Anda di halaman 1dari 42

Space Occupying (SOL)

Hello!
WE ARE GROUP 11
■ Miftahul Rahmi 2211316024
■ Anggi Regina Budiman 2011312001
■ Rahmi Dwi Syaputri 2011312064
■ Adinda Tri Kurnia Putri 2011313001
■ Naura salsabila afina 2011311015
Pengertian SOL
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi
masalah mengenai adanya lesi pada ruang intracranial
khususnya yang mengenai otak. Terdapat beberapa
penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti
kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor
pada intracranial (Smeltzer & Bare, 2013).
﹡ ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi
FISIOLOGI
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
computer dari semua alat tubuh . Bagian dari saraf sentral yang terletak
didalam rongga tengkorak (kranium) dibungkus oleh selaput otak yang
kuat. Otak terletak dalam rongga cranium berkembang dari sebuah tabung
yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal. Otak
depan menjadi hemifer serebri, korpus striatum, thalamus, serta
hypothalamus. Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus
kurdigeminus. Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata,
dan serebelum.
ETIOLOGI SOL
Penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma,
infark, abses otak dan tumor intracranial karena cranium merupakan tempat yang kaku
dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial.
(Cross, 2014). Pada neoplasma dapat ditemukan faktor-faktor resiko berikut Utina, 2013):
1. Riwayat trauma kepala
2. Faktor genetik
3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik
4. Virus tertentu
5. Defisiensi imunologi
6. Kongenital
ETIOLOGI SOL
Klasifikasi Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi
(satyanegara, 2010):
Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi
menjadi (Satyanegara, 2010): 1. Tumor Intradural
a. Ekstramedular
1. Jinak b. Cleurofibroma
a. Coustic neuroma c. Meningioma intramedural
b. Meningioma d. Apendimoma
c. Pituitary adenoma e. Astrocytoma
d. Astrocytoma (grade 1) f. Oligodendroglioma
g. Hemangioblastoma
2. Malignan
a. Astrocytoma (grade 2,3,4) 2. Tumor Ekstradural
b. Oligodendroglioma a. Merupakan metastase dari lesi
pertama
c. Apendymoma
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala peningkatan TIK (Syaiful Lobus frontalis
Saanin, 2012) Lesi pada lobus frontalis dapat
• nyeri kepala menyebabkan terjadinya anosmia
• muntah Lobus parietal
• perubahan status mental Lesi pada lobus parietal dapat
• ataksia dan gangguan menyebabkan terjadinya astereognosis
keseimbangan
dan disfasia. Selain itu dapat juga
• seizure
terjadi kehilangan hemisensorik.
• papil edema
Lobus occipital
tanda tanda melokalisir Lesi sebelum chiasma optic dari mata
• Lobus temporalis
akan menyebabkan gangguan pada satu
Lesi pada lobus temporalis
mata sahaja
sering menimbulkan gangguan
Psikologis yang umum seperti
perubahan perilaku dan emosi.
Tanda dan Gejala
Tumor sudut serebellopontin Tumor intra cranial
Dapat menghasilkan gangguan
Gejala pertama yang dirasakan
kepribadian, konfusi, gangguan fungsi
1) Tinitus dan kelihatan vertigo,.
2)Kesemutan dan rasa gatal-gatal pada bicara dan gangguan gaya berjalan,
wajah dan lidah (berhubungan terutama pada pasien lansia.
dengan cranial keV/trigemirus) Mesensefalon
3) Terjadi kelemahan atau paralisis Tanda-tanda seperti pupil anisokor,
(keterbatasan saraf cranial ke VII / inabilities Menggerakkan mata ke atas
fecialis) atau ke bawah, amnesia, dan kesadaran
4) Pembesaran tumor menekan somnolen sering timbul apabila
serebelum, mungkin ada abnormalitas terdapat lesi pada mesensefalon.
pada
fungsimotorik
PATOFISIOLOGI
Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi leukosit/
melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu dari fase
awal terjadi proses uque fraction ataudinding kista berisi pus. Kemudian rupture maka
infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis.

Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi berurutan Hal ini
menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala neurologic pada
tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan
vocal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
PATHWAY
Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)
1. Tanda dan gejala peningkatan TIK :
• Sakit kepala
• Muntah
• Papiledema
2. Gejala terlokalisasi ( spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena ) :
• Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada satu sisi tubuh ( kejang jacksonian )
• Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral (hilang penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi
yang berlawanan dengan tumor) dan halusinasi penglihatan.
• Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot
tidak terkoordinasi dan nistagmus ( gerakan mata berirama dan tidak disengaja )
• Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status emosional dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental,
pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri
• Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan saraf kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada
wajah dan lidah (saraf kelima), kelemahan atau paralisis (saraf kranial keketujuh), abnormalitas fungsi motorik.
• Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan
terutam pada lansia. (Brunner & Sudarth, 2003 ; 2170)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
﹡ CT Scan
﹡ MRI
﹡ Biopsi stereotaktik
﹡ Angiografi
﹡ Elektroensefalografi (EEG)
Penatalaksanaan Medis
• Pendekatan pembedahan (craniotomy)
• Pendekatan kemoterapi
• Pendekatan stereotaktik
KOMPLIKASI
Komplikasi khusus / spesifik pembedahan intrakranial tergantung pada area
pembedahan dan prosedur yang diberikan, misalnya :
﹡ Kehilangan memory
﹡ Paralisis
﹡ Peningkatan ICP
﹡ Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara
﹡ Kehilangan / kerusakan sensasi khusus
﹡ Mental confusion
EDUKASI KESEHATAN
Upaya pencegahan tumor otak sulit dilakukan 1. Merupakan onset baru
karena faktor risiko yang sudah pasti hanyalah
2. Intensitas berat
paparan radiasi dosis tinggi dan belum terbukti
faktor risiko pola hidup atau lingkungan yang 3. Perubahan nyeri kepala mendadak dari pola
dapat dimodifikasi yang berhubungan dengan biasa menjadi progresif
tumor otak. Pengendalian penyakit difokuskan 4. Disertai gejala sistemik atau gejala neurologis
pada deteksi dini sehingga penatalaksanaan
relatif memberikan hasil yang lebih baik bila 5. Onset baru di usia >50 tahun
tumor ditemukan pada grade yang rendah. 6. Memberat di malam hari atau saat bangun di
Nyeri kepala merupakan gejala klinis yang pagi hari
dapat ditemukan pada 23,5% pasien tumor 7. Meningismus
otak. Pasien dan dokter harus mengetahui
tanda bahaya nyeri kepala yang memerlukan
pemeriksaan penunjang pencitraan segera Dengan demikian diharapkan lesi tumor pada otak
yaitu dapat terdeteksi lebih awal pada grade rendah dan
ukuran lebih kecil sehingga mendapatkan
penanganan lebih cepat dan prognosis yang lebih
baik.
PEMBAHASAN KASUS SOL
KASUS
Nyonya L, usia 45 tahun, Islam, sudah menikah, tidak bekerja, suku Jawa, tinggal di Teluk Betung datang ke Rumah Sakit
Abdul Moeloek pada tanggal 04 Maret 2019, diantar oleh keluarganya dengan keluhan nyeri kepala sejak satu setengah
tahun yang lalu. Nyeri kepala dirasakan pada bagian depan ditepi dahi pada kedua sisi seperti berdenyut. Nyeri kepala
dirasakan hampir setiap hari dan dirasakan selama ±satu jam setiap harinya terutama pada pagi hari. Nyeri kepala disertai
muntah (+), muntah berupa makanan, dan cairan, keluhan adanya demam disangkal. Selama ini pasien tidak pernah
berobat kedokter dan hanya mengkonsumsi obat warung. Sekitar ±enam bulan yang lalu nyeri kepala dirasakan semakin
sering dan semakin memberat, muntah (+) tanpa didahului adanya mual, kejang (-). Obat warung yang selama ini
dikonsumsi sudah tidak meredakan nyeri kepala yang dirasakan oleh pasien. Pasien lalu berobat kedokter dan diberi obat.
Pasien tidak rutin berobat dan mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter, karena pasien merasa nyeri kepala sudah
berkurang. Sejak ±satu bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS), pasien mengeluhkan pandangan mata kabur dan terasa
gelap, keluhan tersebut dirasakan pasien secara perlahan. Nyeri kepala bagian depan (+), hilang timbul, dan tidak
berkurang setiap harinya, keluhan lainnya yaitu muntah (+), demam (-), dan kejang (-), lalu pasien berobat ke dokter mata
dengan keluhan pandangan mata buram dan terasa gelap yang dirasakan pasien secara perlahan dan dikatakan oleh dokter
tidak ada kelainan pada mata dan dianjurkan untuk CT-scan kepala karena nyeri kepala yang dirasakan selama beberapa
bulan ini, tetapi pasien menolak. Satu minggu SMRS pasien kembali mengeluhkan pandangan mata buram, nyeri kepala
yang semakin memberat pada bagian depan ditepi dahi, dan muntah (+) berkurang.
Pasien juga merasakan lemah pada lengan dan kaki kanan. Keluhan tersebut dirasakan secara tiba-tiba, sehingga
pasien merasa sulit untuk memegang barang dan sedikit lemas saat berjalan. Sehingga pasien kembali berobat
kedokter dan disarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut (pemeriksaan CT-scan kepala). Sejak satu hari SMRS pasien
mengeluhkan nyeri kepala. Nyeri kepala bagian depan ditepi dahi pada kedua sisi, nyeri kepala timbul beberapa jam,
dan semakin memberat di pagi hari serta saat posisi tidur terlalu datar. Pandangan mata buram (+), lengan dan tungkai
kanan tersa kaku sehingga

pasien sulit untuk melakukan aktivitas, muntah satu kali, muntah tanpa didahului mual, dan muntah berupa makanan
yang dimakan. Pemeriksaan fisik pasien didapatkan kesadaran kompos mentis.Tekanan darah 120/80 mmHg,
frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi pernafasan 20x/menit, suhu 37o C. Status generalis paien didapatkan kepala,
mulut, leher, jantung, dan paru pasien dalam batas normal.Pada pemeriksaan neurologis nervus kranialis didapatkan
kelainan pada nervus II visus menurun 2/60bedsite - 3/60 bedsite, nervus VII sudut mulut tertarik ke kiri, kekuatan
otot superior 2/5, kekuatan otot inferior 2/5. Dari hasilmini mental status examniation (MMSE) diperoleh hasil
kemungkinan gangguan kognitif dengan jumlah skor 18.
Pada pemeriksaan patologis ditemukan refleks babinsky (+/-). Pasien menjalani pemeriksaan CT-scan dan diperoleh
kesan SOL dengan gambaran: tampak massa yang menyebabkan pergeseran midline shift ke kanan, hipodens dengan
batas tegas dan defek fentrikel 3, 4 dengan disertai oedem fokal. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang maka pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis klinis yaitu Sephalgia kronik (+) hemiparese dekstra (+)
parese N. II & N. VII UMN central.Diagnosis tropis adalah hemisfer cerebri sinistra dan diagnosis etiologi adalah
SOL ec tumor otak.
pengkajian
1.Identitas Identitas Pasien depan ditepi dahi pada kedua sisi seperti berdenyut. Nyeri kepala
Nama : Ny.L dirasakan hampir setiap hari dan dirasakan selama ±satu jam setiap
Umur : 45 tahun harinya terutama pada pagi hari.
Jenis Kelamin : Perempuan -Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Agama : Islam
Alamat: Teluk Betung Klien datang dengan keluhan nyeri kepala yang dirasakan pada bagian
Status Perkawinan: Sudah Menikah depan tepi dahi pada kedua sisi yang dirasakan hampir setiap hari,
Suku : Jawa klien juga mengeluh muntah tidak disertai dengan mual, pandangan
Pekerjaan : Tidak Bekerja kabur dan gelap serta bagian tubuh sebelah kanan terasa lemah dan
Diagnosa Medis : SOL ec tumor otak lemas saat berjalan dan memegang sesuatu.
Tanggal Masuk : 04 Maret 2019 -Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
2.Status Kesehatan Klien mengatakan cara mengatasinya dengan membeli obat ke
a.Status Kesehatan Saat Ini warung, setelah itu klien berobat kedokter namun tidak melanjutkan
-Keluhan Utama (Saat MRS dan saat untuk meminum obat karena rasa sakitnya sudah berkurang
ini)Nyeri kepala sejak satu setengah tahun
yang lalu. Nyeri kepala dirasakan pada
bagian
pengkajian
b.Satus Kesehatan Masa Lalu c.Riwayat Penyakit Keluarga
-Penyakit yang pernah dialami Tidak ada keluarga klien yang memiliki riwayat penyakit yang
diderita.
