Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan
konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk
mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah
akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal (Hartono, 2014).
Sedangkan menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana
individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun
orang lain.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif (Iskandar, 2012).
Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang dihadapi oleh
seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk
melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 2000).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah respon sesorang terhadap
stressor, dimana seseorang mengalami perilaku yang dapat membahayakan secara fisik
terhadap diri sendiri dan orang lain.

1
B. Rentang Respon Marah
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Klien mampu Klien gagal Klien merasa Klien Perasaan


mengungkapkan mencapai tidak dapat mengekspresika marah dan
marah tanpa tujuan mengungkapkan n secara fisik, bermusuhan
menyalahkan kepuasan/ saat perasaannya, tapi masih yang kuat dan
orang lain dan marah dan tidak berdaya, terkontrol, hilang kontrol,
memberikan tidak dan menyerah mendorong disertai amuk,
kelegaan menemukan orang lain merusak
alternatifnya dengan ancaman lingkungan

1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku dengan kata lain, individu tersebut daalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut,respon adaptif:
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
2. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,adapun respon tidak
normal (maladaptif).

C. Faktor Predisposisi
1. Teori Biologik
a. Faktor neurologis, beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinaps,
neurotransmitter, dendrit, axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan memengaruhi sifat agresif.

2
b. Faktor genetik, adanya faktor gen yang diturunkan melalu orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia
terdapat potensi agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh
faktor eksternal. Menurut penilitian genetik tipe karyo-type XYY, pada umumnya
dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang tersangkut
hukum akibat perilaku agresif.

c. Irama sirkadian tubuh, memegang peranan pada individu. Menurut penelitian pada
jam-jam tertentu manusia mengalami peningkatan cortisol terutama pada jam-jam
sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar
jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk bersikap
agresif.

d. Faktor biokimia tubuh, seperti neurotransmitter di otak (epinephrin, norepinephrin,


dopamin, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam penyampaian informasi
melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya stimulasi dari luar tubuh yang
dianggap mengancam atau membahayakan akan dihantar melalui impuls
neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan
hormon androgen dan norepinephrin serta penurunan serotonin dan GABA pada
cairan serebrospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku
agresif.

e. Brain Area disorder, gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom
otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan

2. Teori Psikologi

a. Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan 
fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan
pemenuhan air susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan
bermusuhan setelah dewasa sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada
lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.Perilaku agresif

3
dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakbedayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.

b. Imitation, modeling, and information processing theory


Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang
menolelir kekerasan.Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media
atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam
suatu penelitian beberapa anak  dikumpulkan untuk menonton tayangan pemukulan
pada boneka dengan reward positif (makin keras pukulannya akan diberi coklat).
Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak
berperilaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya

3. Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua
mereka sendiri.Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise
atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif.Anak
memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal.
Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku
guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau
mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan
cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
4. Teori Sosiokultural    
Dalam budaya tertentu  seperti rebutan berkah, rebutan uang receh, sesaji atau
kotoran kerbau di keraton, serta ritual-ritual yang cenderung mengarah pada
kemusyrikan secara tidak langsung turut memupuk sikap agresif  dan ingin menang
sendiri. Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor
predisposisi terjadinya perilaku kekerasan. Hal ini dipicu juga dengan maraknya
demonstrasi, film-film kekerasan, mistik, tahayul dan perdukunan (santet, teluh)
dalam tayangan televisi.   

D. Faktor Presipitasi
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan
sebagainya.

4
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

E. Mekanisme Koping

1. Kompensasi, proses seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan tegas


menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang dimiliki.
2. Identifikasi, proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi
berupaya dengan menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
3. Intelektualisasi, pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya. Dengan intelektualisasi, manusia dapat
mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan, dan memberikan
kesempatan untuk meninjau permasalah secara obyektif.
4. Rasionalisasi, dimaksudkan sebagai usaha individu mencari alasan yang dapat
diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang
buruk.
5. Sublimasi, mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat
diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan karena
mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah
bentuknyaagartidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan
pemuasan.
6. Isolasi, pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat
bersifat sementara atau berjangka lama. Menghindari masalah dan tidak
menyelesaikannya, sehingga masalah tetap ada.
7. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik.

5
8. Penolakan, menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari
realitas tersebut. Menyangkal dan menolak suatu stressor tersebut adalah suatu
masalah. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
9. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan,dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan.
10. Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan,pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan
emosi.
11. Regresi, kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari
suatu taraf perkembangan yang lebih dini. Misalnya seseorang yang sudah dewasa,
karena ada masalah, justru menjadi seperti anak kecil kembali.

F. Tanda dan Gejala


        Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
1. Fisik
a) Muka merah dan tegang f) Postur tubuh kaku
b) Mata melotot atau pandangan g) Pandangan tajam
tajam h) Mengatupkan rahang dengan
c) Tangan mengepal kuat
d) Rahang mengatup i) Mengepalkan tangan
e) Wajah memerah dan tegang j) Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a) Bicara kasar d) Mengumpat dengan kata-kata
b) Suara tinggi, membentak atau kotor
berteriak e) Suara keras
c) Mengancam secara verbal f) Ketus
atau fisik
3. Perilaku
a) Melempar atau memukul d) Melukai diri sendiri/ orang
benda/orang lain lain
b) Menyerang orang lain e) Merusak lingkungan
c) Amuk/ agresif
4. Emosi
6
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.

7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

7
A. Pengkajian
1. Data demografi
Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien,
tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.

2. Usia dan nomor rekam medik

3. Perawat menuliskan sumber data yang didapat

4. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a) Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c) Bagaimana hasilnya?

5. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan
tentang:
a) Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b) Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru dialam
c)   Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalu
d)   Riwayat pengobatan
e)   Penyalahgunaan obat dan alkohol
f)   Riwayat pendidikan dan pekerjaan

4. Catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku dari individu
dengan gangguan mood

5.  Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri klien
a) Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang sulit)
b) Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana tersebut
c) Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat kegelisahan,
keparahan gangguan mood)
d) Sistem pendukung yang ada

8
e) Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, ntermasuk penyakit lain (baik
psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan riwayat
penyalahgunaan zat.
6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau keluarga
tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan, gangguan mood, tanda-
tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.

B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

9
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan
No
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1. Pasien mampu: Setelah ......... SP 1 (Tgl .......................)
 Mengidentifikasi pertemuan pasien  Identifikasi penyebab, Sebagai data dasar
penyebab, dan mampu: tanda dan gejala serta untuk menentukan
tanda perilaku  Menyebutkan akibat perilaku kekerasan intervensi yang
kekerasan penyebab, tanda, akan diberikan
 Menyebutkan gejala dan akibat kepada pasien.
jenis perilaku perilaku
kekerasan yang kekerasan  Latihan cara fisik 1: Dengan menarik
pernah dilakukan  Memperagakan 1. Tarik napas dalam nafas dalam di
 Menyebutkan cara fisik 1 untuk 2. Masukkan dalam harapkan pasien
akibat dari mengontrol jadwal harian pasien menjadi lebih
perilaku perilaku tenang
kekerasan yang kekerasan
dilakukan
 Menyebutkan
cara mengontrol
perilaku
kekerasan
 Mengontrol
perilaku
kekerasan secara:
1. Fisik
2. Sosial atau
verbal
3. Spiritual
4. Terapi
psikofarmak
a
Setelah ........ SP 2 (Tgl ......................)
pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan yang  Dengan
mampu: lalu (SP 1) mengevalusi

10
 Menyebutkan perawat dapat
kegiatan yang mengetahui
sudah dilakukan sejauh mana
 Memperagakan pasien telah
cara fisik untuk menerapkan
mengontrol teknik tarik nafas
perilaku dalam
kekerasan
 Latih cara fisik 2:  Dengan memukul
1. Pukul kasur/bantal kasur / bantal
2. Masukkan dalam diharapkan dapat
jadwal harian pasien mengalihkan
emosi pasien
Setelah ...... SP 3 (Tgl ......................)
pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan yang  Dengan
mampu: lalu (SP 1 & 2) mengevaluasi
 Menyebutkan perawat dapat
kegiatan yang mengetahui
sudah dilakukan sejauh mana
 Memperagakan pasien telah dapat
cara sosial/verbal mengendalikan
untuk mengontrol emosi dan
perilaku mengalihkan
kekerasan emosi pasien

 Latih secara sosial/verbal:  Dengan


1. Menolak dengan baik mengajarkan
penolakan yang
baik di harapkan
pasien dapat
menolak hal yang
2. Meminta dengan baik buruk tidak terjadi
 Dengan
megajarkan cara

11
meminta yang
baik di harapkan
3. Mengungkapkan pasien terbiasa
dengan baik meminta dengan
cara yang baik
 Dengan
mengajarkan
 Masukkan dalam jadwal pengungkapan
harian pasien yang baik
diharapkan pasien
dapat terhindar
dari perilaku
kekerasan
Setelah ...... SP 4 (Tgl ......................)
pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan yang  Dengan
mampu: lalu (SP 1, 2, & 3) mengevaluasi
 Menyebutkan perawat dapat
kegiatan yang mengetahui
sudah dilakukan sejauh mana
 Memperagakan pasien dapat
cara spiritual  Latih secara spiritual: mengerti dan
1. Berdoa menerapkan
2. Shalat latihan yang
pertama – ketiga
 Dengan beribadah
di harapkan
pasien menjadi
lebih tenang.
 Masukkan dalam jadwal Memfasilitasi
harian pasien pasien untuk
memenuhi
kebutuhan
spiritualnya dan
menjadi lebih

12
dekat dengan
Tuhan.

Setelah ...... SP 5 (Tgl ......................)


pertemuan pasien  Evaluasi kegiatan yang  Dengan
mampu: lalu (SP 1, 2, 3, & 4) mengevaluasi
 Menyebutkan perawat dapat
kegiatan yang mengetahui
sudah dilakukan sejauh mana
 Memperagakan pasien telah
 Latih patuh obat:
cara patuh obat mengeti dan
1. Minum obat secara
menerapkan
teratur dengan prinsip
latihan pertama –
5B
keempat

2. Susun jadwal minum


 Dengan
obat secara teratur
mengajarkan
 Masukkan dalam jadwal
pasien patuh obat
harian pasien
pasien dapat
menjalankan
terapi dengan
disiplin
Setelah ...... SP 1 (Tgl ......................)
pertemuan keluarga  Identifikasi masalah yang  Dengan
pasien mampu: dirasakan keluarga dalam mengidentifikasi
Menjelaskan merawat pasien masalah di
penyebab, harapkan perawat
tanda/gejala, akibat dapat mengetahui
serta mampu  Jelaskan tentang PK dari: lebih lanjut
memperagakan cara 1. Penyebab perilaku
merawat 2. Akibat kekerasan pasien
3. Cara merawat  Dengan
menjelaskan
penyebab, akibat

13
dan cara merawat
perilaku
kekerasan
keluarga mengerti
kondisi perilaku
kekerasan pasien

SP 2 (Tgl ......................)
 Evaluasi SP 1
 Latih (simulasi) 2 cara
lain untuk merawat
pasien
 Latih langsung ke pasien
 RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
Setelah pertemuan SP 3 (Tgl ......................)
keluarga mampu:  Evaluasi SP 1 & 2  Dengan
 Menyebutkan mengevaluasi
kegiatan yang perawat
sudah dilakukan mengetahui
dan mampu sejauh mana
merawat serta  Latih langsung ke pasien keluarga mengerti
dapat membuat kondisi pasien
RTL perilaku
kekerasan
 Dengan melatih
langsung kepada
pasien diharapkan
keluarga dapat
mengaplikasikann
ya secara baik

14
Setelah ......... SP 4 (Tgl ......................)
pertemuan keluarga
mampu:  Evaluasi SP 1, 2 & 3  Dengan
 Melaksanakan mengevaluasi
follow up dan diharapkan
rujukan serta perawat
mampu mengetahui
menyebutkan  Latih langsung ke pasien sejauh mana
kegiatan yang keluarga mengerti
sudah dilakukan latihan pertama –
ketiga
 RTL keluarga:  Dengan melatih
1. Follow up langsung kepada
2. Rujukan pasien diharapkan
keluarga
mengaplikasikan
secara baik
 Dengan
mengevaluasi
diharapkan
perawat
mengetahui
sejauh mana
keluarga mengerti
dan
mengaplikasikan
secara baik

15
DAFTAR PUSTAKA

H.Iyus Yosep, & Titin Sutini. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance Mental
Health Nursing, Cetakan Keenam, Pt. Refika Aditama

Hartono, Farida(dkk). 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Iskandar, Mukhiripah. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT.Refika

Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Cimahi

Yosep,Iyus.2011. Keperawatan Jiwa. Cet 4. Bandung : PT.Refika Aditama.

16

Anda mungkin juga menyukai