Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh
NURUK NIKMAH
19.04.022

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
T.A 2019/202
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial

II. PROSES TERJADIYA MASALAH


A. PENGERTIAN
 Menurut Depkes RI (2000), kerusakan interaksi sosial merupakan suatu
gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak
fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial.
 Menurut Balitbang (2007), merupakan upaya menghindari suatu hubungan
komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien
mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan mengisotasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak
sanggup berbagi pengalaman.
 Menurut Stuart dan Sundeen (1998), kerusakan interaksi sosial adalah satu
gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptif, dan mergganggu
fungsi individu dalam hubungan sosialnya.
 Menurut Towsend (1998), kerusakan interaksi sosial adalah suatu keadaan
dimaria seeorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan
kualitas yang tidak efektif. Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial
mengalami kesutitan dalam berinteraksi dengan orang lain salah satunya
mengarah pada menarik diri.
 Menurut Rawlins, 1993 dikutip Keliat (2001), menarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain.
B. RENTANG RESPON

Adapatif Maladapatif

- Menyendiri - Merasa sendiri - Menarik diri


- Otonomi - Dependensi - Ketergantungan
- Bekerjasama - Curiga - Manipulasi
- Interdependen - Curiga

Gambar 3-1. Rentang respons isolasi sosial

Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial:
 Respons adaptif
Respons adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oteh norma-
norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain
individu tersebut masih dalam Batas normal ketika menyelesaikan masalah.
Berikut ini adalah sikap yang termasuk respons adaptif.
a. Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan .dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial
c. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain.
d. Interdependeri, saling ketergantungan antara
e. individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

 Respon maladaptif
Respons mal adaptip adalah respons yang menyimpang dari norma sosial
dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah peritaku yang termasuk
respons matadaptif.
a. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesutitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
c. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
d. Curiga, seseorang gagat mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.

C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


 Faktor Predisposisi
 Faktor tubuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuht maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat
menimbutkan masalah.

Tahap Perkembangan

Masa Bayi Menetapkan rasa percaya


Masa pra sekolah Mengembangkan otonomi dan awal perilaku
mandiri
Masa sekolah Belajar menunjukkan inisiatif, rasa gangguan
Masa pra remaja Belajar berkompetisi, bekerjasama dan
berkompromi
Masa remaja Menjadi intim dengan teman lawan sesama
jenis atau bergantung
Masa dewasa muda MEnjadi saling bergantung a ntara orang tua
dan teman, mencari pasangan, menikah dan
mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah
dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan dengan
budaya.

 Faktor komunikasi dalam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang
termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbutkan
ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota
keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di Luar keluarga.
 Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan
suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal
ini disebabkan oleh norma-norma yang satah dianut oleh keluarga,
dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti usia tanjut,
berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dan lingkungan
sosialnya.
 Faktor biotogis
Faktor biologis juga merupakan satah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat memengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misatnya pada klien
skizofrenia yang mengatami masalah dalam hubungan sosial memiliki
struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan
ukuran dan bentuk set-set dalam limbic dan daerah kortikal.
 Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor
internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
 Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbutkan
oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
 Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas
atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini
dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
tidak terpenuhinya kebutuhan individu.

D. PATOFISIOLOGIS
Berikut tanda dan gejala isolasi social:
- Kurang spontan
- Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan)
- Ekspresi wajah kurang berseri
- Tidak merawta diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
- Tidak ada atu komuniksai verbal
- Mengisolasi diri
- Tidak sadar terhadap lingkungan disekitarnya
- Asupan makanan dan minuman terganggu
- Aktivitas menurun
- Kurang energy
- Rendah diri
- Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (pada saat tidur)
E. MEKANISME KOPING
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan
dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik.
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadaian antisocial antara lain
proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan
gangguankepribadaian ambang splitting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi
orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyeksi

F. POHON MASALAH
Risti mencederai diri, orang lain, dan
lingkungan

Defisit perawatan diri


GPS : Halusinasi

Intoleransi Aktifitas Isolasi Sosial

Harga diri rendah kronis

Koping keluarga tidak efektif


Koping individu tidak efektif

Gambar 3.2. Pohon masalah isolasi sosial

G. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Isolasi sosial
2. Harga did rendah kronis
3. Perubahan persepsi sensori hatusinasi
4. Koping individu tidak efektif
5. Koping keluarga tidak efektif
6. Intoleransi aktivitas
7. Defisit perawat diri
8. Risiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

H. DATA YANG PERLU DI KAJI

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


Subjektif :
 Klien mengatakan malas bergaul
dengan orang lain
 Klien mengatakan dirinya tidak
ingin ditemani perawat dan
meminta untuk sendirian
 Klien mengatakan tidak mau
berbicara dengan orang lain
 Tidak mau berkomunikasi
 Data tentang klien biasanya
didapat dari keluarga yang
mengetahui keterbatasan klien
(suami, istri, anak, ibu, ayah,
atau teman dekat)
Objektif
 Kurang spontan
 Apatis, acuh terhadap
lingkungan
 Ekspresi wajah kurang berseri
 Tidak merwat diri dan tnidak
memperhatikan kebersihan diri
 Tidak ada atau kurang
komunikasi verbal
 Mengisolasi diri
 Tidak atau kurang sadar
terhadap lingkungan sekitarnya
 Asupan makanan dan minuman
terganggu
 Retensi urine dan feses
 Aktivitas menurun
 Kurang berenergi atau bertenaga
 Rendah diri
 Postur tubuh berubah, misalnya
sikap fetus atau janin (khususnya
pada posisi tidur)
I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Pasien mampu: Setelah .. x SP.1
- Menyadari pertemuan, pasien  ldentifikasi penyebab
penyebab isolasi sosial. mampu : - Siapa yang satu rumah
- Berinteraksi
- Membina hubungan dengan pasien
dengan orang lain.
sating percaya - Siapa yang dekat dengan
- Menyadari pasien
penyebabisolasi - Siapa yang tidak dekat
sosial, keuntungan dengan pasien
dan kerugian  Tanyakan keuntungan dan
berinteraksi dengan kerugian berinteraksi dengan
orang lain. orang lain
- Melakukan interaksi - Tanyakan pendapat pasien
dengan orang lain tentang kebiasaan
secara bertahap. berinteraksi dengan orang
lain.
- Tanyakan apa yang
menyebabkan pasien tidak
ingin berinteraksi dengan
orang lain)
- Diskusikan keuntungan
bila pasien memiliki
banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka.
- Diskusikan kerugian bila
pasien hanya mengurung
din dan tidak bergaut
dengan orang lain.
- Jelaskan pengaruh isolasi
sosial terhadap kesehatan
fisik pasien
 Latih berkenalan
- Jelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang
lain.
- Berikan contoh cara
berinteraksi dengan orang
lain.
- Ben kesempatan pasien
mempraktekkan cara
berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan
dihadapan perawat.
- Mulaitah bantu pasien
berinteraksi dengan satu
orang teman / anggota
keluarga.
- Bila pasien sudah
menunjukkan kemajuan,
tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2,3,4
orang dan seterusnya.
- Beri pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang
telah dilakukan oleh
pasien.
- Siap mendengarkan
ekspresi perasaan pasien
setelah berinteraksi dengan
prang lain, mungkin pasien
akan mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya, beri
dorongan terus menerus
agar pasien tetap semangat
meningkatkan
interaksinya.
- Masukkan jadwal kegiatan
pasien.

SP 2
- Evaluasi kegiatan yang
tatu (SP 1)
- Latih berhubungan sosial
secara bertahap
- Masukkan datam jadwal
kegiatan pasien

SP 3
- Evaluasi kegiatan yang
tato (SP1 dan 2)
- Latih cara berkenalan
dengan 2 orang atau tebih
- Masukkan datam jadwal
kegiatan pasien

- keluarga mampu Setelah …….x SP-1


merawat pasien pertemuan, keluarga - Identifikasi masalah yang
denganisolasi mampu menjelaskan dihadapi datam merawat
sosial tentang : pasien
di rumah - Masalah isolasi - Penjelasan isolasi sosial
sosial dan - Cara merawat pasien
dampaknya pada isolasi sosial
pasien. - Latih (simulasi)
- Penyebab isolasi - RTL keluarga / jadwal
sosial keluarga untuk merawat
- Sikap keluarga untuk pasien
membantu pasien SP-2
mengatasi isolasi - Evaluasi kemampuan SP 1
sosialnya. - Latih (langsung ke pasien).
- Pengobatan yang - RTL keluarga / jadwal
berkelanjutan dan keluarga untuk merawat
mencegah putus obat pasien
- Tempat rujukan dan SP-3
fasilitas kesehatan - Evaluasi kemampuan SP 1
yang tersedia bagi - Latih (langsung ke pasien)
pasien. - RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk merawat
pasien.
SP-4
- Evatuasi kemampuan
keluarga
- Evaluasi kemampuan
pasien
- Rencana tindak lanjut
keluarga
- Follow Up
- rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Dialami, Ermawati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan jiwa”.
Jakarta : CV. Trans Info Media

Anna Keliat, Budi, dkk. 2002. Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa. Malang :
Fakultas Kedokmteran Universitas Brawijaya.

Yoseph, Iyas. 2007. Keperawatan Jiwa. Refita Aditama : Bandung

Anda mungkin juga menyukai