Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

1. AFIATI DEFITA
2. AFIFATUL CHASANAH
3. NAFI’UN NI’AM
4. SANIA AMELIA PUTRI
5. SITI SHOFIANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2020 / 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

A. Masalah Utama :
Perilaku Kekerasaan

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Adalah suatu suatu perilaku maladaptive dalam memanifestasikanperasaan marah
yang dialami oleh sesorang. Perilaku tersebut dapat berupa menciderai diri sendiri,
melalukan penganiayaan terhadap orang lain dan merusak lingkungan.
Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai suatu
ancaman ( stuart dan Sundeen,1995). Perasaan marah sendiri merupakan suatu hal
yang wajar sepanjang perilaku yang dimanifestasikan berada pada rentang adaptif.

Tanda dan gejala :


Data obyektif :
a. Mata merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Suka berdebat
f. Sering memaksakan kehendak
g. Merampas makanan, memukul jika tidak senang

Data subyektif
a. Mengeluh merasa terancam
b. Mengungkapkan perasaan tak berguna
c. Mengungkapkan perasaan jengkel
d. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, sesak
dan bingung

2. Penyebab
Faktor pencetus terjadinya perilaku kekeasaan dapat bersumber dari klien lingkungan
dan orang lain. Lingkungan yang ribut,padat dan sering menerima kritikan yang
mengarah pada penghinaan kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan.
Kondisi harga diri klien yang rendag yang diakibatkan karena persepsi yang keliri
terhadap penyakit fisik yang diderita, keputusasaan , ketidakberdayaan dan percaya
diri yang kurang merupakan hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan. .

Harga diri rendah adalah suatu perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana
Keliat, 1999)

Tanda dan gejala

- Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri
- Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
- Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
- Percaya diri kurang
- Mencederai diri

3. Akibat
Akibat dari perilaku kekerasaan adalah keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.

4. Tanda dan Gejala


Klien dengan perilaku kekerasaan sering menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut
(Copernito, LJ, 1998) :

Tanda dan gejala :


Data subyektif :
a. Mengungkapkan mendengar suara-suara yang mengancam, menyuruh
melakukan pencederaan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan
b. Mengatakan takut, cemas atau khatir

Data Obyektif :
a. Wajah tegang dan merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot, rahang menutup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah

C. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan/amuk Core Problem

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

D. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah keperawatan:
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan / amuk
c. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan


a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :

 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.


 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :

 Mata merah, wajah agak merah.


 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perilaku kekerasan / amuk


Data Subyektif :

 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.


 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif

 Mata merah, wajah agak merah.


 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.

c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah


Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

F. Rencana Tindakan
Diagnosa 1: perilaku kekerasan
TujuanUmum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
2.1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
2.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
4.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
4.2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
4.3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
4.3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
5.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
6.2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal / kasur.
6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
6.4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
8.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga.
8.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping).
9.2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis,
cara dan waktu).
9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

Diagnosa II: gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.4. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
1.5. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.6. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan:
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
2. Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book
3. Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi
3. Jakarta: EGC.
4. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
5. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
6. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
7. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000

Terapi Modalitas Perilaku Kekerasan

1. SEFT (Spiritual Emosional Freedom Technique)


 Definisi
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan salah
satuteknikterapialternatifuntukmengatasimasalahemosi dan fisik.
Terapidilakukandengancaratotokringan pada titiksaraftertentuatau meridian
dalamtubuh.
Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT)
merupakansuatuterapipsikologi yang pertama kali
ditujukanuntukmelengkapialatpsikoterapi yang sudahada. SEFT adalah salah
satuvariandaricabangilmubaru yang dinamai Energy Psychology. Selainitu, SEFT
adalahgabunganantara Spiritual power dan Energy Psychology (Zainuddin,
2012).
Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) bekerjadenganprinsip
yang kuranglebihsamadenganakupuntur dan akupressur.
Ketigateknikiniberusahamerangsangtitik-titikkunci di sepanjang 12 jalurenergi
(energi meridian) tubuh yang sangatberpengaruh pada kesehatankita (Zainuddin,
2012).
 Tujuan SEFT
Menurut Zainuddin (2012, dalamUlfah, 2014) bahwatujuanterapi SEFT
adalahuntukmembantu orang lain baik individual
maupunkelompokdalammengurangipenderitaanpsikismaupunfisik,
sehinggaacuannyadapatdigunakanuntukmelihattujuantersebutada pada motto
yang berbunyi “LOGOS” (Loving God, blessing to the others and
selfimprovement). Adapun tigahal yang dapatdiungkapkandari motto
tersebutadalah:
a. Loving God yaituseseorangharusmencintaiTuhan,
dengancaraaktivitasnyauntukhal-hal yang baik dan
tidakberlawanandengannorma yang sudahditentukan.
b. Blassing to the other adalahungkapan yang ditujukkan agar kitapeduli pada
orang lain untukbisa menerapi.
c. Selfimprovementadalahmemilikimaknaperbaikidirisendirimengingatadanyakel
emahan dan kekurangan pada setiappribadi,
sebabitumelaluirefleksiiniseseorangakanmawasdiribertindakhati-hati dan
tidakcerobohdalamkehidupansehari-hari dan tujuanseutuhnya SEFT
adalahtidak lain membawamanusiadalamkehidupandamai dan sejahtera.
 Kunci Keberhasilan SEFT
Menurut Zainuddin (2012) kuncikeberhasilanterapi SEFT iniada 5, yaitu:
a. Yakin
Dalamhalinikitatidakdiharuskanuntukyakinsama SEFT ataudirikitasendiri,
kitahanyaperluyakin pada Maha Kuasa-Nya Tuhan dan MahaSayang-Nya
Tuhan pada kita. Jadi SEFT tetapefektifwalaupunkitaragu, tidakpercayadiri,
malukalautidakberhasil, asalkankitamasihyakinsama Allah, SEFT tetapefektif.
b. Khusyu’
Selamamelakukanterapi, khususnyasaat set-up,
kitaharuskonsentrasiataukhusyu’. Pusatkanpikirankita pada saatmelakukan
set-up (berdoa) pada Sang MahaPenyembuh,
berdoalahdenganpenuhkerendahanhati. Salah
satupenyebabtidakterkabulnyadoaadalahkarenakitatidakkhusyu’, hati dan
pikirankitatidakikuthadirsaatberdoahanya di mulutsaja, tidaksepenuhhati.
c. Ikhlas
Ikhlasartinyaridhoataumenerima rasa sakitkita (baikfisikmaupunemosi)
dengansepenuhhati. Ikhlasartinyatidakmengeluh, tidak complain atasmusibah
yang sedangkitaterima. Hal yang
membuatkitasemakinsakitadalahkarenakitatidakmaumenerimadenganikhlas
rasa sakitataumasalah yang sedangkitahadapi.
d. Pasrah
Pasrahberbedadenganikhlas. Ikhlasadalahmenerimadenganlegowoapapun
yang kitaalamisaatini, sedangkanpasrahadalahmenyerahkan yang
terjadinanti pada Allah. Kita pasrahkankepada-Nya yang terjadinanti.
Apakahnanti rasa sakit yang kitaalamimakinparah,
makinmembaikatausembuh total, kitapasrahkan pada Allah.
e. Syukur
Bersyukursaatkondisisemuabaik-baiksajaadalahmudah.
Sungguhberatuntuktetapbersyukur di saatkitamasihsakitatau punya masalah
yang belumselesai. Tetapiapakahtidaklayakjikakita minimal
menyukuribanyakhal lain dalamhidupkita yang masihbaik dan sehat.
Makakitaperlu“discipline of gratitude”, mendisiplikanpikiran, hati dan
tindakankitauntukselalubersyukurdalamkondisi yang beratsekalipun. Jangan-
jangansakit yang kitaderitaataumusibah yang
tidakkunjungselesaiiniterjadikarenakitalupamensyukurinikmat yang
selamainikitaterima.
 Cara Melakukan SEFT
SEFT terdiridari 3 tahap:
a. The Set-Up
The set-up bertujuanuntukmemastikan agar
aliranenergitubuhkitaterarahkandengantepat. Langkah iniuntukmenetralisir
"psychological Reversal" atau "perlawananpsikologis" The Set-up terdiridari 2
aktivitas, yang pertamaadalahmengucapkankalimatseperti di
atasdenganpenuh rasa khusyu', ikhlas dan pasrahsebanyak 3 kali. Dan yang
keduaadalahsambilmengucapkandenganpenuhperasaan, kitamenekan dada
kita, tepatnya di bagian "Sore Spot" (titiknyeri = daerah di sekitar dada atas
yang jikaditekanterasaagaksakit) ataumengetukdenganduaujungjari di bagian
"Karate Chop". Setelah menekantitiknyeriataumengetuk karate chop
sambilmengucapkankalimat Set-Upseperti di atas,
kitamelanjutkandenganlangkahkedua, "The Tune-In" (Zainuddin, 2012.).
b. The Tune-In
Masalahfisik, kitamelakukan tune-in dengancaramerasakan rasa sakit yang
kitaalami, lalumengarahkanpikirankitaketempat rasa sakit,
dibarengidenganhati dan mulutkitaberdoa. Masalahemosi, kitamelakukan
"Tune-In" dengancaramemikirkansesuatuatauperistiwaspesifiktertentu yang
dapatmembangkitkanemosi negative yang inginkitahilangkan. Ketika
terjadireaksinegatif (marah, sedih, takut, dsb) hati dan mulutkitaberdoa.
Bersamaandengan Tune-In inikitamelakukanlangkahketiga (Tapping). Pada
proses inilahkitamenetralisiremosinegatifatau rasa sakitfisik (Zainuddin,
2012).
c. The Tapping
Tappingadalahmengetukringandenganduaujungjari pada titik-titiktertentu di
tubuhkitasambilterus Tune-In. Titik-titikiniadalahtitik-titikkuncidari "The Major
Energy Meridians", yang jikakitaketukbeberapa kali akanberdampak pada
ternetralisirnyagangguanemosiatau rasa sakityang kitarasakan. Karena
aliranenergitubuhberjalandengan normal dan seimbangkembali (Zainuddin,
2012).
Gambar 1: Titik-titikKunci “The Major Energy Meridians” (Zainuddin, 2012)
 Inti SEFT
The Set-Up, laludilanjutkan The Tune-In beserta kata
pengingatnyaataudoa: "sayaikhlas, sayapasrah" disertaisebagianlangkahketiga
(the Tapping), mulaidarititikpertama (the Crown) hinggatitikke 9 (Below Nipple).
Cukupsampai di situ dan akhiridengantariknafaspanjang dan hembuskan
(Zainuddin, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Zainuddin, Ahmad Faiz. Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT). Jakarta: Afzan
Publishing. 2012; 3–65

Anda mungkin juga menyukai