Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian anak jalanan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan bugar
dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif,
karena bersifat subjektif sesuai orang yang mendefinisikan dan merasakan.

Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang
mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih
memiliki hubungan dengan keluarganya. Menurut Departmen Sosial RI (1999),
pengertian tentang anak jalanan adalah anak- anak di bawah usia 18 tahun yang karena
berbagai faktor, seperti ekonomi, konflik keluarga hingga faktor budaya yang membuat
mereka turun ke jalanan.

UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu Street Child are those
who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are
sixteen years of age, and have drifted into a nomadic streat life. Berdasarkan hal
tersebut, maka anak jalanan adalah anak-anak berumur di bawah 16 tahun yang sudah
melepaskan diri dari keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat terdekantnya, larut
dalam kehidupan berpindah-pindah di jalan raya. Menurut UU no 23 tentang kesehatan
jiwa menyebutkan penyebab munculnya anak jalanan dan gelandangan psikotik adalah:

1. Keluarga tidak perduli


2. Keluarga malu
3. Keluarga tidak tahu
4. Obat tidak diberikan
5. Tersesat ataupun karena Urbanisasi

B. Etiologi

Seiring dengan berkembangnya waktu, fenomena anak jalanan atau pekerja


anak banyak dan kecilnya kesempatan untuk dengan alasan ekonomi keluarga
(kemiskinan) memperoleh pendidikan. Pendapatan orang tua yang sangat sedikit tidak
mampu lagi untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehingga memaksa mereka
untuk ikut bekerja. Penyebab dari fenomena anak bekerja antara lain:

1. Dipaksa orang tua


2. Tekanan ekonomi keluarga
3. Diculik dan terpaksa bekerja oleh orang yang lebih dewasa
4. Asumsi dengan bekerja bisa digunakan sebagai sarana bermain
5. Pembenaran dari budaya bahwa sejak kecil anak harus bekerja.

Sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus


dalam kehidupan di jalanan antara lain:

1. Kesulitan keuangan
2. Tekanan kemiskinan
3. Ketidakharmonisan rumah tangga
4. Hubungan orang tua dan anak

Kombinasi dari faktor ini sering kali memaksa anak-anak mengambil inisiatif
mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan. Kadang pengaruh teman atau kerabat
juga ikut menentukan keputusan hidup di jalanan. Studi yang dilakukan Depsos Pusat
dan Unika Atma Jaya Jakarta (1999) di Surabaya yang mewawancarai 889 anak
jalanan di berbagai sudut kota menemukan bahwa faktor penyebab atau alasan anak
memilih hidup di jalanan adalah karena kurang biaya sekolah (28,2%) dan (28,6%)
membantu pekerjaan orang tua (Suyanto, 2010). Pada batas-batas tertentu, memang
tekanan kemiskinan merupakan kondisi yang mendorong anak-anak hidup di jalanan.

Namun, bukan berarti kemiskinan merupakan satu-satunya faktor determinan


yang menyebabkan anak lari dari rumah dan terpaksa hidup di jalanan. Menurut
penjelasan Baharsjah, kebanyakan anak bekerja di jalanan bukanlah atas kemauan
mereka sendiri, melainkan sekitar 60% di antaranya karena dipaksa oleh orang tua.
Biasanya, anak-anak yang memiliki keluarga, orang tua penjudi dan peminum alkohol,
relatif lebih rawan untuk memperoleh perlakuan yang salah. Pada kasus semacam ini,
ibu sering kali menjadi objek perasaan ganda yang membingungkan. Ia dibutuhkan
kasih dan perlindungannya, namun sekaligus dibenci karena perbuatannya (Farid,
1998). Anak yang hidup dengan orang tua yang terbiasa menggunakan bahasa
kekerasan seperti, menampar anak karena kesalahan kecil, melakukan pemukulan
sampai dengan tindak penganiayaan. Apabila semuanya sudah dirasa melampaui batas
toleransi anak itu sendiri, maka mereka akan cenderung memilih keluar dari rumah dan
hidup di jalanan. Bagi anak jalanan sendiri, sub-kultur kehidupan urban menawarkan
kebebasan, kesetiaan dan dalam taraf tertentu juga "perlindungan" kepada anak-anak
yang minggat dari rumah akibat diperlakukan salah, telah menjadi daya tarik yang luar
biasa. Makin lama anak hidup di jalan, maka makin sulit mereka meninggalkan dunia
dan kehidupan jalanan itu.

C. Tanda dan gejala


1. Orang dengan tubuh yang kotor sekali,
2. Rambutnya seperti sapu ijuk
3. Pakaiannya compang-camping dengan membawa bungkusan besar yang berisi
macammacam barang
4. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri
5. Sukar diajak berkomunikasi
6. Pribadi tidak stabil
7. Tidak memiliki kelompok

D. Layanan yang dibutuhkan oleh anak jalanan


1. Kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan Kesehatan
2. Kebutuhan layanan psikis meliputi terapi medis psikiatris. keperawatan dan
psikologis
3. Kebutuhan sosial seperti rekreasi, kesenian dan olah raga
4. Layanan kebutuhan ekonomi meliputi ketrampilan usaha, ketrampilan kerja dan
penempatan dalam masyarakat.
5. Kebutuhan rohani

E. Asuhan keperawatan pada anak jalanan


1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
1) Genetik
2) Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan system
neurotransmiter.
3) Teori virus dan infeksi
b. Faktor presipitasi
1) Biologis
2) Sosial kultural
3) Psikologis
c. Sumber koping
1) Disonasi kognitif (gangguan jiwa aktif)
2) Pencapaian wawasan
3) Kognitif yang konsisten
4) Bergerak menuju prestasi kerja
d. Mekanisme koping
1) Regresi (berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas)
2) Proyeksi (upaya untuk menjelaskan presepsi yang membinggungkan
dengan menetapkan anggung jawab kepada orang lain)
3) Menarik diri
4) Pengingkaran
2. Diagnosa
a. Harga Diri Rendah
b. Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
c. Defisit perawatan diri

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa 1. Harga Diri Rendah


Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan
dengan orang lain dan lingkungan.

Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

1) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri,


2) Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
3) Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
4) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
5) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
6) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


Tindakan :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
3) Utamakan memberi pujian yang realistis
4) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah

d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan


yang dimiliki
Tindakan :
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :
1) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
Diagnosa 2: Perilaku kekerasan
Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.


Tindakan:
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan
sikap tenang.

3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.


Tindakan :
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
b) Observasi tanda perilaku kekerasan.
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.


Tindakan:
a) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
c) Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.


Tindakan:
a) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap


kemarahan.
Tindakan :
a) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b) Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
c) Secara verbal: katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
6.4. Secara spiritual: berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran.

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.


Tindakan:
a) Bantu memilih cara yang paling tepat.
b) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
e) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga


Tindakan :
a) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program)
b) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga.

9. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga


Tindakan:
a) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
b) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
c) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

Diagnosa 3: Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK


Tujuan Umum :Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri kebersihan diri,
berdandan, makan, BAB/BAK.
Tujuan Khusus :
 Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
 Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
 Pasien mampu melakukan makan dengan baik
 Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri


a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

2. Melatih pasien berdandan/berhias


a) Untuk pasien laki-laki latihan meliputi:
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Bercukur
b) Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Berhias

3. Melatih pasien makan secara mandiri


a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri


a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
Daftar Pustaka

Alvelina, Y., Ahmad, G., A., Marita, K., D., Ramaita, dkk. (2022). Keperawatan Jiwa.
Bandung : CV. MEDIA SAINS INDONESIA.
Ahmad, Kamil. 2008. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia. Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Asrori, Gosita. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara.
Bambang, Sukoco. 2008. Anak Jalanan Dan Hukum Pidana Sebuah Tinjauan Terhadap
Fenomena Kriminalitas Anak Jalanan Di Kota Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai