KATARAK
b. Etiologi
Katarak disebabkan sebagai berikut:
1. Diabetes mellitus
2. Makanan dengan kandungan formalin
3. Proses penuaan adalah penyebab utama.
4. Infeksi tetanus pada ibu hamil
5. Defisit vitamin E
6. Asap rokok, asap pabrik, pestisida, radiasi UV B
7. Trauma
c. Patofisiologi
Penderita diabetes mellitus memiliki kadar glukosa yang tinggi di dalam darah
sehingga glukosa pada aqua humor meningkat dan glukosa ini akan berdifusi menuju
lensa. Lensa adalah organ yang mengalami pengeruhan pada penyakit katarak. Lensa
menjadi keruh karena peningkatan tekanan osmosis intracranial akibat dari enzim
aldosa reduktase sorbitol yang terakumulasi.
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleuas, di perifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di
sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna
namapak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya transparansi, perubahan pada serabut halus multiple
(zunula) yang memanjang daari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa Misalnya
dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina.
Trauma tumpul bertanggung jawab dalam mekanisme coup dan contrecop.
Mekanismecoup adalah mekanisme dengan dampak langsung. Ini akan
mengakibatkan cincin Vossius (pigmen iris tercetak ) dan kadang-kadang ditemukan
pada kapsul lensa anterior setelahtrauma tumpul. Mekanisme contrecoup menunjuk
kepada cedera yang jauh dari tempattrauma yang disebabkan oleh gelombang energy
yang berjalan sepanjang garis sampaikebelakang. Ketika permukaan anterior mata
terkena trauma tumpul, ada pemendekan cepatpada anterior-posterior yang diikuti
pemanjangan garis ekuatorial. Peregangan ekuatorialdapat meregangkan kapsul lensa,
zonula atau keduanya. Kombinasi coup, contrecoup danpemanjangan ekuatorial
bertanggung jawab dalam terjadinya katarak traumatik yangdisebabkan trauma tumpul
bola mata.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia darn tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun sebenarnya
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak
berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki decade ke tujuh.
Katarak dapat bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak
didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi
sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
Trauma akibat Penyakit infeksi tertentu, dapat mengakibatkan timbulnya
kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata. Cedera mata dapat
mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas yang
tinggi.
d. Manifestasi klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi.
Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak pada oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi
opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup,
menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di
malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan abu-abu atau putih.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak
sudah sangat memburuk lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan. Bisa melihat dekat pada pasien rabun dekat
(hipermetropia), dan juga penglihatan perlahan-lahan berkurang dan tanpa rasa sakit.
5) Diplopia monokuler
Pada pasien akan dikeluhkan adanya perbedaan gambar objek yang ia lihat,
inidikarenakan perubahan pada nukleus lensa yang memiliki indeks refraksi
berbedaakibat perubahan pada stadium katarak. Selain itu, dengan menggunakan
retinoskopiatau oftalmoskopi langsung, akan ditemui perbedaan area refleks
Derajat katarak adalah sebagai berikut:
a. Derajat 1, nucleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12, tampak
sedikit keruh dengan warna agak keputihan. Reflex fundus juga masih dengan
mudah diperoleh dan usia penderita juga biasanya kurang dari 50 tahun
b. Derajat 2, nucleus dengan kekerasan ringan, tampak nucleus mulai sedikit
berwarna kekuningan, visus biasanya antara 6/12 sampai 6/30. Refleks fundus
juga masih mudah diperoleh dan katark jenis ini paling sering memberikan
gambaran seperti katarak subkapsularis posterior.
c. Derajat 3, nucleus dengan kekerasan medium, dimana nucleus tampak berwarna
kuning disertai dengan kekeruhan korteks yang berwarna keabu-abuan. Visus
biasanya antara 3/60 sampai 6/30.
d. Derajat 4, nucleus keras, dimana nucleus sudah berwarna kuning kecoklatan dan
visus biasanya antara 3/60 sampai 1/60, diamana reflex fundus maupun keadaan
fundus sudah sulit dinilai.
e. Derajat 5, nucleus sangat keras, nucleus sudah berwarna kecoklatan bahkan ada
yang sampai berwarna agak kehitaman. Visus biasanya hanya 1/60 atau lebih
jelek dan usia penderita sudah di atas 65 tahun. Katark ini sangat keras dan
disebut juga brunescent cataract atau black cataract.
e. Komplikasi
Berikut ini adalah komplikasi yang ditemukan akibat katarak, yaitu :
1) Kebutaan
2) Ruptur kapsul
3) Edem kornea
4) Perdarahan atau efusi suprakoroid
f. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan ketajaman
penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika pasien mengeluh
silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang.
2) Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
3) Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan petunjuk
terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat
penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan
defek pupil aferent relatif yang mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan
difus makula
4) Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
5) Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
6) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
7) Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
8) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
9) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
10) EKG, kolesterol serum, lipid
11) Tes toleransi glukosa : kotrol DM.
12) Biometri untuk mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi katarak
13) Retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah operasi
14) Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa. Tapi
dapat juga struktur okular lain ( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan).
a. Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa
hati-hati
b. Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian
dilator pupil
c. Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluxasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya,
kelainan metabolik, atau katarak hipermatur
g. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis di lihat dari stadium katarak tersebut, yaitu sebagai
berikut:
a. Stadium I
Dengan deteksi catalin, catalin adalah zat yang berfungsi untuk menghalangi
kerja zat quino, yaitu zat yang mengubah protein lensa mata yang bening
menjadi gelap. Tujuan pegobatan ini adalah untuk menekan proresifitas
kekaburan lensa supaya katarak menjadi stasioner.
b. Stadium II
Dilakukan secara simtomatis.
c. Stadium III, dan IV
Operasi untuk mengeluarkan lensa yang karakteus. Tak ada terapi obat untuk
katarak, dan tak dapat di ambil dengan pembedahan laser. Namun, masih
dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat
digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar
melalui kanula ( Pokalo 1992 ). Tidak ada terapi obat pada penderita katarak
dan tidak bisa dilakukan dengan pembedahan laser. Namun, masih dilakukan
penelitian mengenai kemajuan prosedur laser yang baru yang akan digunakan
untuk dapat mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui
kanula. Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ke titik dimana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka
penanganan biasanya secara konservasif.
2) Pembedahan
Pembedahan diindikasikan kepada penderita yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada
penderita yang berusia 65 tahun. Masa kini, katarak paling sering diangkat dengan
anestesi local berdasarkan pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila
ada indikasi medis. Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat
dapat dicapai pada 95% pasien.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak,
yaitu ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah
hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien katarak yang
menyebabkan glaucoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler
lain, seperti retinopati diabetika.
a. Ekstraksi Katarak Intrakapsuler
Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (ICCE, intracapsular Cataract Extraction)
adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula
dipisahkan, lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung
pada kapsula lentis. Bedah beku berdasarkan pada suhu pembekuan untuk
mengangkat suatu lesi atau abnormalitas. Instrument bedahan beku bekerja
dengan prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada probe. Kemudian lensa
diangkat secara lembut. Yang dahulu merupakan cara pengangkatan katarak
utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena tersedianya teknik bedah yang
lebih canggih.
b. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler
Ekstraksi Katarak Entrakapsuler (ECCE, extracapsular Cataract Extraction)
adalah teknik yang disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak.
Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.
Prosedur ini meliputi pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nucleus
lentis, dan menghisap sisa fragmen kortikal untuk menggunakan irigasi atau
alat hisap. Dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap
utuh, dapat mempertahankan arsitektur bagian posterior mata, menjadi
mengurangi insiden komplikasi yang serius..
h. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Jangan merokok
2. Buatlah kebiaasan baru untuk mengatur pola makan anda agar tetap sehat dengan
menu makanan yang mengandung gizi, nutrisi dan vitamin serta lainnya yang
seimbang
3. Mencoba melindungi mata anda dari pancaran cahaya atau sinar matahari,
misalnya dengan cara menggunakan kacamata hitam untuk mengurangi radiasi
atau pancaran bebas dari sinar ultraviolet di siang hari.
4. Tetap menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh dengan minum air putih
minimal 8 gelas atau setara dengan 1,5 liter setiap harinya dan olahraga yang
cukup.
b. Neurosensori
Gangguan penglihatan menjadi kabur, sinar terang menyababkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat
atau merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki
penglihatan, fotofobia (glukoma akut ).
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit
dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata).
c. Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan
pada atau sekitar mata, sakit kepala
3) Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Inspeksi : Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata, aparatus
maksilaris, konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris, dan pupil.
Alis diobsevasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya.
Kelopak mata diinspeksi warna,keadaan kulit, dan ada tidaknya
serta arahnya tumbuhnya bulu mata. Catat adanya jaringan parut,
pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan adanya benda asing.
Pemeriksaan: visus
b. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b/d kekeruhan pada lensa mata
dan kondisi patologis bentuk lensa
b. Resiko tinggi cedera b/d kerusakan fungsi sensori : penglihatan
c. Defisit perawatan diri b/d penurunan ketajaman penglihatan
d. Ansietas b/d prognosis penyakit dan pengobatan yang diberikan
c. Evaluasi
a. Persepsi sensori-perseptual penglihatan meningkat
b. Cedera tidak terjadi
c. Perawatan diri pasien meningkat
d. Ansietas pasien teratasi