Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN VOMITING PADA ANAK

Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah departemen Keperawatan Anak yang
dibina oleh:
Reny Tri Febriani,S,ST,M.Kes

Disusun oleh:
Dinda Rizki Dwi Maharani (2114314201032)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MAHARANI MALANG


PROGRAG STUDI PROFESI NERS

TAHUN AJARAN 2021/2022


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan di Ruang Maternal Rumah Sakit Ben Mari


Malang Pada Departemen Anak dibuat oleh :

Nama : Dinda Rizki Dwi Maharani


NIM : 2114314901032
Semester : 1 (Ganjil)
Prodi : Profesi Ners

Disetujui Oleh :

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(Reny Tri Febriani,S.ST,M.Kes) (Ikhtiatul Turutingtyas Amd.Keb)


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan vomiting pada anak dengan baik dan tidak ada halangan apapun.
Laporan ini ditulis untuk memenuhi tugas departemen keperawatan anak.
Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini tentunya tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, sehingga saya mengucapkan terima kasih atas segala bantuan
yang telah diberikan. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Rahmawati Maulidia.,M.Kep selaku Kaprodi S1 Ilmu Keperawatan.
2. Ns. Feriana Ira Handian.,M.Kep selaku penanggung jawab Departemen
Keperawatan Anak yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan
arahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan dan asuhan keperawatan anak.
3. Reny Tri Febriani S.ST,M.Kes selaku pembimbing yang bersedia membimbing,
mengarahkan dan memberi masukan kepada saya dalam menyelesaikan
penyusunan laporan asuhan keperawatan vomiting pada anak.
4. Kedua orang tua saya yang senantiasa memberi semangat dan dukungan kepada
saya.
5. Dan semua pihak yang telah membantu serta membimbing dalam penyusunan
laporan asuhan keperawatan ini.
Saya menyadari bahwa laporan asuhan keperawatan ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu jika tedapat kekurangan saya memohon
maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang akan membangun laporan asuhan
keperawatan ini. Akhirnya, semoga tugas ini dapat berguna bagi kita semua.
Malang, 09 Desember 2021

Penulis
(Dinda Rizki Dwi Maharani)
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit
1.1 Pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen
(Markum : 1991).
Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung (Depkes R.I, 1994).
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut dengan
bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi, ataupun
refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali kemulut akibat
gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan secara sadar untuk
dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya
isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni
spingter eshopagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan
kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat.
Pada masa anak, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu,
bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan
adanya gangguan. Muntah adalah suatau refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat
muntah di medulla oblongata otak.

1.2 Etiologi
Pembahasan etiologi muntah pada bayi dan anak berdasarkan usia adalah sebagai
berikut
1. Usia 0 – 2 Bulan :
a. Kolitis Alergika
Alergi terhadap susu sapi atau susu formula berbahan dasar kedelai.
Biasanya diikuti dengan diare, perdarahan rektum, dan rewel.
b. Kelainan anatomis dari saluran gastrointestinal
Kelainan kongenital, termasuk stenosis atau atresia. Manifestasinya
berupa intoleransi terhadap makanan pada beberapa hari pertama kehidupan.
c. Refluks Esofageal
Regurgitasi yang sering terjadi segera setelah pemberian susu. Sangat
sering terjadi pada neonatus; secara klinis penting bila keadaan ini
menyebabkan gagal tumbuh kembang, apneu, atau bronkospasme.
d. Peningkatan tekanan intracranial
Rewel atau letargi disertai dengan distensi abdomen, trauma lahir
dan shaken baby syndrome.
e. Malrotasi dengan volvulus
80% dari kasus ini ditemukan pada bulan pertama kehidupan, kebanyakan
disertai emesis biliaris.
f. Ileus meconium
Inspissated meconium pada kolon distal; dapat dipikirkan diagnosis cystic
fibrosis.
g. Necrotizing Enterocolitis
Sering terjadi khususnya pada bayi prematur terutama jika mengalami
hipoksia saat lahir. Dapat disertai dengan iritabilitas atau rewel, distensi
abdomen dan hematokezia.
h. Overfeeding
Regurgitasi dari susu yang tidak dapat dicerna, wet-burps sering pada bayi
dengan kelebihan berat badan yang diberi air susu secara berlebihan.
i. Stenosis pylorus
Puncaknya pada usia 3-6 minggu kehidupan. Rasio laki-laki banding wanita
adalah 5:1 dan keadaan ini sering terjadi pada anak laki-laki pertama.
Manifestasi klinisnya secara progresif akan semakin memburuk, proyektil,
dan emesis nonbiliaris.
2. Usia 2 bulan-5 tahun
a. Tumor otak
Pikirkan terutama jika ditemukan sakit kepala yang progresif, muntah-
muntah, ataksia, dan tanpa nyeri perut.
b. Ketoasidosis diabetikum
Dehidrasi sedang hingga berat, riwayat polidipsi, poliuri dan polifagi.
c. Korpus alienum
Dihubungkan dengan kejadian tersedak berulang, batuk terjadi tiba-tiba
atau air liur yang menetes.
d. Gastroenteritis
Sangat sering terjadi; sering adanya riwayat kontak dengan orang yang
sakit, biasanya diikuti oleh diare dan demam.
e. Trauma kepala
Muntah sering atau progresif menandakan konkusi atau perdarahan
intrakranial.
f. Hernia inkarserasi
Onset dari menangis, anoreksia dan pembengkakan skrotum yang terjadi
tiba-tiba.
g. Intussusepsi
Puncaknya terjadi pada bulan ke 6-18 kehidupan; pasien jarang
mengalami diare atau demam dibandingkan dengan anak yang mengidap
gastroenteritis.
h. Posttusive
Seringkali, anak-anak akan muntah setelah batuk berulang atau batuk
yang dipaksakan.
i. Pielonefritis
Demam tinggi, tampak sakit, disuria atau polakisuria. Pasien mungkin
mempunyai riwayat infeksi traktus urinarius sebelumnya
3. Usia 6 tahun ke atas
a. Adhesi
Terutama setelah operasi abdominal atau peritonitis.
b. Appendisitis
Manifestasi klinis dan lokasi nyeri bervariasi. Gejala sering terjadi termasuk
nyeri yang semakin meningkat, menjalar ke kuadran kanan bawah, muntah
didahului oleh nyeri, anoreksia, demam subfebril, dan konstipasi.
c. Kolesistitis
Lebih sering terjadi pada perempuan, terutama dengan penyakit hemolitik
(contohnya, anemia sel sabit). Ditandai dengan nyeri epigastrium atau
kuadran kanan atas yang terjadi secara tiba-tiba setelah makan.
d. Hepatitis
Terutama disebabkan oleh infeksi virus atau akibat obat; pasien mungkin
mempunyai riwayat buang air besar berwarna seperti dempul atau urin
berwarna seperti teh pekat.
e. Inflammatory bowel disease
Berkaitan dengan diare, hematokezia, dan nyeri perut. Striktura bisa
menyebabkan terjadinya obstruksi.
f. Intoksikasi
Lebih sering terjadi pada anak yang sedang belajar berjalan dan remaja.
Dicurigai jika mempunyai riwayat depresi. Bisa juga disertai oleh gangguan
status mental.
g. Migrain
Nyeri kepala yang berat; sering terdapatnya aura sebelum serangan seperti
skotoma. Pasien mungkin mempunyai riwayat nyeri kepala kronis atau
riwayat keluarga dengan migrain.
h. Pankreatitis
Faktor resiko termasuk trauma perut bagian atas, riwayat infeksi sebelumnya
atau sedang infeksi, penggunaan kortikosteroid, alkohol dan kolelitiasis.
i. Ulkus peptikum
Pada remaja, ratio wanita:pria = 4:1. Nyeri epigastrium kronik atau berulang,
sering memburuk pada waktu malam.

1.3 Patofisiologi
Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan
simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul
sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang- kadang
sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabakan
muntah.
Muntah merupakan respon refeks simpatis terhadap berbagai rangsangan
yang melibatkan aktivitas otot perut dan pernafasan. Proses muntah dibagi dalam 3
fase berbeda yaitu :
1. Nausea
Merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ
dalam, labirin atau emosi dan tidak selalu diikuti oleh muntah.
2. Redching
Merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spamodie dengan grotis tertutup,
bersamaan dengan adanya usaha inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga
menimbulkan tekanan intratorak yang negative.
3. Emesis (Ekspusi)
Terjadi bila fase redching mencapai puncaknya yang ditandai dengan kontraksi
kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunnya diafragma, disertai dengan
penekanan mekanisme antireflug. Pada fase ini pylorus dan antrum berkontraksi
fundus dan esophagus relaksi dan mulut terbuka.

1.4 Manifestasi Klinis


1. Seringkali muntah,kembung,buang angin bunyinya keras,sering ngeden dan
sering rewel,gelisah terutama malam hari,bab tidak tiap hari,bab >3kali perhari.
2. Lidah/mulut sering timbul putih,bibir kering.
3. Kepala,telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat,keringat
berlebihan.
4. Gejala muntah cairan regurgitasi(aliran dengan arah yang berlawanan dari
normal,aliran kembali isi lambung dan kedalam eshophagus(tabung yang
berulang /berrongga yang mengangkut makanan dan cairan dari tenggorokan
kelambung. (Dorland,2002) .

1.5 Komplikasi
1. Komplikasi metabolic
Dehidrasi, alkalosis metabolik, gangguan elektrolit dan asam basa,
deplesi kalium, natrium. Dehidrasi terjadi sebagai akibat dari hilangnya cairan
lewat muntah atau masukan yang kurang oleh karena selalu muntah. Alkalosis
sebagai akibat dari hilangnya asam lambung, hal ini diperberat oleh masuknya
ion hidrogen ke dalam sel karena defisiensi kalium dan berkurangnya natrium
ekstraseluler. Kalium dapat hilang bersama bahan muntahan dan keluar lewat
ginjal bersama-sama bikarbonat. Natrium dapat hilang lewat muntah dan urine.
Pada keadaan alkalosis yang berat, pH urine dapat 7 atau 8, kadar natrium dan
kalium urine tinggi walaupun terjadi deplesi Natrium dan Kalium
2. Gagal Tumbuh Kembang
Muntah berulang dan cukup hebat menyebabkan gangguan gizi karena
intake menjadi sangat berkurang dan bila hal ini terjadi cukup lama, maka akan
terjadi kegagalan tumbuh kembang.
3. Aspirasi Isi Lambung
Aspirasi bahan muntahan dapat menyebabkan asfiksia. Episode aspirasi
ringan berulang menyebabkan timbulnya infeksi saluran nafas berulang. Hal ini
terjadi sebagai konsekuensi GERD.
4. Mallory Weiss syndrome
Merupakan laserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus dan
lambung. Biasanya terjadi pada muntah hebat berlangsung lama. Pada
pemeriksaan endoskopi ditemukan kemerahan pada mukosa esofagus bagian
bawah daerah LES. Dalam waktu singkat akan sembuh. Bila anemia terjadi
karena perdarahan hebat perlu dilakukan transfusi darah
5. Peptik esophagitis
Akibat refluks berkepanjangan pada muntah kronik menyebabkan iritasi
mukosa esophagus oleh asam lambung.

1.6 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
b. Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
c. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya
infeksi atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
d. Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai
adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik
berulang yang tidak jelas penyebabnya.
e. Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan
kemungkinan defek pada siklus urea.
f. Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila
dicurigai ke arah penyakit hati.
g. Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut.
Kadar lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap meninggi
selama beberapa hari setelah serangan akut.\
h. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit.
2. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi
dua pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan
pemeriksaan barium meal.
3. Foto polos abdomen
a. Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi
malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi.
b. Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini
tidak spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
c. Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah
diafragma menandakan adanya perforasi.
4. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta
larut air. Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan
yang menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster.
5. Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi
pada intususepsi.

1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi
keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut
dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi
dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya
adalah dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang
nasogastic tube yang dihubungkan dengan intermittent suction. Pada keadaan ini
memerlukan konsultasi dengan bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat
diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui
penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak
dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal
yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS),
apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya
pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya
pada mabuk perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca operasi,
kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran
gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
1. Antagonis dopamine
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal
karena biasanya merupakan self limited. Obat-obatan antiemetik biasanya
diperlukan pada muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang
disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan penyakit refluks
gastroesofageal. Contohnya Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1
mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis
IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari.
Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena mempunyai
efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan diskinetik serta krisis
okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini
karenadapat dikatakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate
benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis dopamine.
Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan
tonus sfingter esophagus bagian bawah.
2. Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam
golongan etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling
kuat diantara antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk
mengatasi mabuk perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler.
Dosisnya oral: 1-1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5
mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.
3. Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah
muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek
kombinasi antikolinergik dan antihistamin untuk mengatasi muntah akibat
obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk anak
diatas 2 tahun dengan dosis 0.4–0.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam 3-4
dosis, dosis maksimal berat badan <20>
4. Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena
faktor vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang
digunakan adalah 0,6 mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan
dosis maksimal 0,3mg per dosis.
5. 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya
diduga dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat
pada CTZ di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran
cerna. Ondansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis
mengatasi muntah akibat kemoterapi 4–18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30
menit senelum kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis
pertama diberikan kemudiansetiap 8jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis
pascaoperasi: 2–12 yr <40>40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis dewasa8 mg
PO/kali.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian): mual,
muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit).
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak).
3) Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital sign
b. Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut kering, kelopak mata
cekung, produksi urine berkurang).
c. Tanda- tanda shock
d. Penurunan berat badan
4) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : analisis urine dan darah
b. Foto polos abdomen meupun dengan kontras
c. USG
d. Pyelografi intravena/ sistrogram
e. Endoskopi dengan biopsy/ monitoring PH esophagus

2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul


1) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbs
3) Nausea berhubungan dengan iritasi gastric
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
5) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status
metabolic
6) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Monitor nutrisi :
nutrisi kurang dari keperawatan selama …x 24 jam, 1) Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh status nutrisi pasien seimbang makanan
berhubungan dengan dengan kriteria hasil 2) Anjurkan pasien untuk
gangguan absorbsi 1) Mempertahankan BB atau meningkatkan intake Fe
Batasan karakteristik : pertambahan 3) Ketahui makanan
1) BB 20% atau lebih 2) Mampu mengidentifikasi kesukaan klien
dibawah normal kebutuhan nutrisi 4) Kolaborasi dengan ahli
2) Dilaporkan adanya 3) Tidak ada tanda- tanda gizi untuk menentukan
intake makanan malnutrisi jumlah kalori dan
yang kurang dari 4) Tidak terjadi penurunan BB nutrisi yang dibutuhkan
RDA yang berarti pasien
(Recommended 5) Anjurkan pasien untuk
Daily Allowance) meningkatkan protein
3) Membrane mukosa dan vitamin C
dan konjungtiva 6) Berikan substansi gula
pucat 7) Yakinkan diiit yang
4) Kelemahan otot dimakan mengandung
yang digunakan tinggi serat untuk
untuk menelan/ mencegah konstipasi
mengunyah 8) Berikan makanan yang
5) Luka, inflamasi terpilih (sudah
pada rongga mulut dikonsulkan dengan
6) Mudah merasa ahli gizi)
kenyang, sesaat 9) Ajarkan pasien
setelah mengunyah bagaimana membuat
makanan catatan makanan harian
7) Dilaporkan atau 10) Monitor jumlah nutrisi
fakta adanya dan kandungan kalori
kekurangan 11) Berikan informasi
makanan tentang kebutuhan
8) Dilaporkan adanya nutrisi
perubahan sensasi 12) Kaji kemampuan pasien
rasa untuk mendapatkan
9) Perasaan nutrisi yang
ketidakmampuan dibutuhkan.
untuk mengunyah Nutrition monitoring
10) Kehilangan BB 1) BB pasien dalam batas
dengan makanan normal
cukup 2) Monitor adanya
11) Keengganan untuk penurunan BB
makan 3) Monitor tipe dan
12) Kram pada abdomen jumlah aktivitas yang
13) Tonus otot jelek biasa dilakukan
14) Nyeri abdominal 4) Monitor lingkungan
dengan atau tanpa selama makan
patologi 5) Jadwalkan pengobatan
15) Kurang berminat dan tindakan tidak
terhadap makanan selama makan
16) Pembuluh darah 6) Monitor kulit kering
kapiler mulai rapuh dan perubahan
17) Diare atau pigmentasi
steatorrhea 7) Monitor turgor kulit
18) Kehilangan rambut 8) Monitor kekeringan,
yang cukup banyak rambut kusam, dan
(rontok) mudah patah
19) Suara usus 9) Monitor mual dan
hiperaktif muntah
20) Kurangnya 10) Monitor kadar albumin,
informasi, miss total protein, Hb, da
informasi kadar Ht.
11) Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Deddy Satriya. Muntah pada anak. Di sunting dan di terbitkan . Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad/ FK-UNRI. Pekanbaru
 Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta
gastroenterologi anak. CV. Sagung Seto. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai