Anda di halaman 1dari 12

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

KATARAK

A. KONSEP DASAR TEORI


a. Pengertian
Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut dan bahan lensa
didalam kapsul mata (Kapita Selekta, edisi 3 tahun 2001, jilid 1 page 62).
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.Kekeruhan ini terjadi akibat
gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu,katarak dapat terjadi saat perkembangan seraf lensa masih berlangsung atau
sesudah seraf berhenti dalam perkembangan dan telah memenuhi proses degenerasi
(Doengoes).
Katarak adalah kekeruhan pada serabut lensa dan di klasifikasikan sebagai
berikut: katarak perkembangan dan degenaratif ,katarak kongenital,juvenile,dan
senille,katarak komplikata,katarak traumatic (Keperawatan Gerontik ,edisi 2
Kesimpulan: Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi
keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi
akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung
atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses
degenerasi.
1) Klasifikasi katarak
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut menurut etiologinya, yaitu
berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam :
a. Katarak congenital
Katarak congenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau sesegera
setelah lahir berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganan
yang kurang tepat. Katarak kongenital digolongkan dalam katarak:
- kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular
dan katarak polaris.
- katarak lentikular, termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai
korteks atau nukleus saja.
b. Katarak juvenile
Katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun. Katarak
juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
c. Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun.
d. Katarak senile
Katarak senilis ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun ( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, edisi3)
2) Katarak senile
Katarak jenis ini secara klinik dikenal 4 stadium yaitu:
a. Stadium I (katarak insipient), kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk
jeruji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Katarak
subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular
posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipient. Katarak intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan
mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi
b. Stadium II (katarak imatur), sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan
katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa
bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa.
Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder
c. Stadium III (katarak matur), pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai
seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang
menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan
keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa
yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur.
Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.
d. Stadium IV (katarak hipermatur), merupakan katarak yang telah mengalami
proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa
lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi
kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam
dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut
disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair
tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks
lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.
3) Ada tiga jenis katarak menurut lokasi terjadinya, diantaranya adalah :
a. Nuclear
Katarak terjadi tengah lensa. Pada tahap awal akan ada perubahan pada fokus
cahaya. Untuk sementara waktu anda akan mengalami kemajuan penglihatan
khususnya dalam membaca. Tetapi kemudian penglihatan akan mejadi
menguning dan terbentu noda putih pada lensa. Lebih lanjut lagi daya lihat
akan memburuk dengan penglihatan menjadi coklat. Pada tahap yang parah
akan sulit membedakan warna karena pandangan akan menjadi biru atau ungu.
b. Cortical.
berjalan dengan lambat. Kemudian noda ini dapat menjalar ke bagian tengah
lensa dan mengganggu aliran cahaya ke pusat lensa. Orang dengan katarak
jenis ini akan mengalami silau ketika melihat cahaya.
c. Subcapsular.
Katarak jenis ini dimulai dengan terbentuknya area buram dibawah lensa.
Katarak ini biasanya terbentuk di belakang lensa yang merupakan jalan cahaya
ke retina mata. Katarak ini sering mempengaruhi kemampuan baca,
mengurangi kemampuan melihat dalam cahaya terang dan menyebabkan silau
atau lingkaran cahaya ketika melihat sinar di malam hari.

b. Etiologi
Katarak disebabkan sebagai berikut:
1. Diabetes mellitus
2. Makanan dengan kandungan formalin
3. Proses penuaan adalah penyebab utama.
4. Infeksi tetanus pada ibu hamil
5. Defisit vitamin E
6. Asap rokok, asap pabrik, pestisida, radiasi UV B
7. Trauma
c. Patofisiologi
Penderita diabetes mellitus memiliki kadar glukosa yang tinggi di dalam darah
sehingga glukosa pada aqua humor meningkat dan glukosa ini akan berdifusi menuju
lensa. Lensa adalah organ yang mengalami pengeruhan pada penyakit katarak. Lensa
menjadi keruh karena peningkatan tekanan osmosis intracranial akibat dari enzim
aldosa reduktase sorbitol yang terakumulasi.
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di perifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di
sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna
namapak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya transparansi, perubahan pada serabut halus multiple
(zunula) yang memanjang daari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya
dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina.
Trauma tumpul bertanggung jawab dalam mekanisme coup dan contrecop.
Mekanismecoup adalah mekanisme dengan dampak langsung. Ini akan
mengakibatkan cincin Vossius (pigmen iris tercetak ) dan kadang-kadang ditemukan
pada kapsul lensa anterior setelahtrauma tumpul. Mekanisme contrecoup menunjuk
kepada cedera yang jauh dari tempattrauma yang disebabkan oleh gelombang energy
yang berjalan sepanjang garis sampaikebelakang. Ketika permukaan anterior mata
terkena trauma tumpul, ada pemendekan cepatpada anterior-posterior yang diikuti
pemanjangan garis ekuatorial. Peregangan ekuatorialdapat meregangkan kapsul lensa,
zonula atau keduanya. Kombinasi coup, contrecoup danpemanjangan ekuatorial
bertanggung jawab dalam terjadinya katarak traumatik yangdisebabkan trauma tumpul
bola mata.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia darn tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun sebenarnya
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki decade ke tujuh.
Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak
didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi
sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
Trauma akibat Penyakit infeksi tertentu, dapat mengakibatkan timbulnya
kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata. Cedera mata dapat
mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas yang
tinggi.

d. Manifestasi klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi.
Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak pada oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi
opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup,
menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di
malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan abu-abu atau putih.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak
sudah sangat memburuk lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan. Bisa melihat dekat pada pasien rabun dekat
(hipermetropia), dan juga penglihatan perlahan-lahan berkurang dan tanpa rasa sakit.

Gambaran klinis yang dapat ditemui antara lain adalah:


1) Penurunan ketajaman visus
Katarak secara klinis relevan jika menyebabkan penurunan signifikan
padaketajaman visual, baik itu dekat maupun jauh. Biasanya akan ditemui
penurunan tajam penglihatan dekat signifikan dibanding penglihatan jauh,
mungkin disebabkan olehmiosis akomodatif. Jenis katarak yang berbeda memiliki
tajam penglihatan yang berbeda pula. Pada katarak subkapsuler posterior dapat
sangat mengurangi ketajaman penglihatan dekat menurun daripada penglihatan
jauh. Sebaliknya katarak nuklear dikaitkan dengan tajam penglihatan dekat yang
tetap baik dan tajam penglihatan jauh yang buruk. Penderita dengan katarak
kortikal cenderung memperoleh tajam penglihatan yang baik.
2) Silau
Seringkali penderita mengeluhkan silau ketika dihadapkan dengan sinar langsung
Biasanya keluhan ini ditemukan pada katarak subkapsuler posterior dan juga
katarak kortikal. Jarang pada katarak nuklearis.
3) Sensitivitas kontras
Sensitivitas kontras dapat memberikan petunjuk mengenai kehilangan
signifikandari fungsi penglihatan lebih baik dibanding menggunakan pemeriksaan
Snellen. Pada pasien katarak akan sulit membedakan ketajaman gambar,
kecerahan, dan jarak ruang sehingga menunjukkan adanya gangguan penglihatan.
4) Pergeseran miopia
Pasien katarak yang sebelumnya menggunakan kacamata jarak dekat akan
mengatakan bahwa ia sudah tidak mengalami gangguan refraksi lagi dan
tidak membutuhkan kacamatanya. Sebaliknya pada pasien yang tidak
menggunakankacamata, ia akan mengeluhkan bahwa penglihatan jauhnya kabur
sehingga ia akanmeminta dibuatkan kacamata. Fenomena ini disebut pergeseran
miopia atau penglihatan sekunder, namun keadaan ini bersifat sementara dan
terkait denganstadium katarak yang sedang dialaminya.