Klien memiliki riwayat nyeri kepala sejak 1,5 tahun
yang lalu
-Pernah dirawat d.Diagnosa Medis dan therapy
Klien belum pernah dirawat Diagnosa :
-Alergi -Diagnosis klinis : Sephalgia kronik (+) hemiparese dekstra (+)
parese N. II
Klien tidak mempunyai riwayat alergi.
& N. VII UMN central.
-Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
-Diagnosis tropis : Hemisfer cerebri sinistra
Klien tidak memiliki kebiasaan merokok , meminum
kopi/alkohol -Diagnosis etiologi : SOL ec tumor otak. Therapy: -
3.Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-
spiritual)
a.Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan b.Pola Nutrisi-Metabolik
• Selama sakit, klien merasa Setelah mengkonsumsi makanan, klien mengeluhkan
penyakitnya hanya penyakit biasa muntah berisi cairan/makanan yang baru saja
dan dapat didiatasi hanya dengan dikonsumsinya
membeli obat warung selama 1,5
tahun c.Pola Eliminasi
• Klien berobat kedokter setelah obat Tidak dijelaskan pada kasus
warung tidak dapat meredakan d.Pola aktivitas dan latihan
nyerinya, namun menghentikan obat Klien mengatakan sehari-hari beraktivitas sebagai ibu
dokter setelah nyeri yang dirasakan rumah tangga dan sulit melakukan aktifitas
hilang dikarenakan anggota badan sebelah kanan terasa kaku
• Klien berobat ke dokter mata karena sehingga pasien merasa sulit untuk memegang barang
dirasakan pandangan kabur dan gelap dan sedikit lemas saat berjalan.
• Klien menolak untuk melakukan CT-
Scan terhadap kepalanya
pengkajian
e.Pola kognitif dan Persepsi Sensori i.Pola Seksual-Reproduksi
Klien mengatakan mengalami gangguan persepsi Klien berjenis kelamin perempuan yang berusia
sensori pada bagian penglihatan yang mana 45 tahun
penglihatan klien kabur dan gelap j.Pola Toleransi Stress-Koping
f.Pola Persepsi-Konsep diri • Klien mengambil keputusan sendiri saat
Klien ingin sembuh ditandai dengan datang ke rumah merasakan nyeri kepala dan membeli obat
sakit warung untuk mengatasinya
• Klien merasakan kabur pada pandangan
g.Pola Tidur dan Istirahat mata dan melakukan pemeriksaan ke
• Pola tidur dan istirahat klien terganggu dokter mata untuk mengatasinya
dikarenakan nyeri pada bagian kepala yang • Klien merasa obat warung sudah tidak
dirasakannya dapat meredakan nyeri kepalanya dan
• Posisi tidur yang terlalu datar membuat nyeri akhirnya berobat ke rumah sakit diantar
kepala klien semakin meberat oleh keluarganya
h.Pola Peran-Hubungan k.Pola Nilai-Kepercayaan
Klien adalah seorang ibu rumah tangga (seorang Klien adalah seseorang yang beragama islam
istri)
pengkajian
4.Pengkajian Fisik
a.Tanda-Tanda Vital • Telinga dalam batas normal (Kedua telinga
• TD : 120/80 mmHg berbentuk simetris, tidak ada sekret, tidak
• N : 80x/menit memakai alat bantu pendengaran)
• P : 20x/menit • Mulut dan tenggorokan dalam batas normal
• S : 37 C (Tidak ada lesi, tidak mengalami gangguan,
b.Pemeriksaan Headtoe toe gigi putih, tidak ada gangguan untuk menelan,
• Kesadaran kompos mentis tidak ada pembesaran tiroid)
• Kepala dalam batas normal (Berbentuk • Jantung dan paru dalam batas normal
bulat, rambut terdapat uban, persebaran • Abdomen ddalam batas normal
rambut rata) • Genetalia : Tidak terpasang kateter
• Mata dalam batas normal (Kedua mata • Ekstremitas : Ekstermitas atas dan bawah
berbentuk simetris, tidak ada sekret, sklera bagian kanan terasa kaku
tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, • Kulit : Tidak ada lesi, turgor baik, tidak ada
tidak memakai kacamata.) edema
• Hidung dalam batas normal (Tidak ada
sekret, tidak ada nafas cuping hidung, tidak
terpasang O²)
pengkajian
c.Pemeriksaan Neurologi
• -Kelainan pada nervus kranial II visus menurun 2/60 bedsite-3/60 bedsite
• -Nervus VII sudut mulut tertarik ke kiri
• -Kekuatan otot superior 2/5
• -Kekuatan otot inferior 2/5
d.Mental status examination (MMSE)
• -Gangguan kognitif skor 18 (kemungkinan)
e.Pemeriksaan patologis
• -Reflek babinsky (+/-)
f.Pemeriksaan CT Scan
• Kesan sol (tampak massa yang menyebabkan pergeseran midline shift kekanan,
hipodens dengan batas tegas, defek fentrikel 3,4 disertai oedem fokal)
ANALISA DATA BERDASARKAN
3N
No DataFokus Etiologi MasalahKeperawatan
1. • Pemeriksaan CT-scan dan diperoleh Aneurisma serebral Resiko ketidakefektifan
kesan SOL dengan gambaran:tampak perfusi jaringan otak
massa yang menyebabkan pergeseran
midlineshift kekanan,
• hipodens dengan batas tegas dan
defekfentrikel 3, 4 dengan disertai oedem
fokal

2 • keluhan nyeri kepala sejak satu setengah Gangguan sistem saraf Nyeri kronis
tahun yang lalu
• nyeri kepala bagian depan tepi dahi
dikedua sisi
• Nyeri kepala dirasakan hampir setiap
hari dan dirasakan selama ± satu jam
setiap harinya terutama pada pagi hari
• Nyeri kepala disertai muntah (+), muntah
berupa makanan, dan cairan,
3 • Pasien merasakan lemah pada lengan dan Gangguan neuromuskular Hambatan mobilitas fisik
kaki kanan
• pasien merasa sulit untuk memegang
barang dan sedikit lemas saat berjalan
• kekuatanototsuperior2/5
• kekuatanototinferior2/5.
Diagnosa Keperawatan
• Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Aneurisma serebral d.d tampak massa
yang menyebabkan pergeseran midline shift ke kanan,
• Nyeri kronis b.d Gangguan sistem saraf d.d keluhan nyeri kepala sejak satu setengah
tahun yang lalu, nyeri kepala bagian depan tepi dahi dikedua sisi
• Hambatan mobilitas fisik b.d Gangguan neuromuskular d.d Pasien merasakan lemah pada
lengan dan kaki kanan.
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
Resiko NOC NIC: Peripheral Sensation Management (Manajemen
ketidakefektifan • perfusi jaringan: sensasi perifer)
perfusi jaringan otak serebral Definisi: Mencegah atau meminimalisir rasa nyeri atau
b.d Aneurisma KriteriaHasil: rasa yang tidak nyaman pada pasien dimana pasien
serebral d.d tampak Tekanan intrakranial tersebut mengalami gangguan sensasi
massa yang deviasi ringan dari • Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
menyebabkan kisaran normal terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
pergeseran • sakit kepala ringan • Monitor adanya paretese
midlineshift ke kanan • muntah ringan • Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
ada isuatau laserasi
• Gunakan sarung tangan untuk proteksi
• Batasi Gerakan pada kepala, leher, dan
punggung
• Monitor kemampuan BAB
• Kolaborasipemberiananalgetik
• Monitor adanya tromboplebitis
• Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

Rencana Keperawatan
Nyeri kronis b.d NOC: NIC:
Gangguan sistem saraf Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
d.d keluhan nyeri Kriteria Hasil: Definisi: Mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat nyeri yang
kepala sejak satu • nyeri yang dilaporkan dirasakan pasien
setengah tahun yang ringan • Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
lalu, nyeri kepala • panjang episode nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, kuallitas dan factor presipitasi
bagian depan tepi dahi ringan • observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
di kedua sisi • ekspresi nyeri wajah • gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
ringan nyeri pasien
• mual ringan • kaji kultut yang mempengaruhi respon nyeri
• evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

• Evaluasi bersama pasien dan tim Kesehatan lain tentang


ketidakefektifan control nyeri masa lampau
• Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
• Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
• Kurangi factor pesapitasi
• Pilih dan lakukanpenanganan nyeri (farmakologi dan
internpersonal)
• Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
• AjarkantentangTekniknonfarmakologi
• Berikananalgeticuntukmenguranginyeri
• Evaluasi keefektifan kontrol nyeritingkatkanistirahat
• Kolaborasikandengandokterjikakeuhandan
• Tindakan nyeritidak berhasil

Rencana Keperawatan
Hambatan mobilitas fisik NOC: ambulasi NIC: ExerciseTherapy:ambulation -
b.d Gangguan neuro Kriteriahasil: • Monitoring vitalsign sebelum / sesudah
muskular d.d Pasien • berjalan dengan Latihan dan lihat respon pasien saat Latihan
merasakan lemah pada langkah yang • Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
lengan dan kaki kanan. efektif sedikit rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
terganggu • Bantu klien untuk menggunakan tongkat
• berjalan dengan saat berjalan dan cegah terhadap cedera
pelan sedikit • Ajarkan pasien atau tenaga Kesehatan lain
terganggu tentang Teknik ambulasi
• berjalan dengan • Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
kecepatan sedang • Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
sedikit terganggu ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
• Dampingi dan bantu pasien saat moilisasi
dan bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien
• Berikan alat bantu jika klien memerlukan
• Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
danberikan bantuan jika diperlukan

Rencana Keperawatan
ANALISA DATA BERDASARKAN
3S
No Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1. • pemeriksaan CT-scan dan diperoleh kesan SOL dengan Aneurisma serebral Resiko perfusi serebral
gambaran:tampak massa yang menyebabkan pergeseran tidak efektif
midlineshift kekanan,
• hipodens dengan batas tegas dan defekfentrikel 3, 4
dengan disertai oedem fokal

2 • keluhan nyeri kepala sejak satu setengah tahunyang lalu Kerusakan sistem Nyeri kronis
nyeri kepala bagian depan tepi dahi dikedua sisi saraf
• Nyeri kepala dirasakan hampir setiap hari dandirasakan
selama ±satujam setiap harinya terutama pada pagi hari
• Nyeri kepala disertai muntah (+), muntah berupa
makanan, dan cairan,
• Pola tidur dan istirahat klien terganggu dikarenakan
nyeri pada bagian kepala yang dirasakannya

3 • Pasien merasakan lemah pada lengan dan kaki kanan Gangguan neuro Gangguan mobilitas
• pasien merasa sulit untuk memegang barang dan sedikit muskular fisik
lemas saat berjalan
• kekuatan otot superior2/5,kekuatanototinferior2/5.
Diagnosa Keperawatan
1.Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d Aneurisma serebral d.d tampak massa yang
menyebabkan pergeseran midline shift ke kanan,
2.Nyeri kronis b.d Kerusakan sistem saraf d.d keluhan nyeri kepala sejak satu setengah
tahun yang lalu, nyeri kepala bagian depan tepi dahi dikedua sisi
3.Gangguan mobilitas fisik b.d Gangguan neuromuskular d.d Pasien merasakan lemah
pada lengan dan kaki kanan
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA
HASIL
Resiko perfusi serebral SLKI: SIKI: Pemantauan Neurologis
tidak efektif b.d • perfusi serebral Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis data untuk
Aneurisma serebral d.d KriteriaHasil: mencegah atau meminimalkan komplikasi neurologis
tampak massa yang • Kognitif Observasi
menyebabkan meningkat • Monitor gangguan visual: penglihatan kabur
pergeseran • sakit kepala • Monitorkekuatan pegangan
midlineshift ke kanan menurun • Memonitor keluhan sakit kapala
• Refleks saraf • Monitor respons babinski
membaik Terapeutik
• Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis,jika perlu-
• Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan
intrakranial
• Atur interval waktu sesuai dengan kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan,jika perlu
Nyeri kronis SLKI: SIKI:
b.d Kerusakan Tingkatnyeri Manajemen Nyeri
sistem saraf Kriteria Hasil: Definisi:Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang
d.d keluhan • Kemampuan berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat
nyeri kepala menuntaskan dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
sejak satu aktivitas Observasi
setengah tahun meningkat • Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
yang lalu, • Keluhan nyeri • Identifikasi skala nyeri
nyeri kepala menurun • Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
bagian depan • Kesulitan tidur • Identifikasi pengaruh nyeri dengan kualitas hidup
tepi dahi menurun • Monitor efek samping penggunaan analgetik
dikedua sisi • Muntah Terapeutik
menurun • Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
• Pola tidur • Fasilitasi istirahat dan tidur
membaik • Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
• Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri-Anjurkan memonitor nyeri secara ma diri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
Gangguan SLKI: SIKI:
mobilitas fisik Status Neurologis Dukungan Ambulasi
b.d Gangguan KriteriaHasil: Definisi:Memfasilitasi oasien untuk meningkatkan aktivitas
neuromuskular • Status kognitif berpindah
d.d Pasien meningkat Observasi
merasakan • Sakit kepala • Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya-
lemah pada menurun • Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulansi -
lengan dan kaki • Pndangan • Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
kanan kabur menurun memulai ambulansi
• Pola istirahat • Monitor kondisi umum selama melakukan ambulansi
tidur membaik Terapeutik
• Fasilitasi aktivitas ambulansi dengan alat bantu (misl
tongkat, kruk )
• Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur ambulansi
• Anjurkan melakukan ambulansi dini
• Ajarkan ambulansi sederhana yang harus dilakukan (mis
berjalan dari tempay tidur ke kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
ENBP
Population intervensi Comparison Outcome Time frame
Seorang laki Intervensi - Intervensi keperawatan dilakukan selama 10 hari. Pada intervensi pertama 10 hari
laki berusia 38 pertama perawat melakukan pengkajian nyeri meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi,
tahun dengan melakukan durasi, dan faktor pencetus nyeri.Intervensi selanjutnya adalah melakukan
ancera medis pengkajian nyeri aktivitas manajemen edema serebral dengan melakukan monitoring adanya
nyeri space dan pada perubahan hemodinamika pada pasien yang dilihat dari ttv, saturasi, dan MAP.
occupying intervensi kedua Intervensi selanjutnya adalah melakukan elevasi kepala 30o sesuai kenyamanan
lesion (SOL) yaitu melakukan pasien dan memberitahu kepada pasien dan keluarga untuk menghindari
anceranial aktivitas valsavah menuver seperti kurangi mengejan saat BAB dan ketika batuk jangan
(astrositoma manajemen terlalu kencang. Selanjutnya, perawat membantu pasien untuk dapat beradaptasi
difus WHO edema cerebral, dengan nyeri kepala yang dialaminya dengan melakukan terapi non farmakologi
grade II) post serta intervensi dengan cara relaksasi napas dalam. Selain terapi non farmakologi, perawat juga
kraniotomi terakhir yaitu melakukan terapi farmakologi sebagai terapi pelengkap untuk penataksaan nyeri.
removal tumor pemberian Perawat berkolaborasi dengan dokter pemberian paracetamol 3x1000 mg perhari
dengan VAS 5 elevasi kepala per oral dan dexhamethason 3x5 mg perhari melalui intervena. Ranitindi juga
selama 10 30o diberikan untuk mengurangi efek yang tidak baik yang disebabkan oleh
hari. dexamethason. Sehingga pasien mendapatkan ranitidin 2x50 mg perhari melalui
intravena. Kemudian pasien juga mendapatkan terapi cairan NaCl 0,9 % 500 ml
per 2 jam untuk menjaga osmolaritas dalam darah dan hemodinamik yang dapat
berkontribusi pada edema cerebral yang dapat meningkatkan TIK dan
berdampak pada nyeri kepala pasien. Intervensi dilakukan selama 10 hari dan
tingkat nyeri pasien mengalami perubahan pada hari ke dua dengan skala nyeri
VAS 2, dengan nyeri hilang timbul, nyeri cekot-cekot pada bagian belakang
kepala, akan tetapi pada hari 6 pasien mengeluh nyeri meningkat dn frekuensi
semakin sering, maka untuk dosis obat dexamethason ditambah 5mg per hari
dan motinor elevasi kepala 30o serta menghindari valsavah manuver pada
pasien. Kemudian pada hari ke 9 nyeri berkurang dengan skala nyeri VAS 1 dan
disertai dengan menurunnya dosis obat dexamethason menjadi 3x5mg perhari.
Pada hari ke 10 pasien tidak mengeluh nyeri.
Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai