Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

1. Konsep Dasar Teori

a. Pengertian

Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan

yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan

mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart, 2016).

Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu citra tubuh (body

image), ideal diri (self-ideal), harga diri (self-esteem), peran diri (self-

role), dan identitas diri (self-identity) (Suliswati, 2015).

Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif

mengenai diri dan kemampuannya dalam waktu lama dan terus

menerus (NANDA, 2012). Stuart (2013) menyatakan harga diri rendah

adalah evaluasi diri negatif yang berhubungan dengan perasaan yang

lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak

berharga, dan tidak memadai. Harga diri rendah merupakan perasaan

tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan

akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri

(Keliat dkk, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi

penurunan gejala dan peningkatan kemampuan klien harga diri rendah

kronis secara signifikan setelah diberikan tindakan keperawatan

(Pardede, Keliat, dan Wardani, 2013).


Pengertian komponen konsep diri, menurut Stuart (2016), terdiri

dari :

1) Citra Tubuh adalah Kumpulan sikap individu yang disadari dan

tidak disadari terhadap tubunya, Termasuk persepsi serta perasaan

masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan

potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara berkesinambungan dengan

persepsi dan pengalaman baru.

2) Ideal diri adalah persepsi individu tantang bagaimana dia

seharusnya berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan, atau

nilai personal tertentu.

3) Harga diri adalah penampilan individu tentang nilai personal yang

diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya

dengan ideal diri.

4) Peran diri adalah serangkaan pola perilaku yang diharapkan oleh

lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai

kelompok sosial.

5) Identitas diri adalah prinsip pengorganisasian kepribadian yang

bertanggung jawab terhadap kesatuan, keseimbangan, konsistensi,

dan keunikan individu.

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap

diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan

2
diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai

ideal diri menurut Keliat (1998) di dalam buku Yosep (2011).

Menurut Yosep (2009), dalam buku Damaiyanti (2012) Harga diri

rendah adalah perasaan tidak berguna tidak berarti dan rendah diri

yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri

atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,

merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal

diri.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah

adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan

percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis,

tidak ada harapan dan putus asa.

Menurut Damaiyanti (2012), Gangguan harga diri yang disebut

sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara :

1) Harga diri rendah kronis adalah perasaan negative terhadap diri

berlangsung lama yaitu sebelum sakit/dirawat. Pasien ini

mempunyai cara fikir yang negatif.

2) Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang

sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif

mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan,

perubahan secara tiba-tiba).

3
b. Rentang Respon

Rentang Respon Konsep Diri

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas

Gambar 1 : Rentang Respon Konsep Diri


(Stuart dan Sundeen, 2006 ; hal. 230)

Menurut Damaiyanti (2012) mengatakan :

1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang

positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan

dapat diterima.

2) Konsep diri positif adalah bagaimana seseorang memandang apa

yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, herga

dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal

ini akan menunjukan bahwa individu itu akan menjadi individu

yang sukses

3) Harga diri rendah adalah perasaan negative terhadap dirinya

sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak

berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa.

4
4) Kerancuan identitas adalah suatu kegagalan individu untuk

mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke

dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis

5) Dipersonalisasi adalah suatu perasaan yang tidak realistis dimana

pasien dapat membedakan stimulus dari dalam atau dari luar

dirinya.

c. Patofisiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri

seseorang yaitu Faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukung

harga diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua

yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai

tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal

diri yang tidak realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran

adalah peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.

Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi

ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan

perubahan struktur sosial (Stuart, 2006).

Sedangkan faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi

trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan

kejadian yang megancam kehidupan dan ketegangan peran

berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana

individu mengalami frustasi.

5
Pada mulanya pasien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga

merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya

pasien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan,

kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan

emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang

menimbulkan rasa aman. Pasien semakin tidak dapat melibatkan diri

dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi

hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa

aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan

rasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada mencari penyebab

kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Semakin pasien

menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam

mengembangkan hubungan dengan orang lain.

1) Etiologi

Ada beberapa faktor menurut Damaiyanti (2012), yaitu :

a) Faktor Predisposisi

Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan

orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan

yang berulang kurang mempunyai tanggung jawab yang

personal, ketergantuan pada orang lain dan ideal diri yang tidak

realistis, 2 faktor yang mempengaruhi, yaitu :

6
(1) Faktor yang mempengaruhi performa peran(peran diri)

adalah stereotype peran gender, tuntutan peran kerja, dan

harapan peran budaya.

(2) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi

ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya,

dan perubahan struktur sosial.

b) Faktor Presipitasi yang

merupakan faktor pencetus munculnya harga diri rendah

menurut Sunaryo (2004), di dalam buku Damaiyanti (2012)

(1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau

menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.

(2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi

yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai

frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :

(a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan

normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.

Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam

kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma

budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri.

(b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau

berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau

kematian.

7
(c) Transisi peran sehat-sakit sebagai akibat pergeseran dari

keadaan sehat ke dalam sakit. Transisi ini mungkin

dicetuskan oleh, kehilangan bagian tubuh, perubahan

ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh,

perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang

normal, prosedur medis dan keperawatan

d. Tanda dan Gejala

Manifestasi yang biasa muncul pada pasien gangguan jiwa dengan

harga diri rendah menurut yosep (2011), yaitu :

1) Mengkritik diri sendiri

2) Penurunan produktivitas

3) Destruktif yang diarahkan pada orang lain

4) Gangguan dalam hubungan

5) Rasa diri penting yang berlebihan

6) Perasaan tidak mampu

7) Rasa bersalah

8) Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan

9) Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri

10) Ketegangan peran yang dirasakan

11) Pandangan hidup yang pesimis

12) Keluhan fisik

13) Pandangan hidup yang bertentangan

14) Penolakan terhadap kemampuan personal

8
15) Destruktif terhadap diri sendiri

16) Pengurangan diri sendiri

17) Pengurangan diri

18) Menarik diri sendiri

19) Pengurangan diri

20) Menarik diri secara sosial

21) Penyalahgunaan zat

22) Menarik diri dari realitas

23) Khawatir

e. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan Medis

a) Psikofarmaka

Secara teori pelaksanaan medis khusus pasien dengan

harga diri rendah tidak ada, namun secara medis pasien

yang di diagnosa medis Skizofrenia Hebefrenik diberi

terapi sebagai berikut :

(1) Chlorpromazine (CPZ)

Indikasi : Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya

berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri

terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri

terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental :

waham, halusinasi, gangguan perasaan, dan perilaku

yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam

9
kehidupan sehari-hari, tidak mampu kerja, hubungan

sosial, dan melakukan kegiatan rutin.

Kontra indikasi : Penyakit hati, penyakit darah,

epilepsi, kelainan jantung, dan ketergantungan obat.

Mekanisme kerja : Memblokade dopamine pada

reseptor pasca sinaps di otak khususnya system ekstra

piramidal.

Efek samping : Sedasi, gangguan otonomik

(hipotensi, antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering,

mata kabur, kesulitan dalam buang air kecil, hidung

tersumbat, gangguan irama jantung), metabolic

(jaundice).

(2) Haloperidol (HR/ Resperidone)

Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai

realita dalam fungsi kehidupan sehari-hari.

Kontra indikasi : Penyakit hati, penyakit darah,

epilepsi, kelainan jantung, febris, dan ketergantungan

obat.

Mekanisme kerja : Obat anti psikosis dalam

memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik

neuron di otak khususnya system ekstra piramidal.

Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor,

gangguan otonomik (hipotensi, anti kolinergik, mulut

10
kering, kesulitan buang air kecil dan buang air besar,

hidung tersumbat, mata kabur)

(3) Trihexyphenidyl (TXP)

Indikasi : Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk

pasca ansefalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson

akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.

Kontra indikasi : Hipersensitifitas terhadap

trihexyphenidyl, psikosis berat, hipertropi prostate, dan

obstruksi saluran cerna.

Mekanisme kerja : Sinergis dengan kinidine, obat

anti depresan trisiklik dan anti kolinergik lainnya.

Efek samping : Mulut kering, penglihatan kabur,

pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi,

takikardi, retensi urine.

b) Therapy Modalitas

Therapy modalitas/perilaku merupakan rencana

pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada

kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik perilaku

menggunakan latihan keterampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi

diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi

interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya

11
memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan

kehidupan yang nyata.

Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy

aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, therapy

aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas

kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok

sosialisasi (Keliat, 2005).

Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas

yang paling relevan dilakukan pada individu dengan

gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapy

aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas

kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang

mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan

pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam

kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa

kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah

(Keliat 2005).

2) Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Ann Isaacs, (2005) terapi modalitas pengobatan

secara keperawatan yaitu terapi aktivitas kelompok dan terapi

keluarga.Terapi aktivitas kelompok meliputi :

a) Dinamika kelompok adalah kekuatan yang bekerja untuk

menghasilkan pola perilaku dalam kelompok.

12
b) Proses kelompok adalah makna interaksi verbal dan non

verbal didalam kelompok meliputi isi komunikasi,

hubungan anatar anggota, pengaturan tempat duduk, pola

atau nada bicara, bahasa dan sikap tubuh serta tema

kelompok untuk stimulasi persepsi: harga diri rendah yaitu

identifikasi hal positif pada diri dan melatih positif pada

diri.

Sedangkan untuk terapi keluarga meliputi :

(1) Terapi keluarga adalah membantu individu dalam keluarga

agar tidak didominasi oleh reaktivitas emosi dan untuk

mencapai tingkat diferensiasi diri yang lebih tinggi.

(2) Terapi struktural adalah mendorong terjadinya perubahan

dalam organisasi keluarga untuk memodifikasi posisi setiap

anggota keluarga di dalam kelompok.

(3) Terapi interaksional adalah mengidentifikasi hukum yang

tidak terlihat dan tidak terucap yang mengatur hubungan

keluarga dan menggunakan teori komunikasi untuk

meningkatkan perbaikan hubungan.

(4) Peran perawat pada terapi keluarga adalah mengajarkan

pada keluarga tentang penyakit, sumber daya dan program

pengobatan menggunakan teknik komunikasi terapeutik

dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk

meningkatkan fungsi keluarga.

13
3) Pemeriksaan penunjang

Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita

bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan

dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi

karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang

kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau

latihan bersama (Maramis,2005).

Menurut Herman (2011) terapi modalitas pengobatan

secara medis yaitu terapi somatik antara lain :

a) Elektroencephalogram (EEG), sauatu pemeriksaan

yang bertujuan memberikan informasi penting tentang

kerja dan fungsi otak.

b) CT scan, untuk mendapatkan gambaran otak tiga

dimensi.

c) Single photon emission computed tomography

(SPECT), untuk melihat wilayah otak dan tanda-tanda

abnormalitas pada otak danmenggambarkan perubahan-

perubahan aliran darah yang terjadi.

d) Magnetic Resonance Imaging (MRI), suatu teknik

radiologi dengan menggunakan magnet, gelombang

radio dan computer untuk mendapatkan gambaran

struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi

perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh

14
dan otak. Beberapa prosedur menggunakan kontras

gadolinium untuk meningkatkan akurasi gambar.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien. Adapun data yang diperoleh

dari klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu:

Pengkajian Ners

Tanda dan gejala harga diri rendah kronis antara lain:


Data Subjektif

• Sulit tidur

• Merasa tidak berarti dan Merasa tidak berguna

• Merasa tidak mempuanyai kemampuan positif

• Merasa menilai diri negatif

• Kurang konsentrasi dan Merasa tidak mampu melakukan apapun

• Merasa malu

Data Objektif

• Kontak mata berkurang dan Murung

• Berjalan menunduk dan Postur tubuh menunduk

• Menghindari orang lain

15
• Bicara pelan dan Lebih banyak diam

• Lebih senang menyendiri dan Aktivitas menurun

• Mengkritik orang lain

Dari data yang muncul diatas dianalisa dan pada umumnya dapat

dirumuskan masalah keperawatan diantaranya yaitu:

a) Harga diri rendah

b) Isolasi sosial

c) Defisit perawatan diri

d) Tidak efektifnya koping individu.

b. Pohon Masalah

Isolasi Sosial : Menarik diri akibat

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah core problem

Tidak efektifnya koping individu penyebab

c. Diagnosa Keperawatan

1) Harga diri rendah

2) Isolasi sosial

3) Defisit perawatan diri

16
d. Rencana keperawatan

Rencana tindakan keperawatan Ners seperti dibawah ini :

Tujuan :

• Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya dan


akibat Harga diri rendah kronik
• Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

• Menilai kemampuan yang dapat digunakan

• Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampua

• Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan

• Melakukan kegiatan yang sudah dilatih


Tindakan ke Pasien :

• Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki

klien.

• Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki pasien

• Beri pujian yang realistic dan hindarkan setiap kali bertemu dengan

pasien penilaian yang negative

• Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan

• Mendiskusikan kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini

• Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap

kemampuan diri yang diungkapkan pasien

• Perlihatkan respon yang kondungsif dan menjadi pendengar yang aktif

• Membantu klien menetapkan kemampuan yang dipilih dan dilatih

17
• Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan

dan dipilih sebagai kegiatan yang dilakukan pasien sehari hari

• Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat dilakukan pasien

mandiri

Tindakan Keperawatan Ners pada keluarga

Tujuan : Keluarga Mampu

• Mengenal masalah harga diri rendah kronik

• Mengambil keputusan dalam merawat harga diri rendah kronik

• Merawat klien dengan harga diri rendah kronik

• Menciptakan lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri

klien

• Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up dan

mencegah kekambuhan

Tindakan

• Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien

• Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri

rendah dan mengambil keputusan merawat pasien

• Mendiskusikan kemampuan atau aspek positif pasien yang

pernah dimiliki sebelum dan setelah sakit

• Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah dan berikan pujian

• Melatih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan pertama yang

dipilih pasien serta membimbing keluarga merawat harga diri rendah

dan beri pujian.

18
4. Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari

rencana keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas

yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan

mandiri dan kolaboratif. Pada situasi nyata sering implementasi jauh

berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa

menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan

keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang

dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat

membahayakan pasien dan perawat jika berakibat fatal dan juga tidak

memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah

direncanakan, perawat perlu merumuskan strategi pelaksanaan,

memvalidasi dengan singkat apakah rencana perawatan masih sesuai

dan dibutuhkan pasien sesuai kondisi saat ini.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilaksanakan terus menerus

pada respon klien terhadap tindakan keperawatan. Evaluasi dilakukan

perdiagnosa keperawatan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai

pola pikir ( Keliat, 2016).

Evaluasi yang dicapai yaitu :

19
1) Klien tidak menarik diri dan mau berhubungan dengan orang lain

2) Klien dapat menunjukkan peningkatkan rasa harga diri

3) Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang konstruktif

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. (2011). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.


Jakarta : EGC

Isaacs, Ann. (2009). Keperawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatrik ( Edisi 3).
Jakarta : EGC

Kaplan, M.D. dan Sadock,M.D. (2008). Sinopsis Psikiatri (Edisi 7). Jakarta : Bina
Rupa Aksara

Keliat, B.A. (2012). Gangguan Konsep Diri Pada Klien Gangguan Jiwa. Jakarta :
EGC

Keliat, B.A. dan Akemat. (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta : EGC

Maramis, W.F. (2015). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga


University Press

Townsend, Mary C. (2008). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri


(Edisi 3). Jakarta : EGC

Suliswati. (2015). Konsep Dasar Keperewatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Sunaryo. (2014). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

20
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. ( 2016). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC

21

Anda mungkin juga menyukai