Anda di halaman 1dari 19

7

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah

1. Pengertian Harga Diri Rendah

Konsep diri adalah keseluruhan ide, pikiran, kepercayaan dan keyakinan


yang diketahui individu terhadap dirinya dan mempengaruhi individu
tersebut dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk disini adalah
persepsi individu terhadap sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang
lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan
obyek, tujuan serta keinginannya (Dermawan & Rusdi, 2013).

Konsep diri belum muncul saat bayi, tetapi mulai berkembang secara
bertahap. Bayi mampu mengenal dan membedakan dirinya dengan orang
lain serta mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu,
hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia di luar dirinya
(Yusuf et al., 2015).

Konsep diri memiliki beberapa komponen yaitu identitas diri, gambaran


diri, ideal diri, peran diri dan harga diri. Harga diri adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai. Harga diri rendah adalah perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi
negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Herdman, 2012).

Keliat B.A, 2015 mendefinisikan harga diri rendah adalah penilaian tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.
2. Rentang Respon Harga Diri Rendah

Respon Respon

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kerancuan Depersonalisasi


Diri Positif Rendah Identitas

Prabowo (2014) menjelaskan, rentang respon dijabarkan sebagai berikut :


a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima.
2) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif
maupun negatif dari dirinya.

b. Respon maladatif
Respon maladatif adalah respon yang diberikan individu ketika dia
tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai
dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain
2) Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan
3) Depersonalisasi diri adalah mempunyai kepribadian yang kurang
sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim,
tidak ada rasa percaya diri atau tidak mampu membina hubungan
baik dengan orang lain.
3. Proses terjadinya masalah harga diri rendah
Faktor yang mendukung terjadinya harga diri rendah yaitu :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau
trauma kepala.

2) Faktor psikologis
Pada pasien harga diri rendah, dapat ditemukan adanya pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang, kurang
mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang
lain

3) Faktor Sosial budaya


Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan
terhadap pasien yangmempengaruhi penilaian pasien, sosial
ekonom rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tumbuh
kembang anak dan tingkat pendidikan rendah.

b. Faktor Presipitasi
Faktor presispitasi harga diri rendah antara lain :
1) Trauma : penganiyaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran : berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.

4. Tanda dan Gejala


Muhith (2015) menyebutkan ada 5 tanda gejala harga diri rendah yaitu :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
Carpenito 2013 menjelaskan, perilaku yang berhubungan dengan harga
diri rendah antara lain :
a. Data Subjektif : mengkritik diri sendiri atau orang lain, perasaan tidak
mampu, pandangan hidup yang pesimis, perasaan lemah dan takut,
penolakan terhadap kemampuan diri sendiri, pengurangan diri/mengejek
diri sendiri, ketidakmampuan menentukan tujuan , mengungkapkan
kegagalan pribadi, merasionalisasi penolakan.

b. Data Objektif : produktivitas menurun, perilaku destruktiv pada diri


sendiri dan orang lain, penyalahgunaan zat, menarik diri dari hubungan
sosial, ekspresi wajah malu dan rasa bersalah, menunjukkan tanda depresi
(sukar tidur dan sukar makan), tampak mudah tersinggung/mudah marah.

5. Sumber Koping
Ada empat aspek sumber koping menurut Sutejo (2017), diantaranya :
a. Kemampuan personal
1) Klien mampu mengenal dan menilai aspek positif (kemampuan)
yang dimilikinya
2) Klien mampu melatih kemampuan yang masih dapat dilakukannya
di Rumah Sakit
3) Klien mampu melakukan aktivitas secara rutin di ruangan
b. Dukungan social
1) Keluarga mengetahui cara merawat klien
2) Klien mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya
c. Asset material
1) Rutin berobat
2) Adanya kader kesehatan jiwa
3) Social ekonomi rendah
4) Jarak ke pelayanan kesehatan mudah dijangkau
d. Kepercayaan
1) Klien mempunyai keyakinan positif terhadap program pengobatan
2) Klien mempunyai keyakinan untuk sembuh

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan pasien harga diri
rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis,
misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus-menerus.
Kegiatan mengganti identitas sementara seperti ikut kelompok sosial,
keagamaan dan politik (Prabowo, 2014).

7. Penatalaksanaan
c. Penatalaksanaan Medis
1) Psikofarmaka
Biasanya berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran
yang hanya diperoleh dari resep dokter terbagi dalam 2 golongan
yaitu typical dan atypical. Obat yang termasuk dalam typical
misalnya Chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan
Haloperidol. Obat yang termasuk dalam atypical adalah
Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
Aripiprazole.

2) Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)


ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode
yang dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik
diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/
detik.
d. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya dia tidak mengasingkan diri. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan dan kegiatan bersama.

2) Terapi Modalitas
Terapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrenia yang ditunjukkan pada kemampuan dan kekurangan
pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan untuk
meningkatkan kemampuan social. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana
dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Harga Diri rendah

1. Pengkajian
a. Identitas klien : nama, panggilan, umur, No.MR, jenis kelamin, agama,
alamat lengkap, tanggal masuk, informan, dan keluarga yang dapat
dihubungi.
b. Pengkajian dilakukan dengan wawancara dan observasi pada pasien
dan keluarga. Tanda dan gejala harga diri rendah dapat ditemukan
melalui wawancara dengan pertanyaan sebagai berikut :
1) Bagaimana pandangan/penilaian anda tentang diri sendiri?
2) Bagaimana penilaian anda terhadap diri sendiri yang
mempengaruhi hubungan anda dengan orang lain?
3) Apa yang menjadi harapan anda?
4) Apa saja harapan yang telah anda capai?
5) Apa saja harapan yang belum berhasil anda capai?
6) Apa upaya yang anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum
terpenuhi?
Tanda dan gejala harga diri rendah dari hasil observasi diatas sebagai
berikut:
1) Penurunan produtivitas
2) Pasien tidak berani menatap lawan bicara
3) Pasien lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4) Bicara lambat dengan nada suara lemah (Irman, Alwi, & Patricia,
2016).

c. Alasan masuk
Biasanya pasien dengan harga diri rendah masuk dengan perilaku
bergantung pada orang lain, ekspresi rasa bersalah dan malu, enggan
untuk mencoba hal baru, kegagalan hidup berulang, kontak mata
kurang, melebih-lebihkan umpan balik negative tentag diri sendiri,
menolak umpan balik positif tentang diri sendiri, meremehkan
kemampuan mengatasi situasi, pasif, perilaku bimbang dan sering kali
mencari penegasan. (NANDA,2016).

d. Faktor predisposisi
Biasanya pasien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya,
biasanya hasil pengobatan efektif hanya saja karena pasien berhenti
minum obat maka pasien mengalami kekambuhan dengan gejala tidak
dapat beradaptasi dengan lingkungan. Biasanya pasien juga pernah
menyaksikan penganiayaan fisik, penolakan dari lingkungan dan
kekerasan dalam keluarga. Biasanya anggota keluarga juga ada yang
mengalami gangguan jiwa. Anggota keluarga biasanya rutin meminum
obat sehingga kekambuhan tidak muncul pada anggota keluarga.
Biasanya pasien juga pernah mengalami kehilangan sebelumnya
(Prabowo, 2014).
e. Faktor Presipitasi
Biasanya factor pencetus pada pasien dengan harga diri rendah yaitu
hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau
bentuk tubuh, kegagalan, serta menurunnya produktivitas pasien.

f. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda tanda vital
yang meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh. Dan
juga dilakukan pemeriksaan head to toe dan menuliskan keluhan yang
dirasakan oleh pasien.

g. Psikososial
1) Genogram
Genogram dibuat minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga. Biasanya pada
genogram ditemukan salah satu anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
2) Konsep diri
Muhith (2015) menjelaskan, konsep diri terbagi menjadi beberapa
bagian :
a) Gambaran diri
Biasanya pasien menganggap dirinya memilik kekurangan,
tidak puas dengan kondisi tubuhnya seperti amputasi, luka
operasi, buta dan tuli.
b) Ideal diri
Biasanya pasien memiliki ambisi untuk berhasil , perasaan
cemas jika mengalami kegagalan dan Pasien juga
mengungkapkan keputusasaannya
c) Peran
Biasanya pasien memiliki peran dan tugas yang berat sehingga
tidak mampu melaksanakannya.
d) Identitas
Biasanya seseorang yang mempunyai identitas diri yang kuat
akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, karena
faktor predisposisi dan faktor presipitasi pasien bisa
mengalami harga diri rendah.
e) Harga diri
Biasanya pasien memiliki perasaan tidak berharga, tidak
dihargai dan tidak mau berhubungan dengan orang lain.
3) Hubungan social
Biasanya pasien memiliki orang yang berarti di kehidupannya.
Biasanya pasien tidak mengikuti kegiatan di masyarakat.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan yang dipercaya/ agama yang dianut serta
kegiatan ibadah yang dilakukan baik dirumah secara individu
maupun berjamaah.

h. Status mental
1) Penampilan : biasanya penampilannya ada yang tidak rapi
2) Pembicaraan : biasanya cara pasien dalam berbicara lambat, tidak
mau menatap lawan bicara
3) Aktivitas motorik : biasanya pasien lesu, gelisah dan melakukan
kegiatan yang berulang
4) Alam perasaan : biasanya pasien mengalami perasaan sedih dan
putus asa
5) Afek, biasanya
a) Datar: tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus
yang menyenangkan atau menyedihkan.
b) Tumpul: hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat.
c) Labil: emosi yang cepat berubah-ubah
d) Tidak sesuai: emosi yang tidak sesuai atau bertentangan
dengan stimulus yang ada
6) Interaksi selama wawancara
a) Bermusuhan , tidak kooperatif, mudah tersinggung
b) Kontak mata kurang
c) Defektif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya
d) Curiga : menunjukkan sikap tidak percaya
7) Persepsi
Biasanya isi halusinasi, frekuensi, gejala yang tampak pada saat
klien berhalusinasi
8) Proses fikir
a) Sirkumtansial : pembicaraan pasien berbelit-belit tapi sampai
pada tujuan pembicaraan
b) Tangensial : pembicaraan pasien berbelit-belit tetapi tidak
sampai ke tujuan pembicaraan
c) Flight of idea : pembicaraan yang melompat-lompat
Kehilangan social
d) Bloking : pembicaraan terhenti tiba – tiba tanpa gangguan
eksternal kemudian dilanjutkan kembali
e) Pengulangan pembicaraan (perseverasi)
9) Isi pikir
a) Obsesi : pikiran yang selalu muncul meski pasien berusaha
melupakannya
b) Depersonalisasi : perasaan pasien yang asing terhadap diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
c) Fobia : ketakutan patologis terhadap objek/situasi tertentu
d) Ide yang terkait : pembicaraan orang lain,benda atau suatu
kejadian yang dihubungkan dengan dirinya
e) Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan
organdalam tubuh yang sebenarnya tidak ada.
f) Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya
melakukan hal-hal yang mustahil/ diluar kemamuannya.
10) Tingkat kesadaran
a) Biasanya pasien bingung, tampak bingung dan kacau.
b) Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara
sadar/tidak sadar.
c) Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan-gerakan
yang diulang, anggota tubuh klien dapat dikatakan dalam sikap
canggung dan dipertahankan klien, tapi klien mengerti semua
yang terjadi dilingkungan.
11) Memori
a) Gangguan daya ingat jangka panjang: tidak dapat mengingat
kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan
b) Gangguan daya ingat jangka pendek: tidak dapat mengingat
kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir.
c) Gangguan daya ingat saat ini: tidak dapat mengingat kejadian
yang baru saja terjadi.
d) Konfabulasi: pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi
gangguan daya ingatnya.

12) Tingkat kosentrasi dan berhitung


a) Mudah dialihkan: perhatian klien mudah berganti dari satu
objek ke objek lainnya.
b) Tidak mampu berkonsentrasi: klien selalu minta agar
pertanyaan diulang/ tidak dapat menjelaskan kembali
pembicaraan.
c) Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan pengurangan
dan penambahan
13) Kemampuan evaluasi
a) Gangguan ringan : dapat mengambil keputusan yang sederhana
tanpa bantuan orang lain.
b) Gangguan bermakna : tidak dapat mengambil keputusan
walaupun dibantu orang lain.
14) Daya tilik diri
a) Mengingkari penyakit yang diderita : tidak menyadari penyakit
yang dideritanya dan merasa tidak membutuhkan pertolongan
b) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang
lain/lingkungan yang menyebabkan kondisinya saat ini.

i. Kebutuhan persiapan pulang


1) Makan : biasanya pasien makan dengan teratur, dengan jumlah
yang sedang, variasi lauk yang disediakan disukai oleh pasien, dan
cara makan pasien teratur. Biasanya pasien sulit untuk menyiapkan
dan membersihkan alat makannya.
2) BAK/BAB : biasanya pasien mampu menggunakan dan
membersihkan WC, dan pasien biasanya juga bisa membersihkan
diri dan merapikan pakaian.
3) Mandi : biasanya pasien jarang mandi dikarenakan merasa rendah
diri dan selalu berada di kamar, jarang melakukan cuci rambut,
sikat gigi, cukur (kumis, jenggot dan rambut). dan biasanya pasien
kurang menjaga kebersihan tubuh dan bau badan.
4) Berpakaian : biasanya pasien mampu dalam mengambil, memilih
dan mengenakan pakaian dan alas kaki. Dan biasanya pasien tidak
mampu berdandan. Biasanya pasien mengganti baju sekali dalam
sehari.
5) Istirahat dan Tidur : biasanya pasien lebih sering tidur, tidak mau
berinteraksi dengan orang lain, biasanya kebiasaan sebelum tidur
seperti menyikat gigi, cuci kaki dan berdoa tidak dilakukan
6) Penggunaan Obat: biasanya pasien yang ada dirumah sakit jiwa
teratur dalam meminum obat, karena selalu diawasi oleh perawat,
reaksi obat tiap tiap pasien berbeda, ada obat yang dapat membuat
kaku, pandangan kabur dan lain sebagainya.
7) Kegiatan di dalam rumah: biasanya pasien mengetahui
merencanakan, mengolah dan menyajikan makanan, merapikan
rumah (kamar tidur, dapur, meyapu, mengepel), mencuci pakaian
sendiri dan mengatur kebutuhan biaya sehari-hari
8) Kegiatan di luar rumah, biasanya pasien sudah diajarkan cara
belanja untuk kebutuhan sehari-hari, mampu melakuakn perjalanan
mandiri dengan jalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi,
kendaraan umum, mampu melakukan kegiatan lain yang dilakukan
klien di luar rumah seperti bayar listrik/ telepon/ air, kantor pos dan
bank.
j. Mekanisme koping
1) Koping adaptif : biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang
lain
2) Koping maladaptif : pasien suka meghindar
k. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien tidak mendapat dukungan dari kelompok, tidak
berhubungan dengan orang lain, memiliki masalah dengan pendidikan,
pekerjaan dan ekonomi.
l. Pengetahuan
Pasien cenderung kurang mengetahui pengetahuan mengenai penyakit
jiwa, faktor presipitasi dan obat-obatan

2. Pohon Masalah

Isolasi Sosial : Menarik Diri


Effect

Gangguan Konsep Diri :


Harga Diri Rendah
Core Problem

Koping Individu tidak


efektif Causa
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala harga
diri rendah yang ditemukan. Pada pasien gangguan jiwa, diagnosis
keperawatan yang ditegakkan adalah :
a. Harga Diri Rendah
b. Koping individu efektif
c. Isolasi Sosial

4. Rencana tindakan
Dermawan (2013) menjelaskan, perencanaan tindakan keperawatan
meliputi:
a. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan membentu klien mengidentifikasikan
penilaian tentang situasi dan perasaan yang terkait, guna
meningkatkan penilaian diri dan kemudian melakukan perubahan
perilaku. Pendekatan penyelesaian masalah ini memerlukan tindakan
yang bertahap sebagai berikut:

1) Membina hubungan saling percaya, dengan cara:


a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b) Perkenalkan diri dengan pasien: perkenalkan nama dan nama
panggilan yang perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama
panggilan pasien yang disukai.
c) Tanya perasaan dan keluhan pasien saat ini
d) Buat kontrak asuhan: apa yang akan perawat lakukan
bersama pasien, berapa lama yang akan dikerjakan, dan
tempatnya dimana
e) Jelaskan perawat akan merahasiakan informasi yang akan
diperoleh untuk kepentingan terapi
f) Tunjukkan sikap empati terhadap pasien
g) Penuhi kebutuhan dasar pasien jika memungkinkan
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien. Tindakan keperawatan yang akan dilakukan
adalah:
a) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek
positif pasien (buat daftar kegiatan)
b) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan
penilaian yang negatif setiap kali bertemu dengan pasien
3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan :
a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari.
b) Bantu pasien menentukan kegiatan mana yang dapat pasien
lakukan secara mandiri, dan mana kegiatan yang
membutuhkan bantuan
4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien. Tindakan yang dapat
dilakukan
a) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan
yang dipilih
b) Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
c) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang
dapat dilakukan pasien
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
dilatih. Tindakan yang dapat dilakukan :
a) Memberikan kesempatan pada pasien untuk mencoba
kegiatan yang telah dilatihkan
b) Beri pujian atas kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
c) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah
dilatih
d) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan
Tindakan keperawatan menggunakan pendekatan Strategi Pelaksanaan
sebagai berikut :
a. Strategi Pelaksanaan Pasien
1) SP 1 : Pengkajian dan latihan kegiatan pertama
Identifikasi penilaian pasien tentang diri sendiri dan pengaruhnya
terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang telah dan
belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan.
Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
pasien dengan membuat daftar kegiatan kemudian memilih salah
satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini dan latih kegiatan
yang dipilih kemudian masukkan ke jadual kegiatan.

2) SP 2 : Latihan kegiatan kedua


Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah, validasi kemampuan
pasien dalam melakukan kegiatan dan beri pujian. Evaluasi
manfaat melakukan kegiatan pertama, bantu pasienmemilih
kegiatan kedua kemudian latih kegiatan tersebut dan masukkan ke
jadual kegiatan.

3) SP 3 : Latihan kegiatan ketiga


Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah, validasi kemampuan
pasien dalam melakukan kegiatan pertama dan kedua yang telah
dilatih kemudian beri pujian. Evaluasi manfaat melakukan
kegiatan pertama dan kedua, bantu pasien memilih kegiatan
ketiga kemudian latih kegiatan tersebut dan masukkan ke jadual
kegiatan.

4) SP 4 : Latihan kegiatan keempat


Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah, validasi kemampuan
pasien dalam melakukan kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang
telah dilatih kemudian beri pujian. Evaluasi manfaat melakukan
kegiatan pertama, kedua dan ketiga, bantu pasien memilih
kegiatan keempat kemudian latih kegiatan tersebut dan masukkan
ke jadual kegiatan.

b. Strategi Pelaksanaan untuk Keluarga


1) SP 1 Keluarga : Mengenal masalah harga diri rendah dan latihan
cara merawat
Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien harga
diri rendah, jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya harga diri rendah dan akibat harga diri rendah, jelaskan
cara merawat, latih keluarga memberikan tanggung jawab
kegiatan yang dipilih pasien, anjurkan membantu pasien sesuai
jadual kegiatan.

2) SP 2 Keluarga : Latihan cara merawat membimbing latihan kedua


Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri
rendah, validasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan yang telah dilatih, evaluasi manfaat yang
dirasakan keluarga dalam merawat pasien. Bersama keluarga
melatih pasien dalam melakukan kegiatan kedua.

3) SP 3 Keluarga : Latihan cara merawat membimbing latihan ketiga


Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri
rendah, validasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan yang telah dilatih, evaluasi manfaat yang
dirasakan keluarga dalam merawat pasien. Bersama keluarga
melatih pasien dalam melakukan kegiatan ketiga.

4) SP 4 Keluarga : Latihan cara merawat membimbing latihan


keempat
Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri
rendah, validasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan yang telah dilatih, evaluasi manfaat yang
dirasakan keluarga dalam merawat pasien. Bersama keluarga
melatih pasien dalam melakukan kegiatan keempat.

5. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat
sebelumnya. Tindakan keperawatan diberikan kepada pasien secara
bertahap hingga mandiri, juga kepada keluarga dengan mengajarkan
keluarga cara merawat dan mengevaluasi kegiatan pasien. Jika pasien
sudah mandiri maka perawatan pasien dilimpahkan kepada keluarga untuk
pemantauan perkembangan kondisi pasien. Tindakan keperawatan
dilakukan sesuai dengan kebutuhsn dan kondisi pasien saat ini. Tujuannya
adalah memberdayakan pasien dan keluarga agar mampu mandiri
memenuhi kebutuhan serta meningkatkan keterampilan koping dalam
menyelesaikan masalah.

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respons
pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi
dibagi dua yaitu evaluasi proses yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil yang dilakukan dengan
membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang
telah ditentukan (Direja, 2011).

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP :


S : respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan “bagaimana perasaan bapak/ibu setelah
melakukan kegiatan?”
O : respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada
saat tindakan dilakukan.
A : analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau adanya kontradiksi terhadap
masalah yang ada.
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Keperawatan jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa (1st ed.). yogyakarta: gosyen publishing.

Direja, A. H. S. (2011). Buku Ajar Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Herdman, H. (2012). Diagnosa Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:


EGC.

Irman, V., Alwi, N. ., & Patricia, H. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Jiwa 1. Padang: UNP
Press Padang.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. In Pendidikan


Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa. yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Yusuf, Fitryasari, R., & Nihayati, H. endang. (2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa, 1–366.

Anda mungkin juga menyukai