5) Diplopia monokuler 
Pada pasien akan dikeluhkan adanya perbedaan gambar objek yang ia lihat,
inidikarenakan perubahan pada nukleus lensa yang memiliki indeks refraksi
berbedaakibat perubahan pada stadium katarak. Selain itu, dengan menggunakan
retinoskopiatau oftalmoskopi langsung, akan ditemui perbedaan area refleks
Derajat katarak adalah sebagai berikut:
a. Derajat 1, nucleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12, tampak
sedikit keruh dengan warna agak keputihan. Reflex fundus juga masih dengan
mudah diperoleh dan usia penderita juga biasanya kurang dari 50 tahun
b. Derajat 2, nucleus dengan kekerasan ringan, tampak nucleus mulai sedikit
berwarna kekuningan, visus biasanya antara 6/12 sampai 6/30. Refleks fundus
juga masih mudah diperoleh dan katark jenis ini paling sering memberikan
gambaran seperti katarak subkapsularis posterior.
c. Derajat 3, nucleus dengan kekerasan medium, dimana nucleus tampak berwarna
kuning disertai dengan kekeruhan korteks yang berwarna keabu-abuan. Visus
biasanya antara 3/60 sampai 6/30.
d. Derajat 4, nucleus keras, dimana nucleus sudah berwarna kuning kecoklatan dan
visus biasanya antara 3/60 sampai 1/60, diamana reflex fundus maupun keadaan
fundus sudah sulit dinilai.
e. Derajat 5, nucleus sangat keras, nucleus sudah berwarna kecoklatan bahkan ada
yang sampai berwarna agak kehitaman. Visus biasanya hanya 1/60 atau lebih
jelek dan usia penderita sudah di atas 65 tahun. Katark ini sangat keras dan
disebut juga brunescent cataract atau black cataract.

e. Komplikasi
Berikut ini adalah komplikasi yang ditemukan akibat katarak, yaitu :
1) Kebutaan
2) Ruptur kapsul
3) Edem kornea
4) Perdarahan atau efusi suprakoroid

f. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan ketajaman
penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika pasien mengeluh
silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang.
2) Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
3) Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan petunjuk
terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat
penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan
defek pupil aferent relatif yang mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan
difus makula
4) Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
5) Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
6) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
7) Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
8) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
9) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
10) EKG, kolesterol serum, lipid
11) Tes toleransi glukosa : kotrol DM.
12) Biometri  untuk mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi katarak  
13) Retinometri  untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah operasi  
14) Pemeriksaan slit lamp  tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa. Tapi
dapat juga struktur okular lain ( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan).
a. Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa
hati-hati
b. Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian
dilator pupil
c. Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluxasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya,
kelainan metabolik, atau katarak hipermatur

g. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis di lihat dari stadium katarak tersebut, yaitu sebagai
berikut:
a. Stadium I
Dengan deteksi catalin, catalin adalah zat yang berfungsi untuk menghalangi
kerja zat quino, yaitu zat yang mengubah protein lensa mata yang bening
menjadi gelap. Tujuan pegobatan ini adalah untuk menekan proresifitas
kekaburan lensa supaya katarak menjadi stasioner.
b. Stadium II
Dilakukan secara simtomatis.
c. Stadium III, dan IV
Operasi untuk mengeluarkan lensa yang karakteus. Tak ada terapi obat untuk
katarak, dan tak dapat di ambil dengan pembedahan laser. Namun, masih
dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat
digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar
melalui kanula ( Pokalo 1992 ). Tidak ada terapi obat pada penderita katarak
dan tidak bisa dilakukan dengan pembedahan laser. Namun, masih dilakukan
penelitian mengenai kemajuan prosedur laser yang baru yang akan digunakan
untuk dapat mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui
kanula. Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ke titik dimana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka
penanganan biasanya secara konservasif.
2) Pembedahan
Pembedahan diindikasikan kepada penderita yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada
penderita yang berusia 65 tahun. Masa kini, katarak paling sering diangkat dengan
anestesi local berdasarkan pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila
ada indikasi medis. Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat
dapat dicapai pada 95% pasien.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak,
yaitu ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah
hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien katarak yang
menyebabkan glaucoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler
lain, seperti retinopati diabetika.
a. Ekstraksi Katarak Intrakapsuler
Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (ICCE, intracapsular Cataract Extraction)
adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula
dipisahkan, lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung
pada kapsula lentis. Bedah beku berdasarkan pada suhu pembekuan untuk
mengangkat suatu lesi atau abnormalitas. Instrument bedahan beku bekerja
dengan prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada probe. Kemudian lensa
diangkat secara lembut. Yang dahulu merupakan cara pengangkatan katarak
utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena tersedianya teknik bedah yang
lebih canggih.
b. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler
Ekstraksi Katarak Entrakapsuler (ECCE, extracapsular Cataract Extraction)
adalah teknik yang disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak.
Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.
Prosedur ini meliputi pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nucleus
lentis, dan menghisap sisa fragmen kortikal untuk menggunakan irigasi atau
alat hisap. Dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap
utuh, dapat mempertahankan arsitektur bagian posterior mata, menjadi
mengurangi insiden komplikasi yang serius..

h. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Jangan merokok
2. Buatlah kebiaasan baru untuk mengatur pola makan anda agar tetap sehat dengan
menu makanan yang mengandung gizi, nutrisi dan vitamin serta lainnya yang
seimbang
3. Mencoba melindungi mata anda dari pancaran cahaya atau sinar matahari,
misalnya dengan cara menggunakan kacamata hitam untuk mengurangi radiasi
atau pancaran bebas dari sinar ultraviolet di siang hari.
4. Tetap menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh dengan minum air putih
minimal 8 gelas atau setara dengan 1,5 liter setiap harinya dan olahraga yang
cukup.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK


a. Pengkajian
1. Riwayat Penyakit
a. Riwayat pekerjaan pasien (bekerja di tempat berdebu atau di tempat yang
berjemur di bawah terik matahari)
b. Riwayat keluarga mengenai diabetes mellitus
c. Apakah ada issue tentang makanan yang mengandung formalin
d. Riwayat infeksi (apakah ibunya memiliki riwayat tetanus)
e. Rokok (durasi, frekwensi, Pasif atau aktif)
f. Riwayat asupan vitamin dan gizi
2. 14 Kebutuhan Virginia Handerson
a. Aktifitas Istirahat
Perubahan aktifitas biasanya sehubungan dengan gangguan penglihatan yang
terganggu sehingga akan menghambat aktivitas.

b. Neurosensori
Gangguan penglihatan menjadi kabur, sinar terang menyababkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat
atau merasa diruang gelap.  Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki
penglihatan, fotofobia (glukoma akut ).

Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit
dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata).

c. Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau   tekanan
pada atau sekitar mata, sakit kepala

3) Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Inspeksi : Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata, aparatus
maksilaris, konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris, dan pupil.
Alis diobsevasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya.
Kelopak mata diinspeksi warna,keadaan kulit, dan ada tidaknya
serta arahnya tumbuhnya bulu mata. Catat adanya jaringan parut,
pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan adanya benda asing.

Palpasi : nyeri tekan, benjolan

Pemeriksaan: visus
b. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b/d kekeruhan pada lensa mata
dan kondisi patologis bentuk lensa
b. Resiko tinggi cedera b/d kerusakan fungsi sensori : penglihatan
c. Defisit perawatan diri b/d penurunan ketajaman penglihatan
d. Ansietas b/d prognosis penyakit dan pengobatan yang diberikan
c. Evaluasi
a. Persepsi sensori-perseptual penglihatan meningkat
b. Cedera tidak terjadi
c. Perawatan diri pasien meningkat
d. Ansietas pasien teratasi

Anda mungkin juga menyukai