Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSIS HARGA DIRI


RENDAH KRONIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan


Departemen Keperawatan Jiwa
Di RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Oleh:
Nama : Rachmawati Eka Putri Kesuma, S.Tr.Kep
NIM : P17212215113

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN JIWA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan pada pasien dengan diagnosis Harga Diri Rendah Kronis di RS Jiwa
Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang periode tanggal 09 s/d 21 Mei Tahun Akademik
2021/2022.
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal … Bulan Mei Tahun 2022

Malang, Mei 2022


Preceptor Lahan RS Preceptor Akademik
I. Konsep Dasar Harga Diri Rendah
A. Definisi
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan terlepas dari
spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa mereka ingin
memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi harga diri rendah,
banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang secara substansial
sepenuhnya. Harga diri merupakan komponen psikologis yang penting bagi
kesehatan. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri yang
rendah sering kali menyertai gangguan kejiwaan (Sitanggang, et al, 2021).
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan terlepas dari
spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa mereka ingin
memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi harga diri rendah,
banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang secara substansial
sepenuhnya. Harga diri merupakan komponen psikologis yang penting bagi
kesehatan. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri yang
rendah sering kali menyertai gangguan kejiwaan. Harga diri yang tinggi dikaitkan
dengan kecemasan yang rendah, efektif dalam kelompok dan penerimaan orang
lain terhadap dirinya, sedangkan masalah kesehatan dapat menyebabkan harga diri,
sehingga harga diri dikaitkan dengan hubungan interperonal yang buruk dan
beresiko terjadinya depresisehingga perasaan negatif mendasari hilangnya
kepercayaan diri dan harga diri individu dan menggambarkan gangguan harga diri
(Wijayati et al., 2020).
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah, efektif dalam
kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan masalah
kesehatan dapat menyebabkan harga diri, sehingga harga diri dikaitkan dengan
hubungan interperonal yang buruk dan beresiko terjadinya depresisehingga
perasaan negatif mendasari hilangnya kepercayaan diri dan harga diri individu dan
menggambarkan gangguan harga diri. Harga diri rendah dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan
harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis
(negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama). Dan dapat di ekspresikan
secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata) (Samosir, 2020)
B. Faktor Predisposisi
Menurut Hendramawan (2018), terdapat faktor predisposisi dan faktor presipitasi
terjadinya harga diri rendah, yaitu:
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi penolakan dari orang tua,
seperti tidak dikasih pujian, dan sikap orang tua yang terlalu mengekang,
sehingga anak menjadi frustasi dan merasa tidak berguna lagi serta merasa
rendah diri.
2. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah juga meliputiideal diri seperti
dituntut untuk selalu berhasil dantidak boleh berbuat salah, sehingga anak
kehilangan rasa percaya diri.

C. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal misalnya ada salah
satu anggota yang mengalami gangguan mental sehingga keluarga merasa malu dan
rendah diri. Pengalaman traumatik juga dapat menimbulkan harga diri rendah
seperti penganiayaan seksual, kecelakaan yang menyebabkan seseorang dirawat di
rumah sakit dengan pemasangan alat bantu yang tidak nyaman baginya. Respon
terhadap trauma umumnya akan mengubah arti trauma dan kopingnya menjadi
represi dan denial (Hendramawan,2018).

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala Menurut Saptina, (2020) tanda dan gejala pada harga diri rendah
yaitu:
1. Data Subjektif
a. Mengintrospeksi diri sendiri.
b. Perasaan diri yang berlebihan.
c. Perasaan tidak mampu dalam semua hal.
d. Selalu merasa bersalah
e. Sikap selalu negatif pada diri sendiri.
f. Bersikap pesimis dalam kehidupan.
g. Mengeluh sakit fisik.
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i. Menentang kemampuan diri sendiri.
j. Menjelek-jelekkan diri sendiri.
k. Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan.
l. Menolak atau menjauh dari umpan balik positif.
m. Tidak mampu menentukan tujuan.
2. Data Obyektif
a. Produktivitas menjadi menurun.
b. Perilaku distruktif yang terjadi pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif yang terjadi pada orang lain.
d. Penyalahgunaan suatu zat.
e. Tindakan menarik diri dari hubungan sosial.
f. Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu.
g. Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan.
h. Gampang tersinggung dan mudah marah.

E. Klasifikasi
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional
Harga diri rendah situsional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
dioperasi, kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja.
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang
kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat
yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai
(Makhripah D & Iskandar, 2012).
2. Kronik
Harga diri rendah kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama,yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive, kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan
jiwa (Makhripah D & Iskandar, 2012).
F. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah
situasional yang tidak terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak
pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang prilaku klien sebelumnya
bahkan kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong
individu menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan
banyak faktor. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan
stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak mampu atau
merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri
karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah
situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan
individu mengalami harga diri rendah kronis (Samosir, 2020).

G. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa harga diri rendah
ada 2 yaitu:
1. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok yang paling relevan dilakukan pada individu dengan
gangguan Harga Diri Rendah adalah teapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi, yaitu terkait dengan pengalaman atau kehidupan dan akan didiskusikan
dalam kelompok, lalu hasil tersebut dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif penyelesaian masalah (Sariasih,2019).
2. Terapi Medis
Menurut (Rohmi, 2018) dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan ya itu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat golongan
generasi pertama (typical) yaitu:
a. Chlorpromazine HCL
Indikasi: Skizofrenia dan kondisi yang berhubungan dengan psikis, dan
kontrol darurat untuk gangguan perilaku karena retradasi mental.
Kontra indikasi: Penekanan pada sumsum tulang, gangguan hati dan ginjal,
anak berumur kurang dari 6 tahun.
Efek samping: Ikterus, depresi pernapasan, gangguan penglihatan.
b. Haloperidol
Indikasi: Skizofrenia akut dan kronik, status ansietas dan gelisah.
Kontra indikasi: Depresi endogen tanpa agitasi, gangguan syaraf, kondisi
koma, depresi SSP berat.
Efek samping: Hipertonia dan gemetar pada otot, gerakan mata yang tidak
dapat terkendali
Obat golongan kedua (atypical) yaitu :
c. Risperidone
Indikasi: Terapi skizofrenia akut dan kronik dan kondisi psikis yang lain.
Kontraindikasi: Pasien dengan demensia, hipertensi, dan DM.
Efek samping: Ganggguan cemas, sakit kepala, gelisah, mengantuk,
kelelahan secara menyeluruh, merasa pusing, dan kesulitan berkonsentrasi.
d. Olanzapine
Indikasi: Terapi akut dan pemeliharaan untuk skizofrenia dan gangguan
psikis lain.
Kontraindikasi: Hipersensitivitas.
Efek samping: Peningkatan BB, somnolen, kolestrol, parkinsonisme.
Aripiprazole
Indikasi: Terapi akut untuk skizofrenia pada usia dewasa dan remaja.
Efek samping: Sakit kepala, mual, muntah, konstipasi, cemas, insomnia.
3. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
H. Rentang Respon
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu.
Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat
dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan
lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu an sosial
yang maladaptif.

Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima. Konsep diri
positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada dirinya
meliputi citra dirinya. Ideal dirinya harga dirinya, penampilan peran serta identitas
dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukan bahwa individu itu akan menjadi
individu yang sukses.
Harga diri rendah Situasional merupakan perasaan negatif terhadap dirinya
sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak, berguna, pesimis
tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga
diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan
produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain, ganguan dalam
berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai
tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik
diri dari realitas.
Keracuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian
psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan
keracuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang bertentangan,
hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan mengambang
tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan untuk empati
terhadaapa orang lain.
Despersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana
klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya. Individu
mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan
tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.

I. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2018) mekanisme kopng termasuk pertahanan koping jangka
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertahanan tersebut mencakup berikut ini:
1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
(misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televise secara obsesif)
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya dalam
club sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau geng).
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes
untuk mendapatakan popularitas).
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini:
1. Penutupan identitas: adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2. Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarkat.
J. Pohon Masalah

Isolasi Sosial Effect

Harga Diri Rendah Core Problem

Koping Tidak Efektif Causa

(Nurhalimah, 2016)

II. Konsep Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah


A. Pengkajian
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,
tidak berarti dan rendah diri akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.Harga diri rendah dibagi menjadi harga diri rendah situasional dan
harga diri rendah kronik. Harga diri rendah situasional yaitu munculnya persepsi
negatif tentang makna diri sebagai respons terhadap situasi saat ini.Sedangkan, harga
diri rendah kronik merupakan evaluasi diri atau perasaan negatif tentang diri sendiri
atau kemampuan diri dalam waktu lama yang dapat mengganggu kesehatan (Safitri,
2020).
1. Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin Pendidikan agama, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, nomer medik, ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, diagnose medis dan identitas penanggung jawab.
2. Alasan Masuk
Tanyakan kepada pasien dan keluarga apa alasan pasien dibawa ke rumah sakit,
Keluhan utama pasien dengan harga diri rendah kronis biasanya merenung atau
menyendiri serta mengkritik atau menyalahkan diri sendiri.
3. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang harga diri rendah kronis disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tak mampu menyelesaikan masalah yang di hadapi . Situasi
atas stressor ini dapat mempengaruhi terjadinya harga diri rendah kronis.
4. Faktor Predisposisi
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Adanya riwayat gangguan pada pasien atau keluarga.
2) Adanya gangguan fisik atau penyakit termasuk gangguan pertumbuhan
dan perkembangan.
b. Riwayat Psikososial
1) Pada pasien harga diri rendah riwayat psikososial yang perlu diketahui
adalah pernah atau tidak melakukan atau mengalami dan atau
menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam rumah tangga, aniaya, dan tindakan kriminal.
2) Merasakan pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan baik bio,
psiko, sosio, kultural, maupun spiritual.
c. Riwayat Penyakit Keluarga Harga diri rendah kronis dapat disebabkan oleh
keturunan. Oleh karena itu, pada riwayat penyakit keluarga harus dikaji
apakah ada keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa.
5. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV), meliputi
tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan. Pemeriksaan keseluruhan tubuh yaitu
pemeriksaan head to toe yang biasanya penampilan pasien yang kotor dan acak-
acakan serta penampilannya tidak terawat.
6. Psikososial
a. Konsep diri
1) Gambaran diri
Disukai ataupun tidak di sukai pasien mengatakan tidak ada keluan
apapun.
2) Identitas diri
Kaji kepuasan pasien terhadap jenis kelaminya, status sebelum dirawat
di rumah sakit. Pasien merasa tidak berdaya dan rendah diri sehingga
tidak mempunyai status yang di banggakan atau di harapkan di keluarga
ataupun masyarakat.
3) Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas dan merasa tidak
mampu dalam melaksanakan tugas.
4) Ideal diri
Tanyakan harapan tubuh, posisi status, peran. Harapan pasien terhadap
lingkungan, dan harapan pasien terhadap penyakitnya.
5) Harga diri Pasien mengejek dan mengkritik dirinya sendiri, menurunkan
martabat, menolak kemampuan yang dimiliki.
b. Genogram
Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan pasien dan keluarga. Jelaskan pasien tinggal dengan siapa dan apa
hubunganya, jelaskan masalah yang terkait dengan pola asuh keluarga
terhadap pasien dan anggota keluarga lainya, pola komunikasi, pola
pengambilan keputusan (Nyumirah, 2013).
c. Hubungan sosial
1) Pasien tidak mempunyai orang yang di anggap sebagai tempat mengadu
dan meminta dukungan.
2) Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam.
3) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada pasien.
4) Pasien sulit berinteraksi.
d. Spiritual
1) Falsafah hidup Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan
ancaman, tujuan hidupnya biasanya jelas.
2) Konsep kebutuan dan praktek keagamaan Pasien mengakui adanya tuhan
tapi tidak yakin terhadap tuhan, putus asa karena tuhan tidak
memberikan sesuai apa yang dia inginkan dan tidak mau menjalankan
kegiatan agama.
7. Status Mental
a. Penampilan Penampilan tidak rapi karena pasien kurang minat untuk
perawatan diri. Kemunduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian, bau
badan karena tidak mandi merupakan salah satu tanda gangguan jiwa dengan
harga diri rendah kronis.
b. Pembicaraan Pasien dengan frekuensi lambat, tertatah, volume suara rendah,
sedikit berbicara inkoheren dan bloking
c. Aktivitas Motorik Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi penurunan aktivitas
interaksin
d. Alam Perasaan Pasien biasanya merasakan tidak mampu dan pandangan
hidupnya selalu pesimis
e. Afek Terkadang afek pasien tampak tumpul, emosi pasien berubahubah,
kesepian, apatis, depresi atau sedih, dan cemas.
f. Interaksi selama wawancara
a. Tidak kooperatif, atau mudah tersinggung.
b. Kontak mata kurang: tidak mau menatap lawan bicara.
c. Defensif: selalu mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
d. Curiga: menunjukkan tidak percaya pada orang lain.
g. Persepsi Pasien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam atau
memberi perintah
h. Proses pikir Data yang diperoleh dari observasi pada saat wawancara:
1) Arus Pikir:
a) Koheren: pembicaraan dapat dipahami dengan baik.
b) Inkoheren: kalimat tidak berbentuk, kata-kata sulit dipahami.
c) Tangensial: pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada
tujuan.
d) Flight of ideas: pembicaraan yang melompat dari satu topik ke topik
lainnya masih ada hubungan yan tidak logis dan tidak sampai pada
tujuan.
e) Bloking: pembicaraan terhenti tiba-tiba kemudian dilanjutkan
kembali.
f) Neologisme: membentuk kata-kata baru yang tidak di pahami oleh
umum.
g) Sosiasi bunyi: mengucapkan kata-kata yang mempunyai persamaan
bunyi.
2) Isi Pikir
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri,
mengejek dan mengkritik diri sendiri (Yusuf, 2015).
8. Tingkat kesadaran
a. Biasanya pasien tampak bingung dan kacau, stupor adalah gangguan motorik
seperti kelakuan, gerakan berulang-ulang, anggota tubuh pasien dalam sikap
canggung yang dipertahankan dalam waktu lama tetapi pasein menyadari
semua yang terjadi dilingkungan, sedasi yaitu pasien mengatakan bahwa ia
merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar.
b. Tingkat konsentrasi berhitung
1) Peratikan pasien mudah berganti dari satu obyek ke obyek lain atau tidak.
2) Tidak mampu berkonsentrasi.
3) Tidak mampu berhitung.
c. Kemampuan penilaian
1) Ringan: dapat mengambil suatu keputusan yang sederhana dengan
dibantu.
2) Bermakna : tidak mampu mengambil suatu keputusan walaupun sudah
dibantu.
d. Daya titik diri Pasien tidak menyadari bahwa dia mengalami gangguan jiwa.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Isolasi Sosial; menarik diri
2. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
3. Koping Tidak Efektif
C. Rencana Tindakan Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan asuhan Promosi harga diri
kronis keperawatan selama 3x pertemuan Tindakan :
diharapkan harga diri rendah kronis 1. Observasi
membaik dengan kriteria hasil: a. Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin dan usia
1. Penilaian diri positif meningkat (5) terhadap harga diri.
2. Perasaan memiliki kelebihan atau b. Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri.
kemampuan positif mrningkat (5) c. Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan.
3. Penerimaan penilaian positif terhadap 2. Terapeutik
diri sendiri meningkat (5) a. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri.
4. Minat mencoba hal baru meningkat (5) b. Motivasi menerima tantangan atau hal baru.
5. Berjalan menampakkan wajah c. Diskusikan tentang pernyataan harga diri.
meningkat (5) d. Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri.
6. Postur tubuh menampakkan wajah e. Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri.
meningkat (5) f. Diskusikan persepsi negatif diri.
7. Perasaan malu menurun (5) g. Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah.
8. Perasaan marah menurun (5) h. Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga
9. Perasaan tidak mampu melakukan diri yang lebih tinggi.
apapun menurun (5) i. Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan
10. Meremehkan kemampuan mengatasi dan batasan yang jelas.
masalah menurun (5) j. Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai
tujuan.
k. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga
diri rendah.
3. Edukasi
a. Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif diri pasien.
b. Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki.
c. Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi
dengan orang lain.
d. Anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif.
e. Anjurkan mengevaluasi perilaku.
f. Anjurkan cara mengatasi bullying.
g. Latih pernyataan/ kemampuan positif diri.
h. Latih cara berfikir dan berperilaku positif.
i. Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri.
j. Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam
menangani situasi.

Terapi kognitif perilaku


Tindakan
1 Observasi
a. Identifikasi riwayat diagnostik menyeluruh.
b. Identifikasi gejala, faktor lingkungan, budaya, biologis yang
mempengaruhi.
c. Identifikasi masalah yang menimbulkan distorsi pikiran dan
persepsi negative.
d. Identifikasi asumsi, keyakinan mendasar atau skema dari
pola pikir dan distorsi pikiran.
e. Identifikasi metode alternatif dalam menyelesaikan masalah.
f. Identifikasi distorsi pikiran dan perlaku maladaptif spesifik
disetiap situasi
g. Monitor pikiran yang dialami.
h. Monitor kemampuan yang telah dilatih.
2 Terapeutik
a. Ciptakan hubungan terapeutik dan kolaboratif.
b. Analisis distori pikiran yang dialami.
c. Lakukan pengamatan pemantauan terhadap pikiran dan
perilaku.
d. Buatkan penugasan aktivitas dirumah dalam proses terapi.
e. Arahkan pikiran keliru menjadi sistematis.
f. Buatkan rapot/catatan kegiatan dan sharing.
g. Berikan reinforcement positif atas kemampuan yang
dimiliki.
3 Edukasi
a. Jelaskan masalah yang dialami.
b. Jelaskan strategi dan proses terapi pikiran perillaku.
c. Diskusikan pikiran keliru yang dialami.
d. Diskusikan self-monitoring dalam memahami kondisi selama
terapi.
e. Diskusikan rencana aktivitas harian terkait terapi yang
diberikan.
f. Latih teknik relaksaasi.
g. Latih retrukturisasi pikiran dengan metode ABC (actual
situation, belief, consequence) dengan melawan pola pikir
yang keliru.
h. Latih retrukturisasi pikiran alternatif dengan metode ABCDE
(disputing, effects).
i. Latih ketrampilan koping individu.
j. Latih menggunakan prinsip FEAR (feeling frightened,
expecting bad things to happen, attitude and action, result
and reward) pada anak-anak.
4 Kolaborasi
a Kolaborasi dalam pemberian terapi
Pada masalah keperawatan harga diri rendah kronis maka dilakukan tindakan
keperawatan dengan cara menggunakan percakapan startegi pelaksanaan 1 pada pasein harga diri
rendah, setelah dirasa strategi pelasksanaan 1 pada pasien harga diri rendah berhasil maka boleh
dilanjutkan ke strategi pelakasanaan ke 2 dan ke 3 pada pasien harga diri rendah. Adapun strategi
pelaksanaan pada harga diri rendah kronis menurut (Yusuf. Ah dkk, 2019) adalah sebagai
berikut:
Pasien Keluarga
1. SP 1 1. SP 1
Mendiskusikan kemampuan dan aspek Mendiskusikan masalah yang dihadapi
positif yang dimiliki pasien, membantu keluarga dalam merawat pasien dirumah,
pasien menilai kemampuan yang masih menjelaskan tentang pengertian, tanda
dapat digunakan, membantu pasien dan gejala, harga diri rendah,
memilih/menetapkan kemampuan yang menjelaskan cara merawat pasien dengan
akan dilatih, melatih kemampuan yang harga diri rendah, mendemonstrasikan
sudah dipilih dan menyusun jadwal cara merawat pasien dengan harga diri
pelaksanaan kemampuan yang telah rendah dan memberi kesempatan kepada
dilatih dalam rencana harian. keluarga untuk mempraktekkan cara
2. SP 2 merawat.
Melatih pasien melakukan kegiatan lain 2. SP 2
yang sesuai dengan kemampuan pasien. Melatih keluarga mempraktikkan cara
Latihan dapat dilanjutkan untuk merawat pasien dengan maslah harga diri
kemampuan lain sampai semua rendah langsung kepada pasien.
kemampuan dilatih. Setiap kemampuan 3. SP 3
yang dimiliki akan menambah harga diri Membuat perencanaan pulang bersama
pasien. keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Makhripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa, PT Refika Utama,
Bandung.
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Kesehatan Jiwa, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Nyumirah, S. 2013. Peningkatan kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif dan perilaku)
melalui penerapan terapi perilaku kognitif di rsj dr amino 43 gondohutomo semarang.
Jurnal keperawatan jiwa, 1(2). https://doi.org/10.26714/jkj.1.2.2013.%25p
Samosir, E. F. 2020. Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada An . A Dengan Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Lingk . XVI Lorong Jaya. 1–41.
Safitri, A. 2020. Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Keluarga Penderita Skizofrenia
Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo). http://eprints.umpo.ac.id/6155/
Sitanggang, R., Pardede, J. A., Damanik, R. K., & Simanullang, R. H. 2021. The Effect Of
Cognitive Therapy On Changes In Self-Esteem On Schizophrenia Patients. European
Journal of Molecular & Clinical Medicine, 7(11), 2696-2701.
https://ejmcm.com/article_6267.html
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan(Ist ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Wijayati, F., Nasir, T., Hadi, I., & Akhmad, A. 2020. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Harga Diri Rendah Pasien Gangguan Jiwa. Health Information:
Jurnal Penelitian, 12(2), 224-235 https://doi.org/10.36990/hijp.v12i2.234
Yusuf, Fitriyasari, Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan : Kesehatan Jiwa, Salemba
Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai