Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

STRATEGI PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :

NAMA : Lutfia Martha Malia


NIM : 2018.028
TINGKAT : 3A

AKADEMI KEPERAWATAN PANTI KOSALA


SURAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan
pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan
diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah
tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain.
Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan,
melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan (Yusuf,Fitryasari,
dan Nihayati,2015:128).
Menurut Keliat et.al (2011:180) perilaku kekerasan merupakan salah satu respon
marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang
lain,dan atau merusak lingkungan.
2. Tanda Gejala
Menurut Yusuf, Fitryasari,dan Nihayati (2015:129-130) tanda gejala perilaku
kekerasan sebagai berikut:
a. Emosi
1) Tidak adekuat
2) Tidak aman
3) Rasa terganggu
4) Marah (dendam)
5) Jengkel
b. Intelektual
1) Mendominasi
2) Bawel
3) Sarkasme
4) Berdebat
5) Meremehkan
c. Fisik
1) Muka merah
2) Pandangan tajam
3) Napas pendek
4) Keringat
5) Sakit fisik
6) Penyalahgunaan zat
7) Tekanan darah meningkat
d. Spiritual
1) Kemahakuasaan
2) Kebijakan/kebenaran diri
3) Keraguan
4) Tidak bermoral
5) Kebejatan
6) Kreativitas terlambat
e. Sosial
1) Menarik diri
2) Pengasingan
3) Penolakan
4) Kekerasan
5) Ejekan
3. Akibat : Resiko Mencederai Diri, Orang Lain dan Lingkungan
Menurut Fitria (2009:210) akibat perilaku kekerasan adalah resiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan adalah suatu keadaan seseorang yang berusaha untuk
melukai/merusak diri sendiri/orang lain dalam keadaan yang lebih hebat atau
berat dapat menimbulkan kematian.
Tanda dan gejala :
a. Pasien tampak murung
b. Tidak ada perhatian terhadap penampilan diri
c. Apatis
d. Sukar tidur atau sering terbangun
e. Gelisah, agitasi
f. Ada tanda-tanda atau syarat untuk merusak diri
g. Marah beresiko permusuhan
h. Menolak makanan
i. Perasaan cemas dan tidak berdaya
j. Menarik diri dari lingkungan sosial
k. Ada rencana untuk percobaan bunuh diri
l. Ada kecenderungan melukai diri sendiri
m. Merasa rendah diri
n. Merasa tidakpercayadiri dan merasa tidak berdaya
o. Rasa berdosa
p. Daya perhatian berkurang
q. Tidak mau mengontrol dorongan diri sendiri
r. Ada halusinasi dan waham
s. Tidak mampu membedakan antara kenyataan dengan khayalan
4. Penyebab
Menurut Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati (2015:129-130) penyebab perilaku
kekerasan adalah harga diri rendah dan halusinasi.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berguna, dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif dan terhadap diri sendiri dan
kemampuan.
Tanda dan gejala :
a. Mengktitik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
5. Proses Terjadinya Akibat dan Penyebab
Faktor predisposisi berbagai pengalaman yang dialami tiap orang baik psikologis,
perilaku, sosial budaya atau bioneurologis. Faktor presipitasi bisa bersumber dari
klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Seperti kelemahan fisisk,
keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang. Respon terhadap
stressorpasien marah karena suara atau bayangan yang mengejeknya. Sumber
koping yaitu kemampuan individu untuk mengidentifikasi masalah, mencari
alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut, dukungan dari keluarga,
adanya motivasi untuk menyelesaikan masalah. Mekanisme koping yang tidak
efektif mengakibatkan seseorang mengalami halusinasi.

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK


Keterangan:
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidak realitas/terhambat.
Pasif : Respons lanjutan yang pasien tidak mampu mengungkapkan perasaan.
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif yang tidak terkontrol.
C. Pohon Masalah

Risiko Mencederai Diri, Orang Lain dan LIngkungan

Perilaku Kekerasan Core Problem

Harga Diri Rendah

D. Masalah yang Muncul dan Data yang Perlu Dikaji


Menurut Fitria (2009:147), masalah yang muncul dan data yang perlu dikaji adalah
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Perilaku Kekerasan Data Subjektif:
a. Klien mengancam.
b. Klien mengumpat dengan kata-kata kotor.
c. Klien megatakan dendam dan jengkel.
d. Klien mengatakan ingin berkelahi.
e. Klien menyalahkan dan menuntut.
f. Klien meremehkan.
Data Objektif :
a. Mata melotot/pandangan tajam.
b. Tangan mengepal.
c. Rahang mengatup.
d. Wajah memerah dan tegang.
e. Postur tubuh kaku.
f. Suara keras.

E. Diagnosa
Menurut Fitria,(2009:146) diagnosa untuk pasien dengan perilaku kekerasan adalah :
1. Perilaku kekerasan.
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
4. Harga diri rendah kronis.
5. Isolasi sosial.
6. Berduka disfungsional.
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
8. Koping keluarga inefektif.
F. Rencana Tindakan
Menurut Yusuf, Fitryasari, dan Nihayati (2015:133-135) rencana tindakan
keperawatan pasien perilaku keekrasan sebagai berikut :
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
1) Tujuan
a) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
d) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
e) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya.
f) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
2) Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya.
(1) Mengucapkan salam terapeutik.
(2) Berjabat tangan.
(3) Menjelaskan tujuan interaksi.
(4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
b) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
masa lalu.
c) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
(1) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
(2) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
(3) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
(4) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
(5) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
d) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah secara:
(1) Verbal
(2) Terhadap orang lain
(3) Terhadap diri sendiri
(4) Terhadap lingkungan.
e) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.
f) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
(1) Fisik, misalnya pukul kasur dan batal, tarik napas dalam;
(2) Obat
(3) Sosial/verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa marahnya
(4) Spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan pasien.
g) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan
napas dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara
spiritual, dan patuh minum obat.
h) Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
mengontrol perilaku kekerasan.
b. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1) Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah.
2) Tindakan
a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, serta perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku
tersebut).
c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang
lain.
d) Latih keluarga untuk merawat pasien dengan perilaku kekerasan.
e) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang
telah diajarkan oleh perawat.
f) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien
dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
g) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
h) Buat perencanaan pulang bersama keluarga.
G. Proses Keperawatan
Menurut Keliat., et al.(2011:181-185) proses keperawatan pasien gangguang jiwa
dengan perilaku kekerasan yaitu :
1. Kondisi klien
Klien tampak mondar mandir, b erbicara sambil mengepalkan tinju,
pandanganmata tajam, wajah merah dan tegang, serta sesekali sering memukul-
mukul dinding.
2. Diagnosa keperawatan : Perilaku kekerasan
3. Tujuan :
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan.
d. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasan.
e. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan.
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasan secara fisik,
spiritual, sosial, dan terapi psikofarmaka.
4. Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. SP 1:
1) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan
yang lalu.
2) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual.
3) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah, yaitu secara verbal terhadap :
a) Orang lain.
b) Diri sendiri.
c) Lingkungan.
4) Diskusikan bersama pasien tentang akibat perilakunya.
5) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
a) Fisik : pukul kasur dan bantal, tarik napas dalam.
b) Obat
c) Sosial/verbal : menyatakan secara asertif rasa marahnya.
d) Spiritual : kegiatan ibadah sesuai keyakinan pasien.
6) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan pasien dengan latihan
fisik.
a) Latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal.
b) Susun jadwal latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal
c. SP 2 :
Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan pasien dengan patuh minum
obat.
1) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum, benar
waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna
obat dan akibat berhenti minum obat.
2) Susun jadwal minum obat secara teratur.
d. SP 3 :
Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan pasien secara verbal.
1) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
2) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
e. SP 4 :
Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan pasien secara spiritual.
1) Diskusikan kegiatan ibadah yang pernah dilakukan pasien.
2) Latih mengontrol marah dengan melakukan kegiatan ibadah yang
biasa dilakukan pasien.
3) Buat jadwal latihan kegiatan ibadah.
f. Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
mengontrol perilaku kekerasan.
H. Strategi Komunikasi
1. SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab,
perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibat serta cara mengontrol secara fisik.
2. Orientasi :
“ Selamat pagi, perkenalkan nama saya suster T, saya senang dipanggil N,
saya perawat yang bertugas di bangsal ini. Hari ini saya dinas pagi, dari pukul
07.00 -14.00 WIB. Saya yang akan merawat bapak di Rumah Sakit ini. Nama
Bapak siapa? Senang dipanggil siapa?”
“Bagaimana perasaan Bapak saai ini? Masih ada perasaan marah/kesal?
Baiklah kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah. Berapa lama
kita akan bicara? Mau dimana? Baiklah kalau minta di sini saja.”
3. Kerja :
“Apa yang menyebabkan Bapak marah ? Apakah sebelumnya Bapak pernah
marah ? Terus, penyebabnya apa?Samakah dengan yang sekarang? O..iya,
jadi ada 2 penyebab marah Bapak.”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Bapak pulang ke rumah dan istri
belum menyediakan makanan, apa yang Bapak rasakan? Apakah Bapak
merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang Bapak lakukan? O..iya, jadi Bapak memukul istri Bapak
dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya,
tentu tidak. Apa kerugian cara yang Bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan
takut, piring-piring pecah. Menurut Bapak adakah cara lain yang lebih baik?
Maukah Bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol marah ya yaitu dengan fisik, minum
obat, verbal, dan spiritual. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi
melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah. Bagaimana kalau kita belajar
satu cara dulu, yang pertama yaitu dengan cara fisik, yaitu dengan tarik
napas dalam dan pukul-pukul bantal.”
“Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan maka Bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
berlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba
lagi, tarik napas dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. Lalu yang kedua adalah memukul-mukul bantal, jika rqsa
marah Bapak muncul maka langsung saja Bapak pukul bantal yang berada di
atas kasur sekuat tenaga, seperti ini misalnya. Coba Bapak lakukan yang
saya ajarkan tadi. Bagus sekali, Bapak sudah dapat melakukannya.
Bagaimana perasaan Bapak?”
“Nah, sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah terbiasa melakukannya.
4. Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
Bapak? Iya jadi ada 2 penyebab Bapak marah..(sebutkan) dan yang Bapak
rasakan..(sebutkan) dan yang Bapak lakukan..(sebutkan) serta akibatnya ..
(sebutkan). Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah
Bapak yang lalu. Tadi sudah saya ajarkan 2 cara mengatasi perasaan marah
Bapak yaitu napas dalam dan memukul-mukul bantal, coba dipraktekkan lagi
apa yang saya ajarkan tadi. Bagus sekali saya rasa Bapak sudah bisa. Nanti
di praktekkan lagi ya. Bagaimana jika kita masukkan latihan ini ke dalam
jadwal Bapak. Baik, Bapak mau hari apa? Berapa kali Pak? Mau di mana
besuk? Baik kalua begitu. Besuk kita latihan lagi dan besuk akan saya
ajarkan carayang ke 2 untuk mengatasi marah Bapak yaitu dengan minum
obat ya Bapak, Bapak mau ketemu dimana dan jam berapa?. Jangan lupa
cara yang saya ajarkan tadi di praktekkan ya. Selamat siang Bapak, sampai
jumpa besuk.”
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.

Keliat, Budi Anna., et al. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC, Jakarta.

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai