1. Masalah Utama:
Resiko Perilaku Kekerasan
1. Psikologis : kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak yang mendapat
perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku perilaku kekerasan
2. Perilaku : kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan yang
diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku
yang wajar
3. Sosial Budaya : Budaya yang pasif agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar
4. Bioneurologis : Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi
perilaku kekerasan
D. Rentang Respon
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan
diri atau respo melawan dan menentang. Respon melawan dan menetang merupakan respon
maladaptive, yaitu agresif-kekerasan perilaku yang menampakkan mulai dari yang rendah
sampai yang tinggi, yaitu:
Asertif: mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega
Frustasi: merasa gagal mencpai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis
Pasif: diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang
dialami
Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
mengancam, member kata-kata ancaman tanpa niat menyakiti
Kekerasan: sering juga disebut gaduh - gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
dengan menyentuh orang lain dengan menakutkan, member kata kata ancaman, disertai
melukai pada tingkat ringan, danyang paling berat adalah merusak secara serius. Klien
tidak mampu mengendalikan diri.
C. Pohon Masalah
RencanaTindakan
Diagnosa 1 : perilaku kekerasan
Tujuan Umum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
Tindakan:
Beri kesempatan mengungkapkan
Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
Tindakan :
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
Observasi tanda perilaku
Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
Tindakan:
Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik :tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal / kasur.
Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi
kesabaran.
Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku
Tindakan:
Bantu memilihcara yang paling tepat.
Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah
Bantu mensimulasikan cara yang telah
Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam
Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
Klien mendapat dukungan dari
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
Beri reinforcement positif atas keterlibatan
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efeksamping).
Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara
dan waktu).
Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Intervensi keperawatan:
- Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
- Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
- Bantu klien menstimulasi cara tersebut (role play).
- Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.
- Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah.
Rasionalisasi:
- Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan secara tepat.
- Membantu klien dalam membuat keputusan untuk cara yang telah dipilihnya dengan melihat manfaatnya.
- Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif
- Pujian dapat meningkatkan motifasi dan harga diri klien.
- Agar klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya jika sedang kesal.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Edisi 2). Jakarta: EGC.
Stuart & Sudart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.(Edisi 5). Alih Bahasa: Ramona P, Kapoh. Jakarta:
EGC.
Yoseph, Iyus. 2010. Kepeerawatan Jiwa. (Edisi Revisi). Bandung: Revika Aditama.
STRATEGI PELAKSANAAN
A. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
B. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
c. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.
d. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan
dengan terapi psikofarmaka.
C. Tindakan Keperawatan
P 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang
dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I.
P 2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik.
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara
mengontrol secara fisik I
Fase Orientasi :
Assalamualaikum mba, perkenalkan nama saya Novita, biasa dipanggil Vita. Saya yang akan
merawat mba hari ini sampai jam 2 siang nanti.
Nama mba siapa, senangnya dipanggil siapa ? ooh .. baik kalau begitu saya panggil N saja ya
?.
Bagaimana perasaan N hari ini ? sepertinya N terlihat gelisah, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang tentang perasaan N yang masih suka kesal dan marah-marah. N ada waktu
?
Bagaimana kalau 10-15 menit. Dimana N ingin kita ngobrol-ngobrol ?
Baiklah kita akan berbincang-bincang di taman depan selama 15 menit ya N. Mari kita kesana
sekarang.
Fase Kerja :
Apa yang menyebabkan N marah ? Apakah sebelumnya N pernah marah? Terus, penyebabnya
apa ? Samakah dengan yang sekarang ? jadi marah N sekarang karena peceraian orangtua N ya
?
Apakah N merasakan kesal kemudian dadanya berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup
rapat, dan tangan mengepal?
Setelah itu apa yang N lakukan? O..iya, jadi N berteriak-teriak, memarahi dan memukul orang
di sekitar N ?, apakah dengan cara ini keluarga N dapat bersatu kembali? tentu tidak kan N.
Menurut N apa kerugiannya kalau N melakukan cara-cara yang tadi saat marah ? Betul, semua
orang di sekitar N menjadi takut dan piring-piring pun menjadi pecah. Menurut N adakah cara
lain yang lebih baik? Maukah N belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?
Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, N. Salah satunya adalah dengan cara fisik.
Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah N, hari ini kita latihan cara yang pertama dulu
ya N.
Begini N, kalau tanda-tanda marah tadi sudah N rasakan, maka N berdiri lalu tarik napas dari
hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Coba N lakukan seperti yang tadi saya lakukan. Ya benar seperti itu N, bagus...tahan
dan keluarkan perlahan-lahan.
Nah, sebaiknya latihan ini N lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu
muncul, N sudah terbiasa melakukannya.
Fase Terminasi :
Bagaimana perasaan N setelah berbincangbincang dengan saya hari ini tentang kemarahan N
?
Ooh iya, N masih ingat kan apa yang kita obrolkan tadi, coba diulangi lagi N apa kerugian dari
tindakan N itu ?. Ya betul, jadi marah itu banyak sekali kerugiannya.
Sekarang kita buat jadual latihan untuk N tentang cara yang pertama tadi untuk mengontrol
marah ya N. Berapa kali N mau latihan dalam sehari ? jam berapa saja ?
Baiklah, saya rasa pertemuan kali ini sudah cukup. Bagaimana kalau nanti jam 4 sore kita
ngobrol-ngobrol tentang cara yang ke-dua, N ?
Baiklah kalau begitu. Assalamualaikum.
Fase Orientasi :
Assalamualaikum N. Sesuai dengan janji saya tadi pagi, sore ini kita akan ngobrol-ngobrol
tentang cara yang ke-dua untuk mengontrol emosi N ya?.
Bagaimana perasaan N sore ini, apakah N sudah latihan cara yang pertama tadi ?
Bagus sekali, sekarang saya akan ajarkan bagaimana cara yang ke-dua untuk mengontrol
emosi. N mau berapa lama dan dimana N mau kita ngobrol-ngobrol ?
Baiklah, kita ngobrol-ngobrol selama 20 menit dan kita ngobrolnya di depan kamar N saja ya ?
Mari kita kesana sekarang.
Fase Kerja :
Kalau ada yang menyebabkan N marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata
melotot, selain napas dalam N juga dapat melakukan pukul kasur dan bantal.
Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Ini saya sudah siapkan bantal. Jadi kalau
nanti N kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur atau pun bantal. Nah, coba N lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali
N.
Cara ini dapat N lakukan saat marah tanpa harus N menyakiti orang lain kan N ? Nah cara ini
pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan
tempat tidurnya saat emosi Nsudah hilang.
Fase Terminasi :
Bagaimana perasaan N setelah latihan cara menyalurkan marah tadi ?
Ada berapa cara yang sudah kita pelajari ,coba N sebutkan lagi ? ya benar sekali N.
Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari N. Mau jam berapa saja N latihan dua
cara yang sudah saya ajarkan tentang cara mengontrol marah ? baiklah N tulis di kertas ini ya.
Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya N.
Besok pagi kita ketemu lagi ya N, dan kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa N ? Baik, jam 10 pagi ya.
Sampai jumpa. Assalamualaikum.
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Orientasi :
Salam Teraupetik
Selamat pagi Mbak. Perkenalkan nama saya Anik wijayanti, panggil saja Anik.
Saya adalah mahasiswa AKPER Muhammadiyah Kendal. Nama Mbak siapa dan suka dipanggil
apa? Baiklah mulai sekarang saya akan pangil Mbak Mita saja, ya
Evaluasi/validasi
kalau boleh tahu, sudah berapa lama Mbak Mita di sini ? Apakah Mbak Mita masih ingat siapa
yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Mbak saat ini? Saya lihat Mbak sering tampak
marah dan kesal, sekarang Mbak masih merasa kesal atau marah ?
Kontrak
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang membuat Mbak Mita marah dan
bagaimana cara mengontrolnya? Ok. Mbak?
Tidak lama kok, 15 menit saja.
Mbak senangnya kita berbicaranya dimana?. Dimana saja boleh kok, asal Mbak merasa
nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara disini saja ya, Mbak
2. Kerja :
Nah, sekarang coba Mbak ceritakan Apa yang membuat Mbak Mita merasa marah?
Apakah sebelumnya mbak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?
Lalu saat Mbak sedang marah apa yang akan Mbak rasakan? Apakah Mbak merasa sangat
kesal, dada Mbak berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat dan ingin
mengamuk?
Setelah itu apa yang Mbak Mita lakukan?
Apakah dengnan cara itu marah/kesal Mbak dapat terselesaikan? Ya tentu tidak, apa kerugian
yang Mbak Mita alami?
Menurut Mbak Mita adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Mbak Mita belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Mbak. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.
Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Namanya teknik napas dalam
Begini Mbak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Mbak rasakan, maka Mbak berdiri atau
duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan
lahan melalui mulut
Ayo Mbak coba lakukan, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan
5 kali.
Bagus sekali, Mbak sudah bisa melakukannya
Nah..Mbak Mita tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam, sebaiknya latihan
ini Mbak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Mbak sudah
terbiasa melakukannya
3. Terminasi :
Evaluasi
Evaluasi subjektif:
Bagaiman perasaan Mbak setelah kita berbincang-bincang dan melakukan latihan teknik
relaksasi napas dalam tadi? Ya...betul, dan kelihatannya Mbak terlihat sudah lebih rileks.
Evaluasi objektif
Coba Mbak sebutkan lagi apa yang membuat Mbak marah, lalu apa yang Mbak rasakan saat itu
dan apa yang akan Mbak lakukan. Kemudian apa akibatnya...
Wah...bagus, Mbak masih ingat semua...
Tindak lanjut
Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari Mbak?
Kapan waktu yang Mbak inginkan untuk melakukan latihan ini? Bagaimana kalau setiap jam
11pagi?
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat
bagi S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba
Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Ed.2 . Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN : PERILAKU KEKERASAN (PK)
1. Masalah Utama :
Perilaku Kekerasaan
1. Pengertian
Perilaku kekerasaan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikolog
(Budi Ana Keliat, 2005)
Perilaku kekerasan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri maupun orang lain, sering disebut juga
gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap sesuatu stresor dengan
gerakan motorik yang tidak terkontrol
(Yosep, 2007)
1. Mata merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Suka berdebat
6. Sering memaksakan kehendak
7. Merampas makanan, memukul jika tidak senang
Data subyektif
2. Penyebab
HDR (Harga Diri Rendah)
1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri, yang
menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (keliat, 2011).
Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan persepsi negatif tentang
harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang dialami.
(Wilkinson, 2012).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga diri dapat
dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, yang menjadikan
hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak mampu dalam mencapai
keinginan.
(Fitria, 2009).
3. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan tindakan berbahaya bagi
dirinya, orang lain, dan lingkungan, misalnya menyerang orang lain, memecahkan perabot,
membakar rumah dan lain lain. Sehingga pasien dengan perilaku kekerasan beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
4. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Obat anti psikosis: Penotizin
Obat anti depresi: Amitripilin
Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
Obat anti insomnia: Phneobarbital
Terapi modalitas
0. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian
BHSP
Jangan memancing emosi klien
Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya
1. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan
klien karena masalah sebagian orang merupakan persaan dan tingkah laku
pada orang lain.
2. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan
kesadaran klien
PohonMasalah
DiagnosaKeperawatan
Perilaku kekerasan
RencanaTindakan
Diagnosa 1: perilaku kekerasan
Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
dan jelaskan tujuan
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
Tindakan:
Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efeksamping).
Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA