Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


RISIKO PERILAKU KEKERASAN

PUTU AYU SUTARINI DEWI


P07120216073

SEMESTER VI/3B
PRODI D-IV KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
RISIKO PERILAKU KEKERASAN

MILA CAHYANI HERYANTO


P07120216070

SEMESTER VI/3B
PRODI D-IV KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Pengertian
Definisi dari Risiko Perilaku Kekerasan yakni rentan melakukan perilaku yang
menunjukkan bahwa seseorang dapat membahayakan orang lain secara fisik, emosional,
dan/atau seksual.(NANDA.2015-2017)
Prilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
dengan amuk daan gaduh gelisah yang tidak terkontrol ( kusumawati dan hartono, 2010).
2. Etiologi
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia
tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain
dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang
dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal
maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian,
perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis
mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem
limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas
secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
b) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight
yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem
limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral;
dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal,
terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2) Teori Psikologik
a) Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan
kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan
arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya
harga diri.
b) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut
diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang
tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan
yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang
lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang
tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung
untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
c) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu
menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat
berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat
menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2011):
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan yaitu (NANDA. 2015 - 2017) :

Data Subjektif Data Objektif


Pola ancaman kekerasan (mis., ancaman Bahasa Tubuh Negatif (mis., postur tubuh
verbal terhadap orang/masyarakat, bicara kaku, mengepalkan jari, mengunci rahang,
kasar, mengumpat ) hiperaktivitas, terburu – buru, berjalan
mondar-mandir, pandangan tajam, muka
merah dan tegang)
Riwayat melakukan kekerasan tak langsung Pola kekerasan perilaku antisosial (mis.,
(mis., merobek objek di dinding, mencuri, meminjam dengan paksaan,
mengencingi atau mengotori lantai dengan memaksa meminta hak istimewa, memaksa
feses, mengetuk – ngetuk kaki, membanting menggangu, menolak untuk makan/minum
pintu ) obat)
Riwayat menyaksikan perilaku kekerasan
dalam keluarga
Riwayat penganiayaan pada masa kanak –
kanak (mis, fisik, psikologis,seksual)
Riwayat penyalahgunaan zat
5. Rentang Respon
Rentang adaptif Respon Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif kekerasan

Keterangan :
a. Asertif
individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan
ketenangan.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kupuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternative
c. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaanya
d. Agresif
Prilaku yang menyertai marah terhadap dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol
e. Kekerasan
Perasan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control

Perbandingan antara prilaku asertif, pasif, agrsif / kekerasan


Pasif Asertif Agresif
Isi Negatif menurun Positif dan Menyombongkan
pembicaraan menandakan diit, menwarkan diri, diri, memindahkan
contoh contoh : orang lain contoh
“dapatkah saya?” “saya dapat…. “ kamu selalu….”
“Dapatkah kamu “saya akan…. “kamu tidak
?” pernah…”
Tekanan Cepat lambat , Sedang Keras dan mengotot
suara mengeluh.
Posisi badan Menundukan Tegap dan santai Kaku, cenderung
kepala
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak dan
dengan sikap acuh jarak yang menyerang orang lain
mengabaikan nyaman
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam posisi
tenang menyerang
Kontak mata Sedikit/ sama Mepmpertahanka Mata melotot dan di
sekali tidak n kontak mata pertahankan
sesuai dengan
hubungan

6. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan
Effect

Core problem

Resiko Prilaku Kekerasan

Causa

KDRT Putus Asa Waham


Cemas Stress
Marah
Harga Diri Rendah Merasa Terancam Frustasi

Sumber : Rawlins, dalam Yosep 2011


7. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Perilaku kekerasan
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah
8. Data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan Data yang perlu di kaji
Resiko Perilaku Subjektif :
Kekersan  Klien mengancam
 Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
 Klien mengaatkan dendam dan jengkel
 Klien mengatakan ingin berkelahi
 Klien mengatakan menyalahkan dan menuntut
 Klien meremehkan
Objektif:
 Mata melotot/pandangan tajam
 Tangan mengepal
 Rahang mengatup
 Wajah memerah dan tegang
 Postur tubuh kaku
 Suara keras

Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain sebagai
berikut:
a. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
b. Stimulus lingkungan
c. Konflik interpersonal
d. Status mental
e. Putus obat
f. Penyalahgunaan narkoba
9. Diagnosa keperawatan.
Resiko Perilaku Kekerasan
10. Rencana Tindakan Keperawatan
Tgl No. Dx. Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko TUM :
Perilaku Klien tidak melakukan tindakan 1. Setelah …x pertemuan klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan :
Kekerasan. kekerasan. menunjukkan tanda-tanda  Beri salam setiap berinteraksi.
percaya pada perawat :  Perkenalkan nama, nama panggilan
TUK 1 :  Wajah cerah, tersenyum. perawat, dan tujuan perawat
Klien dapat membina hubungan  Mau berkenalan. berinteraksi.
saling percaya.  Ada kontak mata.  Tanyakan dan panggil nama kesukaan
 Bersedia menceritakan klien, tunjukkan sikap empati, jujur
perasaan. dan menepati janji setiap kali
berinteraksi.
 Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien.
 Buat kontrak interaksi yang jelas.
 Dengarkan dengan penuh perhatian,
ungkapan perasaan klien.
TUK 2 : 2. Setelah …x pertemuan, 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan
Klien dapat mengidentifikasi klien menceritakan marahnya :
penyebab perilaku kekerasan yang penyebab perilaku  Motivasi klien untuk menceritakan
dilakukannya. penyebab rasa kesal atau jengkelnya.
kekerasan yang  Dengarkan tanpa menyela atau
dilakukannya : memberi penilaian setiap ungkapan
 Menceritakan penyebab perasaan klien.
perasaan jengkel atau
kesal baik dari diri
sendiri maupun
lingkungannya.
TUK 3 : 3. Setelah … x pertemuan, 3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda
Klien dapat klien menceritakan tanda- perilaku kekerasan yang dialaminya :
mengidentifikasi tanda-tanda tanda saat terjadi perilaku  Motivasi klien menceritakan kondisi
perilaku kekerasan. kekerasan : fisik ( tanda-tanda fisik ) saat perilaku
 Tanda fisik : mata kekerasan terjadi.
merah, tangan  Motivasi klien menceritakan kondisi
mengepal, ekspresi emosinya ( tanda-tanda emosional )
tegang, dll. saat terjadi perilaku kekerasan.
 Tanda emosional :  Motivasi klien menceritakan kondisi
perasaan marah, jengkel, hubungan dengan orang lain ( tanda-
bicara kasar. tanda sosial ) saat terjadi perilaku
 Tanda sosial : kekerasan.
bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan.
TUK 4 : 4. Setelah … x pertemuan, 4. Diskusikan dengan klien perilaku
Klien dapat klien menjelaskan : kekerasan yang dilakukannya selama ini :
mengidentifikasi jenis perilaku  Jenis-jenis ekspresi  Motivasi klien menceritakan jenis-
kekerasan yang pernah kemarahan yang jenis tindak kekerasan yang selama ini
dilakukannya. selama ini telah pernah dilakukannya.
dilakukannya.  Motivasi klien menceritakan perasaan
 Perasaannya saat klien setelah tindak kekerasan tersebut
melakukan kekerasan. terjadi.
 Efektifitas cara yang  Diskusikan apakah dengan tindak
dipakai dalam kekerasan yang dilakukannya, masalah
menyelesaikan masalah. yang dialami teratasi.
TUK 5 : 5. Setelah … x pertemuan 5. Diskusikan dengan klien akibat negatif (
Klien dapat klien menjelaskan akibat kerugian ) cara yang dilakukan pada :
mengidentifikasi akibat perilaku tindak kekerasan yang  Diri sendiri.
kekerasan. dilakukannya :  Orang lain / lingkungan.
 Diri sendiri : luka,  Lingkungan.
dijauhi teman, dll.
 Orang lain / keluarga :
luka, tersinggung,
ketakutan, dll.
 Lingkungan : barang
atau benda rusak, dll.
TUK 6 : 6. Setelah … x pertemuan 6. Diskusikan dengan klien :
Klien dapat klien :  Apakah klien mau mempelajari cara
mengidentifikasi cara  Menjelaskan cara-cara baru mengungkapkan marah yang
konstruktif dalam sehat sehat.
mengungkapkan kemarahan. mengungkapkan marah.  Jelaskan berbagai alternatif pilihan
untuk mengungkapkan marah selain
perilaku kekerasan yang diketahui
klien.
 Jelaskan cara-cara sehat untuk
mengungkapkan marah :
- Cara fisik : nafas dalam, pukul
bantal / kasur, olah raga.
- Verbal : mengungkapkan bahwa
dirinya sedang kesal kepada orang
lain.
- Sosial : latihan asertif dengan orang
lain.
- Spiritual : sembahyang / doa, zikir,
meditasi, dsb sesuai keyakinan
agamanya masing-masing.
TUK 7 : 7. Setelah … x pertemuan 7.1 Diskusikan cara yang mungkin
Klien dapat klien memperagakan cara dipilih dan anjurkan klien memilih
mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku cara yang mungkin untuk
mengontrol perilaku kekerasan. kekerasan : mengungkapkan kemarahan.
 Fisik : nafas dalam, 7.2 Latih klien memperagakan cara yang
pukul bantal / kasur, dipilih :
olah raga.  Peragakan cara melaksanakan
cara yang dipilih.
 Verbal :  Jelaskan manfaat cara tersebut.
mengungkapkan bahwa  Anjurkan klien menirukan
dirinya sedang kesal peragaan yang sudah dilakukan.
kepada orang lain.  Beri penguatan pada klien,
 Sosial : latihan asertif perbaiki cara yang masih belum
dengan orang lain. sempurna.
 Spiritual : sembahyang / 7.3 Anjurkan klien menggunakan cara
doa, zikir, meditasi, dsb yang sudah dilatih saat marah /
sesuai keyakinan jengkel.
agamanya masing-
masing.
TUK 8 : 8. Setelah … x pertemuan 8.1 Diskusikan pentingnya peran serta
Klien mendapat dukungan keluarga keluarga : keluarga sebagai pendukung klien
dalam mengontrol perilaku  Menjelaskan cara untuk mengatasi perilaku kekerasan.
kekerasan merawat klien dengan 8.2 Diskusikan potensi keluarga untuk
perilaku kekerasan. membantu klien mengatasi perilaku
 Mengungkapkan rasa kekerasan.
puas dalam merawat 8.3 Jelaskan pengertian, penyebab,
klien. akibat, dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga.
8.4 Peragakan cara merawat klien (
menangani petilaku kekerasan ).
8.5 Beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang..
8.6 Beri pujian kepada keluarga setelah
peragaan.
8.7 Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan.
TUK 9 : 9.1 Setelah … x pertemuan 9.1 Jelaskan manfaat menggunakan obat
Klien menggunakan obat sesuai klien menjelaskan : secara teratur dan kerugian jika tidak
program yang telah ditetapkan.  Manfaat minum obat. menggunakan obat.
 Kerugian tidak minum 9.2 Jelaskan kepada klien :
obat.  Jenis obat ( nama, warna, dan
 Nama obat. bentuk obat ).
 Bentuk dan warna obat.  Dosis yang tepat untuk klien.
 Dosis yang diberikan  Waktu pemakaian.
kepadanya.  Cara pemakaian.
 Waktu pemakaian.  Efek yang akan dirasakan klien.
 Cara pemakaian.
 Efek yang dirasakan. 9.3 Anjurkan klien :
 Minta dan menggunakan obat
9.2 Setelah … x pertemuan tepat waktu.
klien menggunakan obat  Lapor ke perawat atau dokter
sesuai program. jika mengalami efek yang tidak
biasa.
 Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien
11. Implementasi
Pasien Keluarga
SP 1. SP 1.
1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan 1. Mengidentifikasi masalah yang dirasakan
gejala serta akibat perilaku kekerasan. keluarga dalam merawat pasien.
2. Melatih cara fisik 1 : tarik nafas dalam. 2. Menjelaskan tentang perilaku kekerasan :
3. Memasukan dalam jadwal harian pasien. a. Penyebab.
b. Akibat.
c. Cara merawat.
3. Melatih cara merawat.
4. RTL keluarga / jadwal untuk merawat
pasien.
SP 2. SP 2.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 ). 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 ).
2. Melatih cara fisik 2 : pukul kasur / bantal. 2. Melatih ( simulasi ) 2 cara lain untuk
3. Memasukan dalam jadwal harian pasien. merawat pasien.
3. Melatih langsung ke pasien.
4. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
merawat pasien.
SP 3. SP 3.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 dan 1. Mengevaluasi SP 1 dan SP 2.
SP 2 ). 2. Melatih langsung ke pasien.
2. Melatih secara sosial / verbal. 3. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
3. Menolak dengan baik. merawat pasien.
4. Meminta dengan baik.
5. Mengungkapkan dengan baik.
6. Memasukan dalam jadwal harian pasien.
SP 4. SP 4.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1, 2 1. Mengevaluasi SP 1, 2, & 3.
& 3 ). 2. Melatih langsung ke pasien.
2.Melatih secara spiritual. 3. RTL keluarga.
a. Berdoa. a. Follow Up.
b. Sembahyang. b. Rujukan.
3. Memasukan dalam jadwal harian pasien.
SP 5.
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1, 2,
3, & 4 ).
2. Melatih patuh obat :
a. Meminum obat secara teratur dengan
prinsip 5B.
b. Menyusun jadwal minum obat secara
teratur.
3. Memasukan dalam jadwal harian pasien.

12. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien (keliat, dkk 2009)
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan resiko perilaku kekerasan yaitu :
a) Klien tidak melakukan tindakan kekerasan.
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya.
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
4) Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
5) Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan
7) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
8) Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
9) Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Direja Ade Herman Surya .2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Nuha


Medika:Yogyakarta
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
John Wiley & Sons.2015. Nursing Diagnoses – Definition and Classification 2015-2017.EGC
Medical Publisher
Keliat Budi Anna, Panjaitan Ria Utami, Helena Novy. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa Edisi 2. EGC: Jakarta.
Kusumawati & Hartono.2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta;Salemba Medika
Purba.2008.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa.Medan;USU Press
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai