Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam menyelesaikan Mata Kuliah
Keperawatan Anak Program Profesi Ners
30190122037
PADALARANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mual adalah perasaan dorongan kuat untuk muntah. Muntah atau
memuntahkan adalah memaksa isi perut naik melalui kerongkongan dan keluar
dari mulut (UMMC, 2013). Penyebab mual dan muntah ini ada bermacam-macam
seperti: alergi makanan, infeksi pada perut atau keracunan makanan, bocornya isi
perut (makanan atau cairan) keatas yang juga disebut gastroesophageal reflux atau
GERD (UMMC, 2013). Mual dan muntah sejauh ini merupakan kejadian yang
sering terjadi pada kondisi kesehatan selama kehamilan, dengan prevalensi
diperkirakan sekitar 50 - 70 %. Kejadian yang sering terjadi berupa hyperemesis
gravidarum (HG), telah diperkirakan sebesar 0,5 - 2 % dari seluruh kehamilan
(Svetlana et al, 2009).
Anti-emetik atau obat mual adalah obat yang digunakan untuk mengatasi
rasa mual dan muntah. Antiemetik secara khusus digunakan untuk mengatasi
mabuk perjalanan dan efek samping dari analgesik dari golongan opiat, anestesi
umum, dan kemoterapi yang digunakan untuk melawan kanker, juga untuk
mengatasi vertigo (pusing) atau migren (Mutschler, 2008).
Tujuan keseluruhan dari terapi anti-emetik adalah untuk mencegah atau
menghilangkan mual dan muntah, seharusnya tanpa menimbulkan efek samping.
Terapi anti-emetik diindikasikan untuk pasien dengan gangguan 2 elektrolit akibat
sekunder dari muntah, anoreksia berat, memburuknya status gizi atau kehilangan
berat badan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan vomitus
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengertian Vomitus
b. Mengetahui Etiologi Vomitus
c. Mengetahui Patofisiologi Vomitus
d. Mengetahui Pathway Vomitus
e. Mengetahui Klasifikasi Vomitus
f. Mengetahui Manifestasi Klinis Vomitus
g. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang pada Vomitus
h. Mengetahui Penatalaksanaan Medis pada Vomitus
C. Metode Penulisan
1. Studi Kepustakaan
Metode yang digunakan dalam penyelesaian laporan kasus asuhan
keperawatan pada By.S ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan
yaitu: mengambil beberapa literatur sebagai sumber teori dalam menyelesaikan
laporan ini.
2. Studi Analisis
Melakukan pengamatan asuhan keperawatan berdasarkan kasus yang di
ambil.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I : Pendahuluan Berisi tentang latar belakang, identifikasi, dan perumusan
masalah, batasan/ruang lingkup masalah, maksud dan tujuan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teori
Bab ini berisi teori-teori pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi,
patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi, test laboratorium yang
menunjang, penatalaksanaan medis.
Bab III Tinjauan Kasus Bab ini menjelaskan tentang status kesehatan klien,
diagnosa keperawatan yang ditegakan berdasarkan tanda dan gejala yang
didapatkan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan yang
dilakukan selama 1 hari dan evaluasi keperawatan atau keberhasilan dari
implementasi keperawatan yang telah dilakukan terhadap By. S
Bab IV: Pembahasan Berisi mengenai kesamaan dan kesenjangan atau
perbedaan antara teori (BAB II) dan kasus (BAB III) dan kemukakan
analisisnya mengapa perbedaan tersebut terjadi berdasarkan teori.
Bab V: Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Observasi Vomiting (mual muntah) adalah pengeluaran isi lambung secara paksa
melalui mulut disertai kontraksi lambung. Pada anak biasanya sulit untuk
mendeskripsikan mual, mereka lebih sering mengeluh sakit perut atau keluhan umum
lainnya. Muntah pada bayi dan anak dapat terjadi secara regurgitasi ( kembalinya
makanan tercernah) dari isi lambung sebagai akibat refluks gastroesofageal ( suatu
kondisi medis yang ditandai dengan mengalirnya kembalinya isi lambung ke esofagus
menimbulkan reflek emetik ( gerakan yang menimbulkan mual ). Terdapat dua type
muntah akut dan kronis. Batasan muntah kronis apabila muntah lebih dua minggu. (
Judith, M.S.2004;203 ).
Muntah adalah suatau refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut dengan
bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi,
merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat
sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat.
B. Etiologi
Pembahasan etiologi muntah pada bayi dan anak berdasarkan usia adalah sebagai
berikut
Usia 0 - 2 Bulan :
1. Kolitis Alergika
Alergi terhadap susu sapi atau susu formula berbahan dasar kedelai. Biasanya
3. Refluks Esofageal
Regurgitasi yang sering terjadi segera setelah pemberian susu. Sangat sering
terjadi pada neonatus; secara klinis penting bila keadaan ini menyebabkan gagal
Rewel atau letargi disertai dengan distensi abdomen, trauma lahir dan shaken
baby syndrome.
80% dari kasus ini ditemukan pada bulan pertama kehidupan, kebanyakan
fibrosis.
7. Necrotizing Enterocolitis
Sering terjadi khususnya pada bayi prematur terutama jika mengalami hipoksia
saat lahir. Dapat disertai dengan iritabilitas atau rewel, distensi abdomen dan
hematokezia.
8. Overfeeding
Regurgitasi dari susu yang tidak dapat dicerna, wet-burps sering pada bayi
dengan kelebihan berat badan yang diberi air susu secara berlebihan.
9. Stenosis pylorus
Puncaknya pada usia 3-6 minggu kehidupan. Rasio laki-laki banding wanita
adalah 5:1 dan keadaan ini sering terjadi pada anak laki-laki pertama.
emesis nonbiliaris.
1. Tumor otak
2. Ketoasidosis diabetikum
3. Korpus alienum
Dihubungkan dengan kejadian tersedak berulang, batuk terjadi tiba-tiba atau air
4. Gastroenteritis
Sangat sering terjadi; sering adanya riwayat kontak dengan orang yang sakit,
5. Trauma kepala
6. Hernia inkarserasi
Onset dari menangis, anoreksia dan pembengkakan skrotum yang terjadi tiba- tiba.
7. Intussusepsi
Puncaknya terjadi pada bulan ke 6-18 kehidupan; pasien jarang mengalami diare
8. Posttusive
Seringkali, anak-anak akan muntah setelah batuk berulang atau batuk yang
dipaksakan.
9. Pielonefritis
Demam tinggi, tampak sakit, disuria atau polakisuria. Pasien mungkin mempunyai
1. Adhesi
2. Appendisitis
Manifestasi klinis dan lokasi nyeri bervariasi. Gejala sering terjadi termasuk
3. Kolesistitis
(contohnya, anemia sel sabit). Ditandai dengan nyeri epigastrium atau kuadran
4. Hepatitis
Terutama disebabkan oleh infeksi virus atau akibat obat; pasien mungkin
mempunyai riwayat buang air besar berwarna seperti dempul atau urin berwarna
6. Intoksikasi
Lebih sering terjadi pada anak yang sedang belajar berjalan dan remaja.
Dicurigai jika mempunyai riwayat depresi. Bisa juga disertai oleh gangguan
status mental.
7. Migrain
Nyeri kepala yang berat; sering terdapatnya aura sebelum serangan seperti
skotoma. Pasien mungkin mempunyai riwayat nyeri kepala kronis atau riwayat
8. Pankreatitis
Faktor resiko termasuk trauma perut bagian atas, riwayat infeksi sebelumnya
9. Ulkus peptikum
Pada remaja, ratio wanita:pria = 4:1. Nyeri epigastrium kronik atau berulang,
C. Patofisiologi
rangsangan pada pusat muntah yang berasal dari, gastrointestinal, vestibulo okular,
aferen kortikal yang lebih tinggi, menuju CVC kemudian dimulai nausea, retching,
trigger zone (CTZ) dan 2) central vomiting centre (CVC). CTZ terletak di area
postrema pada dasar ujung caudal ventrikel IV di luar blood brain barrier (sawar
otak). Koordinasi pusat muntah dapat dirangsang melalui berbagai jaras. Muntah
dapat terjadi karena tekanan psikologis melalui jaras yang kortek serebri dan sistem
limbik menuju pusat muntah (CVC) dan jika pusat muntah terangsang melalui
bahan kimia melalui darah atau cairan otak (LCS ) akan terdeteksi oleh CTZ.
Mekanisme ini menjadi target dari banyak obat anti emetik. Nervus vagus dan visera
merupakan jaras keempat yang menstimulasi muntah melalui iritasi saluran cerna dan
pengosongan lambung yang lambat. Sekali pusat muntah terangsang maka cascade
ini akan berjalan dan akan menyebabkan timbulnya muntah. Pencegahan muntah
a. Komplikasi metabolik :
Dehidrasi, alkalosis metabolik, gangguan elektrolit dan asam basa, deplesi kalium,
natrium. Dehidrasi terjadi sebagai akibat dari hilangnya cairan lewat muntah atau
masukan yang kurang oleh karena selalu muntah. Alkalosis sebagai akibat dari
hilangnya asam lambung, hal ini diperberat oleh masuknya ion hidrogen ke dalam
sel karena defisiensi kalium dan berkurangnya natrium ekstraseluler. Kalium dapat
hilang bersama bahan muntahan dan keluar lewat ginjal bersama-sama bikarbonat.
Natrium dapat hilang lewat muntah dan urine. Pada keadaan alkalosis yang berat,
pH urine dapat 7 atau 8, kadar natrium dan kalium urine tinggi walaupun terjadi
Muntah berulang dan cukup hebat menyebabkan gangguan gizi karena intake
menjadi sangat berkurang dan bila hal ini terjadi cukup lama, maka akan terjadi
berulang menyebabkan timbulnya infeksi saluran nafas berulang. Hal ini terjadi
LES. Dalam waktu singkat akan sembuh. Bila anemia terjadi karena perdarahan
E. Pencegahan
Untuk mencegah hal tersebut posisi bayi dapat dimiringkan atau tengkurap dan
bukannya terlentang.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah lengkap
b) Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
c) Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi
d) Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai adanya
f) Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila dicurigai
g) Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut. Kadar
lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap meninggi selama beberapa
h) Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
2. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga
bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan pemeriksaan barium
meal.
a) Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi malformasi
b) Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini tidak
4. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut air.
Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang
5. Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada
intususepsi.
G. Penatalaksanaan
dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi.
nasogastic tube yang dihubungkan dengan intermittent suction. Pada keadaan ini
penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak
apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya
pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya
pada mabuk perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca operasi,
gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
1. Antagonis dopamin
muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan
dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB
per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari.
Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena mempunyai efek
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karenadapat
antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk
dosis.
gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun dengan dosis 0.4-
vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6
mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg per
dosis.
area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna.
1. Defisit Nutrisi
2. Hipertermia
Putra, Deddy Satriya. Muntah pada anak. Di sunting dan di terbitkan Klinik Dr.
Rocky™. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad/ FK-UNRI. Pekanbaru
Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta