Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN

ASI EKSKLUSIF DAN MAKANAN PENDAMPING ASI


DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI

DISUSUN OLEH :KELOMPOK X

YULDA YURISTIKA G1B218003


STASIA ARINOPITA G1B218005
MUNIRO G1B218007
WIDYA RIVANI G1B218010
SRIWATI G1B218021
ULBAQ SHEPTIA G1B218022
PUTRINUGRAHA W.A G1B218025
ABZALURAHMAN G1B218027

Dosen Pembimbing
Ns. Sri Mulyani S.Kep. M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2018
PRE PLANNING
ASI EKSKLUSIF DAN MAKANAN PENDAMPING ASI
DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI

Topik/Judul kegiatan : ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI


Hari/Tanggal : 10 November 2018
Jam : 08:00 s/d Selesai
Waktu : 40 Menit
Tempat : Aula Puskesmas Putri Ayu
Sasaran : Ibu Hamil
Target : ±10 orang

1. LATAR BELAKANG
Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-satunya makakan
yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Melihat manfaat yang besar, maka pemberian ASI
Eksklusif sangat dianjurkan. Maksud ASI Eksklusif disini adalah pemberian ASI selama 6 bulan
tanpa makanan tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan makanan
padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir hingga bayi
umur 6 bulan (Sugiarti, 2011).
Sedangkan makanan tambahan yang diberikan pada bayi setelah berusia 6 bulan sampai bayi
berusia 24 bulan disebut makanan pendamping ASI, ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan
gizi bayi termasuk kelompok yang paling mudah menderita kelainan gizi. Salah satu faktor
penyebab perilaku penunjang orang tua dalam memberikan makanan pendamping ASI pada
bayi adalah masih rendahnya pengetahuan ibu tentang makanan bergizi bagi bayinya. Karena
kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh ibu, sehingga banyak bayi yang mengalami gizi
kurang. Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan gizi dan masalah psikososial diperlukan
adanya perilaku penunjang dari para orang tua, khususnya perilaku ibu dalam memberikan
makanan pendamping ASI pada bayinya (Depkes RI, 2010).
Banyak orang tua tidak tahu apa yang dimaksud pengenalan makanan tambahan, apa
keuntungannya, kapan pemberian makanan, apa saja yang harus diperkenalkan, makanan apa
yang cocok dan makanan apa yang harus dihindari untuk bayi usia tertentu dan sebagainya.
Orang tua terutama ibu yang pengetahuan tentang makanan kurang maka banyak dari mereka
yang salah dalam memperkenalkan makanan untuk anaknya, orang tua sering memberikan
makanan pada saat bayi usia kurang dari 6 bulan selain itu orang tua sering memberikan
makanan sekaligus banyak makanan dan bervariasi setiap harinya. Padahal pada umumnya anak
belum menunjukkan adanya tanda-tand alergi kadang anak juga baru bias menyesuaikan
lidahnya untuk makanan tertentu dalam waktu berulang atau 4-7 hari (Tijani, 2013).
Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional menunjukkan bahwa persentase ibu yang
memberi makanan bayi terlalu dini pada bayinya cukup tinggi sebanyak 32% ibu memberikan
makanan tambahan pada bayinya ketika berumur 2-3 bulan, dan 69% terhadap bayi yang
berumur 4-5 bulan. Berdasarkan ilmu gizi, para bayi perlu di perkenalkan ke pada jenis
makanan pendamping ASI agar mereka dapat memperoleh unsur gizi diantaranya karbohidrat
,protein,vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan mereka. Pemberian
makanan pendamping ASI harus bertahap dan bervariasi mulai dengan 1 jenis rasa setiap
mengenalkan jenis makanan baru, mulai berbentuk bubur kental,sari buah,buah segar,makanan
lumat,makanan lembek,dan akhirnya makanan padat (Tijani, 2012).

