Saat berinteraksi wajah pasien tampak tumpul yaitu hanya bereaksi bila ada stimulus
emosi yang kuat.
6. Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi pasien kooperatif, mampu menjawab semua pertanyaan yang
diajukan dengan sesuai/baik, kontak mata kurang, pasien cenderung menunduk,
kadang pasien terdiam untuk mengingat/menjawab pertanyaan yang diajukan.
7. Persepsi
Pasien tidak mengalami halusinasi atau gangguan persepsi sensori.
8. Proses pikir
Pada saat diwawancara, pembicaraan pasien tidak berbelit-belit namun sampai pada
tujuan dan tidak mampu memulai pembicaraan.
9. Isi pikir
Pasien tidak mengalami gangguan isi pikir.
10. Tingkat kesadaran
Orientasi orang, waktu, dan tempat baik.
11. Memori
Pasien dapat mengingat kegiatannya dari bangun tidur sampai hendak tidur malam.
Pasien dapat menceritakan kejadian di masa lalu dimana pasien sulit tidur sejak 8
bulan yang lalu. Pasien juga menceritakan kegiatannya selama dirawat di rumah sakit
seperti mengikuti TAK, senam, membersihkan lingkungan, dan lainnya.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada saat diwawancara pasien dapat berhitung dan tampak focus pada pertanyaan
yang diajukan meskipun membutuhkan waktu beberapa saat untuk menjawab.
13. Kemampuan penilaian
Pasien mampu mengambil keputusan sederhana tanpa bantuan orang lain.
14. Daya tilik diri
Pasien menyadari dirinya sakit dan mengenal gejala-gejalanya.
H. Kebutuhan persiapan pulang
1. Makan
Klien makan teratur 3x sehari, tidak tercecer, dan tidak membutuhkan bantuan
minimal dari perawat.
2. Bab/bak
Klien mampu BAK 4-5 kali/hari dan BAB 2 hari sekali dengan bantuan minimal dan
mampu BAK/BAB ditempatnya.
3. Mandi
Klien mandi 2x sehari secara teratur dan tidak membutuhkan bantuan minimal
perawat.
4. Berpakaian
Klien mampu melakukan kegiatan berpakaian sendiri dengan rapid an sesuai.
5. Istirahat dan tidur
Saat dikaji klien mengatakan sering merasa ngantuk dan klien tampak sering tidur
siang.
6. Penggunaan obat
Klien mampu melakukan penggunaan obat sesuai jadwal dan jumlah obat yang harus
diminum klien dengan bimbingan dari perawat.
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mampu dalam merawat kesehatan tubuhnya.
8. Aktivitas di dalam dan di luar rumah
Klien dalam beraktivitas di dalam rumah mampu menyapu, menyiapkan makan, dan
mencuci piring. Saat di luar rumah klien kurang mampu dalam berbelanja dan
bertransportasi sendiri.
I. Mekanisme koping
Klien dalam menyelesaikan masalah diselesaikan secara maladaptive yaitu hanya diam,
memendam, dan cenderung menyalahkan diri sendiri.
J. Aspek medis
1. Diagnose medis
Harga Diri Rendah Kronik
2. Terapi yang diberikan (obat ditulis lengkap termasuk dosis dan tidak boleh
disingkat).
a. Trihexphenidine 2 mg/ 12 jam
b. Clozapine 25 mg/ 12 jam
c. Olanzapine 10 mg/ 12 jam
d. Brintellix 5 mg/ 24 jam
K. Analisa Data
No. Data Fokus Masalah Keperawatan Paraf
1. DS : Harga Diri Rendah Kronik
- Pasien mengatakan merasa
malu
- Pasien mengatakan merasa
gagal sebagai kepala keluarga
yang bertanggung jawab
- Pasien mengatakan tidak
mampu untuk memulai
pembicaraan dengan orang
lain
DO :
- Kontak mata kurang
- Pasien tampak lesu
- Pasien sering menunduk
- Dalam berbicara intonasinya
kurang jelas dan pelan
2. DS : Isolasi Sosial
- Pasien mengatakan malas
berinteraksi dengan orang
lain
- Pasien mengatakan merasa
lebih nyaman saat sendirian
DO :
- Pasien tampak lebih sering
menyendiri
Pohon Masalah
Akibat Isolasi Sosial
Masalah Utama
Harga Diri Rendah Kronik