Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH KONSUMSI MAKANAN DENGAN

ASUPAN GIZI PADA STROKE NON HEMORAGIK


Srilian karyuni 1, Sudirman 2 , Ahmad yani 3

1)
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Palu
2)
Dosen Administrasi Kebijakan Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Palu
3)
Dosen Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Palu
Email: sriliankaryuni07@gmail.com, Sudirman@unismuhpalu.ac.id,
ahmadyani@unismuhpalu.ac.id

Abstrak

Pengertian stroke non hemoragik adalah ketika terjadi pembuluh darah


diotak tersumbat oleh gumpalan darah dan penumpukan lemak, sedangkan
asupan gizi adalah salah satu faktor penting dalam menunjang kesehatan
seseorang. Pencegahan terhadap penyakit stroke dapat dilakukan dengan
menjaga asupan makanan yang bergizi dan melakukan pemeriksaan
kesehatan kedokter untuk mencegah kejadian stroke berulang

Kata kunci : Asupan Gizi, Stroke Non hemoragik


PENDAHULUAN

Stroke merupakan penyebab kecacatan yang tertinggi dimasyarakat.


Separuh dari mereka yang mengalami stroke akan mengalami kecacatan
fisik. Beban utama akibat stroke adalah kecacatan yang menimbulkan
beban psikologis,dan biaya tinggi baik bagi penderita, maupun
keluarganya.[1] Dinegara-negara ASEAN penyakit stroke juga merupakan
masalah kesehatan utama yang menyebabkan kematian. Dari data South
East Asian Medical Information Centre (SEAMIC) diketahui bahwa angka
kematian stroke terbesar di Indonesia yang kemudian diikuti secara
berurutan oleh Filiphina,Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand.[2]
Defenisi stroke menurut WHO adalah tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal ( atau global ), dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler. Stroke non
hemoragik atau yang dikenal dengan stroke iskemik adalah penyakit yang
disebabkan oleh adanya sumbatan pada aliran darah diotak.[3]

Stroke non hemoragik terdiri dari 25% akibat small vessel disease(stroke
lakunar),25 % akibat emboli dari jantung (stroke tromboemboli) dan sisanya
akibat large vessel disease. Stroke dikenal luas sebagai penyakiit yang
menimbulkan disabilitas permanen yang menyebabkan penderita kurang
bahkan tidak produktif lagi. Hal ini terjadi akibat kerusakan permanen yang
tidak tergantikan.[4] Banyak faktor risiko yang berkaitan dengan stroke
antara lain obesitas, diabetes, hipertensi, kolesterol dan pola makanan yang
dikonsumsi sering disebut sebagai faktor risiko terjadinya stroke.Konsumsi
makanan setelah menderita stroke berpengaruh pada umur penderita stroke
selanjutnya. Hal ini karena berpengaruh terhadap status gizinya.[5] Pola
makan di negara berkembang terutama pada daerah perkotaan telah
berkembang dari pola makan tradisional yang mengandung banyak
karbohidrat dan serat seperti sayuran, menjadi kepola makan kebarat –
baratan dengan komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung
protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat. Hal ini yang
mengakibatkan banyak penduduk indonesia terkena penyakit degeneratif.[6]

Kandungan serat bermanfaat untuk mencegah konstipasi atau


sembelit dan gangguan pencernaan lainnya. Dengan kandungan seratnya
tersebut, maka mampu mengurangi kadar kapasitas kolesterol sehingga
dapat mencegah terjadinya risiko penyakit kardiovaskuler. [7] WHO
memperidiksi, kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan
kematian akibat penyakit jantung dan kanker, yaitu kurang lebih 6 juta
pada tahun 2010 menjadi 8 juta pada tahun 2030.[8] Menurut yayasan
stroke Indonesia (YASTROKI) (2012), jumlah penderita stroke di
indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. [9] Stroke
terjadi secara mendadak, progresif dan cepat. American Hearth
Association ( AHA ) menyatakan bahwa angka kejadian stroke yaitu 3 juta
pasien stroke per tahun dan 50.000 pasien stroke serangan awal terjadi
pertahun. Negara Indonesia terdapat 500.000 kasus dengan 125.000
diantaranya meninggal dunia.[10]

Berbagai faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia,jenis


kelamin,ras,serta riwayat keluarga dan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi seperti hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus,
dislipidemia, anemia sel sabit, terapi hormon pascamenopause, diet yang
buruk, obesitas, kebiasaan merokok,serta pola hidup sedentari (sedentary
lifestyle)[11]Gaya hidup yang tidak sehat akibat mengkonsumsi makanan
tinggi lemak dan tinggi kolesterol tapi rendah serat dan megkonsumsi gula
yang berlebihan sehingga menimbulkan energi berlebih dalam tubuh.[12]
asupan lemak yang berlebih dapat meningkatkan kadar trigliserida dalam
darah berperan besar pada kejadian stroke.trigliserida yang tinggi dapat
diatasi dengan cara mengatur asupan dan pengaturan diet dan aktifitas fisik
atau olahraga dapat menurunkan kadar trigliserida sehingga dapat
menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida[13] pencegahan terhadap
penyakit stroke dapat dilakukan dengan menjaga asupan makanan yang
bergizi dan melakukan pemeriksaan kesehatan kedokter untuk mencegah
kejadian serangan stroke non hemoragik berulang[14] dengan adanya
dukungan keluarga sangat berperan dalam penyembuhan selama
perawatan stroke dirumah sakit maupun dirumah.[15]

METODE

Jurnal ini dibuat dengan mengumpulkan beberapa literatur pada jurnal


yang telah ada kemudian pihak penulis hanya mereview dari beberapa
jurnal.

HASIL

Stroke non hemoragik atau stroke iskemik adalah penyakit yang disebabkan
oleh adanya penyumbatan pada aliran darah diotak sehingga penyakit
termasuk dalam penyakit kegawatdaruratan medis yang perlu segera
mendapat penanganan. Stroke non hemoragik memiliki dua kemungkinan
penyebab,pertama yaitu gumpalan darah yang terbentuk dipembuluh darah
diotak dan yang kedua yaitu gumpalan yang terbentuk ditempat lain dan
terbawa melalui pembuluh darah menuju keotak. Pengobatan untuk stroke
bergantung pada beberapa hal, seperti jenis troke dan berapa lama penyakit
itu berlangsung semakin cepat mencari pertolongan setelah serangan stroke
maka semakin besar kemungkinan anda akan mengalami pemulihan.

Pembahasan

Diet Dash ( Dietary approaches to stop hypertension), untuk


menurunkan tekanan darah dan asupan lemak jenuh pasien stroke,diet ini
dilakukan dengan mengkonsumsi buah-buahan, sayuran dan produk susu
rendah lemak ditingkatkan.[16] faktor risiko utama penyakit stroke adalah
hipertensi kronik yang lebih atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah
tinggi dan sebagian besar kasus ini dapat diobati, sehingga penurunan
tekanan darah ketingkat normal akan mencegah stroke.[17] banyak kasus
stroke non hemoragik membutuhkan perawatan jangka panjang, umur dan
jenis kelamin sebagai faktor dominan seseorang terkena stroke dalam waktu
48 jam.[18]

Derajat stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia stroke


yang terjadi pada termasuk pada kelompok rentan usia pra lansia dapat
menimbulkan disabilitas atau kecacatan yang lebih parah serta dapat
meningkatkan angka kesakitan dan mortalitas.[19] komplikasi yang sering
terjadi pada orang yang terkena stroke yaitu malnutrisi. Malnutrisi terjadi
karena adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan energi dan protein
yang tidak adekuat.[20] Masalah stroke di indonesia menjadi semakin
penting dan mendesak baik stroke non hemoragik dan stroke hemoragik di
indonesia stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah
penyakit jantung dan kanker.[21]

Kesulitan berbicara pada penderita stroke ditunjukkan dengan


bicara yang sulit dimengerti akibat dari paralysis otot serta
ketidakmampuan melakukan aktivitas sendiri.[22] program rehabilitasi
dibutuhkan untuk meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan pasca
serangan stroke [23] banyak penderita stroke membutuhkan peran
keluarga atau orang lain diluar dirinya sendiri sebagai pendamping dalam
menyelesaikan aktivitas kerja dan tugas-tugas sehari-hari demi memenuhi
semua kebutuhan dasar dan kebutuhan tambahan.[24]

upaya pencegahan yang dapat dilakukan tingkat awal atau preventif


primer pada stroke dapat dilakukan dengan intervensi gaya hidup yang
tidak sehat termasuk pola makan.[25] Memerhatikan asupan makanan
untuk penderita stroke bisa mencegah komplikasi dan kemungkinan stroke
kambuh. Sedangkan jika makan sembarangan, berisiko mengalami
penyakit lainnya seperti jantung, kolesterol, hipertensi, obesitas, diabetes,
hingga gagal ginjal.[26] Penderita stroke akan memerlukan perawatan
yang cukup lama ini akan membuat caregiver merasa bosan dan mungkin
rasa empatinya akan berkurang kejenuhan yang cukup lama akan
menyebabkan keadaan inilah emosionalnya akan terganggu.[27]

kecerdasan emosional seseorang akan menuntut seseorang mengenali


emosi,mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,mengenali emosi orang lain
atau empati dan membina hubungan.[28] peristiwa biasa dan reaksi orang
lain yang wajar saja bisa menimbulkan persepsi negatif dan melukai
emosi/afeksi penderita stroke,apalagi peristiwa dan reaksi yang negatif.[29]
setiap penderita stroke memiliki latar belakang kehidupan dan kepribadian
yang berbeda-beda. Akan lebih baik bila dalam membantu proses
penyembuhan/pemulihan/peneguhan setiap penderita stroke, memperhatikan
keunikan masing-masing pribadi sehingga akan diperoleh model perlakuan
dan penegakan emosional yang tepat. Empati menjadi sangat penting karena
ia akan membantu proses komunikasi, pendampingan, motivasi dan
pemulihan.[30]

Kesimpulan

Stroke non hemoragik adalah salah satu penyakit serius yang


memerlukan penanganan yang tepat dan cepat penyakit ini sering ditemukan
dinegara maju dan negara berkembang, masalah stroke di indonesia
menjadi semakin penting karena asia menduduki urutan pertama dengan
jumlah kasus yang semakin meningkat. Faktor risiko antara lain
obesitas,kurang aktifitas fisik,diet tidak sehat,merokok,hipertensi dan
peningkatan gula darah
Daftar Pustaka

[1] E. Rahajeng, W. Riyadina, and P. Kesehatan, “Gizi indonesia,” vol. 39, no.
2, pp. 71–80, 2016.

[2] C. A. Dinata, Y. Safrita, and S. Sastri, “Gambaran Faktor Risiko dan Tipe
Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD
Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012,” J.
Kesehat. Andalas, 2013.

[3] M. Raisa, “Left Hemiparesis e . c Hemorhagic Stroke,” Medula, 2014.

[4] M. Maukar, A. Y. Ismanto, and R. Kundre, “HUBUNGAN POLA


MAKAN DENGAN KEJADIAN STROKE NON HEMORAGIK DI
IRINA F NEUROLOGI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO,”
JURNAL KEPERAWATAN. 2014.

[5] B. Budiman, M. Karyana, and S. Muljati, “Riwayat konsumsi makanan


penderita strok… (Budiman B; dkk),” Gizi Makan, vol. 37, no. 2, pp. 101–
108, 2014.

[6] M. Ramadhani, Puspita Ayu; Adriani, “Hubungan Tingkat Stres, Asupan


Natrium, dan Riwayat Makan dengan Kejadian Stroke,” Media Gizi
Indones., vol. 10, pp. 104–110, 2015.

[7] M. O. Fatharanni and D. I. Anggraini, “Efektivitas Brokoli ( Brassica


Oleracea var . Italica ) dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Total pada
Penderita Obesitas,” Majority, vol. 6, no. 1, pp. 64–70, 2017.

[8] R. Alfian, Y. Susanto, and S. Khadizah, “Kualitas hidup pasien hipertensi,”


vol. 04, no. 01, pp. 39–47, 2017.

[9] W. Wayunah and M. Saefulloh, “ANALISIS FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUD
INDRAMAYU,” J. Pendidik. KEPERAWATAN Indones., 2018.

[10] H. W. Subagio, P. S. Dianggra, and M. R. A. Himawan, “Lama Pencapaian


Target Energi dalam Masa Perawatan Pasien Stroke,” Jnh (Journal Nutr.
Heal., vol. 6, no. 2, p. 57, 2018.

[11] A. P. Triasti and D. Pudjonarko, “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi


Fungsi Kognitif PADA PENDERITA STROKE NON HEMORAGIK,”
Kedokt. Diponegoro, vol. 5, no. 4, pp. 460–474, 2016.

[12] D. P. Purwaningtiyas, Y. Kusumawati, and F. S. Nugroho, “Hubungan


Antara Gaya Hidup dengan Kejadian Stroke dengan Kejadian Stroke Usia
Muda di RSUD dr. Moewardi Surakarta,” Hub. Antara Gaya Hidup
dengan Kejadian Stroke, 2013.

[13] D. N. Khasanah, I. Setiyobroto, and W. Kurdanti, “Hubungan antara


Asupan Karbohidrat dan Lemak dengan Kadar Trigliserida pada Pesenam
Aerobik Wanita,” J. Nutr., 2018.

[14] D. P. A. P. Arindra Putri, . P., I. Setyaningsih, and R. Anggraeni,


“HUBUNGAN TEKANAN DARAH PASIEN SAAT MASUK RUMAH
SAKIT TERHADAP MORTALITAS PASIEN DENGAN STROKE
PERDARAHAN,” Callosum Neurol., 2018.

[15] C. E. Kosasih, T. Solehati, and C. I. Purba, “Pengaruh Edukasi Kesehatan


Terhadap Pengetahuan Pasien Stroke dan Keluarga: Peran, Dukungan, dan
Persiapan Perawatan Pasien Stroke di Rumah,” Media Kesehat. Politek.
Kesehat. Makassar, 2019.

[16] D. A. S. Siregar, Saryono, and N. Yuristrianti, “Perbedaan Asupan Dan


Status Gizi Pada Pasien Stroke Hemoragik Dan Non Hemoragik Di Rsud
Prof . Dr . Margono Soekarjo,” J. Gipas, vol. 2, no. 1, pp. 43–50, 2018.

[17] M. Hafid, “HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN


KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR 2012,” Kesehatan, vol. VII, no. 1, p. 6, 2012.

[18] R. U. Fahra, Nur Widayati, and Jon Hafan Sutawardana, “ANALISIS


FAKTOR PREDIKTOR MORTALITAS STROKE HEMORAGIK DI
RUMAH SAKIT DAERAH dr. SOEBANDI JEMBER (ANALYSIS,”
NurseLine J., 2017.

[19] M. Putri Nanda, E. Mutiawati, and W. Mahdani, “Hubungan Derajat Stroke


Terhadap Status Kognitif Pada Pasien Stroke Iskemik Di Poliklinik Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah dr . Zainoel Abidin Banda Aceh Relationship
Degree Stroke on The Cognitive Status Patients Ischemic Stroke,” vol. 2,
pp. 61–67, 2017.

[20] M. Alimansur and M. C. Anwar, “Efek Relaksasi Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi,” J. Ilmu Kesehat., vol. 2, no. 1,
p. 74, 2018.

[21] N. Tang, “No Title ‫” ثبثبثبب‬,‫بیبیب‬, vol. ‫ث ققثق‬, no. ‫ثق ثقثقثق‬, p. 2018 ,‫ثقثقثقثق‬.

[22] L. Soebroto, “Hubungan Antara Kadar LDL Kolesterol pada Penderia


Stroke di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta,” p. 51, 2010.

[23] “No Title ‫البتزاز ا‬,” pp. 1–29, 2017.

[24] No Title 2017 .‫البتزاز ا‬.

[25] P. Perawaty, P. Dahlan, and H. Astuti, “Pola makan dan hubungannya


dengan kejadian stroke di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya,” J.
Gizi dan Diet. Indones. (Indonesian J. Nutr. Diet., 2016.

[26] D. E. Prasetyo, Sp.S and A. Shahnaz Garini, “Prevalensi Dislipidemia pada


Pasien Stroke Iskemik Berulang Rawat Jalan dan atau Rawat Inap di
Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Periode 2015 – Juni 2017,” Maj.
Kesehat. Pharmamedika, vol. 10, no. 1, p. 031, 2019.

[27] D. Syahputra, “Analisis Determinan Risiko Stroke di RSUP Haji Adam


Malik Medan Tahun 2017,” 2017.

[28] K. A. Nugraha, R. Endah, H. P. Kementerian, K. Politeknik, K. Surakarta,


and J. Keperawatan, “Kecerdasan Emosional Dan Coping Caregiver Pada
Pasien Stroke Hemoragik Di Rsud Soediran Mangun Sumarso Wonogiri,”
pp. 97–104.

[29] D. Aulia, SKM, MBA-HM, MEc, PhD, S. F. Ayu, and N. Nefonafratilova,


“Analisis Perbandingan Biaya Langsung (Direct Cost) dan Biaya Tidak
Langsung (Indirect Cost) pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit,” J. Ekon.
Kesehat. Indones., vol. 2, no. 2, pp. 82–88, 2017.

[30] R. Rahayu Sri Utami and Fakultas, “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga
dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi di Puskesmas Tualang
Relationship Between Family Social Support With Medical Treatment
Adherence Of Hypertension Sufferers In Puskesmas Tualang,” J. Psikol.,
vol. 12, no. 1, pp. 91–98, 2016.

Anda mungkin juga menyukai