Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN WAHAM

I. Kasus ( masalah utama)


Waham

II. Proses terjadinya masalah


A. Pengertian
Waham merupakan berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca
bencana, baik kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang
bermakna. Kehilangan menyebabkan stres bagi mereka yang
mengalaminya. Jika stres ini berkepanjangan dapat memicu masalah
gangguan jiwa dan waham (Keliat, 2012).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus
internal dan eksternal melalui proses interaksi atau informasi secara akurat
(Direja, 2011).
Waham yaitu keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh/kuat,
tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensi dan latar
belakang budaya,selalu dikemukakan secara berulang-ulang dan berlebihan,
biarpun telah dibuktikan kemustahilannya/kesalahannya atau tidak benar
secara umum (Azizah, 2011).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tinkat
intlektual dan latar belakang buadaya, ketidakmampuan merespons stimulus
internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi secara akurat
(Yosep, 2013).
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia
yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri
mereka yang terluka (Kalpan & Sadock, 2010).

B. Etiologi
Menurut Maramis (2009) disebutkan hal-hal yang menyebabkan
gangguan isi pikir: waham adalah ketidak mampuan untuk mempercayai
orang lain, panik, menekan rasa takut, stress yang berat yang mengancam
ego yang lemah, kemungkinan faktor herediter.
Secara khusus faktor penyebab timbulnya waham diuraikan dalam
beberapa teori yaitu:
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : Waham dapat dibagi
menjadi 2 teori yang diuraikan sebagai berikut :
a. Teori Biologis
1) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki
anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua,
saudara kandung, sanak saudara lain).
2) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa
kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan
suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus
otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel
pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita
skizofrenia
3) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-
gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan
asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
b. Teori Psikososial
1) Teori sistem keluarga
Menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri
mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas dan
suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu
hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara
orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan
ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke
dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan
mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
2) Teori interpersonal
Menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan
kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang
membingungkan dan penuh konflik serta orang tua tidak
mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
3) Teori psikodinamik
Perkembangan emosi terhambat karena kurangnya rangsangan
atau perhatian ibu, dengan ini seorang bayi mengalami
penyimbangan rasa aman dan gagal untuk membangun rasa
percayanya menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari
suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dalam
suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang tua dan
anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan
mekanisme pertahanan ego pada waktu kecemasan yang
ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering
kali merupakan penampilan dan segmen diri dalam
kepribadian.

2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2013) faktor presipitasi dari waham yaitu:
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis
yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan
balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
b. Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap
stress yang berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap
dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi,
keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik,
masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres
gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan,
pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya. Faktor
yang mempengaruhi terjadinya waham adalah:
1) Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
2) Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3) Hubungan yang tidak harmonis dengan orang tua
4) Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5) Kegagalan yang sering dialami
6) Keturunan, paling sering pada kembar satu telur

C. Rentang Respon Neurobiologis

Adaptif Maldaptif

 Pikiran Logis  Pikiran kadang  Gangguan proses


 Persepsi akurat menyimpang pikir : waham
 Emosi ilusi  Halusinasi
konsisten  Reaksi  Kerusakan emosi
dengan emosional  Perilaku tidak
pengalaman berlebihan dan sesuai
 Perilaku sosial kurang  Ketidakteraturan
 Hubungan  Perilaku tidak isolasi sosial
sosial sesuai
 Menarik diri

Skema Rentang respons neurobiologis Waham


(Sumber : Keliat, 2009)

D. Patopsikologi
Menurut Yosep (2013) proses terjadinya waham terdiri dari
beberapa fase yaitu :
1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status social dan ekonomi sangat
terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat
tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang
sebagai seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman
dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span
history).
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi linkungan tersebut. Padahal self reality jauh dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system
semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-
apa yang ia katakanya adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien
adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi
sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya
toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environmental support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan
klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan control diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan berdosa saat berbohong.

5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dan menghindari interaksi social (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham
bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

E. Tanda dan gejala


Manifestasi klinis adalah tanda dan gejala yang dapat dikaji pada klien
dengan prilaku waham. Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan isi
pikir: waham kebesaran antara lain menyatakan dirinya orang besar,
mempunyai kekuatan pendidikan atau kekayaan yang luar biasa,
menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang,
mengatakan perasaan mengenai penyakit yang ada didalam tubuhnya,
menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan
orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan meningkat, sulit tidur,
tampak apatis, suara monoton, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau
menangis sendiri, rasa sulit percaya pada orang lain (Maramis, 2009). Tanda
dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut.
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dan tidak nyata
b. Individu sangat percaya dengan keyakinannya
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul

3. Perilaku dan hubungan sosial


a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresip
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Stereotiful
h. Imfulsit
i. Curiga
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan berkurang dan
f. Sulit tidur

F. Klasifikasi
Adapun jenis-jenis waham menurut Keliat (2013) waham terbagi atas
beberapa jenis, yaitu :
1. Waham Agama: keyakinan klien terhadap suatu agama secara
berlebihan diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
2. Waham Kebesaran: klien yakin secara berlebihan bahwa ia
memiliki kebesaran atau kekuatan khusus, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Waham somatik : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian
tubuhnya terganggu dan terserang penyakit, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
4. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional
dimana klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
5. Waham nihilistik: klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia atau meninggal, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai
kenyataan.
6. Waham bizar
a. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan
didalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataan.
b. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut
yang dinyatakan secara berulang - ulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan.
c. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari
luar.

G. Penatalaksanaan
Menurut Maramis (2009) pengobatan harus secepat mungkin. Disini
peran keluarga sangat penting karena setelah mendapat perawatan RSJ dan
klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang
sangat penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan
keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
a. Farmakoterapi
1) Neuroleptika dengan dosis efektif rendah bermanfaat pada
penderita skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih baik jika mulai
diberi dalam dua tahun penyakit.
2) Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi lebih bermanfaat
pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat.
3) Litium karbonat; adalah jenis litium yang paling sering
digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian
litium sitial. Litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien
dengan gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3
minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk mencegah
atau megurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan
riwayat mania.
4) Haloperidol; merupakan obat antipsikotik (mayor
tanquiliner) pertama dari turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya
yang pasti tidak diketahui. Haloperidol efektif untuk kelainan
tingkah laku berat pada anak-anak yang sering membangkang dan
eksplosif. Haloperidol juag efektif untuk pengobatan jangka
pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas
motorik berlebihan disertai kelainan tingkah laku seperti :
impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang
labil dan tidak tahan prustasi.
5) Karbamazepine; karbamazepine terbukti efektif dalam
pengobatan kejang psikomotor, serta neuralgia trigeminal.
Karbamazepine secara kimia tidak berhubungan dengan obat
antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang digunakan untuk
mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.
6) Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik low potensial.
Penatalaksaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi
untuk pengamanan pasien.Hal ini berkaitan dengan pengunaan oabt
anti psikotik untuk pasien waham.
(a) Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone). Pilihan awal
Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg,
100mg.
(b) Tipikal (chlorpromizine, haloperidol), chlorpromazine 25-
100mg. efektif utnuk menghilangkan gejala positif.
7) Menarik diri high potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung manarik diri
dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan
dunianya sendiri (khayalan dan pikiran sendiri). Oleh karena itu,
salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri
high potensial. Hal ini berati penatalaksanaannya ditetapkan pada
gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang
berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat
sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari
lingkungan sosial.
8) Terapi Kejang Listrik / Elektro Convulsi Therapy (ECT)
Cara kerja elektro convulsi therapy belum diketahui dengan jelas,
dapat di katakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek
serangan skhizofrenia dan mempermudah kontak dengan klien.
9) Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu
karena berhubungan dengan praktis dengan maksud
mempersiapkan klien kembali kemasyarakat. Selain itu terapi kerja
sangat baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain,
perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan
diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik,
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama,
seperti terapi modalitas yang terdiri dari:
a) Terapi aktivitas:
(1) Terapi musik
Fokus pada : mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi
yaitu menikmati dengan relaksasi jenis musik yang disukai
klien.
(2) Terapi seni
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai
pekerjaan seni.
(3) Terapi menari
Fokus pada : ekspresikan perasaan melalui gerakan tubuh.
b) Terapi relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok meningkatkan
partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan.
c) Terapi sosial
Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain.
d) Terapi kelompok
Group terapi (terapi kelompok): Terapeutik group (kelompok
terapeutik) dan Adjuntive group activity therapy (terapi aktivitas
kelompok
e) Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga
(home like atmosphere).

III. a. Pohon masalah

effect Risiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Isi Pikir: Waham


Core Problem Deficit Perawatan
Diri : Mandi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah


Causa
b. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
Selama proses pengkajian perawat harus mendengarkan,
memperhatikan, mendokumentasikan semua informasi, baik melalui
wawancara maupun observasi yang diberikan oleh pasien tentang
wahamnya. Berikut ini contoh pernyataan yang dapat perawata gunakan.
1) Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap?
2) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah
pasien cuma secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh
dan tidak nyata?
4) Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuh?
5) Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6) Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh
orang lain atau kukuatan dari luar?
7) Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca
pikirannya ?
Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan
masalah keperawatan waham Kebesaran pengkajian terdiri dari 3 kegiatan
yaitu: pengumpulan data, penglompokan data atau analisa data dan
perumusan diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai
sumber data yaitu sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder
seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan, catatandalam berkas
dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : dengan observasi, wawancaradan
pemeriksaan fisik.
Beberapa faktor yang perlu dikaji:
1. Faktor predisposisi.
a. Genetik : diturunkan
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan
konteks limbik
c. Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan
glutamat.
d. Virus : paparan virus influinsa pada trimester III.
e. Psikologi : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
2. Faktor presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan.
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
c. Adanya gejala pemicu.
3. Identitas klien dan penanggung
Pada identitas mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
pendidikan, status perkawinan dan hubungan klien dengan penanggung.
4. Alasan dirawat
Alasan dirawat meliputi : keluhan utama dan riwayat penyakit,
keluhan utama berisi tentang sebab klien atau keluarga datang kerumah
sakit dan keluhan klien saat pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat
faktor predisposisi dan presipitasi. Pada faktor predisposisi dikaji
tentang faktor-faktor pendukung klien gangguan isi pikir : waham
Faktor presipitasi dikaji tentang faktor pencetus klien mengalami
waham.
5. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan kriminal.
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
c. Sosial budaya
Seperti kemiskinan, konflik social budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan terisolasi serta stress yang menumpuk.
6. Aspek fisik atau biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital : Tekanan darah,
nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan.
7. Aspek psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
2) Identitas diri
3) Peran
4) Ideal diri
5) Harga diri
6) Hubungan social dengan orang lain.
7) Spiritual
8. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir),
afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi
pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
9. Kebutuhan persiapan pulang.
a. Kemampuan makan klien
b. Klien mampu BAB dan BAK
c. Mandi atau kebersihan diri klien
d. Istirahat dan tidur klien
e. Pantaupenggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan
setelah minum obat
10. Aspek medik.
Data yang didapat dari pengkajian klien meliputi :
a. Data subyektif
Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan
oleh pasisen dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara
perawat kepada klien dan keluarga.
Mengatakan tidak mampu mengambil/membuat keputusan,
klien mengatakan mempunyai kekuatan super dan maha kuasa,
meyantakan merasa takut dan perasaan tidak nyaman, merasa
cemas,sulit untuk tidur, isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan. Mengatakan dirinya orang besar, mempunyai kekuatan
yang luar biasa, pendidikan yang tinggi, kekayaan yang melimpah,
dikenal dan disukai banyak orang, Mengatakan merasa tidak takut,
perasaan tidak nyaman, merasa cemas, mengatakan sulit untuk
tidur, mengatakan perasaan mengenal penyakit yang ada dalam
tubuhnya dikirim oleh orang lain, mengatakan perasaan tidak malu
untuk bergaul bersama orang lain, mengatakan sering menceritakan
masalahnya pada orang lain.
b. Data obyektif
Data obyektif yaitu data yang ditemukan secara nyata. Data ini
didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh
perawat.
Klien kadang - kadang tampak panik, tidak mampu untuk
berkonsentrasi, waham atau ide-ide yang salah, ekspresi muka
kadang sedih, kadang - kadang gembira, tidak mampu
membedakan khayalan dan kenyataan, sering tidak memperlihatkan
kebersihan diri, gelisah, tidak bisa diam (melangkah bolak - balik)
mendominasi pembicaraan, mudah tersinggung, menolak makan
dan minum obat, jarang mengikuti atau mau mengikuti kegiatan-
kegiatan sosial, penampilan kurang bersih, sering terbangun pada
dini hari, tatapan mata tajam, selalu mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.Usaha bunuh diri atau membunuh orang lain,
menolak makan atau minum obat, tidak ada perhatian terhadap
asuhan mandiri, ekspresi muka sedih/gembira, ketakutan, gerakan
tidak terkontrol mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai
kenyataan, tidak bisa membedakan antara yang nyata dengan yang
tidak nyata, menghindar dari orang lain, mendominasi
pembicaraan, berbicara kasar, kegiatan keagamaan secara
berlebihan.

IV. Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan yang umum muncul pada klien dengan gangguan
proses pikir : waham yaitu:
a. Gangguan proses pikir: waham.
b. Harga diri rendah
c. Isolasi sosial
d. Defisit perawatan diri
e. Risiko perilaku kekerasan
V. INTERVENSI TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Diagnosa keperawatan: gangguan proses pikir : waham
No Hari, Tanggal Diagnosa Rencana tindakan Keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan keperawatan Rasional
Keperawatan
Gangguan TUM: 1.1 Setelah …. x .... menit 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya
isi pikir: waham Klien dapat interaksi klien menggunakan prinsip komunikasi merupakan dasar untuk
mengontrol menunjukkan tanda-tanda terapeutik dengan cara : kelancaran hubungan interaksi
wahamnya. percaya kepada perawat: a. Sapa klien dengan ramah baik selanjutnya
a. Ekspresi wajah verbal maupun non verbal
TUK: bersahabat, b. Perkenalkan diri dengan sopan
1. Klien dapat b. Menunjukkan rasa c. Tanyakan nama lengkap klien dan
membina senang, nama panggilan yang disukai
hubungan saling c. Ada kontak mata, d. Jelaskan tujuan pertemuan
percaya dengan mau berjabat tangan, e. Jujur dan menepati janji
perawat d. Mau menyebutkan f. Tunjukkan sikap empati dan
nama, menerima klien apa adanya
e. Mau menjawab g. Berikan perhatian kepada klien dan
salam, perhatian kebutuhan dasar klien
f. Klien mau duduk
berdampingan
dengan perawat,
g. Mau mengutarakan
masalah yang
dihadapi.
2. Klien dapat 2.1 Setelah x …. menit 2.1 Bantu klien untuk mengungkapkan Ungkapan perasaan dapat
berorientasi pada interaksi, klien perasaan dan pikirannya. menjadi data bagi perawat
realitas secara menceritakan ide-ide a. Diskusikan dengan klien permasalahan yang sedang
bertahap dan perasaan yang pengalaman yang dialami selama dihadapi klien
muncul secara berulang ini termasuk hubungan dengan
dalam pikirannya. orang yang berarti, lingkungan
kerja, sekolah, dan sebagainya
b. Dengarkan pernyataan klien dengan
empati, tanpa mendukung atau
menentang pernyataan wahamnya.
c. Katakan perawat dapat memahami
apa yang diceritakan klien.

2.2 Setelah … x … menit 2.2 Bantu klien untuk mengidentifikasi


interaksi, klien dapat kebutuhan yang tidak terpenuhi serta
mengidentifikasi stresor/ kejadian yang menjadi faktor pencetus
pencetus wahamnya wahamnya.
(triggers faktor), klien a. Diskusikan dengan klien kejadian- Untuk mengetahui faktor
dapat menyebutkan kejadian traumatik yang predisposisi dan faktor
kejadian-kejadian, sesuai menimbulkan rasa takut, ansietas presipitasi terjadinya masalah
dengan urutan waktu maupun perasaan tidak dihargai. waham pada klien
serta harapan/kebutuhan b. Diskusikan kebutuhan/harapan
dasar yang tidak yang belum terpenuhi.
terpenuhi, seperti: harga c. Diskusikan dengan klien cara-cara
diri, rasa aman, dan mengatasi kebutuhan yang tidak
sebagainya. terpenuhi dan kejadian yang
traumatis.
d. Diskusikan dengan klien apakah
ada halusinasi yang meningkatkan
pikiran/ perasaan yang terkait
wahamnya.
e. Diskusikan dengan klien hubungan
antara kejadian-kejadian tersebut
dengan wahamnya.

2.3 Bantu klien mengidentifikasi


keyakinannya yang salah tentang situasi
2.3 Setelah … x … menit yang nyata (bila klien sudah siap).
interaksi, klien dapat a. Diskusikan dengan klien
menyebutkan perbedaan pengalaman wahamnya tanpa
pengalaman nyata beragumentasi.
dengan pengalaman b. Katakan kepada klien akan
waham klien keraguan perawat terhadap
pernyataan klien.
c. Diskusikan dengan klien respon
perasaan terhadap wahamnya. Membantu klien kembali
d. Diskusikan frekuensi, intensitas. kepada realita yang
dan durasi terjadinya waham. sebenarnya.
e. Bantu klien membedakan situasi
nyata dengan situasi yang
dipersepsikan salah oleh klien.
f. Libatkan klien dalam TAK
orientasi realita.
g. Bicarakan dengan klien topik-
topik yang nyata

3. Klien dapat Setelah … x …. menit 3.1 Diskusikan hobi/ aktivitas yang Membantu klien menemukan
memenuhi interaksi, Klien melakukan disukainya. aktivitas yang disukai dan
kebutuhan dasar aktivitas yang konstukstif 3.2 Anjurkanklien memilih dan melakukan membantu pemenuhan
sesuai dengan minatnya yang aktivitas yang membutuhkan perhatian kebutuhan klien
dapat mengalihkan fokus klien dan keterampilan fisik.
dari wahamnya. 3.3 Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik
yang mebutuhkan perhatian sebagai
pengisi waktu luang.
3.4 Anjurkan klien untuk bertanggung jawab
secara personal dalam
mempertahankan/meningkatkan
kesehatan dan pemulihannya.
3.5 Beri penghargaan bagi setiap upaya
klien yang positif.
4. Klien dapat Setelah .... x … menit 4.1 Diskusikan dengan klien pengalaman- Membantu klien menilai
berinteraksi interaksi klien dapat pengalaman yang tidak menguntungkan hubungannya dengan orang
dengan orang lain menjelaskan gangguan fungsi sebagai akibat dari wahamnya seperti: lain dan membantu klien
dan lingkungan hidup sehari-hari yang a. Hambatan dalam berinteraksi untuk memulai interaksi
diakibatkan ide-ide/ pikiran dengan keluarga. dengan orang lain
yang tidak sesuai dengan b. Hambatan dalam berinteraksi
kenyataan seperti: dengan orang lain.
a. Hubungan dengan c. Hambatan dalam melakukan
keluarga. aktivitas sehari-hari.
b. Hubungan dengan orang d. Perubahan dalam prestasi kerja/
lain. sekolah.
c. Aktivitas sehari-hari.
d. Pekerjaan. 4.2 Ajak klien melihat bahwa waham
e. Sekolah. tersebut adalah masalah yang
f. Prestasi, dan sebagainya membutuhkan bantuan dari orang lain.
a. Diskusikan dengan klien orang/
tempat dia minta bantuan apabila
wahamnya timbul/sulit
dikendalikan.
b. Klien dapat melakukan tehnik
distraksi sebagai cara
menghentikan pikiran yang
terpusat pada wahamnya.
5. Klien dapat 5.1 Setelah … x … menit 5.1 Diskusikan dengan klien tentang Obat-obatan dapat membantu
memanfaatkan interaksi klien manfaat minum obat dan kerugian tidak mengontrol waham yang
obat dengan baik. menyebutkan: minum obat, nama, warna, dosisi, cara, terjadi pada klien
a. Manfaat minum obat. efek terapi, dan efek samping
b. Kerugian tidak penggunaan obat.
minum obat.
c. Nama, warna, dosis,
efek terapi, dan efek
samping obat.
5.2 Setelah … x …. menit 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat. Beri
interaksi klien pujian jika klien menggunakan obat
mendemonstrasikan dengan benar.
penggunaan obat dengan
benar.

5.3 Setelah … x …. menit 5.3 Diskusikan akibat berhenti minum obat


interaksi klien tanpa konsultasi dengan dokter. Anjukan
menyebutkan akibat klien untuk konsultasi kepada
berhenti minum obat tanpa dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang
konsultasi dokter. tidak diinginkan.
6. Klien mendapat 6.1 Setelah … x …. menit 6.1 Diskusikan pentingnya peran serta Keluarga merupakan unit
dukungan interaksi keluarga dapat keluarga sebagai pendukung untuk terkecil dan yang paling dekat
keluarga. menjelaskan tentang mengatasu waham. dengan klien. Oleh karena itu
waham yang terjadi pada a. Diskusikan potensi keluarga untuk dukungan keluarga dapat
klien, meliputi: membatu klien mangatasi waham. menjadi reinforcement positif
a. Pengertian waham. b. Jelaskan pada keluarga tentang: bagi klien
b. Tanda dan gejala - Pengertian waham.
waham. - Tanda dan gejala waham.
c. Penyebab dan akibat - Penyebab dan akibat waham.
waham. - Cara merawat klien waham.
d. Cara merawat klien
waham. 6.2 Latih keluarga cara merawat waham.
a. Tanyakan perasaan keluarga
6.2 Setelah … x … menit setelah mencoba cara yang
interaksi, keluarga dapat dilatihkan.
memfasilitasi b. Beri pujian kepada keluarga atas
memperaktekan cara keterlibatannya merawat klien
merawat klien waham dirumah sakit.

6.3 Setelah … x … menit 6.3 Diskusikan dengan keluarga tentang


interaksi, keluarga dapat pentingnya pengobatan teratur bagi klien
mempertahankan program
pengobatan klien secara
optimal

b. Diagnosa keperawatan: gangguan proses pikir : harga diri rendah


N Hari, Diagnosa Rencana tindakan Keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan keperawatan Rasional
o Tanggal Keperawatan
Harga diri TUM : Setelah diberikan tindakan
rendah Klien dapat berhubungan keperawatan …x
dengan orang lain tanpa pertemuan selama …hari di
merasa rendah diri mana setiap pertemuan
lamanya ….. menit,
TUK : diharapkan
1. Klien dapat 1.1 klien dapat membina 1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan klien Hubungan saling percaya
membina hubungan hubungan saling percaya di dengan menggunakan komunikasi terapeutik, sebagai dasar interaksi perawat
saling percaya mana ekspresi wajah yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara dan klien
bersahabat, klien tampak verbal maupun nonverbal, perkenalkan nama
tenang, mau berjabat perawat, tanyakan nama lengkap klien dan
tangan, membalas salam, panggilan yang disukai. Jelaskan tujuan
serta mau duduk dekat pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap
perawat empati dan menerima klien apa adanya.

1.1.2 Dorong klien mengungkapkan perasaannya Mengetahui masalah yang


dialami oleh klien
1.1.3 Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan Agar klien merasa diperhatikan
empati

2. Klien dapat 2.1 Klien dapat 2.1.1 Diskusikan dengan klien tentang ideal dirinya Untuk mengetahui sampai
mengidentifikasi menyebutkan cita-cita : apa harapan klien bila pulang nanti dan apa dimana realitas dari harapan
kemampuan dan sisi dan harapan sesuai yang menjadi cita-citanya klien
positif yang dimiliki dengan 2.1.2 Bantu klien mengembangkan antara Membantu klien membentuk
kemampuannya keinginan dengan kemampuan yang harapan yang realitas
dimilikinya

3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Diskusikan dengan klien keberhasilan yang Mengingatkan klien bahwa
menyebutkan mengevaluasi dirinya pernah dialaminya tidak selamanya dia gagal
keberhasilan yang Mengetahui sejauh mana
pernah dialaminya 3.2 Klien dapat 3.2.1 Diskusikan dengan klien kegagalan yang kegagalan yang dialami oleh
menyebutkan pernah terjadi pada dirinya klien
kegagalan yang pernah
dialaminya 3.2.2 Beri reinforcement positif atas kemampuan Meningkatkan harga diri klien
klien menyebutkan keberhasilan dan
kegagalan yang pernah dialaminya.

4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 bantu klien merumuskan tujuan yang ingin Agar klien tetap realistis dengan
membuat rencana menyebutkan tujuan dicapai kemampuan yang dimiliki
yang realistis yang ingin dicapai
Menghargai keputusan yang
4.2 Klien dapat membuat 4.2.1 Motivasi klien untuk melakukan kegiatan yang dipilih oleh klien
keputusan dalam telah dipilih
mencapai tujuan Meningkatkan harga diri

4.2.2 Berikan pujian atas keberhasilan yang telah


dilakukan

Untuk meningkatkan

5. Klien dapat 5.1 Keluarga memberikan 5.1.1 beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang pengetahuan keluarga tentang
memanfaatkan dukungan dan motivasi cara merawat klien dengan harga diri rendah cara merawat klien dengan
system pendukung harga diri rendah
keluarga
Support sistem keluarga akan
5.1.2 bantu keluarga memberi dukungan selama klien sangat berpengaruh dalam
dirawat mempercepat penyembuhan
klien

Meningkatkan peran serta


5.2 Keluarga memahami 5.2.1 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di keluarga dalam merawat klien
jadwal kegiatan rumah di rumah.
harian klien
Untuk meningkatkan
5.2.2 Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien pengetahuan keluarga tentang
di rumah perawatan klien di rumah

Meningkatkan harga diri klien


5.2.3 Anjurkan memberi pujian pada klien setiap
berhasil

c. Diagnosa keperawatan: Isolasi social


No Hari, Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
Tanggal Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan

Isolasi sosial TUM : Setelah diberikan tindakan Bina hubungan saling percaya dengan
Klien dapat berinteraksi keperawatan ….. x pertemuan mengungkapkan prinsip komunikasi
dengan orang lain selama …. menit diharapkan terapeutik.
sehingga pasien tidak klien dapat : 1. Sapa klien dengan ramah baik 1. Hindari
menarik diri dari 1. Klien dapat percaya dan verbal maupun nonverbal menyinggung perasaan klien
lingkungan mengenal perawat dengan 2. Perkenalkan diri dengan sopan 2. Mempermudah
baik 3. Tanyakan nama lengkap klien dan komunikasi dan menunjukkan
TUK : 2. Klien tidak menghindar nama panggilan yang disukai klien keakraban
1. Klien dapat membina saat diajak bicara oleh 4. Jelaskan tujuan pertemuan 3. Mempermudah
hubungan saling perawat 5. Jujur dan menepati janji komunikasi dan menunjukkan
Percaya dengan 3. Klien menyetujui 6. Tunjukan sikap empati dari keakraban
perawat diadakan pertemuan menerima klien dari apa adanya. 4. Klien mengetahui
2. Klien dapat selanjutnya 7. Beri perhatian kepada klien dan magsud pertemuan
menyebutkan perhatikan kebutuhan dasar klien 5. Meningkatkan
penyebab menarik kepercayaan klien
diri. 6. Mempermudah
3. Klien dapat didalm pengkajian klien
menyebutkan 7. Meningkatkan
keuntungan dan hubungan kepercayaan klien
kerugian berinteraksi
dengan orang lain
4. Mendapat
melaksanakan
interaksi sosial secara
bertahap
5. Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya setelah
berinteraksi dengan
orang lain
Setelah diberikan tindakan SP 1 1 Mengetahui penyebab klien berprilaku
keperawatan … x pertemuan 1. Identifikasi penyebab isolasi sosial: isolasi sosial agar bisa menentukan
selama … menit diharapkan siapa yang serumah, siapa yang intervensi yang sesuai sebelum
klien dapat: dekat, yang tidak dekat, dan apa dilanjutkan ke intervensi selanjutnya
1 Mampu menyebutkan sebabnya 2 Memotivasi klien agar mau membuka
penyebab menarik diri 2. Keuntungan punya teman dan diri
2 Mampu menyebutkan bercakap-cakap 3 Memberikan bayangan mengenai
keuntungan berhubungan 3. Kerugian tidak punya teman dan kerugian bila tidak membuka diri
sosial dan kerugian tidak bercakap-cakap 4 Menarik keinginan klien untuk mau
menarik diri 4. Latih cara berkenalan dengan bercakap-cakap dengan temannya
3 Melaksanakan hubungan anggota keluarga 5 Membiasakan klien untuk senantiasa
sosial secara bertahap 5. Masukan pada jadwal kegiatan melakukan tindakan itu dalam
melalui berkenalan untuk latihan berkenalan kesehariannya

Setelah dilakukan tindakan SP 2


keperawatan … x pertemuan 1. Evaluasi kegiatan berkenalan 1 Mengetahui tingkat perkembangan
selama …. menit diharapkan (berapa orang). Beri pujian kemampuan klien
klien dapat: 2. Latih cara berbicara saat 2 Membuat klien dapat berkomunakasi
1 Berkenalan dengan orang melakukan kegiatan harian (latih 2 secara terstruktur
lain sesuai target yang kegiatan) 3 Membiasakan klien untuk senantiasa
telah ditentukan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan melakukan tindakan dalam
1. Meningkatk untuk latihan berkenalan 2-3 orang kesehariannya
an kemampuan dalam tetangga atau tamu, berbicara saat
berkomunikasi melakukan kegiatan harian
Setelah dilakukan tindakan SP 3
keperawatan … x pertemuan 1. Evaluasi kegiatan latihan 1 Mengetahui tingkat perkembangan
selama … menit diharapkan berkenalan (berapa orang) & bicara kemampuan klien
klien dapat: saat melakukan dua kegiatan
harian. Beri pujian
1. Berkenalan 2. Latih cara berbicara saat 2 Melatih klien dapat berkomunakasi
dengan orang lain sesuai melakukan kegiatan harian (2 secara terstruktur dan menambah
target yang telah kegiatan baru) pengetahuan klien
ditentukan dan 3 Membiasakan klien untuk senantiasa
meningkatkan tingkat 3. Masukkan pada jadual kegiatan melakukan tindakan tersebut dalam
kemampuan bicara klien untuk latihan berkenalan 4-5 orang, kesehariannya
2. Meningkatk berbicara saat melakukan 4
an kemampuan dalam kegiatan harian
berkomunikasi secara
bertahap

d. Diagnosa keperawatan: Defisit perawatan diri b.d menarik diri


N Hari, Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
o Tanggal Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Kurang Tujuan umum - - -
perawatan diri Pasien mengungkapkan
b.d menarik diri keinginan untuk melakukan
kegiatan hidup sehari-hari
Tujuan khusus 1 1. Klien mampu 1. Dukung pasien untuk melakukan Kegiatan mandiri dapar meningkatkan
Klien mampu melakukan melakukan aktivitas kegiatan hidup sehari-hari sesuai kemampuan aktivitas yang dapat dilakukan
kegiatan hidup sehari-hari sehari-hari tingkat kemampuan pasien klien
secara mandiri dan 2. Pasien makan sendiri 2. Dukung kemandirian pasien, tapi
mendemontrasikan suatu tanpa bantuan. berikan bantuan saat pasien tidak
keinginan untuk 3. Pasien memilih dapat melakukan beberapa
melakukannya pakaian yang sesuai, kegiatan
berpakaian merawat 3. Perlihatkan secara konkret,
dirinya tanpa bantuan. bagaimana melakukakn kegiatan
4. Pasien yang menurut pasien sulit
mempertahankan melakukannya
kebersihan diri secara 4. Bantu dalam menyiapkan
optimal dengan perlengkapan ADLs
mandi setiap hari dan 5. Berikan pengakuan dan
melakukan prosedur penghargaan positif untuk
defekasi dan kemampuannya mandiri
berkemih tanpa
bantuan.

e. Diagnosa keperawatan: Risiko Perilaku Kekerasan


No Hari, Diagnosa Rencana tindakan Keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan keperawatan Rasional
Tanggal Keperawatan
Risiko Perilaku TUM : Setelah diberikan tindakan Bina hubungan saling percaya Bina hubungan saling percaya sangat
Kekerasan Klien dapat mengontrol keperawatan x pertemuan dengan prinsip komunikasi penting dilakukan terlebih dahulu agar dapat
perilaku kekerasan selama ….. menit terapeutik melakukan intervensi-intervensi selanjutnya
diharapkan klien dapat : 1. Sapa klien dengan ramah baik untuk mencapai rencana tujuan.
TUK: 1. Ekspresi wajah verbal maupun nonverbal
1. Klien dapat membina bersahabat, 2. Perkenalkan diri dengan sopan
hubungan saling percaya menunjukan rasa senang, 3. Tanyakan nama lengkap klien
2. Klien dapat klien bersedia berjabat dan nama panggilan
mengidentifikasi tangan, klien bersedia 4. Jelaskan tujuan pertemuan
penyebab perilaku menyebutkan nama, ada 5. Jujur dan menempati janji
kekerasan kontak mata, klien 6. Tunjukan sikap empati dan
3. Klien dapat mengontrol bersedia duduk menerima klien apa adanya
perilaku kekerasannya berdampingan dengan 7. Beri perhatian pada
dengan latihan fisik perawat, klien bersedia pemenuhan kebutuhan dasar
4. Klien dapat mengontrol mengutarakan masalah klien
perilaku kekerasannya yang dihadapinya
dengan obat
5. Klien dapat mengontrol
PK secara verbal
6. Klien dapat mengontrol
PK dengan spiritual
Setelah diberikan tindakan SP 1:
keperawatan … x pertemuan a. Identifikasi penyebab, tanda Mengajarkan cara mengontrol PK dengan
selama …..menit dan gejala, PK yang dilakukan, latihan fisik: memukul bantal dan merobek
diharapkan klien dapat : akibat PK kertas
1. Menyebutkan penyebab, b. Jelaskan cara mengontrol PK:
tanda dan gejala PK fisik, obat, verbal, spiritual
2. Mengetahui cara c. Latihan cara mengontrol PK
mengontrol PK dengan fisik 1&2
latihan fisik, obat, verbal, d. Masukkan pada jadwal
spiritual kegiatan untuk latihan fisik
3. Mengontrol PK dengan
latihan fisik 1&2
Setelah diberikan tindakan SP 2:
keperawatan x pertemuan a. Evaluasi kegiatan latihan fisik Mengajarkan cara mengontrol halusinasi
selama …. menit 1 dan 2. Beri pujian dengan minum obat
diharapkan klien dapat : b. Latih cara mengontrol PK
1. Mengontrol PK dengan dengan obat (6 benar: jenis,
obat yang diberikan guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat)
c. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan fisik
dan minum obat
Setelah diberikan tindakan SP 3:
keperawatan …. x pertemuan a. Evaluasi kegiatan latihan fisik Mengajarkan cara mengontrol PK secara
selama ……..menit 1,2 dan obat. Beri pujian verbal.
diharapkan klien dapat : b. Latih cara mengontrol PK
1. Mengontrol PK secara secara verbal (3 cara, yaitu:
verbal (3 cara, yaitu: mengungkapkan, meminta,
mengungkapkan, menolak dengan benar)
meminta, menolak c. Masukan pada jadwal
dengan benar) kegiatan untuk latihan fisik,
minum obat dan verbal.
Setelah diberikan tindakan SP 4:
keperawatan … x pertemuan a. Evaluasi kegiatan latihan fisik Mengajarkan cara mengontrol PK dengan
selama …..menit 1,2 dan obat dan verbal. Beri spiritual.
diharapkan klien dapat : pujian
1. Mengontrol PK dengan b. Latih cara mengontrol
spiritual spiritual (sembahyang,
mendengarkan Tri Sandya)
c. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan fisik
1,2 dan obat dan verbal dan
spiritual.
VI. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan
perawat perlu menvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih
dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya saat ini. Pelaksanaan terdiri dari lima
aspek, yaitu diagnosa, pelaksanaan, evaluasi, modifikasi dan paraf.

VII. EVALUASI
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai respon dan efek dari
tindakan keperawatan klien. Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus,
membandingkan respon klien dengan kriteria hasil yang telah ditemukan.
Evaluasi dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan SOAP (S : respon
subyektif klien, O : respon obyektif klien yang dapat diobservasi oleh perawat,
A : analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
masalah tetap atau muncul masalah baru. P : bila ada masalah baru rencanakan
kembali untuk intervensi selanjutnya). Hasil yang diharapkan pada klien dengan
gangguan isi pikir waham adalah :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi.
4. Klien dapat berhubungan dengan realistis
5. Klien mendapat dukungan keluarga.
6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah L . (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogyakarta: Nuha Medika

Kaplan and Sadock. (2010). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara

Keliat, B.A dan Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC.

Keliat, Budi Anna dan Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC

Maramis, Willy F. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2. Surabaya. Airlangga


University Press

Stuart dan Sunden. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 5. Jakarta. EGC

Yosep, I. (2013). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai