B. Etiologi
Menurut Maramis (2009) disebutkan hal-hal yang menyebabkan
gangguan isi pikir: waham adalah ketidak mampuan untuk mempercayai
orang lain, panik, menekan rasa takut, stress yang berat yang mengancam
ego yang lemah, kemungkinan faktor herediter.
Secara khusus faktor penyebab timbulnya waham diuraikan dalam
beberapa teori yaitu:
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : Waham dapat dibagi
menjadi 2 teori yang diuraikan sebagai berikut :
a. Teori Biologis
1) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki
anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua,
saudara kandung, sanak saudara lain).
2) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa
kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan
suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus
otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel
pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita
skizofrenia
3) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-
gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan
asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
b. Teori Psikososial
1) Teori sistem keluarga
Menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri
mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas dan
suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu
hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara
orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan
ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke
dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan
mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
2) Teori interpersonal
Menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan
kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang
membingungkan dan penuh konflik serta orang tua tidak
mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
3) Teori psikodinamik
Perkembangan emosi terhambat karena kurangnya rangsangan
atau perhatian ibu, dengan ini seorang bayi mengalami
penyimbangan rasa aman dan gagal untuk membangun rasa
percayanya menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari
suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dalam
suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang tua dan
anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan
mekanisme pertahanan ego pada waktu kecemasan yang
ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering
kali merupakan penampilan dan segmen diri dalam
kepribadian.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2013) faktor presipitasi dari waham yaitu:
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis
yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan
balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
b. Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap
stress yang berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap
dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi,
keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik,
masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres
gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan,
pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya. Faktor
yang mempengaruhi terjadinya waham adalah:
1) Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
2) Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3) Hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua
4) Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5) Kegagalan yang sering dialami
6) Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
Adaptif Maldaptif
D. Patopsikologi
Menurut Yosep (2013) proses terjadinya waham terdiri dari
beberapa fase yaitu :
1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status social dan ekonomi sangat
terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat
tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang
sebagai seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman
dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span
history).
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi linkungan tersebut. Padahal self reality jauh dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system
semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-
apa yang ia katakanya adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien
adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi
sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya
toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environmental support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan
klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan control diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan berdosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dan menghindari interaksi social (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham
bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
F. Klasifikasi
Adapun jenis-jenis waham menurut Keliat (2013) waham terbagi atas
beberapa jenis, yaitu :
1. Waham Agama: keyakinan klien terhadap suatu agama secara
berlebihan diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
2. Waham Kebesaran: klien yakin secara berlebihan bahwa ia
memiliki kebesaran atau kekuatan khusus, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Waham somatik : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian
tubuhnya terganggu dan terserang penyakit, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
4. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional
dimana klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
5. Waham nihilistik: klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia atau meninggal, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai
kenyataan.
6. Waham bizar
a. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan
didalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan.
b. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut
yang dinyatakan secara berulang - ulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan.
c. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari
luar.
G. Penatalaksanaan
Menurut Maramis (2009) pengobatan harus secepat mungkin. Disini
peran keluarga sangat penting karena setelah mendapat perawatan RSJ dan
klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang
sangat penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan
keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
a. Farmakoterapi
1) Neuroleptika dengan dosis efektif rendah bermanfaat pada
penderita skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih baik jika mulai
diberi dalam dua tahun penyakit.
2) Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi lebih bermanfaat
pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat.
3) Litium karbonat; adalah jenis litium yang paling sering
digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian
litium sitial. Litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien
dengan gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3
minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk mencegah
atau megurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan
riwayat mania.
4) Haloperidol; merupakan obat antipsikotik (mayor
tanquiliner) pertama dari turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya
yang pasti tidak diketahui. Haloperidol efektif untuk kelainan
tingkah laku berat pada anak-anak yang sering membangkang dan
eksplosif. Haloperidol juag efektif untuk pengobatan jangka
pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas
motorik berlebihan disertai kelainan tingkah laku seperti :
impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang
labil dan tidak tahan prustasi.
5) Karbamazepine; karbamazepine terbukti efektif dalam
pengobatan kejang psikomotor, serta neuralgia trigeminal.
Karbamazepine secara kimia tidak berhubungan dengan obat
antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang digunakan untuk
mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.
6) Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik low potensial.
Penatalaksaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi
untuk pengamanan pasien.Hal ini berkaitan dengan pengunaan oabt
anti psikotik untuk pasien waham.
(a) Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone). Pilihan awal
Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg,
100mg.
(b) Tipikal (chlorpromizine, haloperidol), chlorpromazine 25-
100mg. efektif utnuk menghilangkan gejala positif.
7) Menarik diri high potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung manarik diri
dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan
dunianya sendiri (khayalan dan pikiran sendiri). Oleh karena itu,
salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri
high potensial. Hal ini berati penatalaksanaannya ditetapkan pada
gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang
berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat
sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari
lingkungan sosial.
8) Terapi Kejang Listrik / Elektro Convulsi Therapy (ECT)
Cara kerja elektro convulsi therapy belum diketahui dengan jelas,
dapat di katakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek
serangan skhizofrenia dan mempermudah kontak dengan klien.
9) Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu
karena berhubungan dengan praktis dengan maksud
mempersiapkan klien kembali kemasyarakat. Selain itu terapi kerja
sangat baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain,
perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan
diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik,
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama,
seperti terapi modalitas yang terdiri dari:
a) Terapi aktivitas:
(1) Terapi musik
Fokus pada : mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi
yaitu menikmati dengan relaksasi jenis musik yang disukai
klien.
(2) Terapi seni
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai
pekerjaan seni.
(3) Terapi menari
Fokus pada : ekspresikan perasaan melalui gerakan tubuh.
b) Terapi relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok meningkatkan
partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan.
c) Terapi sosial
Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain.
d) Terapi kelompok
Group terapi (terapi kelompok): Terapeutik group (kelompok
terapeutik) dan Adjuntive group activity therapy (terapi aktivitas
kelompok
e) Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga
(home like atmosphere).
Isolasi Sosial
3. Klien dapat Setelah … x …. menit 3.1 Diskusikan hobi/ aktivitas yang Membantu klien menemukan
memenuhi interaksi, Klien melakukan disukainya. aktivitas yang disukai dan
kebutuhan dasar aktivitas yang konstukstif 3.2 Anjurkanklien memilih dan melakukan membantu pemenuhan
sesuai dengan minatnya yang aktivitas yang membutuhkan perhatian kebutuhan klien
dapat mengalihkan fokus klien dan keterampilan fisik.
dari wahamnya. 3.3 Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik
yang mebutuhkan perhatian sebagai
pengisi waktu luang.
3.4 Anjurkan klien untuk bertanggung jawab
secara personal dalam
mempertahankan/meningkatkan
kesehatan dan pemulihannya.
3.5 Beri penghargaan bagi setiap upaya
klien yang positif.
4. Klien dapat Setelah .... x … menit 4.1 Diskusikan dengan klien pengalaman- Membantu klien menilai
berinteraksi interaksi klien dapat pengalaman yang tidak menguntungkan hubungannya dengan orang
dengan orang lain menjelaskan gangguan fungsi sebagai akibat dari wahamnya seperti: lain dan membantu klien
dan lingkungan hidup sehari-hari yang a. Hambatan dalam berinteraksi untuk memulai interaksi
diakibatkan ide-ide/ pikiran dengan keluarga. dengan orang lain
yang tidak sesuai dengan b. Hambatan dalam berinteraksi
kenyataan seperti: dengan orang lain.
a. Hubungan dengan c. Hambatan dalam melakukan
keluarga. aktivitas sehari-hari.
b. Hubungan dengan orang d. Perubahan dalam prestasi kerja/
lain. sekolah.
c. Aktivitas sehari-hari.
d. Pekerjaan. 4.2 Ajak klien melihat bahwa waham
e. Sekolah. tersebut adalah masalah yang
f. Prestasi, dan sebagainya membutuhkan bantuan dari orang lain.
a. Diskusikan dengan klien orang/
tempat dia minta bantuan apabila
wahamnya timbul/sulit
dikendalikan.
b. Klien dapat melakukan tehnik
distraksi sebagai cara
menghentikan pikiran yang
terpusat pada wahamnya.
5. Klien dapat 5.1 Setelah … x … menit 5.1 Diskusikan dengan klien tentang Obat-obatan dapat membantu
memanfaatkan interaksi klien manfaat minum obat dan kerugian tidak mengontrol waham yang
obat dengan baik. menyebutkan: minum obat, nama, warna, dosisi, cara, terjadi pada klien
a. Manfaat minum obat. efek terapi, dan efek samping
b. Kerugian tidak penggunaan obat.
minum obat.
c. Nama, warna, dosis,
efek terapi, dan efek
samping obat.
5.2 Setelah … x …. menit 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat. Beri
interaksi klien pujian jika klien menggunakan obat
mendemonstrasikan dengan benar.
penggunaan obat dengan
benar.
2. Klien dapat 2.1 Klien dapat 2.1.1 Diskusikan dengan klien tentang ideal dirinya Untuk mengetahui sampai
mengidentifikasi menyebutkan cita-cita : apa harapan klien bila pulang nanti dan apa dimana realitas dari harapan
kemampuan dan sisi dan harapan sesuai yang menjadi cita-citanya klien
positif yang dimiliki dengan 2.1.2 Bantu klien mengembangkan antara Membantu klien membentuk
kemampuannya keinginan dengan kemampuan yang harapan yang realitas
dimilikinya
3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Diskusikan dengan klien keberhasilan yang Mengingatkan klien bahwa
menyebutkan mengevaluasi dirinya pernah dialaminya tidak selamanya dia gagal
keberhasilan yang Mengetahui sejauh mana
pernah dialaminya 3.2 Klien dapat 3.2.1 Diskusikan dengan klien kegagalan yang kegagalan yang dialami oleh
menyebutkan pernah terjadi pada dirinya klien
kegagalan yang pernah
dialaminya 3.2.2 Beri reinforcement positif atas kemampuan Meningkatkan harga diri klien
klien menyebutkan keberhasilan dan
kegagalan yang pernah dialaminya.
4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 bantu klien merumuskan tujuan yang ingin Agar klien tetap realistis dengan
membuat rencana menyebutkan tujuan dicapai kemampuan yang dimiliki
yang realistis yang ingin dicapai
Menghargai keputusan yang
4.2 Klien dapat membuat 4.2.1 Motivasi klien untuk melakukan kegiatan yang dipilih oleh klien
keputusan dalam telah dipilih
mencapai tujuan Meningkatkan harga diri
Untuk meningkatkan
5. Klien dapat 5.1 Keluarga memberikan 5.1.1 beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang pengetahuan keluarga tentang
memanfaatkan dukungan dan motivasi cara merawat klien dengan harga diri rendah cara merawat klien dengan
system pendukung harga diri rendah
keluarga
Support sistem keluarga akan
5.1.2 bantu keluarga memberi dukungan selama klien sangat berpengaruh dalam
dirawat mempercepat penyembuhan
klien
Isolasi sosial TUM : Setelah diberikan tindakan Bina hubungan saling percaya dengan
Klien dapat berinteraksi keperawatan ….. x pertemuan mengungkapkan prinsip komunikasi
dengan orang lain selama …. menit diharapkan terapeutik.
sehingga pasien tidak klien dapat : 1. Sapa klien dengan ramah baik 1. Hindari
menarik diri dari 1. Klien dapat percaya dan verbal maupun nonverbal menyinggung perasaan klien
lingkungan mengenal perawat dengan 2. Perkenalkan diri dengan sopan 2. Mempermudah
baik 3. Tanyakan nama lengkap klien dan komunikasi dan menunjukkan
TUK : 2. Klien tidak menghindar nama panggilan yang disukai klien keakraban
1. Klien dapat membina saat diajak bicara oleh 4. Jelaskan tujuan pertemuan 3. Mempermudah
hubungan saling perawat 5. Jujur dan menepati janji komunikasi dan menunjukkan
Percaya dengan 3. Klien menyetujui 6. Tunjukan sikap empati dari keakraban
perawat diadakan pertemuan menerima klien dari apa adanya. 4. Klien mengetahui
2. Klien dapat selanjutnya 7. Beri perhatian kepada klien dan magsud pertemuan
menyebutkan perhatikan kebutuhan dasar klien 5. Meningkatkan
penyebab menarik kepercayaan klien
diri. 6. Mempermudah
3. Klien dapat didalm pengkajian klien
menyebutkan 7. Meningkatkan
keuntungan dan hubungan kepercayaan klien
kerugian berinteraksi
dengan orang lain
4. Mendapat
melaksanakan
interaksi sosial secara
bertahap
5. Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya setelah
berinteraksi dengan
orang lain
Setelah diberikan tindakan SP 1 1 Mengetahui penyebab klien berprilaku
keperawatan … x pertemuan 1. Identifikasi penyebab isolasi sosial: isolasi sosial agar bisa menentukan
selama … menit diharapkan siapa yang serumah, siapa yang intervensi yang sesuai sebelum
klien dapat: dekat, yang tidak dekat, dan apa dilanjutkan ke intervensi selanjutnya
1 Mampu menyebutkan sebabnya 2 Memotivasi klien agar mau membuka
penyebab menarik diri 2. Keuntungan punya teman dan diri
2 Mampu menyebutkan bercakap-cakap 3 Memberikan bayangan mengenai
keuntungan berhubungan 3. Kerugian tidak punya teman dan kerugian bila tidak membuka diri
sosial dan kerugian tidak bercakap-cakap 4 Menarik keinginan klien untuk mau
menarik diri 4. Latih cara berkenalan dengan bercakap-cakap dengan temannya
3 Melaksanakan hubungan anggota keluarga 5 Membiasakan klien untuk senantiasa
sosial secara bertahap 5. Masukan pada jadwal kegiatan melakukan tindakan itu dalam
melalui berkenalan untuk latihan berkenalan kesehariannya
VII. EVALUASI
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai respon dan efek dari
tindakan keperawatan klien. Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus,
membandingkan respon klien dengan kriteria hasil yang telah ditemukan.
Evaluasi dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan SOAP (S : respon
subyektif klien, O : respon obyektif klien yang dapat diobservasi oleh perawat,
A : analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
masalah tetap atau muncul masalah baru. P : bila ada masalah baru rencanakan
kembali untuk intervensi selanjutnya). Hasil yang diharapkan pada klien dengan
gangguan isi pikir waham adalah :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.
4. Klien dapat berhubungan dengan realistis
5. Klien mendapat dukungan keluarga.
6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah L . (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Keliat, B.A dan Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC.
Keliat, Budi Anna dan Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
Stuart dan Sunden. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 5. Jakarta. EGC