Anda di halaman 1dari 39

PENERAPAN TERAPI MENGGAMBAR TERHADAP PASIEN DENGAN

MASALAH HARGA DIRI RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


NEGLASARI KOTA TANGERANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Pogram Pendidikan Profesi Ners

Disusun Oleh

SOPIYATUN
NIM. P27904121071

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN
TANGERANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan

seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan

sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat

mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu

memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU No 18 tahun 2014).

Menurut data dari WHO (2017) , secara global terdapat sebanyak

450 juta orang mengalami ganguan jiwa diperkirakan 4,4% penderita

mengalami ganguan depresi, dan 3,6% penderita mengalami kecemasan.

Sementara hasil RISKESDAS tahun 2018, menunjukan gangguan depresi

sudah mulai terjadi sejak rentang usia remaja dengan prevalensi 6,2%.

Provinsi Bali menduduki tingkat pertama. Penduduk dengan gangguan

jiwa terbanyak tahun 2018 yaitu sebanyak 11,1 %, sedangkan untuk

provinsi Banten sendiri dengan penduduk gangguan jiwa sebanyak 5,7 %.

Gangguan jiwa adalah suatu perubahan fungsi jiwa yang

menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan

suatu penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran

sosial (Depkes RI 2010). Individu yang sehat jiwanya menyadari

sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi stres kehidupan

1
2

yang wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya,

dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa

yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama dengan orang lain

(Keliat dkk, 2011). Jiwa yang terganggu bias terlihat melalui fisik, namun

banyak juga yang terlihat baik – baik saja secara fisik, karena hubungan

antara kesehatan fisik dan kesehatan mental sangat berkaitan.

Harga diri rendah adalah perasan tidak berharga, tidak berarti dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri

sendiri atau kemampuan diri. Perasaan negatif terhadap diri sendiri,

hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal karena tidak mampu

mencapai keinginan sesuai dengan ideal diri. Orang yang mengalami harga

diri rendah akan tampak bingung, kurang memori dalam jangka panjang

atau pendek,kurangnya perhatian merasa putus asa, merasa tidak berdaya,

merasa tidak berharga atau tidak berguna kurang aktivitas atau

menurunnya aktivitas yang menyenangkan, menarik diri dan kurangnya

besosialisasi.

Harga diri rendah juga bisa terjadi jika kehilangan kasih sayang,

perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang

buruk. Harga diri meningkat bila diperhatikan, dicintai, dihargai atau

dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi

hingga rendah, harga diri tinggi/positif ditandai dengan ansietas yang

rendah, menghadapi lingkungan secara aktif, mampu beradaptasi secara


3

efektif dan cenderung merasa aman, sedangkan harga diri rendah melihat

lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman.

Untuk membantu meningkatkan harga diri rendah, yaitu

membangkitkan kepercayaan diri dengan mengembangkan kemampuan

positif yang dimiliki sehingga membuat pasien merasa percaya diri. Upaya

ini dapat dilakukan dengan kegiatan menggambar yang merupakan salah

satu terapi lingkungan. Terapi menggambar ini berkaitan dengan stimulasi

psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan baik pada

kondisi fisik maupun psikologi seseorang.

Terapi menggambar dapat membantu pasien untuk

mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, membantu mempercayai orang lain,

membantu pasien untuk mengkomunikasikan tentang perasaan – perasaan

yang dialami, mengekspresikan yang terjadi dengan dirinya, serta

memberikan kesempatan mengembangkan wawasan diri, keterampilan diri

dan bagaimana mengekspresikan pikiran serta prilaku sesuai dengan

norma yang baik.

Berdasarkan artikel penelitian yang dilakukan oleh Monica Vivi,

dkk pada tahun 2021, dengan judul Pengaruh Penerapan Kreasi Seni

Menggambar Terhadap Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah Klien Di

Ruang Kutilang Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung. Didapatkan

hasil dari penelitian tanda dan gejala harga diri rendah sebelum dilakukan

terapi menggambar sebesar 63%, dan setelah dilakukan penerapan terapi


4

menggambar hari kedua sebesar 25%, adanya pengaruh dalam

menggambar terhadap menurunkan tanda dan gejala harga diri rendah

serta meningkatkan kepercayan diri pasien.

Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas tentang

Penerapan Terapi Menggambar Terhadap Pasien Dengan Masalah Harga

Diri Rendah Di Wilayah Kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumuskan

masalah yaitu “Apakah Ada Pengaruh Terapi Menggambar Dalam

Meningkatkan Harga Diri Pasien?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan harga diri

pada pasein melalui terapi menggambar dengan masalah harga

diri rendah.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini yaitu :

a. Untuk mengidentifikasi harga diri pasien sebelum dilakuan

penerapan terapi menggambar

b. Untuk mengidentifikasi harga diri pasien setelah dilakuan

penerapan terapi menggambar


5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah


1. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti

dan rendah hati dan rendah diri yang berkepanjngan akibat evaluasi

yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya

perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu

mencapai keinginan sesuai ideal diri (Iyus Yosep, 2016). Harga Diri

Rendah (HDR) merupakan evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri

sendiri atau kemampuan pasien seperti tidak berarti, tidak berharga,

tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus menerus

(PPNI, SDKI 2017).

Ganguan harga diri yang disebut sebagain harga diri rendah

dapat terjadi secara: (Mukhripah Damaiyanti, 2014)

a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya

harus operasi, kecelakaan, dicerai suami atau istri, putus

sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena

sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-

tiba).

b. Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri berlangsung

lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien ini

mempunyai cara yang berpikir yang negatif. Kejadian

6
7

sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative

terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon mal

yang adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien

gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.

2. Etiologi Harga Diri Rendah


Menurut (PPNI, 2016), Penyebab harga diri rendah, yaitu :

Terpapar situasi traumatis, Kegagalan berulang, Kurangnya

pengakuan dari orang lain, Ketidakefektifan mengatasi masalah

kehilangan, Gangguan psikiatri, Penguatan negatif berulang,

Ketidaksesuaian budaya

a. Faktor Predisposisi

Menurut (Hendrawan, 2018), terdapat faktor predisposisi dan

faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah yaitu :

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi

penolakan dari orang tua, seperti tidak dikasih pujian, dan

sikap orang tua yang terlalu mengekang, sehingga anak

menjadi frustasi dan merasa tidak berguna lagi serta merasa

lebih rendah diri.

2) Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah juga meliputi

ideal diri seperti dituntut untuk selalu berhasil dan tidak boleh

berbuat salah, sehingga anak akan merasa kehilangan rasa

percaya diri.
8

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal

misalnya ada salah satu anggota yang mengalami gangguan

mental sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri.

Pengalaman traumatic juga dapat menimbulkan harga diri rendah,

seperti penganiayaan seksual, kecelakaan yang menyebabkan

seseorang dirawat dirumah sakit dengan pemasangan alat bantu

yang tidak nyaman baginya. Respon terhadap trauma dan

kopingnya menjadi represi dan denial (Hendramawan, 2018).

3. Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah


Harga diri rendah dibagi menjadi 2 yaitu : harga diri rendah situsional

dan harga diri rendah kronik.

Menurut (SDKI, 2017) tanda dan gejala harga diri rendah situsional :

a. Tanda dan gejala mayor

1) Subjektif

a) Menilai diri negative (mis. tidak berguna, tidak tergolong)

b) Merasa malu atau bersalah

c) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri

d) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

2) Objektif

a) Berbicara pelan dan lirih

b) Menolak berinteraksi dengan orang lain

c) Berjalan menunduk
9

d) Postur tubuh menunduk

b. Tanda dan gejala minor

1) Subjektif

a) Sulit konsentrasi

2) Objektif

a) Kontak mata berkurang

b) Lesu dan tidak bergairah

c) Pasif

d) Tidak mampu membuat keputusan

Menurut (SDKI, 2017) tanda dan gejala harga diri rendah kronis :

a. Tanda dan gejala mayor

1) Subjektif

a) Menilai diri negatif (mis. Tidak berguna, tidak tertolong)

b) Merasa malu atau bersalah

c) Merasa tidak mampu melakukan apapun

d) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah

e) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan

positif

f) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri

g) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

2) Objektif

a) Enggan mencoba hal baru

b) Berjalan menunduk
10

c) Postur tubuh menunduk

b. Tanda dan gejala minor

1) Subjektif

a) Merasa sulit konsentrasi

b) Sulit tidur

c) Mengungkapkan keputusan

2) Objektif

a) Kontak mata kurang

b) Lesu dan tidak bergairah

c) Berbicara pelan dan lirih

d) Pasif

e) Perilaku tidak asertif

f) Mencari penguatan secara berlebihan

g) Bergantung pada pendapat orang lain

h) Sulit membuat keputusan

4. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai

personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku

seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah

perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,

walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi

merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga. Gangguan

harga diri dapat terjadi secara :


11

a. Situsional

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus dioperasi,

kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja.

Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena

privasi yang kurang diperhatikan seperti pemeriksaan fisik yang

sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan

struktur, bentuk dan fungsi tubuh tidak tercapai karena

dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.

b. Maturasional

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan maturasi adalah :

1) Bayi/Usia bermain/Pra sekolah : Berhubungan dengan kurang

stimulasi atau kedekatan, perpisahan dengan orang tua,

evaluasi negative dari orang tua, tidak adekuat dukungan

orang tua, ketidak mampuan mempercayai orang terdekat.

2) Usia sekolah : Berhubungan dengan kegagalan mencapai

tingkat atau peringkat objektif, kehamilan kelompok sebaya,

umpan balik negative berulang.

3) Remaja : Pada usia remaja penyebab harga diri rendah yaitu,

jenis kelamin, gangguan hubungan teman sebagai perubahan

dalam penampilan, masalah-masalah pelajaran kehilangan

orang terdekat.
12

4) Usia sebaya : Berhubungan dengan perubahan yang berkaitan

dengan penuaan.

5) Lansia : Berhubungan dengan kehilangan (orang, financial,

pension)

c. Kronik

Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama,

yaitu sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir

yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah

persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan

respons yang maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada

pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan

jiwa.

5. Rentan Respon

Rentan respon harga diri rendah menurut Munith (2015), yaitu :

Adaptif

Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep Diri Harga Diri Kekacau

Depresonalisasi Keterangan :

a. Respon adaptif :

Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat

membangun (konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang

menyebabkan ketidakseimbangan dalam dirinya sendiri.


13

b. Respon Maladaptif

Aktualisasi diri dan konsep diri yang negative serta bersifat

merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang

menyebabkan ketidakseimbangan dalam dirinya sendiri.

c. Aktualisasi Individu

Individu dapat mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya.

d. Konsep diri positif

Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya

dan dapat menilai suatu masalah untuk berpikir secara positif

dan realistis.

e. Harga diri rendah

Transisi antara konsep diri adaptif dan maladaptive.

f. Kekacauan identitas

Suatu kegagalan pada individu untuk mengintegrasikan berbagai

identifikasi masa kanak-kanaknya kedalam kepribadian

psikososial dewasa yang harmonis.

g. Depresonalisasi

Perasaan yang tidak realistis dan keasingan bagi dirinya dari

lingkungan sekitar.

6. Mekanisme Koping
14

Seseorang dengan harga diri rendah memiliki mekanisme koping

jangka pendek dan jangka panjang. Jika mekanisme koping jangka

pendek tidak memberikan hasil yang telah diharapkan individu, maka

individu dapat mengembangkan mekanis koping jangka panjang

(Maryatun & Ningsih, 2019). Mekanisme tersebut mencakup sebagai

berikut :

a. Jangka Pendek

1) Aktivitas yang dilakukan untuk pelarian sementara yaitu ;

pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv secara terus

menerus.

2) Aktivitas yang memberikan penggantian identitas bersifat

sementara, misalnya ikut kelompok social, agama, dan politik)

3) Aktivitas yang memberikan dukungan bersifat sementara

misalnya perlombaan.

b. Jangka Panjang

1) Penutupan identitas : terlalu terburu-buru mengadopsi

identitas yang disukai dari orang-orang yang berarti tanpa

memperhatikan keinginan atau potensi diri sendiri.

2) Identitas Negatif : asumsi identitas yang bertentangan dengan

nilai-nilai dan harapan masyarakat.

7. Penatalaksanaan

Menurut (NANDA, 2015) upaya pelaksanaan yang diberikan pada

klien yang mengalami gangguan jiwa harga diri rendah ada 2, yaitu :
15

a. Psikoterapi

Terapi ini digunakan untuk mendorong klien bersosialisasi lagi

dengan orang lain. Tujuannya agar klien tidak menyendiri lagi

karena jika klien menarik diri, klien dapat membentuk kebiasaan

yang buruk lagi.

b. Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi aktivitas kelompok paling relevan dilakukan pada individu

dengan gangguan harga diri rendah. Terapi aktivitas kelompok ini

digunakan menggunakan stimulasi persepsi, yaitu terkait dengan

pengalaman atau kehidupan dan akan didiskusikan dalam

kelompok, lalu hasil tersebut dapat berupa kesepakatan persepsi

atau alternative penyelesaian masalah (Sariasih, 2019).

8. Pohon Masalah

Isolasi Sosial  Akibat

HargaDiri
Harga DiriRendah
Rendah  Masalah Utama

Koping individu tidak efektif  Penyebab

B. Konsep Tindakan SOP Penerapan Terapi Menggambar

Terapi seni adalah bagian dari terapi lingkungan dan dilihat dari

aktivitasnya juga merupakan bagian dari terapi aktivitas kelompok untuk


16

meningkatkan dan mengembangkan kemampuan sesuai pasien. Prinsip

terapi termasuk didalamnya terapi seni adalah sebagai jembatan

penghubung interaksi antara dunia internal pasien dan duia luar realitas

(Susana & Hendarsih, 2012). Menurut The British Association (2018)

mendefinisikan Art Therapy sebagai suatu bentuk psikoterapi yang

menggunakan media seni sebagai cara utama ekspresi dan komunikasi. Art

Therapy atau terapi menggambar telah banyak dilingkungan medis, salah

satunya untuk pengobatan penyakit gangguan jiwa seperti pasien harga diri

rendah.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

untuk melakukan kegiatan pada pasien yang mengalami harga diri rendah

adalah dengan terapi kreasi seni menggambar yang merupakan salah satu

bagian terapi lingkungan. Terapi lingkungan berkaitan erat dengan

stimulus psikologis seseorang yang berdampak pada kesehatan baik pada

fisik maupun psikologis. Terapi lingkungan dapat membantu pasien untuk

mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, membantu mempercayai orang lain.

Terapi lingkungan ini dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Terapi rekreasi

Tujuan agar pasien dapat melakukan kegiatan serta konstruktif,

menyenangkan dan mengembangkan kemampuan hubungan social.

2. Terapi kreasi seni


17

Dalam terapi kreasi seni terbagi menjadi 4 bagian yaitu terapi menari

atau dance, terapi music, terapi menggambar atau melukis, dan terapi

literature atau biblio.

Jenis terapi ini membantu pasien untuk berkomunikasi tentang

perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya, memberikan

kesempatan pada pasien untuk mengembangkan wawasan diri dan

bagaimana mengekspresikan pikiran dan perilaku sesuai dengan

norma yang baik. Jenis terapi yang lingkungan yang dapat diterapkan

pada pasien harga diri rendah adalah terapi kreasi seni menggambar.

Tujuannya untuk mengekspresikan tentang apa yang terjadi dengan

dirinya serta memberikan kesempatan melakukan kegiatan pada

pasien untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana

melakukan sesuatu kegiatan dan norma-norma yang baik.

Menurut (Susana & Hendarsih, 2012), mengemukakan bahwa

dengan menggambar pasien mampu memperbaiki aspek positif yang

kognitif dan psikomotorik dengan aspek kognitif pasien mampu

menurunkan kecemasan dengan mengubah perilaku negatif menjadi

positif kemudian mengembangkan kemampuan yang dimilikinya

seperti menggambar.
18
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus

Desain studi kasus ini menggunakan metode penelitian deskriptif

untuk menmggambarkan lebih dalam mengenai pengaruh terapi

menggambar terhadap pasien dengan masalah harga diri rendah. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan

kondisi atau hal lain – lain yang sudah disebutkan hasilnya dipaparkan

dalam bentuk laporan penelitian.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini menggunakan studi kasus dengan

teknik pengumpulan data dengan lembar wawancara observasi untuk

mengukur tanda gejala pada pasien harga diri rendah, penelitian tindakan

ini selama 3 kali pertemuan.

C. Luaran Pasien

Nursing outcome (NOC) pada diagnosa keperawatan Harga Diri

Rendah Kronis ( D. 0086) adalah harga diri (L. 09069) membaik dengan

kriteria hasil :

1. Penilaian diri positif meningkat (5)

19
20

2. Perasaan memiliki kelebihan atau kemampuan positif meningkat

(5)

3. Konsentrasi meningkat ( 5 )

4. Kontak mata meningkat (5)

5. Perilaku asertif meningkat (5)

6. Kemampuan mengambil keputusan meningkat (5)

7. Perasaan malu menurun (5)

8. Perasaan bersalah menurun (5)

9. Meremehkan kemampuan mengatasi masalah menurun (5)

D. Kriteria Pasien

Kriteria pasien ditentukan berdasarkan :

1. Diagnosa keperawatan pasien yaitu pasien harga diri rendah

2. Pasien koopratif

3. Pasien yang tidak percaya diri

E. Evidience Based Practice

1. Analisa SWOT

P : Pada pasien gangguan jiwa harga diri rendah

I : Bagaimana meningkatkan kepercayaan diri

C : Dengan terapi inovasi logoterapi

O : Harga diri rendah

T : Selama 3 hari
21

2. Analisis Artikel

Tabel 3.1 Analisis Jurnal

Tempat Besar Metode/Alat


No Studi/Penulis Usia Outcome
Peneliti Sample Ukur

1 Pengaruh Rumah 1 26 Metode studi Hasil dari

Penerapan Sakit Jiwa responden Tahun kasus dengan penelitian ini

Kreasi Seni Daerah penerapan didapatkan hasil

Menggambar Provinsi pengumpulan dari penelitian

Terhadap Tanda Lampung data lembar tanda dan gejala

Dan Gejala wawancara, harga diri rendah

Harga Diri lembar sebelum

Rendah Klien Di informed dilakukan terapi

Ruang Kutilang consent, dan menggambar

Rumah Sakit lembar sebesar 63%, dan

Jiwa Daerah evaluasi setelah

Provinsi dilakukan

Lampung penerapan terapi

menggambar

Monica, vivi, hari kedua

dkk. (2021) sebesar 25%

2 Penerapan Rumah 2 – Metode studi Hasil penelitian

Terapi Sakit Jiwa responden kasus dengan ini sesudah


22

Menggambar Daerah penerapan dilakukan 3 hari

Pada Pasien Provinsi pengumpulan terapi

Harga Diri Lampung data lembar menggambar

Rendah informed tanda dan gejala

consent,dan harga diri rendah

lembar mendapatkan

observasi hasil subjek I

(Tn. S) dan

Mustofa, dkk. subjek II (Tn. I)

(2022) mengalami

penurunan,

subjek I (Tn. S)

mengalami

penurunan

sebanyak 75%

sehingga hanya

meninggalkan 1

tanda gejala

yang belum

teratasi (8%)

sedangkan

subjek II (Tn. I)

tanda gejala
23

menurun

sebanyak 1005

dimana tidak ada

tanda gejala

tersisa (0%).

3 Studi kasus : Panti Sosial 1 – Metode Hasil dari

asuhan Bina Laras responden dengan studi penelitian ini

keperawatan Harapan kasus didapatkan

jiwa dengan Sentosa II menggunakan bahwa klien

terapi kreasi Cipayung pendekatan telah diterapkan

menggambar asuhan teori teknik art

terhadap pasien keperawatan therapy kreasi

harga diri seni

rendah : HDR menggambar,

responden

Sarwili, Indri., menyatakan

dkk. (2021) bahwa masalah

gangguan harga

diri rendah

dengan di

terapkan Art

therapy kreasi

seni
24

menggambar

sebagaian besar

teratasi dan

sangat

membantu.

4 Terapi Kreasi RSJ Dr. 33 – Penelitian Hasil statistik

Seni Soeharto responden menggunakan didapatkan nilai

Menggambar Heerdjan desain Quasi mean perbedaan

Terhadap Jakarta Experimental skor antara

Kemampuan Pre-post sebelum dan

Melakukian without sesudah adalah -

Menggambarkan control 5.970 dengan

Bentuk Pada standar deviasi

Pasien Harga 3.107. hasil uji

Diri Rendah statistic dengan

uji paired

Mulyawan sample t test

Muhammad, didapatkan p

Agustina value .000 (p <

Marisca (2018) 0,05), maka H0

di tolak da nada

pengaruh

terhadap
25

kemampuan

melakuakan

kegiatan pada

pasien harga diri

rendah.

F. Prosedur Intervensi Keperawatan Mandiri Berdasarkan EBP

Standar Prosedur Oprasional Terapi Menggambar

a. Persiapan :

1) Membuat kontrak dengan pasien

2) Mempersiapkan alat

b. Orientasi

1) Mengidentifikasi pasien yang mengalami gejala HDR

2) Menanyakan perasaan klien hari ini

3) Memberitahu klien mengenai tindakan yang akan dilakukan

4) Menyiapkan lingkungan yang nyaman dan tenang

c. Kerja

1) Menyiapkan alat alat untuk menggambar

2) Menjelaskan tema gambar yaitu menggambar sesuatu yang disukai

atau perasaan saat ini

3) Setelah selesai menggambar, pinta klien untuk menjelaskan

gambar apa dan makna gambar yang telah dibuat


26

4) Berikan pujian kepada klien setelah klien selesai menjelaskan isi

gambarnya

d. Terminasi

1) Evaluasi

a) Menanyakan perasaan klien setelah melakukan tindakan

b) Berikan pujian pada klien

2) Rencana tindak lanjut

a) Terapis menuliskan kegiatan menggamar pada tindakan harian

klien

b) Kontrak kegiatan yang akan dating

c) Berpamitan dan mengucapkan salam

3) Dokumentasi

a) Catat hasil kegiatan yang dilakukan bahwa klien telah

melakukan kegiatan terapi menggambar.


27
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada BAB ini menyampaikan hasil dan pembahasan studi kasus

“Penerapan Terapi Menggambar Terhadap Pasien Dengan Masalah Harga

Diri Rendah Di Wilayah Kerja Puskesmas Neglasari Kota Tangerang.”

yang dilaksanan selama 3 kali pertemuan dengan 4 orang subjek studi

kasus

A. HASIL

1. Pengkajian

a. Subjek I

Subjek pada studi kasus ini bernama Tn. A usia 29 tahun,

jenis kelamin laki-laki, agama islam, pendidikan terakhir SMA,

pekerjaan wiraswasta, suku bangsa sunda, penampilan pasien

cukup rapi dan bersih, tampak cemas dan takut, menundukan

kepala ketika diajak berbicara, dan tidak berani menatap lawan

bicara. Keadaan pasien sudah koopratif. Pasien mengungkapkan

mengenai apa yang pasien alami, 3 tahun lalu pasien pernah

mengalami trauma, melakukan kesalahan yang menurutnya

berakibat fatal, sehingga pasien merasa kesal, emosi, takut, panik

ketika ingat kejadian tersebut.

b. Subjek II

28
29

Subjek pada studi kasus ini bernama Ny. A berjenis

kelamin perempuan, usia 30 tahun, beragama islam, pendidikan

terakhir SMK saat ini pasien berstatus ibu rumah tangga.

Berdasarkan data yang diperoleh pasien mengatakan sudah

mengalami gangguan jiwa sejak lulus SMP. Pasien tampak

bingung, tampak gelisah, berbicara lirih, dan merasa tidak berguna.

Ny. A mengatakan pernah di rawat di Rumah Sakit Jiwa Soeharto

Heerdjan masuk tahun 2016, pengobatan sebelumnya tidak berhasil

karena saat pasien sedang dikeramaian pasien merasa tidak percaya

diri ketika melakukan kegiatan.

c. Subjek III

Subjek pada studi ini bernama Ny. S berejenis kelamin

perempuan, berusia 29 tahun, beragama islam, pendidikan terakhir

SMP, pasien berstatus ibu rumah tangga. Berdasarkan data yang

diperoleh selama pengkajian didapatkan, pasien mengatakan

merasa malu jika bertemu dengan tetangga sekitar karena

mengalami penyakit gangguan jiwa, pasien juga mengatakan sering

menangis dikamar karena merasa tidak ada yang menyayanginya.

d. Subjek IV

Subjek dalam studi kasus ini bernama Tn. A berjenis

kelamin laki – laki, usia 20 tahun pendidikan terakhir SMP,

beragama islam. Pasien mengatakan mengalami gangguan jiwa


30

sejak 3 tahun lalu. Berdasarkan data yang diperoleh saat pengkajian,

didapatkan data pasien merasa malu terhadap dirinya karena tidak

bekerja, sesekali merasa emosi, menyalahkan diri sendiri, dan

merasa tidak berguna

2. Analisa data dan diagnose keperawtan

Hasil diagnosa keperawatan terhadap Tn. A, Ny. A, Ny. S dan Tn.

A ditemukan satu masalah keperawatan dari empat subjek yang telah

dilakukan Diagnosa keperawatan yang ditegakkan berdasarkan data

data hasil pengkajian dan analisa data mulai dari menetapkan masalah,

penyebab, dan data pendukung sesuai dengan batasan karakteristik

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).

Masalah keperawatan yang ditemukan pada ke empat subjek adalah :

a. Harga Diri Rendah

Table 4.1
Harga diri rendah sebelum dilakukan terapi menggambar

Sebelum Terapi Menggambar


No Kriteria
Tn. A Ny.A Ny. S Tn. A
1 Menilai diri positif 3 2 2 2
2 Merasa malu/bersalah 2 2 2 1
3 Merasa tidak mampu melakukan 3 2 2 1
apapun
4 Merasa tidak memiliki kelebihan atau 2 2 2 2
kemampuan positif
5 Kemampuan membuat keputusan 1 2 3 3
6 Penerimaan penilaian positif tentang 3 2 2 2
diri sendiri
7 Minat mencoba hal baru 3 2 3 2
8 Berjalan menampakan wajah 3 2 2 2
9 Postur tubuh menampakan wajah 3 2 2 2
31

10 Kontak mata 3 2 2 2
11 Lesu dan tidak bergairah 3 2 3 3
12 Percaya diri berbicara 3 2 3 2
Jumlah 32 24 31 24

Keterangan :

1. Menurun : <12

2. Cukup menurun : 13 – 24

3. Sedang : 25 – 36

4. Cukup meningkat : 37 – 49

5. Meningkat : 49 – 60

3. Intervenai Keperawatan

Pada kasus ini rencana tindakan untuk diagnosa Harga Diri

Rendah yaitu : (I.09309) Promosi Harga Diri.

4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Table 4.2
Harga diri rendah setelah dilakukan terapi menggambar

Setelah Terapi Menggambar


No Kriteria
Tn. A Ny.A Ny. S Tn. A
1 Menilai diri positif 4 3 3 2
2 Merasa malu/bersalah 2 2 3 2
3 Merasa tidak mampu melakukan 4 4 3 3
apapun
4 Merasa tidak memiliki kelebihan 3 3 3 3
atau kemampuan positif
5 Kemampuan membuat keputusan 3 4 3 3
6 Penerimaan penilaian positif 4 3 3 3
tentang diri sendiri
7 Minat mencoba hal baru 4 4 4 3
8 Berjalan menampakan wajah 4 3 3 2
9 Postur tubuh menampakan wajah 4 3 3 3
32

10 Kontak mata 4 3 3 2
11 Lesu dan tidak bergairah 4 3 3 2
12 Percaya diri berbicara 4 3 3 2
Jumlah 44 38 37 30

Keterangan :

1. Menurun : <12

2. Cukup menurun : 13 – 24

3. Sedang : 25 – 36

4. Cukup meningkat : 37 – 49

5. Meningkat : 49 – 60

Hasil tanda gejala harga diri rendah diketahui bahwa setelah

dilakukan intervensi keperawatan terapi menggambar telah terjadi

peningkatan harga diri pada pasien

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil studi kasus terapi menggambar selama 3 kali

petemuan pada keempat subjek mengalami peningkatan harga diri pada

pasien harga diri rendah di wilayah puskesmas neglasri. Tedapat 12 kriteia

yang menjadi penilaian untuk dijadian evaluasi kemampuan dalam

peningkatan harga diri. Yang dimana peneliti melakukan evaluasi

kemampuan sebelum dilakukan intervensi tindakan keperawatan dengan

terapi menggambar untuk mengetahui sejumlah kemampuan pasien dalam

mengenali tanda gejala harga diri rendah yang sedang pasien alami.
33

Terdapat 12 kriteria yang dinilai untuk dijadikan evaluasi

kemampuan pasien terhadap peningkatan harga diri, antara lain : menilai

diri positif, merasa malu/bersalah, merasa tidak mampu melakukan apapun,

merasa tidak memliki kelebihan atau kemampuan positif, kemampuan

mengambil keputusan, penerimaan penilaian positif tentang diri sendiri,

minat mencoba hal baru, berjalan menampakan wajah, postur tubuh

menampakan wajah, kontak mata, lesu dan tidak bergairah, dan percaya

diri dalam berbicara.

Pada implemntasi yang telah dilakukan tindakan terapi menggambar

pada Tn. A selama 3 hari setelah dilakukan terapi menggambar pasien

mengalami peningkatan harga diri, kriteria yang mengalami peningkatan

yaitu menilai diri positif, merasa tidak mampu melakukan apapun,

kemampuan mengambil keputusan, penerimaan penilaian positif tentang

diri sendiri, minat mencoba hal baru, berjalan menampakan wajah, postur

tubuh menampakan wajah, kontak mata, lesu dan tidak bergairah, dan

percaya diri dalam berbicara. Didapatkan hasil yang menunjukan

peningkatan dari skore 32 menjadi 44 dengan kategori cukup meningkat

Pada Ny. A mengalami peningkatan harga diri kriteria yang

mengalami peningkatan yaitu menilai diri positif, merasa tidak mampu

melakukan apapun, merasa tidak memliki kelebihan atau kemampuan

positif, kemampuan mengambil keputusan, penerimaan penilaian positif

tentang diri sendiri, minat mencoba hal baru, berjalan menampakan wajah,

postur tubuh menampakan wajah, kontak mata, lesu dan tidak bergairah,
34

dan percaya diri dalam berbicara. Skore yang diperoleh 24 menjadi 38

dengan kategori cukup meningkat.

Pada Ny. S mengalami peningkatan harga diri, kriteria yang

mengalami peningkatan yaitu menilai diri positif, merasa malu/bersalah,

merasa tidak mampu melakukan apapun, merasa tidak memliki kelebihan

atau kemampuan positif, kemampuan mengambil keputusan, penerimaan

penilaian positif tentang diri sendiri, minat mencoba hal baru, berjalan

menampakan wajah, postur tubuh menampakan wajah, kontak mata, lesu

dan tidak bergairah, dan percaya diri dalam berbicara. Skore yang

diperoleh 31 menjadi 37 dengan kategori cukup meningkat.

Pada Ty. A mengalami peningkatan harga diri, kriteria yang

mengalami peningkatan yaitu merasa tidak mampu melakukan apapun,

kemampuan mengambil keputusan, penerimaan penilaian positif tentang

diri sendiri, minat mencoba hal baru, berjalan menampakan wajah, postur

tubuh menampakan wajah, kontak mata, lesu dan tidak bergairah, dan

percaya diri dalam berbicara. Skore yang diperoleh 24 menjadi 30 dengan

kategori sedang. Hal ini menunjukan adanya pengaruh terapi menggambar

untuk meningkatkan harga diri pada pasien harga diri rendah.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho

(2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Terapi Kreasi Seni Menggambar

Terhadap Perubahan Perilaku Menarik Diri Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta” dengan jumlah sampel pada penelitian berjumlah 73 orang.

Hasil uji statistik paired T-test menunjukan bahwa ada pengaruh yang
35

signifikan pada kemampuan melakukan kegiatan pasien harga diri rendah

pengaruh tersebut ditunjukkan dengan nilai p = .000 (p <0,05).

Selain itu penelitian yang dilakukan Djaelani pada tahun (2009). yang

menemukan bahwa ada pengaruh bermakna antara kemampuan pada

pasien dengan harga diri rendah sebelum diberikan terapi kreasi seni di

rumah sakit jiwa daerah Surakarta. Berdasarkan kemampuan melakukan

kemampuan kegiatan pada pasien harga diri rendah yang belum diberikan

terapi menggambar dari 29 responden yang tidak melakukan kegiatan

sebesar 20 responden (80%).


36
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sebelum dilakukan tindakan terapi menggambar pada pasien harga diri

rendah didapatkan hasil subjek masih malu ketika diajak berbicara dan

melakukan tindakan kegiatan terapi menggambar. Didapatkan Tn. A 32

dengan kategori sedang, Ny. A skor 24 dengan kategori cukup menurun,

Ny. S skore 31 dengan kategori sedang, Tn. A skore 24 dengan cukup

menurun.

2. Setelah dilakukan tindakan terapi menggambar pada pasien harga diri

rendah didapatkan hasil subjek mampu meningkatkan harga diri,

peningkatan ini dapat dilihat dari hasil skore setelah dilakukan terapi

menggambar yaitu Tn. A 44 dengan kategori cukup meningkat, Ny. A

skor 38 dengan kategori cukup meningkat, Ny. S skore 37 dengan

kategori cukup meningkat, Tn. A skore 30 dengan kategori sedang.

Subjek dapat melakukan kegiatan.

3. Saran

Berdasarkan hasil penulisan karya ilmiah akhir ners ini, penulis mengajukan

beberapa saran. Saran tersebut antara lain:

1. Bagi pasien dan keluarga

37
38

Diharapkan dengan adanya penelitian dan kunjungan rumah ini dapat

menambah wawasan dan intervensi pada keluarga terutama yang

memiliki masalah keperawatan harga diri rendah dengan dilakukannya

terapi non farmakologis yang dapat dilakukan secara mandiri atau dengan

dibantu ketika di rumah dalam menurunkan tanda gejala harga diri rendah

pada penderita.

Anda mungkin juga menyukai