Dalam praktek pemberian MPASI hal ini banyak ibu yang tidak tahu dan bingung
untuk memberikan makanan bergizi apa yang cocok dan tidak bahaya bagi bayinya usia 6 bulan
karena pada bayi usia 6 bulan para ibu belum tahu apakah bayinya terdapat reaksi alergi,
keracunan,sembelit,diare atau rusaknya system pencernaan yang lain dalam mengkonsumsi
makanan yang mereka berikan. Pemberian makanan yang bergizi setelah bayi usia 6 bulan
memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Perkembangan usus bayi dan
pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan yang lain dalam mengkonsumsi
makanan yang mereka berikan. Pemberian makanan yang bergizi setelah bayi usia 6 bulan
memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Perkembangan usus bayi dan
pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan membutuhkan waktu sampai 6
bulan.Usia kurang dari 6 bulan, ginjal belum cukup berkembang untuk dapat mengurai sisa
makanan yang dihasilkan oleh makanan padat (WHO, 2013).

Menurut Helvetia (2010), mengingat masih banyaknya ibu yang memberikan makanan
pendamping ASI secara dini, maka diperlukan pengetahuan yang baik tentang MPASI. Kurang
memadainaya pengetahuan menyebabkan keluarga atau ibu tidak dapat memilih makanan yang
terbaik yang harus diberikan pada bayinya. Untuk mencegah kekurangan gizi pada balita yaitu
dengan melakukan penyuluhan gizi pada balita tentang makanan bergizi (Wijaya, 2010).

2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 x 40 menit, diharapkan peserta dapat
mengetahui, memahami tentang manfaat MPASI dan menerapkannya pada bayi.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan peserta dapat mengerti dan menyebutkan kembali yang dipaparkan seperti:
a. Memahami pengertian makanan pendamping asi
b. Memahami faktor yang mempengaruhi pemberian MPASI
c. Memahami manfaat MPASI
d. Memahami apa saja resiko pemberian MPASI terlalu dini

3. METODE
Presentasi, diskusi dan tanya jawab.

4. MEDIA DAN ALAT


a. Leaflet
b. Proyektor
c. Laptop

5. PENGORGANISASIAN
a. Penanggung jawab :Abzalurrahman, S.Kep
Tugas :
1) Bertanggung jawab terhadap berlangsungnya acara, sejak perencanaan pertemuan,
pelaksanaan sampai evaluasi dan pelaporan.
2) Mengkoordinasikan pertemuan
3) Menjawab pertanyaan
b. Moderator : Stasia Arinopita, S.Kep
Tugas :
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan tim dan perannya
3) Menjelaskan tujuan pertemuan
4) Membuat kontrak waktu
5) Memimpin pelaksanaan penyuluhan
6) Membuka sesi tanya jawab
7) Mengevaluasi hasil kegiatan acara
8) Menutup acara
c. Penyaji I : Yulda Yuristika, S.Kep
Tugas :
1) Menyajikan dan menjelaskan materi kepada audiens.
2) Mengevaluasi pengetahuan audiens mengenai materi penyuluhan
3) Menjawab pertanyaan
d. Observer : Sriwati, S.Kep
Tugas :
1) Bertanggung jawab untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan mulai dari
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi, danpelaporan.
2) Mengamati proses pelaksanaan dari awal sampai akhir.
3) Membuat laporan hasil penyuluhan.
4) Menjawab pertanyaan
e. Fasilitator : Putrinugraha Wanca A, S.Kep
Muniro, S.Kep
Widya Rivani, S.Kep
Tugas :
1) Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya diskusi.
2) Mempertahankan audiens tetap berada di tempat
3) Menenangkan audiens
4) Menjawab pertanyaan
f. Setting tempat

Keterangan:
: Pembimbing

: Penyaji

: Alat bantu penyuluhan

: Moderator

: Peserta

: Penanggung Jawab

: Observer

: Fasilitator
6. RENCANA KEGIATAN

No Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu


1. Pembukaan a. Memberi salam a. Menjawab salam 5
b. Perkenalan CI dan teman- b. Memperhatikan Menit
teman c. Memperhatikan
c. Menjelaskan topik dan dan mendengarkan
tujuan penyuluhan d. Memperhatikan
d. Menjelaskan kontrak waktu dan mendengarkan
2 Kegiatan inti 1. Mengkaji pengetahuan 20
responden tentang ; a. Memperhatikan dan Menit
a. Pengerian ASI mendengarkan
Eksklusif b. Mengungkapkan
b. Pengertian MPASI pendapat (bertanya)
c. Manfaat MPASI c. Memperhatikan
d. Resiko pemberian
MPASI terlalu dini
e. faktor yang
mempengaruhi
pemberian MPASI
2. Menjelakan tentang :
a. Pengerian ASI
Eksklusif
b. Pengertian MPASI
c. Manfaat MPASI
d. Resiko pemberian
MPASI terlalu dini
e. Faktor yang
mempengaruhi
pemberian MPASI
3. Tanya jawab
3. Penutup a. Mengevaluasi kembali a. Menjawab 5
pengetahuan peserta pertanyaan Menit
penyuluhan
b. Menyimpulkan materi b. Peserta menjawab
penyuluhan salam
c. Mengakhiri pertemuan
dengan mengucapkan
terimakasih dan salam

7. EVALUASI HASIL
1. Evaluasi struktur
a. 80 % peserta mengikuti kegiatan
b. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Semua peserta yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Peserta berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat
selama jalannya diskusi.
d. Tidak ada peserta yang keluar masuk selama jalannya kegiatan
3. Evaluasi hasil
a. 75 % peserta dapat menyebutkan manfaat MPASI
b. 75 % peserta dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi pemberian MPASI
terlalu dini
c. 75 % peserta dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi pemberian MPASI.
MATERI PENYULUHAN MAKANAN PENDAMPING ASI

2.1 Asi Eksklusif


2.1.1 Pengertian Asi Ekslusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai
makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih
tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain,
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan
padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan
mineral dan obat. Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan
memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain,
kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan
pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono,
2009).

2.1.2 Manfaat Asi Ekslusif


Menurut Purwanti (2004) manfaat dari ASI Eksklusif adalah sebagai berikut:
1. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada
bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung
semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6
bulan pertama kehidupannya.
2. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena
mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi,
perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
3. Mengurangi resiko bayi terkena diare dan muntah.
4. Komposisi ASI ideal untuk bayi.
5. Mengurangi kemungkinan terkena infeksi pada dada dan telinga, mengurangi resiko
penyakit kulit, mengurangi kemungkinan terkena sembelit, sehingga berkurang juga
kemungkinan bayi dirawat di rumah sakit.
6. Mengurangi kemungkinan bayi mengalami masalah kegemukan di saat dewasanya
sehingga juga mencegah penyakit diabetes dan penyakit yang terkait kegemukan.
7. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah yang
terbaik untuk sapi. Sehingga tentunya komposisi ASI berbeda dengan komposisi susu
formula.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Memperbanyak ASI


Menurut Roesli (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi upaya ibu dalam
memperbanyak ASI adalah sebagai berikut-
1. Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI.
Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang teratur,
maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.
2. Ketenangan jiwa dan pikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang.
Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
3. Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar tidak
mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan
adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.
4. Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofise untuk
mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.
5. Anatomis payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu
diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau puting susu ibu.
6. Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang menentukan produksi
dan mempertahankan sekresi air susu.
7. Pola istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu
terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang.
8. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran ASI
akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan cukup
bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi prematur akan optimal
dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama
setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu.
Sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2
minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup.
Sehingga direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal
setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan
stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
9. Berat bayi lahir rendah
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih
rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI
yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah
disbanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormone
prolactin oksitosin dalam memproduksi ASI.
10. Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi poduksi ASI. Hal ini
disebabkan bayiyang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat
lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah
daripada bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi
prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi
organ.
11. Konsumsi rokok dan alcohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan
mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan
menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat
pelepasan oksitosin. Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat
membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun
disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin.

2.1.4 Cara mengatasi puting susu terbenam


Bagi ibu yang mengalami inverted nipple atau putting susu terbenam, adapun cara
mengatasi puting susu terbenam adalah sebagai berikut
1. Saat memasuki usia kehamilan ke tujuh bulan, biasakan diri menarik puting susu
dengan jari tangan sampaia menonjol
2. Adanya kemauan ibu untuk menyusui
3. Pijat areola ketika mandi selama 2 menit
4. Taring puting susu degan 4 jari dibawah dan ibu jari diatas ketika akan menyusui
5. Gunakan bantuan dengan menggunakan pompa payudara untuk menarik payudara yang
terbenam
Alat yang dapat digunakan untuk merangsang puting keluar: nipple puller

2.2 Makanan Pendamping ASI


2.2.1 Pengertian Makanan Pendamping ASI
Menurut para ahli bahwa Makanan Pendamping ASI (MP – ASI) merupakan
makanan yang diberikan ke bayi selain ASI sebagai pendamping ASI guna menunjang
pertumbuhan pada bayi. Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan
kepada bayi guna memenuhi kebutuhan bayi atau anak dalam melengkapi ASI dan
biasanya diberikan pada bayi berusia 6 – 12 bulan (Roesli. 2011)
Makanan pendamping ASI merupakan makanan yang diberikan pada bayi mulai
umur 6 bulan guna pemenuhan energi dan zat gizi lain yang tidak dicukupi oleh ASI
(Azwar, 2013). Sedangkan menurut Departemen Kesehatan (KEMENKES) Republik
Indonesia, bahwa MPASI adalah pemberian makanan pendamping kepada bayi usia 6-
24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk
menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Kemenkes,
2017).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MPASI secara dini


2.3.1 Internal
2.2.1.1 Pengetahuan Ibu
Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui
menyebabkan ibu-ibu mudah beralih ke susu formula. Oleh itu perlu dukungan oleh
berbagai pihak agar ibu mengetahui informasi yang jelas tentang pemberian ASI
eksklusif dengan memberikan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI. Faktor
internal ini yang mempengaruhi bayi kurang mendapatkan ASI yang cukup (Anton,
2011).
2.2.1.2 Kondisi Payudara
Ibu yang terkadang merasakan puting susunya terasa nyeri apa bila sedang
menyusui seperti :
1 Puting susu datar/terpendam
Pada awalnya bayi akan mengalami sedikit kesulitan, tetapi setelah beberapa
minggu puting susu yang datar akan menonjol keluar sehingga bayi dapat
menyusu dengan mudah. Menyusui bayi sesering mungkin (misal 2 – 2 ½ jam)
akan menghindarkan payudara terisi penuh dan memudahkan bayi untuk
menyusu. Mengeluarkan ASI secara manual akan membentuk puting susu
tertarik kedalam (Depkes RI. 2017)
2 Putting susu lecet
Puting susu yang nyeri jika tidak segera ditangani dengan benar maka menjadi
lecet, sehingga menyusui akan terasa menyakitkan bahkan akan mengeluarkan
darah. Puting susu yang lecet akan menyebabkan posisi menyusui menjadi salah,
apabila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada puting yang sakit, beri
kesempatan untuk puting susu yang sakit menjadi sembuh. Jika dalam waktu satu
minggu luka tidak kunjung sembuh, rujuk ke puskesmas. Posisi menyusui yang
benar itu bayi diletakan menghadap ibu, perut bayi menempel keperut ibu,
telinga bayi segaris dengan lengan, mulubayi terbuka lebar, bibir bayi lengkung
keluar, dagu bayi menempel pada payudara sebagian besar aerolatidak kelihatan
(Depkes RI. 2017).
3 Putting susu nyeri
Pada awalnya ibu akan mengalami sakit atau nyeri pada saat awal menyusui.
Rasa nyeri ini akan berhenti ketika sudah keluar. Bila posisi mulut dan puting
susu dalam posisi yang tepat, perasaan nyeri itu akan menghilang. Cara
menanganinya adalah dengan cara memastikan posisi menyusui sudah benar,
jangan membersihkan puting susu dengan sabun, hindarkan puting susu menjadi
lembab (Depkes RI.2017).
4 Payudara Bengkak
Pada hari pertama (sekitar 2 – 4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri itu
karena bertambahnya aliran darah kepayudara bersama ASI yang mulai
diproduksi dalam jumlah banyak. Penyebab bengkaknya payudara adalah posisi
mulut bayi dan puting susu yang salah, produksi ASI berlebih, terlambat
menyusui, pengeluaran ASI yang jarang, dan waktu menyusui yang terbatas.
Cara mengatasinya adalah dengan menyusui bayi sesering mungkin tanpa ada
jadwal dan batas waktu. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan
bantuan tangan/pompa ASI yang efektif sebelum menyusui. Sebelum menyusui
dapat dilakukan juga kompres air dingin untuk mengurangi oedema (Depkes RI.
2017)
2.3.2 Eksternal
Faktor eksternal memberi gambaran bahwa bukan hanya faktor internal yang
mempengaruhi pemberian MP-ASI yang kurang tepat pada bayi. Faktor internal meliputi
dukungan keluarga.
2.1.2.1 Dukungan Keluarga
adalah sebuah penyemangat atau support atau motivasi yang diberikan kepada
seseorang, sedangkan keluarga adalah suatu perkumpulan yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak, 2011).
2.1.2.2 Pengaruh Iklan
Pemasaran produk makanan pendamping ASI telah menimbulkan anggapan
bahwa makanan pendamping ASI telah lebih unggul dari pada ASI eksklusif, sehingga
ibu akan lebih tertarik dengan iklan MP-ASI dan memberikannya secara dini (Palupi,
2013).
2.1.2.3 Peran Petugas Kesehatan
Pada umumnya ibu akan patuh pada nasehat petugas kesehatan, oleh karena itu
petugas kesehatan diharapkan untuk memberikan informasi tentang kapan waktu yang
tepat memberikan ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif dan resiko tidak memberikan
ASI (Soetjiningsih, 2010)

2.4 Manfaat Makanan Pendamping ASI


Adapun manfaat makanan pendamping ASI adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan gizi
2. Penyesuaian saluran cerna terhadap makanan tambahan
3. Mengajarkan bayi menguyah dan menelan
4. Mengembangkan kemampuan dalam hal menerima berbagai macam rasa

2.5 Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini


Penelitian Murniningsih (2014) menunjukkan bahwa bayi yang diberi makanan
pendamping sebelum usia 6 bulan, akan berakibat pada tingkat kesehatan yang menurun,
sehingga pemberian makanan tambahan yang berlebihan pada usia dini akan mengakibatkan
gangguan kesehatan dikemudian hari. Selain diare, panas, pilek, ISPA dan dermatitis
mengakibatkan kunjungan layanan kesehatan yang sering. Dimana masa bayi pada usia yang
sangat rentan terhadap penyakit yang menyebabkan kekebalan dan sistem imun menurun
(Hernawati, 2009)
Banyak ibu yang memberikan makanan tambahan pengganti ASI (MP-ASI) kepada
bayi yang berumur kurang dari empat bulan, padahal pemberian MP-ASI terlalu dini
mempunyai dampak resiko kontaminasi yang sangat tinggi, yaitu terjadinya gastroenteritis
yang sangat berbahaya bagi bayi dan dapat mengurangi produksi ASI lantaran bayi jarang
disusui (Soekidjo, 2014).
Pemberian makanan tambahan pada usia dini terutama makanan padat justru
meningkatkan banyak infeksi, kenaikan berat badan, alergi terhadap salah satu zat gizi yang
terdapat pada makanan, sedangkan pemberian cairan. Bayi usia dini sangat rentan terhadap
bakteri penyebab diare, terutama dlingkungan yang kurang higienes dan sanitasi buruk
(Murniningsih. 2015).
Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini sama saja membuka pintu
gerbang masuknya kuman. Belum lagi jika tidak disajikan secara higienis. Hasil riset terakhir
penelitian di Indonesia menunjukan bahwa bayi yang mendapat makanan pendamping
sebelum usia 6 bulan akan terserang diare, sembelit, pilek dan panas dibandingkan dengan
yang diberi ASI eksklusif (Lely, 2012).
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia adalah 35/1000 kelahiran hidup (Depkes
RI,2003), dengan harapan pada tahun 2010 AKB di Indonesia turun menjadi 16/1000
kelahiran hidup. Sering kali ibu kurang mendapat informasi bahkan mendengar informasi
yang salah tentang ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang diberikan
pada usia kurang 6 bulan (Hastutik, 2011).

2.6 Beberapa Jenis MPASI yang Sering Diberikan


Beberapa Jenis MP-ASI yang sering diberikan adalah sebagai berikut:
1. Buah, terutama pisang yang mengandung cukup kalori. Buah jenis lain
yangsering diberikan pada bayi adalah : pepaya, jeruk, dan tomat sebagai sumber
vitamin A dan C.
2. Bubur susu buatan sendiri dari satu sampai dua sendok makan tepung beras sebagai
sumber kalori dan satu gelas susu sapi sebagai sumber protein.
3. Nasi tim saring, yang merupakan campuran dari beberapa bahan makanan, satu
sampai dua sendok beras, sepotong daging, ikan atau hati, sepotong tempe atau tahu
dan sayuran seperti wortel dan bayam, serta buah tomat dan air kaldu.
4. Makanan bayi kalengan, yang diperdagangkan dan dikemas dalam kaleng, karton,
karton kantong (sachet) atau botol : untuk jenis makanan seperti ini perlu dibaca
dengan teliti komposisinya yang tertera dalam labelnya (Lewis, 2003).

2.7 Bayi dengan Gizi Berlebih menjadi masalah kritis

Menurut Wargiana (2013) menyebutkan bahwa usia 0-24 bulan merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga diistilahkan sebagai periode emas
sekaligus kritis. Periode emas dapat diwujudkan apa bila pada masa ini bayi dan anak
mendapatkan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal, sebaliknya apa bila bayi tidak
mendapatkan gizi yang optimal, maka periode emas akan berubah akan berubah menjadi
periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi, baik pada saat ini maupun masa
selanjutnya.
Sedangkan menurut Soedibyo & Winda (2007) menyatakan bahwa pemberian MP-ASI
terlalu dini, telah diketahui dapat menimbulkan beberapa masalah, perlunya menunda
pemberian makanan tambahan sampai usia 6 bulan adalah untuk mencegah kemungkinan
overfeeding karena bayi belum mampu memberi tanda bahwa ia sudah kenyang, alasan lain
adalah bayi belum mampu menelan secara sempurna dan berpotensi untuk tersedak dan tidak
bisa tidur nyenyak pada malam hari.
Pemberian air susu ibu secara efekrif pada bayi selama 6 bulan pertama terbukti
menurunkan angka kematian bayi, juga menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan
bayi dan terbukti dapat mencegah penyakit akut dan menahun (Turlina, 2009).
Hasil penelitian Murniningsih (2008) bahwa bayi yang diberikan MP- ASI sebelum
usuia 6 bulan, akan berakibat pada tingkat kesehatan yang menurun, sehingga pemberian
makanan tambahan yang berlebihan pada usia dini akan mengalami gangguan kesehatan
kemudian hari. Selain diare, panas pilek diketahui juga Ispa dan Dermatitis mengakibatkan
kunjungan ke pelayanan kesehatan menjadi sering. Dimana bayi menjadi rentan terhadap
penyakit dan sistem imun tubuh menjadi menurun.
Sedangkan menurut Wargiana, dkk. (2013) menyatakan, obesitas dapat terjadi pada
bayi. Konsumsi yang berlebihan terhadap makanan berkadar lemak mau pun gula yang tinggi
dapat memicu peningkatan berat badan yang tidak proporsional. Masyarakat memandang
bahwa bayi yang gemuk memiliki image lucu dan menggemaskan, namun secara fisiologis
mau pun psikologis ada beberapa dampak negatif bagi bayi. Obesitas pada bayi dapat
menurunkan kekebalan imun, dan obesitas ini dapat berlanjut pada usia dewasa. Bayi yang
obesitas banyak lipatan dikulit yang dapat menyebabkan iritasi kulit, gatal-gatal, lecet bahkan
dilipatan tersebut dapat menimbulkan bau tak sedap. Obesitas pada bayi dapat menyebabkan
kelainan pada tulang, karena tulang pada bayi masih rawan harus menopang berat badan yang
berlebih. Bayi yang obesitas akan menjadi lambat karena berpengaruh pada pergerakan.
Sebuah studi yang dilakukan Eka, dkk. (2013) yang menunjukan rendahnya asupan
protein anak pada konsumsi sehari-hari mereka dengan singkong sebagai makanan pokok.
Ketidak cukupan protein ini mempengaruhi tingginya prevalensi gizi dalam populasi ini, dan
sebagian besar pendidikan rendah sehingga pengetahuan jenis makanan yang dikonsumsi
masih sangat kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Jakarta :
Depkes RI.
Depkes RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI) Lokal.

Jakarta: Depkes RI, 20017.

Fithriatul Muthmainnah 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu


dalam Memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu.
Ina Hernawati. Gambaran Karakteristik Ibu Yang Memberikan Makanan Pendamping ASI Pada

Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan di Posyandu Cirumpak Tengah Kec. Kronjo Tahun 2008.

www.inahernawati.com. (Diunduh pada tanggal 5 November 2018), 2008.

Notoatmodjo Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2014.

Roesli utami. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Gramedia, 2011.

Soetjiningsih. DSAK. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakrta: EGC, 2010
Sunarsih, Tri, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Salemba Medika : Jakarta

Purwanti. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Bandung : Cendekia.

Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Anda mungkin juga menyukai