Dosen Pembimbing
Ns. Sri Mulyani S.Kep. M.Kep
1. LATAR BELAKANG
Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-satunya makakan
yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Melihat manfaat yang besar, maka pemberian ASI
Eksklusif sangat dianjurkan. Maksud ASI Eksklusif disini adalah pemberian ASI selama 6 bulan
tanpa makanan tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan makanan
padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir hingga bayi
umur 6 bulan (Sugiarti, 2011).
Sedangkan makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah berusia 6 bulan sampai bayi
berusia 24 bulan disebut makanan pendamping ASI, ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan
gizi bayi termasuk kelompok yang paling mudah menderita kelainan gizi. Salah satu faktor
penyebab perilaku penunjang orang tua dalam memberikan makanan pendamping ASI pada
bayi adalah masih rendahnya pengetahuan ibu tentang makanan bergizi bagi bayinya. Karena
kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh ibu, sehingga banyak bayi yang mengalami gizi
kurang. Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan gizi dan masalah psikososial diperlukan
adanya perilaku penunjang dari para orang tua, khususnya perilaku ibu dalam memberikan
makanan pendamping ASI pada bayinya (Depkes RI, 2010).
Banyak orang tua tidak tahu apa yang dimaksud pengenalan makanan tambahan, apa
keuntungannya, kapan pemberian makanan, apa saja yang harus diperkenalkan, makanan apa
yang cocok dan makanan apa yang harus dihindari untuk bayi usia tertentu dan sebagainya.
Orang tua terutama ibu yang pengetahuan tentang makanan kurang maka banyak dari mereka
yang salah dalam memperkenalkan makanan untuk anaknya, orang tua sering memberikan
makanan pada saat bayi usia kurang dari 6 bulan selain itu orang tua sering memberikan
makanan sekaligus banyak makanan dan bervariasi setiap harinya. Padahal pada umumnya anak
belum menunjukkan adanya tanda-tand alergi kadang anak juga baru bias menyesuaikan
lidahnya untuk makanan tertentu dalam waktu berulang atau 4-7 hari (Tijani, 2013).
Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional menunjukkan bahwa persentase ibu yang
memberi makanan bayi terlalu dini pada bayinya cukup tinggi sebanyak 32% ibu memberikan
makanan tambahan pada bayinya ketika berumur 2-3 bulan, dan 69% terhadap bayi yang
berumur 4-5 bulan. Berdasarkan ilmu gizi, para bayi perlu di perkenalkan ke pada jenis
makanan pendamping ASI agar mereka dapat memperoleh unsur gizi diantaranya karbohidrat
,protein,vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan mereka. Pemberian
makanan pendamping ASI harus bertahap dan bervariasi mulai dengan 1 jenis rasa setiap
mengenalkan jenis makanan baru, mulai berbentuk bubur kental,sari buah,buah segar,makanan
lumat,makanan lembek,dan akhirnya makanan padat (Tijani, 2012).
Dalam praktek pemberian MPASI hal ini banyak ibu yang tidak tahu dan bingung
untuk memberikan makanan bergizi apa yang cocok dan tidak bahaya bagi bayinya usia 6 bulan
karena pada bayi usia 6 bulan para ibu belum tahu apakah bayinya terdapat reaksi alergi,
keracunan,sembelit,diare atau rusaknya system pencernaan yang lain dalam mengkonsumsi
makanan yang mereka berikan. Pemberian makanan yang bergizi setelah bayi usia 6 bulan
memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Perkembangan usus bayi dan
pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan yang lain dalam mengkonsumsi
makanan yang mereka berikan. Pemberian makanan yang bergizi setelah bayi usia 6 bulan
memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Perkembangan usus bayi dan
pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan membutuhkan waktu sampai 6
bulan.Usia kurang dari 6 bulan, ginjal belum cukup berkembang untuk dapat mengurai sisa
makanan yang dihasilkan oleh makanan padat (WHO, 2013).
Menurut Helvetia (2010), mengingat masih banyaknya ibu yang memberikan makanan
pendamping ASI secara dini, maka diperlukan pengetahuan yang baik tentang MPASI. Kurang
memadainaya pengetahuan menyebabkan keluarga atau ibu tidak dapat memilih makanan yang
terbaik yang harus diberikan pada bayinya. Untuk mencegah kekurangan gizi pada balita yaitu
dengan melakukan penyuluhan gizi pada balita tentang makanan bergizi (Wijaya, 2010).
2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 x 40 menit, diharapkan peserta dapat
mengetahui, memahami tentang manfaat MPASI dan menerapkannya pada bayi.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan peserta dapat mengerti dan menyebutkan kembali yang dipaparkan seperti:
a. Memahami pengertian makanan pendamping asi
b. Memahami faktor yang mempengaruhi pemberian MPASI
c. Memahami manfaat MPASI
d. Memahami apa saja resiko pemberian MPASI terlalu dini
3. METODE
Presentasi, diskusi dan tanya jawab.
5. PENGORGANISASIAN
a. Penanggung jawab :Abzalurrahman, S.Kep
Tugas :
1) Bertanggung jawab terhadap berlangsungnya acara, sejak perencanaan pertemuan,
pelaksanaan sampai evaluasi dan pelaporan.
2) Mengkoordinasikan pertemuan
3) Menjawab pertanyaan
b. Moderator : Stasia Arinopita, S.Kep
Tugas :
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan tim dan perannya
3) Menjelaskan tujuan pertemuan
4) Membuat kontrak waktu
5) Memimpin pelaksanaan penyuluhan
6) Membuka sesi tanya jawab
7) Mengevaluasi hasil kegiatan acara
8) Menutup acara
c. Penyaji I : Yulda Yuristika, S.Kep
Tugas :
1) Menyajikan dan menjelaskan materi kepada audiens.
2) Mengevaluasi pengetahuan audiens mengenai materi penyuluhan
3) Menjawab pertanyaan
d. Observer : Sriwati, S.Kep
Tugas :
1) Bertanggung jawab untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan mulai dari
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi, danpelaporan.
2) Mengamati proses pelaksanaan dari awal sampai akhir.
3) Membuat laporan hasil penyuluhan.
4) Menjawab pertanyaan
e. Fasilitator : Putrinugraha Wanca A, S.Kep
Muniro, S.Kep
Widya Rivani, S.Kep
Tugas :
1) Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya diskusi.
2) Mempertahankan audiens tetap berada di tempat
3) Menenangkan audiens
4) Menjawab pertanyaan
f. Setting tempat
Keterangan:
: Pembimbing
: Penyaji
: Moderator
: Peserta
: Penanggung Jawab
: Observer
: Fasilitator
6. RENCANA KEGIATAN
7. EVALUASI HASIL
1. Evaluasi struktur
a. 80 % peserta mengikuti kegiatan
b. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Semua peserta yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat
selama jalannya diskusi.
d. Tidak ada peserta yang keluar masuk selama jalannya kegiatan
3. Evaluasi hasil
a. 75 % peserta dapat menyebutkan manfaat MPASI
b. 75 % peserta dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi pemberian MPASI
terlalu dini
c. 75 % peserta dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi pemberian MPASI.
MATERI PENYULUHAN MAKANAN PENDAMPING ASI
Menurut Wargiana (2013) menyebutkan bahwa usia 0-24 bulan merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga diistilahkan sebagai periode emas
sekaligus kritis. Periode emas dapat diwujudkan apa bila pada masa ini bayi dan anak
mendapatkan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal, sebaliknya apa bila bayi tidak
mendapatkan gizi yang optimal, maka periode emas akan berubah akan berubah menjadi
periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi, baik pada saat ini maupun masa
selanjutnya.
Sedangkan menurut Soedibyo & Winda (2007) menyatakan bahwa pemberian MP-ASI
terlalu dini, telah diketahui dapat menimbulkan beberapa masalah, perlunya menunda
pemberian makanan tambahan sampai usia 6 bulan adalah untuk mencegah kemungkinan
overfeeding karena bayi belum mampu memberi tanda bahwa ia sudah kenyang, alasan lain
adalah bayi belum mampu menelan secara sempurna dan berpotensi untuk tersedak dan tidak
bisa tidur nyenyak pada malam hari.
Pemberian air susu ibu secara efekrif pada bayi selama 6 bulan pertama terbukti
menurunkan angka kematian bayi, juga menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan
bayi dan terbukti dapat mencegah penyakit akut dan menahun (Turlina, 2009).
Hasil penelitian Murniningsih (2008) bahwa bayi yang diberikan MP- ASI sebelum
usuia 6 bulan, akan berakibat pada tingkat kesehatan yang menurun, sehingga pemberian
makanan tambahan yang berlebihan pada usia dini akan mengalami gangguan kesehatan
kemudian hari. Selain diare, panas pilek diketahui juga Ispa dan Dermatitis mengakibatkan
kunjungan ke pelayanan kesehatan menjadi sering. Dimana bayi menjadi rentan terhadap
penyakit dan sistem imun tubuh menjadi menurun.
Sedangkan menurut Wargiana, dkk. (2013) menyatakan, obesitas dapat terjadi pada
bayi. Konsumsi yang berlebihan terhadap makanan berkadar lemak mau pun gula yang tinggi
dapat memicu peningkatan berat badan yang tidak proporsional. Masyarakat memandang
bahwa bayi yang gemuk memiliki image lucu dan menggemaskan, namun secara fisiologis
mau pun psikologis ada beberapa dampak negatif bagi bayi. Obesitas pada bayi dapat
menurunkan kekebalan imun, dan obesitas ini dapat berlanjut pada usia dewasa. Bayi yang
obesitas banyak lipatan dikulit yang dapat menyebabkan iritasi kulit, gatal-gatal, lecet bahkan
dilipatan tersebut dapat menimbulkan bau tak sedap. Obesitas pada bayi dapat menyebabkan
kelainan pada tulang, karena tulang pada bayi masih rawan harus menopang berat badan yang
berlebih. Bayi yang obesitas akan menjadi lambat karena berpengaruh pada pergerakan.
Sebuah studi yang dilakukan Eka, dkk. (2013) yang menunjukan rendahnya asupan
protein anak pada konsumsi sehari-hari mereka dengan singkong sebagai makanan pokok.
Ketidak cukupan protein ini mempengaruhi tingginya prevalensi gizi dalam populasi ini, dan
sebagian besar pendidikan rendah sehingga pengetahuan jenis makanan yang dikonsumsi
masih sangat kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Jakarta :
Depkes RI.
Depkes RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI) Lokal.
Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan di Posyandu Cirumpak Tengah Kec. Kronjo Tahun 2008.
Notoatmodjo Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2014.
Soetjiningsih. DSAK. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakrta: EGC, 2010
Sunarsih, Tri, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Salemba Medika : Jakarta