Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN MASALAH RESIKO PERILAKU

KEKERASAN (RPK)
Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Pada Stase : Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Dewi Siska
2211040147

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

I. MASALAH UTAMA

RPK

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan (fitria, 2009). Perilaku kekerasan
adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba
dkk, 2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun
orang lain (Yoseph, 2009). Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi
mengakibatkan seseorang stress berat, membuat orang marah bahkan
kehilangan kontrol kesadaran diri, misalkan: memaki-maki orang disekitarnya,
membanting-banting barang, menciderai diri dan orang lain, bahkan
membakar rumah.
2. Etiologi

a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan 
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang
dijelaskan  oleh (Towsend, 1996 dalam Purba, dkk., 2008) adalah:
1) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku:
a. Neurobiologik
b. Biokimia
c. Genetik
d. Gangguan Otak
.
2) Teori Psikologik
a) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak  terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak
kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan
citra diri dan memberikan arti  dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan
perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap
rasa  ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku
tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal
tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun,
dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola
perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih
kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak
mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku
kekerasan setelah dewasa.
c) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan
masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak
kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan
mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai
/padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan.
Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup
individu.
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan  dengan (Yosep, 2009):
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian
masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
1. Manifestasi Klinis
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif

III. DATA DAN MASALAH KEPERAWATAN

A. DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF

1. Data Subjektif :

a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang


b. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
c. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2. Data Objektif :

a. Mata merah, wajah agak merah


b. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d. Merusak dan melempar barang-barang.

B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT

Resiko perilaku kekerasan

a. Data Subyektif :.
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Obyektif.
1) Mata merah, wajah agak merah
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko perilaku kekerasan

2. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

D. Pohon Masalah

Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah


IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (Untuk diagnosa keperawatan
utama saja)

Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Rencana Intervensi Rasional


Keperawataan
1.Resiko perilaku TUM : klien Setelah dilakukan Bina Hubungan - Hubungan
kekerasan dapat tindakan saling percaya saling
mengontrol keperawaan dengan percaya
perilaku selama....x....jam mengungkapkan merupakan
kekerasan Diharapkan : prinsip komunikasi: dari
TUK 1 : Klien 1. Ada kontak 1. Sapa ramah terjadinya
dapat membina mata pasien komunikasi
hubungan saling 2. Mau 2. Perkenalkan terapeutik
percaya berjabat diri dengan sehingga
tangan sopan akan
3. Mau 3. Tanyakan memfasilitasi
menyebut nama dalam
nama lengkap klien pengungkapa
4. Mau duduk dan nama n perasaan
berdamping panggilan emosi dan
an 4. Jelaskan harapan
5. Mau tujuan pasien
mengutaraka pertemuan
n masalah 5. Berikan klien
yang perhatian
dihadapi
TUK 2: Klien
dapat
- Dengan
mengendalikan Klien mampu 1. Latih klien
latihan nafas
perilaku menyebutkan dan melakukan cara
dalam dan
kekerasan menredemonstrasi mengontrol
pukul bantal
dengan cara kan cara Kemarahan:
dapat
relaksasi nafas mengontrol perilaku 2. Ajarkan tehnik
mengontrol
dalam dan pukul kekerasan dengan relaksasi nafas
perilaku
cara relaksasi nafas
bantal kasur dalam dan pukul dalam kekerasan
bantal yng dialami
pasien
TUK 3 : Klien
dapat - Minum obat
Klien mampu Sp 2 :
mengendalikan secara teratur
mengendalikan Bantu klien
perilaku dapat
perilaku kekerasan mengontrol perilaku
kekerasan menendalika
dengan minum obat kekerasan pasien
dengan minum n perilaku
dengan minum obat
obat secara kekerasan
secara teratur
teratur yang dialami
pasien

TUK 4 :
klien paham dan -berbicara
Klien paham dan Lakukan SP 3
mampu
mampu pasien risiko dengan baik
mengendalikan
menyampaikan perilaku kekerasan : dapat melatih
risiko perilaku
amarah dengan Ajarkan kepada klien untuk
kekerasan mengendalikan
cara berbicara klien bicara yang
dengan cara
dengan baik baik bila sedang emmosinnya
berbicara
marah. Ada tiga
dengan baik
cara:
Meminta dengan
baik tanpa marah
- Menolak dengan
baik
-Mengungkapkan
TUK 5: Klien
perasaan kesal
-dengan
paham dan
Klien paham dan beribadah dapat
mampu Lakukan SP 4 pasien
mampu menenangkan
mengendlikan risiko perilaku
perasaan klien
risiko perilaku mengendalikan kekerasan :
kekerasan risiko perilaku
Diskusikan bersama
dengan cara kekerasan dengan
klien cara
mempraktikan cara beribadah mengendalikan
cara spiritual risiko perilaku
(beribadah kekerasan dengan
cara beribadah.

V. Implementasi

tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperaatan yang telah
disusun sebelumnya berdasarkan tindakan yang telah dibuat, dimana tindakan
yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto dan
Wartonah, 2003)

VI. Evaluasi

dapat dibedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dievaluasi
setiap selesai melakukan prasat dan evaluasi hasil berdasarkan rumusan tujuan
terutama kritreria hasil. Hasil evaluasi memberikan acuan tentang perencanaan
lanjutan terhadap masalah nyeri yang dialami oleh pasien

Daftar Pustaka

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat bagi S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba
Keliat, Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Ed.2 . Jakarta : EGC

Videbeck, S.L. 2001. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yosep, I., 2009, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai