Anda di halaman 1dari 60

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN ASAM JAHE TERHADAP

PENURUNAN TINGKAT NYERI DYSMENORRHEA PADA


REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN
AS-SALAFIYAH II TERPADU
YOGYAKARTA

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun oleh:
Tin Qamariah
1910104031

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN ASAM JAHE TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT NYERI DYSMENORRHEA PADA
REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN
AS-SALAFIYAH II TERPADU
YOGYAKARTA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Menyusun Skripsi


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
Tin Qamariah
1910104031

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN ASAM JAHE TERHADAP


PENURUNAN TINGKAT NYERI DYSMENORRHEA PADA
REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN
AS-SALAFIYAH II TERPADU
YOGYAKARTA

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun oleh :
Tin Qamariah
1910104031

Telah Memenuhi Prsyaratan dan Disetujui untuk Mengikuti Ujian Skripsi


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh :

Pembimbing : Sri Wahtini, S.ST., M.H.Kes


Tanggal : ………………….

ii
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN ASAM JAHE TERHADAP


PENURUNAN TINGKAT NYERI DYSMENORRHEA PADA
REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN
AS-SALAFIYAH II TERPADU
YOGYAKARTA

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun oleh :
TIN QAMARIAH
1910104031

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat untuk
Mendapatkan Gelar Sarjana Terapan Kebidanan
pada Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Dewan Penguji :

1. Penguji I : Luluk Khusnul Dwihestie, S.ST., M.Kes …………….

2. Penguji II : Sri Wahtini, S.ST., M.H.Kes …………….

Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum W. Wb
Alhamdulillah, dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayahNya yang diberikan kepada penulis sehingga proposal penelitian
berjudul “Pengaruh Pemberian Rebusan Asam Jahe terhadap Penurunan Tingkat
Nyeri Dysmenorrhea pada Remaja Putri di Pondok Pesantren As-Salafiyah II
Terpadu Yogyakarta” ini dapat terselesaikan.
Penyusunan proposal penelitian ini merupakan tugas yang harus ditempuh dalam
rangka penyusunan tugas akhir pendidikan Program Studi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Dalam
penulisan proposal penelitian ini, penulis mendapatkan dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga proposal penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
Untuk itu penulis mengucapkan mengucapkan terimakasih kepada:
1. Warsiti, S.Kp.,M.Kep., Sp.Mat, selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
yang telah memotivasi serta memberikan semangat kepada kami dalam
melaksanakan perkuliahan.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberkan izin untuk
penuyusunan proposal penelitian ini.
3. Fitria Siswi Utami, S.Sit., MNS, selaku Ketua Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada kami dalam
melaksanakan pembelajaran.
4. Luluk Khusnul Dwihestie, S.ST., M.Kes, selaku dosen penguji I yang telah
mencurahkan waktunya.
5. Sri Wahtini, S.ST., M.H.Kes, selaku dosen pembimbing dan penguji II yang
telah mencurahkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberi bimbingan dan
motivasi dengan sabar, tulus dan ikhlas.
6. Seluruh Dosen Pengampu Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat selama menempuh pendidikan.
7. Papa dan Mama serta keluarga tercinta yang tiada henti memberikan kasih
sayang, semangat serta do’a.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam
menyelesaikan proposal penelitian ini.

Penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan khususnya bagi pembaca.

Yogyakarta, Januari 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 8
F. Keaslian Penelitian .................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 12
A. Tinjauan Teori ........................................................................................... 12
1. Menstruasi ........................................................................................... 12
2. Dysmenorrhea .................................................................................... 15
3. Remaja................................................................................................. 20
4. Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum) .................................. 22
5. Asam Jawa (Tamarindus Indica L.) .................................................... 25
B. Tinjauan Islam ........................................................................................... 28
C. Kerangka Konsep ...................................................................................... 29
D. Hipotesis.................................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 31
A. Desain Penelitian ....................................................................................... 31
B. Variabel ..................................................................................................... 32
C. Daftar Operasional .................................................................................... 33
D. Populasi dan Sampel ................................................................................. 34
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data ........................................................ 34
F. Etika Penelitian ......................................................................................... 36
G. Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 37
H. Rencana Jalannya Penelitian ..................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian............................................................................... 31


Tabel 3.2 Definisi Operasional ......................................................................... 33

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Menstruai ............................................................................ 15


Gambar 2.2 Jahe Merah .................................................................................... 23
Gambar 2.3 Asam Jawa..................................................................................... 26
Gambar 2.4 Kerangka Konsep .......................................................................... 29
Gambar 3.1 Numeric Rating Scale .................................................................... 35

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Time Schedule


Lampiran 2 : Penilaian Tingkat Nyeri Haid
Lampiran 3 : Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 : Lembar Informed Consent (Lembar Persetujuan Responden)
Lampiran 5 : Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 6 : Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 7 : Lembar Konsultasi/Bimbingan
Lampiran 8 : Lembar Mengikuti Proposal

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat dan sebelum haid (menstruasi), seringkali wanita mengalami

rasa tidak nyaman di perut bagian bawah. Nyeri haid dibedakan menjadi dua

yaitu nyeri haid primer dan nyeri haid sekunder. Nyeri haid primer biasanya

terjadi dari mulai pertama haid kurang lebih usia 10-15 tahun (menarche)

sampai usia 25 tahun. Nyeri pada nyeri haid primer lebih dikarenakan

kontraksi uterus, sedangkan nyeri haid sekunder disebabkan oleh kelainan

yang didapat di dalam rongga uterus (Andrews, 2009).

Pada masa remaja ini biasanya dysmenorrhea yang dialami adalah

dysmenorrhea primer (Aulia, 2009). Menurut MenKes tahun 2013 total

penduduk 28% atau 64 juta jiwa ialah usia remaja. Rentang usia remaja

adalah 10-19 tahun. Menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2012 jumlah penduduk dengan usia 10-19 tahun

mencapai 48 per 1000 perempuan (DepKes, 2013).

Dysmenorrhea atau nyeri haid dapat menyebabkan kegagalan seseorang

untuk menjalankan fungsinya, tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari

seperti tidak bekerja atau masuk sekolah, sehingga apabila masalah ini tidak

segera di atasi akan sangat merugikan (Rahnama et al., 2012).

Data dari World Health Organization (WHO) didapatkan bahwa

kejadian wanita yang mengalami dysmenorrhea berat sebesar 1.769.425 jiwa

(90%), 10-15% diantaranya mengalami dysmenorrhea ringan. Hal ini

didukung dengan penelitian yang telah dilakukan diberbagai Negara dengan

1
2

hasil yang mencengangkan, dimana kejadian dysmenorrhea primer disetiap

negara dilaporkan lebih dari 50% (Susilawati, 2013).

Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa angka

kejadian dysmenorrhea tipe primer adalah sekitar 54,89% sedangkan sisanya

penderita dengan dismenorea sekunder. Dismenorea terjadi pada remaja

dengan prevalensi berkisar antara 43% hingga 93%, dimana sekitar 74- 80%

remaja mengalami dismenorea ringan (Sulliawati, 2013).

Angka kejadian dysmenorrhea di Provinsi Yogyakarta sebanyak 52%

dialami wanita usia produktif. Prevalensi tertinggi sering ditemui pada remaja

putri antara 20-90 %, dan sekitar 15 % remaja dilaporkan dysmenorrhea berat

(Karim, 2015).

Keluhan nyeri haid umum terjadi, dan sebagian besar yang mengalami

nyeri haid jarang pergi ke dokter, seringnya keluhan tersebut diobati dengan

obat-obat bebas tanpa resep dokter. Telah diteliti bahwa sebesar 30-70%

remaja wanita mengobati nyeri haidnya dengan obat anti nyeri yang dijual

bebas. Hal ini sangat berisiko, karena efek samping dari obat-obatan tersebut

bermacam-macam jika digunakan secara bebas dan berulang tanpa

pengawasan dokter (Kristina, 2010).

Pemberian terapi herbal merupakan bagian dari terapi pengobatan

komplementer yang dapat diberikan oleh bidan secara mandiri, yang diatur

dalam PERMENKES RI No 1109 tahun 2007 pasal 1 ayat 11 yaitu tenaga

kesehatan (bidan) sesuai ketentuan perundang-undangan yang melakukan

pelayanan pengobatan komplementer altrnatif.

Marlina (2012) menjelaskan bahwa masyarakat mempunyai anggapan

yang salah tentang dysmenorrhea yang dapat hilang dengan cara sendirinya
3

apabila perempuan yang bersangkutan menikah sehingga keluhan tersebut

dibiarkan saja. Sedangkan dalam Paramita (2010) menjelaskan bahwa

masyarakat beranggapan jika upaya penanganan nyeri haid yang dilakukan

oleh sebagian siswi adalah dengan mengoleskan minyak kayu putih pada

daerah nyeri, tiduran, minum obat pengurang rasa sakit, dan sebagian lagi

hanya membiarkan gejala tersebut karena terbatasnya informasi tentang

kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang menstruasi dan

permasalahannya, yaitu nyeri haid.

Melihat dampak dan banyaknya remaja putri yang mengalami

dysmenorrhea maka dapat dikatakan bahwa dysmenorrhea merupakan salah

satu problematika dalam kehidupan remaja putri yang memaksakan remaja

untuk menggunakan berbagai cara untuk mencegah terjadinya dysmenorrhea,

yang selama ini diatasi dengan mengkonsumsi obat-obatan analgetik yang

tidak baik untuk kesehatan jangka panjang (Tabari, 2016).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61

Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi dalam pasal 11 dijelaskan bahwa

pemerintah menerapkan pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang

bertujuan untuk mempersiapkan remaja agar menjalani kehidupan reproduksi

yang sehat dan bertanggung jawab. Dalam hal ini, pemerintah berupaya untuk

meningkatkan kualitas Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR),

termasuk kualitas dalam memberikan informasi kesehatan remaja dan

pelayanan konseling disemua tempat pelayanan kesehatan. Untuk itu

dibutuhkan peran kemampuan petugas kesehatan yang berkualitas untuk

menyampaikan informasi secara jelas, dan tepat, karena remaja yang

berkualitas memegang peranan penting dalam mencapai kelangsungan serta


4

keberhasilan tujuan pembangunan nasional sehingga perlu mendapatkan

perhatian yang serius untuk meningkatkan kualitasnya (PPRI, 2014).

Rigi et al (2012), menjelaskan bahwa sebagai alternatif, terapi

pengganti ataupun terapi pelengkap lebih aman jika dibandingkan terapi

dengan Non Steroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAID), seperti terapi herbal,

terapi suplemen, terapi akupuntur, terapi tingkah laku, dan aroma terapi.

Terapi ramuan herbal dapat dilakukan dengan cara menggunakan obat

tradisional yang berasal dari bahan-bahan tanaman. Beberapa bahan tanaman

dipercaya dapat mengurangi rasa nyeri. Salah satu tanaman tersebut

adalah jahe (Zingibers Officinale Rosc.).

Rebusan jahe dipercaya dapat menurunkan dysmenorrhea dikarenakan

jahe memiliki kandungan oleoresin jahe terdiri atas gingerol dan zingiberen,

shagaol, minyak atsiri dan resin dapat menghambat kerja enzim didalam

siklus cyclooxcygenase (COX). Sehingga dapat menghambat pelepasan enzim

tersebut menuju prostaglandin yang menyebabkan inflamasi. Selain itu juga

jahe merah (zingiber officinale) dapat menghambat terjadinya kontraksi pada

uterus yang dapat menyebabkan nyeri pada saat menstruasi (Mutiara dan

Pratiwi, 2017).

Khalid et al (2008, dalam Suparmi, 2016) menjelaskan bahwa jahe

merah dapat digunakan bersama asam jawa untuk meredakan nyeri haid.

Buah asam jawa merupakan salah satu tanaman obat yang bisa digunakan

untuk mengurangi rasa sakit, dan sudah ada penelitian yang membuktikan

bahwa buah asam jawa bisa untuk analgetik. Asam jawa mempunyai

kandungan minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, karbohidrat, steroid, asam

askorbat, ß-karoten, anthocyanin, tanin, dan minyak volatil (25,4%). Asam


5

jawa mengandung asam sitrat, asam sitrat inilah yang membantu

meringankan nyeri (Suparmi dkk, 2016).

Menurut Widjaya (2012), peran bidan salah satunya adalah untuk

menangani masalah gangguan reproduksi terutama pada dysmenorrhea dalam

upaya pencegahan dan penanganan gangguan reproduksi, bidan merupakan

fasilitator dalam mempromosikan kesehatan misalnya mengadakan

penyuluhan mengenai menstruasi pada remaja dan nyeri yang timbul saat

menstruasi atau dysmenorrhea. Bidan memberikan pelayanan

berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan,

penanganan, dan promosi kesehatan dengan berlandaskan kemitraan pada

pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya

untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkan pertolongan

kapanpun dan dimanapun dia berada. Sehingga pihak Fasilitas Pelayanan

Kesehatan terdekat gencar melakukan aksi penyuluhan ke berbagai sekolah-

sekolah mengenai pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

yang memang menargetkan remaja agar tercapainya generasi penerus bangsa

yang sehat dan berkualitas serta mampu berkompetisi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Pondok

Pesantren As-Salafiyah II Terpadu Yogyakarta, didapatkan 31 orang siswi

yang mengalami dysmenorrhea, dan mayoritas diantaranya mengetahui apa

yang dimaksud dengan nyeri dysmenorrhea, kapan terjadinya dan mengapa

nyeri tersebut bisa terjadi, namun tidak mengetahui apa saja upaya-upaya

yang bisa dilakukan untuk menangani nyeri dysmenorrhea tersebut, dari 10

siswa yang diwawancarai 9 diantaranya mengatakan tidak tahu cara

menangani nyeri dysmenorrhea dengan tepat, dan biasanya hanya


6

membiarkan saja rasa nyeri tersebut tanpa ada upaya penanganan dari rasa

nyeri akibat dysmenorrhea, bahkan enggan untuk melakukan perawatan di

UKS Sekolah, karena menganggap bahwa dysmenorrhea merupakan hal yang

lazim dan akan berhenti dengan sendirinya.

Berdasarkan kejadian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Rebusan Asam Jahe terhadap

Penurunan Tingkat Nyeri Dysmenorrhea pada Remaja Putri di Pondok

Pesantren As-Salafiyah II Terpadu Yogyakarta”.


7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dilakukan sebelumnya maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Adakah Pengaruh Pemberian

Rebusan Asam Jahe terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Dysmenorrhea pada

Remaja Putri di Pondok Pesantren As-Salafiyah II Terpadu Yogyakarta?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Rebusan Asam Jahe

terhadap Tingkat Nyeri Dysmenorrhea pada Remaja Putri di Pondok

Pesantren As-Salafiyah II Terpadu Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat nyeri dysmenorrhea pada siswi sebelum

diberikan rebusan asam jahe.

b. Untuk mengetahui tingkat nyeri dysmenorrhea pada siswi setelah

diberikan rebusan asam jahe.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penanganan

dalam menghadapi dysmenorrhea pada siswi Pondok Pesantren As-

Salafiyah II Terpadu Yogyakarta.

2. Bagi Pondok Pesantren As-Salafiyah II Terpadu Yogyakarta

Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi ilmu

pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja putri khususnya

dysmenorrhea dan cara menanganinya secara mandiri tanpa harus


8

melibatkan obat-obatan farmakologi dikarenakan efek samping

berkelanjutan yang ditimbulkannya.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi profesi

bidan dalam memberikan intervensi terhadap kasus-kasus nyeri

dysmenorrhea terutama dengan pemberian terapi komplementer dalam

hal ini terapi herbal.

4. Bagi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah literasi, dan

dijadikan referensi, serta informasi mengenai hal-hal yang bisa dijadikan

alternatif dalam menangani dysmenorrhea tanpa harus terpapar obat-

obatan yang diproduksi secara massal.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini membahas tentang

dysmenorrhea yang merupakan suatu keadaan tidak nyaman atau nyeri

perut bagian bawah yang dialami remaja, sehingga menyebabkan aktivitas

menjadi terganggu dan tidak maksimal dalam mengerjakan perannya.

2. Lingkup Responden

Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah siswi Pondok

Pesantren As-Salafiyah II Terpadu Yogyakarta, Kelas XI IPA 15 orang

dan Kelas XI IPS 16 orang yang mengalami nyeri dysmenorrhea total 31

orang.
9

3. Lingkup Waktu

Penelitian ini akan dilakukan yang terlebih dahulu dimulai dengan

pengajuan judul proposal dan pembuatan proposal hingga laporan hasil

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2019 – Mei 2020.

4. Lingkup Tempat

Penelitian akan dilakukan di Pondok Pesantren As-Salafiyah II

Terpadu Yogyakarta, sebab penelitian ini bersifat eksperimental sehingga

dibutuhkan kerja sama antara peneliti dan siswi dalam proses tersebut dan

responden juga berada dalam satu lingkup tempat yang sama sehari-

harinya sehingga penelitian diharapkan dapat lebih efektif dan efisien dari

segi waktu.

F. Keaslian penelitian

1. Rosi Kurnia Sugiharti, dan Wilis Sukmaningtyas, (2017). “Pengaruh

Minuman Rempah Jahe Asam terhadap Penurunan Skala Nyeri Haid

Primer pada Remaja”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

penelitian eksperimen dan pendekatan dengan metode quasi eksperimen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p = 0,0001 yang berarti <α

0,05 yang menyimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa ada pengaruh minuman rempah asam jahe untuk

menurunkan skala nyeri haid primer. Adapun persamaan dengan

penelitian ini dapat dilihat dari variabel yang diteliti yaitu minuman

rempah jahe asam, sedangkan perbedaan penelitian ini adalah tehnik

pengambilan sampel yang menggunakan purposive sampling.

2. Tri Naldi, (2017). “Efektivitas Pemberian Minuman Rebusan Kunyit

Asam untuk Mengurangi Nyeri Haid pada Remaja Putri di Pondok


10

Pesan/tren Bustanul Muttaqin Suban Lampung Selatan Tahun 2017”.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen

dan pendekatan dengan metode quasi eksperimen menggunakan time

series design. Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan Pada bulan

Maret intensitas nyeri haid sebelum diberi perlakuan sebesar 7,15 dan

sesudah diberi perlakuan sebesar 4,12. Pada bulan april intensitas nyeri

haid sebelum diberi perlakuan sebesar 6,86 dan setelah diberi perlakuan

sebesar 3,64. Pada bulan mei intensitas nyeri haid sebelum diberi

perlakuan sebesar 6,50 dan sesudah diberi perlakuan sebesar 3,47.

Sebelum perlakuan, pemberian minuman rebusan kunyit asam sebanyak

12 responden (66,67%) mengalami tingkat nyeri haid sedang dan 6

responden (33,33%) mengalami tingkat nyeri haid ringan. Setelah diberi

perlakuan dengan minum rebusan kunyit asam sebanyak 15 responden

(83.33%) tidak mengalami nyeri haid dan 3 responden (16.67%) dengan

kategori nyeri ringan. Adapun persamaan dengan penelitian ini dapat

dilihat dari variabel yang diteliti yaitu minuman rempah yang dicampur

dengan asam, perbedaan penelitian ini adalah variabel yaitu kunyit,

metode pendekatan yang menggunakan quasi eksperimen dengan time

series design.

3. Rosi Kurnia Sugiharti, dan Ririn Isma Sundari, (2018). “Efektivitas

Minuman Kunyit Asam dan Rempah Jahe Asam terhadap Penurunan

Skala Nyeri Haid Primer”. Metode penelitian yang digunakan adalah

metode penelitian eksperimen dan pendekatan dengan metode quasi

eksperimen design dengan non randomized control group pre and post

tes. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan yang signifikan


11

penurunan skala nyeri haid primer sebelum dan setelah minuman kunyit

asam (p<0.01). Ada perbedaan yang signifikan penurunan skala nyeri

haid primer sebelum dan setelah minuman rempah jahe asam (p<0.01).

ada perbedaan efektivitas penurunan skala skala nyeri haid primer antara

kelompok yang diberikan minuman kunyit asam dengan kelompok yang

diberikan rempah jahe asam (p<0.01). Adapun persamaan dengan

penelitian ini dapat dilihat dari variabel yang diteliti yaitu minuman

rempah jahe asam, perbedaan penelitian ini adalah desain penelitian yang

menggunakan kelompok kontrol dengan quasi experiment non

randomized control group pre and post tes design, dan tehnik

pengambilan sampel yang menggunakan purposive sampling.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Menstruasi

a. Definisi

Menstruasi adalah perdarahan yang terjadi secara periodik dan

berkala akibat meluruhnya lapisan endometrium pada dinding uterus yang

akan berlangsung sekitar 14 hari setelah terjadinya proses ovulasi.

Keadaan ini disebabkan karena tidak adanya pembuahan oleh sperma

pada sel telur, kemudian yang terjadi selanjutnya lapisan endometrium

(Lapisan dinding rahim) yang sudah menebal akan menjadi luruh (Felicia

dkk, 2015).

Menurut Pieter dkk (2011 dalam Yuniyanti dkk. 2014). Menstruasi

atau datang bulan merupakan salah satu ciri dari perempuan yang sudah

mengalami transisi dari kanak-kanak ke dewasa dengan ditandai dari

menarche (menstruasi pertama) sampai dengan menopause (berakhirnya

masa menstruasi).

b. Siklus Menstruasi

Sinaga (2017) menjelaskan bahwa siklus menstruasi merupakan

waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi

periode selanjutnya, sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak

antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi

berikutnya. Siklus menstruasi penting sebagai fungsi reproduktif yang

menjalankan persiapan untuk konsepsi dan kehamilan.

12
13

Selama kehidupannya seorang perempuan akan mengalami

menstruasi dari menarche sampai menopause. Siklus menstruasi

dikatakan normal bila jarak waktu antara hari pertama menstruasi dengan

hari pertama menstruasi berikutnya dalam satu siklus berjarak ± 21-35

hari. Lama Menstruasi atau jarak dari hari pertama menstruasi sampai

perdarahan menstruasi berhenti berlangsung 3-7 hari, dengan jumlah

darah selama menstruasi berlangsung tidak lebih dari 80 ml (Samsulhadi,

2011).

Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar

rahim), miometrium (lapisan otot rahim, terletak di bagian tengah), dan

endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah lapisan yang

berperan di dalam siklus menstruasi, 2/3 bagian endometrium disebut

desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian

terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.

Menurut Guyton dan Hall (2014), menstruasi merupakan kejadian

normal yang dialami setiap perempuan. Terdapat beberapa fase atau

siklus menstruasi secara fisiologis, antara lain:

1) Fase poliferasi (hari ke 5 sampai hari ke 14)

Fase ini terjadi sebelum ovulasi pada fase ini terdapat penebalan

pada endometrium. Pengaruh estrogen yang disekresi oleh ovarium

dapat mengakibatkan sel-sel stroma dan sel-sel epitel berproliferasi

dengan cepat sehingga sel stroma dapat bertambah lebih banyak dan

akan ditemui banyak pembuluh darah di dalamnya dan kelenjar juga

bertambah banyak.
14

2) Fase ovulasi/ luteal (hari ke-14 sampai hari ke-28)

Fase ovulasi/ fase luteal ditandai dengan sekresi LH yang

memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mentruasi. Sel

ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan

mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum

berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi

untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh

darah

3) Fase sekretorik

Fase ini terjadi setelah ovulasi, untuk menciptakan kondisi

endometrium yang tepat untuk implantasi hasil fertilisasi. Progesteron

dan estrogen bersama-sama disekresi oleh korpus luteum tetapi yang

lebih berperan didalam fase ini adalah hormon progesteron.

Progesteron akan memberikan efek pembengkakan yang nyata dan

perkembangan sekretorik dari endometrium, dan kelenjar makin

berkelok-kelok, dan suplai darah ke dalam endometrium juga

bertambah.

4) Fase menstruasi

Suatu fase yang terjadi jika ovum yang telah dilepaskan tidak

dibuahi. Akibatnya korpus luteum berinvolusi sehingga estrogen dan

progesteron akan menurun dengan cepat. Hal ini dapat mengakibatkan

dilepaskannya vasokonstriktor prostaglandin sebagai mediator

inflamasi. Kemudian jaringan deskuamasi, darah di dalam kavum

uteri, ditambah efek kontraksi dari prostaglandin dan zat-zat lain di


15

dalam lapisan yang berdeskuamasi sehingga akan merangsang

kontraksi uterus yang menyebabkan dikeluarkannya semua isi uterus

Gambar 2.1 Siklus Menstruasi

2. Dysmenorrhea

a. Definisi Dysmenorrhea

Istilah dysmenorrhea berasal dari kata dalam bahasa yunani kuno

(Greek) kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal;

meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Secara

singkat dysmenorrhea dapat di definisikan sebagai aliran menstruasi yang

sulit atau menstruasi yang mengalami nyeri (Anurogo dan Wulandari

2011). Nyeri haid disebut juga dengan dysmenorrhea (Sari, 2012).

Dysmenorrhea (Nyeri haid) merupakan keluhan ginekologis akibat

ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga

mengakibatkan timbul rasa nyeri dan yang paling sering terjadi pada

wanita. Wanita yang mengalami dysmenorrhea memproduksi

prostaglandin 10 kali lebih banyak dari wanita yang tidak dysmenorrhea.

Prostaglandin menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, dan pada

kadar yang berlebih akan mengaktivasi usus besar. Penyebab lain

dysmenorrhea dialami wanita dengan kelainan tertentu, misalnya


16

endometriosis, infeksi pelvis (daerah panggul), tumor rahim, apendisitis,

kelainan organ pencernaan, bahkan kelainan ginjal (Ernawati, 2010).

Dysmenorrhea atau dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri

pada saat menstruasi (Icemi dan Wahyu, 2013). Manuaba (1999, hlm: 57)

menjelaskan bahwa dysmenorrhea merupakan perasaaan nyeri saat

menstruasi, berupa kram ringan pada bagian kemaluan sehingga terjadi

gangguan dalam tugas sehari – hari. Menurut Reeder (2013)

dysmenorrhea yakni nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai

nyeri singkat sebelum atau selama menstruasi. Nyeri ini berlangsung

selama satu sampai beberapa hari selama menstruasi.

Dan merupakan salah satu keluhan yang selalu dirasakan oleh remaja

yang sedang mengalami datang bulan. Sebab merupakan kondisi dimana

rasa yang sangat sakit di bagian perut dari mulai perut bagian bawah yang

terkadang sakitnya bisa meluas sampai ke bagian pinggang, punggung

bawah dan paha (Mulyani, 2012 dalam Februanti, 2017).

Menurut Chia et al, (2013) dalam penelitiannya dampak yang paling

umum dari dysmenorrhea pada kehidupan sehari-hari yaitu mengurangi

kemampuan untuk berkonsentrasi dan gangguan dengan studi (75%) dan

perubahan dalam aktivitas fisik yang normal (60%).

b. Klasifikasi Dysmenorrhea

1) Dymenorrhea Primer

Dysmenorrhea primer adalah nyeri menstruasi tanpa ditemukan

keadaan patologi pada panggul. Dysmenorrhea primer berhubungan

dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi miometrium

sehingga terjadi iskemik akibat adanya prostaglandin yang diproduksi


17

oleh endometrium fase sekresi. Perempuan dengan dysmenorrhea

primer didapatkan kadar prostaglandin lebih tinggi dibandingkan

perempuan tanpa dysmenorrhea (Prawirohardjo, 2011).

Dysmenorrhea primer terjadi sejak pertama menstruasi,

biasanya tanpa ada kelainan alat kandungannya. Biasanya dimulai

pada saat seorang wanita berumur 12 – 13 tahun setelah menarche dan

mencapai puncaknya pada usia 15 – 25 tahun (Andira, 2010).

2) Dysmenorrhea Sekunder

Dysmenorrhea sekunder adalah nyeri menstruasi yang

berhubungan dengan berbagai keadaan patologis di organ genital,

mislanya endrometriosis, adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks,

penyakit radang panggul, perlekatan panggul (Prawirohardjo, 2011).

Dysmenorrhea ini sangat jarang terjadi. Biasanya terjadi pada wanita

yang berusia sebelum 25 tahun dan dapat terjadi pada 25 % wanita

yang mengalami dysmenorrhea (Andira, 2010).

c. Tanda Gejala Dysmenorrhea

Nyeri haid atau dysmenorrhea merupakan salah satu gangguan yang

dialami hampir seluruh wanita ketika mengalami menstruasi, tidak

memandang usia, prosentase terbanyak wanita yang mengalami hal ini

adalah kelompok usia remaja awal yang baru saja mengalami menarche.

Gejala-gejala yang sering muncul saat dysmenorrhea adalah nyeri pada

perut bagian bawah menjalar sampai ke pinggang yang biasanya mulai

dirasakan 2-3 hari sebelum menstruasi, saat menstruasi selama 1-2 hari

dengan karakteristik nyeri seperti mulas-mulas, ngilu ataupun tertusuk-

tusuk (Gantt dan Cunningham, 2011).


18

d. Faktor Resiko Dysmenorrhea

Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya dysmenorrhea primer

menurut Andriani (2015:9-11) diantaranya adalah :

1) Stress

Stres seringkali terjadi secara tiba-tiba karena persoalan yang

harus dihadapi dalam kehidupan. Peningkatan tingkat stres

menyebabkan pengaruh negatif pada kesehatan tubuh. Stres

merupakan penyebab timbulnya dysmenorrhea. Semakin tinggi

tingkat stres maka akan semakin tinggi pula tingkat dysmenorrhea

2) Menarche

Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat

reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami

perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi,

menstruasi pertama pada usia sangat dini <11 tahun menjadi faktor

penyebab dysmenorrhea. Pada usia <11 tahun jumlah folikel-folikel

ovari primer masih dalam jumlah sedikit sehingga produksi esterogen

masih sedikit (Judha dkk, 2012).

3) Lama menstruasi

Lama menstruasi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kejadian dysmenorrhea. Semakin lama menstruasi

terjadi, maka semakin sering uterus berkontraksi, akibatnya semakin

banyak prostaglandin yang dikeluarkan dan menimbulkan rasa nyeri.

Lama menstruasi yang normal yaitu 3-7 hari, jika lebih dari itu maka

dysmenorrhea yang dialami akan lebih berat (Novi dan Puspitasari,

dalam Sugiharti dan Sundari, 2018).


19

4) Alkohol

Konsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar esterogen yang

efeknya dapat memicu lepasnya prostaglandin yaitu hormon yang

menyebabkan otot-otot rahim berkontraksi (Judha dkk, 2012).

5) Farmakologi

Pengobatan dengan menggunakan NSAID memiliki efek

samping yang berbahaya terhadap sistem tubuh lainnya (nyeri

lambung dan resiko kerusakan ginjal) (Gilly, 2009).

e. Penanganan Dysmenorrhea

Menurut Anurogo (2011, hlm 85-96) penatalaksanaan dysmenorrhea

primer meliputi penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi, yaitu :

1) Terapi Farmakologi

Penanganan dysmenorrhea yang dialami oleh individu dapat

melalui intervensi farmakologi. Terapi farmakologi, penanganan

dysmenorrhea meliputi beberapa upaya. Upaya farmakologi pertama

yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan obat analgetik yang

berfungsi sebagai penghilang rasa sakit. Obat-obatan paten yang

beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan

sebagainya. Upaya farmakologi kedua yang dapat dilakukan adalah

dengan pemberian terapi hormonal. Tujuan terapi hormonal adalah

menekan ovulasi, bersifat sementara untuk membuktikan bahwa

gangguan yang terjadi benar-benar dysmenorrhea primer. Tujuan ini

dapat dicapai dengan memberikan salah satu jenis pil kombinasi

kontrasepsi.
20

2) Terapi Non Farmakologi

Selain terapi farmakologi, upaya untuk menangani dismenore

adalah terapi non farmakologi. Penanganan nyeri secara non

farmakologis menurut Nugroho dan Joseph (2010: 38) terdiri dari

kompres dengan botol panas pada bagian yang terasa sakit, mandi air

hangat, minum minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi,

menggosok/memijat di daerah perut atau pinggang yang sakit, ambil

posisi menungging sehingga rahim menggantung ke bawah dan tarik

nafas dalam-dalam untuk relaksasi. Selain itu terapi suplemen, terapi

akupuntur, terapi tingkah laku, aroma terapi dan terapi herbal seperti

kunyit asam dan jahe (Rigi et al, 2012).

3. Remaja

a. Definisi

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai

saat ia mencapai kematangan seksual dan organ reproduksi yang sudah

mulai berfungsi. Masa pematangan fisik pada remaja wanita ditandai

dengan mulainya haid, sedangkan pada remaja laki-laki ditandai dengan

mengalami mimpi basah. (Sarwono, 2011). Masa remaja disebut juga

sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan perubahan

fisik (Pratiwi, 2012).


21

Menurut World Health Organization (WHO) (2013) remaja atau

dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

kematangan. Remaja adalah seseorang yang memiliki rentang usia 10- 19

tahun, dan merupakan masa dimana tanda-tanda seksual sekunder

seseorang sudah berkembang dan mencapai kematangan seksual, serta

mengalami kematangan secara fisik, psikologis, maupun sosial.

b. Batasan Usia Remaja

Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya

daerah setempat. WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu remaja

awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia remaja

Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2011).

Menurut Hurlock (2011), masa remaja dimulai dengan masa remaja awal

(12-24 tahun), kemudian dilanjutkan dengan masa remaja tengah (15-17

tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

Menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap

perkembangan remaja, yaitu:

1) Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun

Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan

pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah

terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk

mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja ingin bebas dan

mulai berfikir abstrak.


22

2) Remaja Madya (middle adolescence) usia 14-16 tahun

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman.

Remaja merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada

kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri dengan

menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama pada

dirinya. Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan karena

ia tidak tahu harus memilih yang mana. Pada fase remaja madya ini

mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan

berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja mulai mencoba

aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan.

3) Remaja akhir (late adolesence) usia 17-20 tahun

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang

ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.

4. Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum)

a. Profil

Jahe termasuk dalam famili Zingiberaceae (Lely et al. 2016). Jahe

merah termasuk tanaman jenis rimpangan-rimpangan yang dapat tumbuh

di daerah dataran rendah sampai wilayah pegunungan dengan ketinggian

0 sampai 1.500 meter dari permukaan air laut (Ismi, 2017). Jahe merah

merupakan salah satu dari varian jahe yang memiliki rasa pahit dan pedas
23

lebih tinggi dibandingkan dengan jahe jenis yang lain. Kulit jahe merah

berwarna merah muda hingga jingga muda, dan dagingnya sedikit cokelat

(Martani, 2015). Jahe merah seringkali dimanfaatkan sebagai bahan

bumbu masak, selain itu jahe secara empiris juga digunakan sebagai salah

satu komponen penyusun berbagai ramuan obat (Handrianto, 2016).

Gambar 2.2 Jahe Merah


b. Kandungan Jahe Merah

Jahe merah (Zingiber Officinale Var Rubrum Rhizoma) termasuk

tanaman herbal semusim dengan batang semu hijau, tegak, tingginya 40-

50 cm beralur dan membentuk rimpang. Rimpang jahe merah

mengandung 2-3 % minyak atsiri yang terdiri dari zingiberin, kemferia,

limonene, borneol, sineol, zingiberal, linalool, geraniol, kavikol,

zingiberol, gingerol dan shogaol. Rimpang jahe merah juga mengandung

minyak damar yang terdiri dari zingeron, pati, damar, asam organik, asam

oksalat, asam malat, dan gingerin. Rimpang jahe merah bersifat anti

peradangan/ anti inflamasi (Rahnama et al, 2012). Beberapa komponen

kimia jahe merah seperti gingerol, shogaol dan zingerone memberi anti

karsinogenik, non-toksik dan nonmutagenik meskipun pada konsentrasi

tinggi (Surh et al , dalam Suparmi dkk, 2016).

Jahe merah adalah bumbu dapur yang memiliki stimulant pemulih

tenaga (tonikum) dan pereda rasa nyeri (analgesik). Senyawa gingerol


24

sebagai kandungan utama adalah suatu antioksidan kuat yang efektif

mengatasi radang (Suparmi dkk, 2016).

Rimpang jahe merah mengandung unsur gizi penting seperti

kalsium, magnesium, zat besi, beta karoten dan vitamin C. Zat besi yang

terkandung dalam jahe merah dapat digunakan untuk mencegah anemia

pada saat haid. Sedangkan kalsium dan vitamin C dalam jahe merah

berguna untuk menenangkan saraf dan mengurangi rasa nyeri. Senyawa

shogaol dan gingerol juga berfungsi sebagai anti mual. Kedua senyawa ini

memiliki sifat antioksidan yang lebih tinggi dari pada vitamin E (El-

Siddig et al, dalam Suparmi dkk, 2016).

c. Manfaat Jahe Merah

Selain terapi farmakologi, upaya untuk menangani dysmenorrhea

juga ada terapi non farmakologi. Terapi nonfarmakologi merupakan terapi

alternatif komplementer yang dapat dilakukan sebagai upaya menangani

dysmenorrhea tanpa menggunakan obat-obatan kimia. Tujuan dari terapi

non farmakologi adalah untuk meminimalisir efek dari zat kimia yang

terkandung dalam obat. Ramuan herbal yang bisa digunakan adalah

ekstrak asam jahe. Dewasa ini, jahe merah merupakan bahan ramuan

lebih dari 50% obat tradisional yang mampu mengatasi kondisi seperti

mual, kram perut, demam, infeksi, dan lain-lain. Jahe merah memiliki

kandungan kalsium dan zat besi yang cukup tinggi, bahkan studi

menunjukan bahwa jahe merah mampu menghentikan mual dan muntah

di pagi hari pada wanita hamil, pasien pasca bedah, mencegah penyakit

pembuluh darah, mengatasi gangguan pencernaan, infeksi usus, rematik,

dan migrain (Winarti, dalam Suparmi 2016).


25

5. Asam Jawa (Tamarindus indica L)

a. Profil

El-Siddig et al dalam Anindita (2010), menyebutkan asam jawa

termasuk tumbuhan tropis. Asal-usulnya diperkirakan dari savana Afrika

timur di mana jenis liarnya ditemukan, salah satunya di Sudan. Semenjak

ribuan tahun, tanaman ini telah menjelajah ke Asia tropis, dan kemudian

juga ke Karibia dan Amerika Latin. Di banyak tempat yang bersesuaian,

termasuk di Indonesia, tanaman ini sebagian tumbuh liar seperti di hutan-

hutan savana.

Pohon asam berperawakan besar, selalu hijau (tidak mengalami

masa gugur daun), tinggi sampai 30 m dan diameter batang di pangkal

hingga 2 m. Kulit batang berwarna coklat keabu-abuan, kasar dan

memecah, beralur-alur vertikal. Tajuknya rindang dan lebat berdaun,

melebar dan membulat. Daun majemuk menyirip genap, panjang 5-13

cm, terletak berseling, dengan daun penumpu seperti pita meruncing,

merah jambu keputihan. Anak daun lonjong menyempit, 8-16 pasang,

masing-masing berukuran 0,5-1 × 1-3,5 cm, bertepi rata, pangkalnya

miring dan membundar, ujung membundar sampai sedikit berlekuk (El-

Siddig et al, dalam Anindita, 2010).

Bunga tersusun renggang, di ketiak daun atau di ujung ranting,

sampai 16 cm panjangnya. Bunga kupu-kupu dengan kelopak 4 buah dan

daun mahkota 5 buah, berbau harum. Mahkota kuning keputihan dengan

urat-urat merah coklat, sampai 1,5 cm. Buah polong yang

menggelembung, hampir silindris, bengkok atau lurus, berbiji sampai 10

butir, sering dengan penyempitan di antara dua biji, kulit buah (eksokarp)
26

mengeras berwarna kecoklatan atau kelabu bersisik, dengan urat-urat

yang mengeras dan liat serupa benang. Daging buah (mesokarp) putih

kehijauan ketika muda, menjadi merah kecoklatan sampai kehitaman

ketika sangat masak, asam manis dan melengket. Biji coklat kehitaman,

mengkilap dan keras, agak persegi (El-Siddig et al dalam Anindita, 2010).

Gambar 2.3 Asam Jawa

b. Kandungan

sedangkan Asam Jawa (Tamarindus indica L) Kandungan bahan

aktif terpenting dari buah asam jawa adalah xylose (18%). Sedang bahan

lain yang bisa diperoleh antara lain galaktosa (23%), glukosa (55%), dan

arabinose (4%). Bahan lain yang bisa diperoleh dari buah ini melalui

dilusi menggunakan asam dan pemanasan adalah xyloglycans, tannins,

saponins, sesquiterpenes, alkaloids, dan phlobatamins (Pauly dalam

Suparmi dkk, 2016).


27

Penelitian lain juga menemukan beberapa kandungan ekstrak buah

asam jawa yaitu saponin (2,2%), alkaloid (4,32%) dan glukosida (1,59%).

(Abubakar et al, 2008, dalam Suparmi dkk, 2016). Daging buah asam

jawa mengandung asam tartrat, asam maleat, asam sitrat, asam suksinat,

asam asetat, pektin, dan gula invert (Soedibyo, 1998, dalam Suparmi dkk,

2016). Asam jawa mempunyai kandungan Minyak atsiri, flavonoid,

alkaloid, asam asorbat, ß-karoten, karbohidrat, steroid, anthocyanin,

tanin, dan minyak volatil (25,4%) (Khalid et al, dalam Suparmi dkk,

2016).

c. Manfaat

Buah asam jawa memiliki banyak manfaat medis sebagai anti

inflamasi dan anti piretika yaitu anthocyanin karena agen tersebut mampu

menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX) sehingga mampu

menghambat dilepaskannya prostaglandin (Nair et al, dalam Suparmi

dkk, 2016). Sedangkan bahan tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloids,

dan phlobatamins akan sangat bermanfaat untuk menenangkan pikiran

dan mengurangi tekanan psikis (Livingstone et al, dalam Suparmi dkk,

2016).
28

6. Rebusan Asam Jahe

Jamu/minuman nyeri haid terdiri dari bahan yang mempunyai khasiat

sebagai pengurang nyeri, pereda kejang, dan peluruh haid. Bahan-bahan yang

diperlukan untuk membuat ramuan nyeri dismenore adalah sebagai berikut:

a. Jahe merah (pengurang nyeri) 10 gram.

b. Buah asam kawak (peluruh haid dan pereda kejang) 10 gram.

c. Gula merah atau aren (pemanis) 10 gram.

d. Air 400 ml.

Cara pembuatan minuman jahe asam adalah sebagai berikut: jahe

dikupas, dicuci, kemudian dipotong-potong. Seluruh bahan direbus sampai

tersisa 200 ml. Air rebusan tersebut diminum 1 kali sehari pada hari pertama

atau kedua haid, saat mengalami dysmenorrhea (Kinanti, 2013).


29

B. Tinjauan Islam

Setiap wanita yang sakit hendaknya berobat karena setiap penyakit pasti

ada obatnya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Yunus ayat 57:

َ‫ُور َو ُهدًى َو َرحْ َمةٌ ِل ْل ُمؤْ ِمنِين‬


ِ ‫صد‬ُّ ‫ظةٌ ِم ْن َر ِب ُك ْم َو ِشفَا ٌء ِل َما فِي ال‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
َ ‫اس قَ ْد َجا َءتْ ُك ْم َم ْو ِع‬

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari


Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Q.S Yunus: 57).

Bahkan jahe (Zanjabil) menjadi salah satu tumbuhan yang disebutkan

dalam salah satu ayat Al-Quran, yaitu dalam surat Al-Insan Ayat 17:

ً ْ ‫َويُ ْسقَ ْونَ فِي َها َكأ‬


ً ِ‫سا َكانَ ِمزَ ا ُج َها زَ ْن َجب‬
‫يل‬

Artinya: “Didalam syurga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang
campurannya adalah jahe“ (QS.Al- Insan [76]:17).

Berdasarkan ayat tersebut setiap orang hendaknya berdoa kepada Allah

SWT memohon diberi kesembuhan, maka atas izin Allah SWT akan

menyembuhkan penyakit tersebut. Namun selain berdoa, hendaknya setiap

manusia juga berusaha dan bertawakal agar penyakit dapat sembuh dan tidak

berputus asa dalam mendapatkan rahmat Allah SWT dan tetap yakin akan

pertolongan dari-Nya.
30

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pemberian Rebusan Penurunan Nyeri


Asam dan Jahe Dysmenorrhea

Variabel Pengganggu

Stress

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Arah hubungan diteliti

: Arah hubungan yang tidak diteliti

Dengan pemberian rebusan asam dan jahe diharapkan dapat

mengurangi tingkat nyeri haid (dysmenorrhea) yang dipengaruhi oleh

menarche, siklus menstruasi, stress, penggunaan farmakologi, pendidikan,

dan agama. Apabila beberapa faktor tersebut dikendalikan maka

kemungkinan tingkat nyeri haid (dysmenorrhea) dapat diturunkan sehingga

berdampak positif agar kegiatan sehari-hari tidak terganggu. Namun apabila

faktor tersebut tidak dikendalikan maka akan menimbulkan gangguan

aktivitas dan berdampak pada psikologi seseorang. Sehingga, dengan

intervensi tersebut dapat diketahui adakah pengaruh dalam penurunan tingkat

nyeri haid (dysmenorrhea).


31

D. Hipotesis

Ada Pengaruh Pemberian Rebusan Asam Jahe terhadap Penurunan Tingkat

Nyeri Haid (dysmenorrhea) pada Remaja Putri di Pesantren As-Salafiyah

Yogyakarta.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian pre-Eksperiment one grup

pretest – postest design untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan asam

dan jahe terhadap penurunan tingkat nyeri dysmenorrhea. Dalam desain ini

sebelum perlakuan diberikan pretest terlebih dahulu dan diakiri dengan

postest. Berikut merupakan tabel desain penelitian one grup pretest – postest

design (Sugiyono, 2014).

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian one grup pretest – postest design

Pretest Treatment Postest


Qı X Q2
(Sugiyono, 2014)

Keterangan :

Qı : Tes sebelum perlakuan diberikan (pretest)

X : Pemberian perlakuan yaitu pemberian rebusan asam dan jahe selama 2

hari pertama menstruasi.

Q2 : Tes sesudah perlakuan diberikan (postest)

32
33

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat (Variabel Dependent)

Variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

dalam penelitian ini adalah tingkat nyeri haid.

2. Variabel Bebas (Variabel Independent)

Variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi dalam penelitian

ini adalah rebusan asam jahe.

3. Variabel Pengganggu (Confonding)

a. Menarche

Dikendalikan, dengan memilih responden yang mengalami

menarche tidak kurang dari 11 tahun. Menarche pada usia sangat dini

< 11 tahun menjadi faktor penyebab dysmenorrhea (Judha dkk, 2012).

b. Lama menstruasi

Dikendalikan, dengan memilih responden yang mengalami lama

haid 2-10 hari. Lama haid menjadi faktor dysmenorrhea (Novi dan

Puspitasari, dalam Sugiharti dan Sundari, 2018).

c. Stress

Tidak dikendalikan, karena psikologis dan masalah yang

dihadapi setiap orang berbeda. Dengan cara tidak memperhatikan

tingkat stress responden (Andriani, 2015:9-11).

d. Alkohol

Dikendalikan, dengan memilih responden yang tidak

mengkonsumsi alkohol. Konsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar

esterogen yang dapat memicu lepasnya prostaglandin (hormon yang

menyebabkan otot-otot rahim berkontraksi), (Judha dkk, 2012).


34

e. Penggunaan farmakologi

Dikendalikan, dengan memilih responden yang tidak

mengkonsumsi obat pereda nyeri saat dysmenorrhea. Penggunaan

obat-obatan untuk mengurangi dismenore sangat beresiko karena efek

samping jika digunakan secara bebas dan berulang tanpa pengawasan

dari dokter (Suciani, dalam Suparmi, 2016).

C. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Rebusan Minuman terdiri dari Air yang digunakan
Asam dan jahe merah 10 gram, untuk merebus diukur
Jahe asam 10 gram, gula menggunakan gelas
merah 10 gram, dan ukur. Bahan yang
air 400 ml. Jahe digunakan ditimbang
dikupas, dicuci lalu dengan menggunakan
diiris. Semua bahan timbangan.
dimasukan ke dalam
air dan direbus hingga
air tersisa 200 ml.
Minuman ramuan
rempah ini diminum 1
kali dan langsung
habis ketika merasa
nyeri dysmenorrhea
yaitu 2 hari pertama
haid.
Penurunan Nyeri yang terjadi Alat ukur nyeri Nilai nyeri Interval
Nyeri saat haid diukur menggunakan lembar digambarkan dengan
Dysmenorrhea sebelum meminum penilaian nyeri NRS. menggunakan angka 0-
ramuan rempah dan 10 dimana angka 0
15 menit setelah menggambarkan
meminum ramuan keadaan tidak nyeri dan
rempah jahe asam. angka 10
Pengukuran menggambarkan
dilakukan dengan keadaan nyeri hebat
cara melingkari angka (tidak dapat
pada lembar penilaian beraktivitas).
nyeri.
35

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI di

Pondok Pesantren As-Salafiyah II Terpadu Yogyakarta yang mengalami

dysmenorrhea, yang tersebar di 2 kelas, yaitu kelas XI IPA berjumlah 17

orang yang dysmenorrhea 15 orang, dan kelas XI IPS berjumlah 19 orang

yang dysmenorrhea 16 orang, sehingga total populasi berjumlah 31 orang

siswi

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswi yang mengalami

dysmenorrhea di Pondok Pesantren As-Salafiyah II Terpadu Yogyakarta,

yang berjumlah 31 orang. Dengan teknik pengambilan sampel adalah

total sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi.

E. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

yaitu Numeric Rating Scale (NRS) dengan hasil pengukuran berupa data

pengukuran tingkat nyeri saat menstruasi yang berkisar antara 0-10 yang

dibuat oleh Potter dan Verry pada tahun 2010.

Dengan pengukuran intensitas dysmenorrhea menggunakan NRS,

maka responden dapat mendeskripsikan intensitas nyeri yang

dirasakannya.
36

Karakteristik nyeri sebagai berikut :

Gambar 3.1 Numeric Rating Scale

2. Metode Pengumpulan Data

Peneliti akan melakukan pengumpulan data di Pondok Pesantren

As-Salafiyah II Terpadu Yogyakarta, dengan melakukan koordinasi

bersama pengurus Pondok Pesantren As-Salafiyah II Terpadu Yogyakarta

pada bulan Februari 2020, untuk mengumpulkan siswanya di aula pondok

pesantren, dengan mengambil jam istirahat siswa.

a. Data Primer

Data yang diperoleh peneliti secara langsung, dan pada

penelitian didapatkan skala nyeri sebelum perlakuan dan setelah

perlakuan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada, dan

pada penelitian ini, peneliti melakukan studi pendahuluan dan

mendapatkan data jumlah siswi kelas XI Pesantren As-Salafiyah II

Terpadu Yogyakarta untuk dijadikan sebagai populasi dalam

penelitian.
37

F. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut Nursalam (2013), merupakan masalah yang

sangat penting mengingat dalam studi kasus kebidanan merupaka masalah

yang berhubungan langsung dengan manusia. Etika penelitian yang harus

diperhatikan dalam poses penelitian adalah sebagai berikut (Dahlan, 2013):

1. Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti.

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan

serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan

data, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup

dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan.

Hanya data tertentu saja yang disajikan pada peneliti dan peneliti

menjamin privasi (kerahasiaan) responden dengan tidak menanyakan hal-

hal lain selain yang berkaitan dengan lingkup penelitian.

4. Keadilan (Justice)

Penelitian ini dilakukan dengan memenuhi prinsip keadilan (tidak

membedakan perlakuan antar responden), manfaat, dan menghormati

orang lain.
38

5. Manfaat (Benefit)

Penelitian ini tidak memiliki resiko yang membahayakan dan

merugikan bagi responden. Penelitian ini memberikan manfaat berupa

penanganan dysmenorrhea dengan menggunakan rebusan asam dan jahe.

6. Ethical Clearance

Ethical Clearance adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh

Komisi Etika Penelitian (KEP) Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta untuk

riset yang melibatkan mahluk hidup yang menyatakan bahwa suatu

proposal penelitian layak dilaksanakan jika memenuhi persyaratan.

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini melalui tahapan pengolahan

data:

a. Scorring

Pemberian skor untuk tingkat nyeri dysmenorrhea pada alat

ukur numeric rating scale (NRS), hasil pengukuran berupa data

tingkat nyeri yang berkisar antara 0-10.

b. Editing

Pada tahap ini peneliti akan memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan, agar data yang diperoleh dapat

lengkap pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul,

dilakukan dilapangan bila ada kekurangan atau ketidaksesuaian agar

dapat segera dilengkapi dan disempurnakan. Peneliti melakukan

pengecekan kembali kesesuaian nomor catatan yang peneliti dapatkan.

c. Entry Data
39

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel. Pada penelitian ini,

peneliti akan memasukkan data hasil dari hasil skorring yang telah

dilakukan sebelumnya pada variabel tingkat nyeri haid.

d. Cleaning

Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali pada data yang

sudah diolah. Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan pengecekan

kembali data yang sudah diolah untuk mengetahui ada tidaknya

kesalahan-kesalahan kode dan ketidaklengkapan data.

e. Tabulating

Tabulating adalah menyusun tabel mulai dari penyusunan tabel

utama yang berisi seluruh data dan informasi yang berhasil didapatkan

sampai dengan tabel khusus yang benar-benar ditentukan. Pada

penelitian ini peneliti akan memasukkan data kedalam tabel

berdasarkan tujuan penelitian setelah dilakukannya tahap cleaning.

2. Analisa Data

a) Analisis univariat

Analisa univariat adalah analisis yang digunakan untuk

menjelaskan setiap variabel dalam penelitian (Sugiyono, 2011).

Analisa univariat dinyatakan dalam bentuk distribusi dan persentase

serta disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

b) Analisis bivariat

Analisis data menggunakan analisa bivariat dengan uji paired t-

test untuk mengetahui hasil uji one group pretest-posttest tentang


40

pemberian intervensi. Analisa bivariat digunakan untuk menjawab

rumusan masalah yaitu ada pengaruh pemberian rebusan asam dan

jahe terhadap penurunan tingkat nyeri dysmenorrhea.

Sebelum dilakukan uji statistik terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas data untuk mengetahui normal atau tidaknya data tersebut,

yaitu dengan uji shapiro-wilk karena sampel yang digunakan kecil yakni

< 50 responden dan skala data interval. Data dinyatakan normal apabila

nilai signifikannya > 0,05 , namun bila nilai signifikannya < 0,05 maka

data tersebut tidak normal.

Untuk menganalisa hasil eksperimen yang menggunakan pretest

dan postest one group design maka analisa data menggunakan testing

signifikan yiatu dengan paired t-test dengan bantuan komputerisasi.

Adapun pedoman signifikan sebagai berikut:

1) Jika p<a maka H0 ditolak H1 diterima maka ada pengaruh pemberian

rebusan asam jahe terhadap penurunan nyeri haid (dysmenorrhea)

pada siswi Pondok Pesantren As-Salafiyah Yogyakarta.

2) Jika p<a maka H0 diterima H1 ditolak maka tidak ada pengaruh

pemberian rebusan asam jahe terhadap penurunan nyeri haid

(dysmenorrhea) pada siswi Pondok Pesantren As-Salafiyah

Yogyakarta.

H. Rencana Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengajuan judul penelitian pada

pembimbing skripsi lalu mengurus surat izin studi pendahuluan setelah


41

judul skripsi di terima. Mengajukan surat studi pendahuluan di tempat

penelitian yang dituju, lalu melanjutkan penyusunan proposal yang

kemudian dikonsultasikan pada pembimbing skripsi sampai akhirnya

mendapatkan acc pembimbing skripsi, untuk kemudian melakukan

seminar proposal. Setelah seminar proposal peneliti kemudian melakukan

revisi proposal dan kemudian mengajukan penelitian untuk dilakukan

ethical clearance di Komisi Etik Penelitian Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta.

2. Tahap Pelaksanaan

Melakukan perizinan penelitian di Pondok Pesantren As-Salafiyah

II Terpadu Yogyakarta. Menjelaskan kepada siswi tentang tujuan

dilakukannya penelitian, serta prosedur penelitian ini dengan cara

berkolaborasi dengan pihak pengurus Pondok Pesantren As-Salafiyah II

Terpadu Yogyakarta, untuk kemudian meminta data responden yang

mengalami dysmenorrhea dan didapatkan sebanyak 31 orang yang

mengalami dysmenorrhea. Setelah itu, peneliti kemudian meminta

persetujuan responden untuk dilakukan penelitian, jika setuju responden

diminta untuk mengisi lembar informed consent. Melakukan kolaborasi

dengan pihak pengurus pesantren dan diberikan edukasi tentang

pembuatan rebusan asam jahe untuk kemudian diberikan pada siswi yang

mengalami dysmenorrhea lalu diedukasi tentang pemberianan skor pada

lembar Numeric Rating Scale untuk diberikan skor pada siswi yang

mengalami dysmenorrhea.

3. Tahap Penyelesaian
42

Peneliti melakukan pengumpulan data, lalu mengolah data denga

teknik komputerisasi, membahas dan menyimpulkan hasil penelitian.

Setelah itu, mengkonsultasikan seluruh hasil penelitian terhadap

pembimbing kemudian melakukan ujian hasil setelah hasil konsultassi

mendaptak acc pembimbing skripsi. Setelah tahap ujian selesai, maka

peneliti melanjutkan revisi, lalu mengumpulkan skripsi dalam bentuk

hard copy maupun soft copy ke tim skripsi.


DAFTAR PUSTAKA

Andira, Dita. (2010). Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Plus
Books.

Andrews, Gilly. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita, Edisi 2. Jakarta:
EGC.

Andriani, B. R. (2016). Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi Remaja


Putri di SMP N 2 Gamping. Skripsi, 56-57.

Anindita, A Y. (2010). Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Kunyit Asam


terhadap Keluhan Dismenorea Primer pada Remaja Putri di Kotamadya
Surakarta. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Anurogo, Dito., & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.
Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Aulia. (2009). Kupas Tuntas Menstruasi. Yogyakarta: Milestone.

Calis, Karim Anton. (2015). Dysmenorrhea. Artikel.

Chia, C. F, et al. (2013). Jurnal Dysmenorrhea. Hongkong Med, 19, pp.222–228.

Dahlan, S. M. (2013). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta:


Salemba Medika.

Ernawati. (2010). Terapi Relaksasi Dapat Menurunkan Nyeri Dismenore Pada


Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Semarang. Prosiding seminar
Nasional Unimus, Isbn: 978.979.704.883.9.

Febaruanti, S. (2017). Pengetahuan Remaja Putri Tentang Penanganan Dismenore Di


SMPN 9 Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, 157-165.

Felicia, & dkk. (2015). Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada
Remaja Putri pada Remaja Putri di PSIK UNSRAT Manado. Jurnal
Keperawatan (e-Kp), 3(1): 1–7.

Gantt, N. F., & Cunningham, F. G. (2011). Dasar – Dasar Ginekologi dan Obstetri.
Jakarta: EGC.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12.
Jakarta: EGC.

Handrianto, P. (2016). Uji Anti Bakteri Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale var.
rubrum) Terhadap Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli. Journal of
Research and Technology. Vol. 2, No.1, Hlm. 3.
Hurlock, E. B. (2011). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Icemi, S. K., & Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas dilengkapi
Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Departemen Agama Islam Indonesia. (2016). Al-Qur'an dan Terjemahannya dalam


Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama.

Ismi. (2017). Uji Daya Hambat Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum)
Sebagai Fungisida Alami Terhadap Pertumbuhan Jamur Fusarium oysporum
Pada Tanaman Jeruk (Citrus sp). Skripsi.

Judha, M. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Kepmenkes. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. Jakarta: Menteri
Kesehatan RI.

Kinanti WA. Pengaruh Minuman Rempah Jahe Asam dalam Mengurangi Nyeri
Dismenore Primer pada Mahasiswi Keperawatan Angkatan 2010-2012
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Purwokerto: UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN; 2013.

Kristina. (2010). Dismenore Primer. Jakarta: Balai Pustaka.

Lely, N., & dkk. (2016). Efektivitas antibakteri minyak atsiri rimpang jahe merah
(Zingiber officinale var. Rubrum) terhadap bakteri Jerawat. Journal scientia,
vol. 6 , (1) : 44-49.

Manuaba, I. B. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.

Marlina, E. (2012). Pengaruh Minuman Kunyit Terhadap Tingkat Nyeri Dismenore


Primer pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Tanjung Mutiara Kabupaten
Agam, Universitas Andalas.

Martani, P. W. (2015). Efektifitas ekstrak jahe merah (Z officinale Linn. Var.rubrum)


terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus Mutans dan
Staphylococcus Aureus. Skripsi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

Mutiara, H., & Pratiwi, L. A. (2017). Pengaruh Jahe terhadap Nyeri Saat Menstruasi.
Medical Journal of Lampung University.

Naldi, Tri. (2018). Efektivitas Pemberian Minuman Kunyit Asam untuk Mengurangi
Nyeri Haid pada Remaja Putri di Pondok Pesantren Bustanul Muttaqin
Suban, Lampung Selatan Tahun 2017. Skripsi, 1-59.
Nugroho, s., & Joseph. (2010). Catatan Kuliah Ginekologi Dan Obstetri ( Obgyn).
Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis .


Jakarta: Salemba Medika.

Paramita, D. P. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dismenorea


dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Siswi SMK YPKK Sleman
Yogyakarta, Diakses tanggal 05 November 2019.

Potter, P. A., & Verry, A. G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konse
Proses dan Praktik Edisi 4 Vol. 1. Jakarta: EGC.

PPRI. (2010). Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Tahun 2010. Jakarta:


Pemerintah Republik Indonesia.

Pratiwi. (2012). Buku Pintar Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Imperium.

Rahnama, e. (2012). Effect Of Zingiber Officinale R. Rhizomes (Ginger) On Pain


Relief In PrimaryDysmenorrhea: A Placebo Randomized Trial. Article, BMC
Complementary And Alternative Medicine, 12 (1), p.1.

Reeder, & dkk. (2013). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi dan
Keluarga Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC.

Rigi, S. N., & et al. (2012). Comparing the analgesic effect of heat patch containing
iron chip and ibuprofen for primary dysmenorrhea: a randomized controlled
trial. BMC Women’s Health, 12(1), p.1.

Sarwono, Prawirohardjo. (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Jakarta.

Samsulhadi. (2011). Haid dan siklusnya Edisi ke-3. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Sari, D. (2012). Hubungan Stress dengan Kejadian Dismenore Primer pada


Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2), 567–570.

Sarwono. (2011). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Sinaga, E. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta: Universitas Nasional.

Sugiharti, Rosi, Kurnia., & Sukmaningtyas, Wilis. (2017). Pengaruh Minuman


Rempah Jahe Asam terhadap Penurunan Skala Nyeri Haid Primer pada
Remaja. PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil-Hasil
Penelitian Pengabdian Masyarakat, 252-261.
Sugiharti, Rosi, Kurnia., & Sundari, R. I. (2018). Efektivitas Minuman Kunyit Asam
dan Rempah Jahe Asam terhadap Penurunan Skala Nyeri Haid Primer.
MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 2, 55-59.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suliawati, Gidul. (2013). Hubungan Umur, Paritas Dan Status Gizi Dengan Kejadian
Dismenore Pada Wanita Usia Subur Di Gampong Baitussalam Aceh Besar.
Skripsi. Banda Aceh : STIKes U’budiyah.

Suparmi, d. (2016). Upaya Mengurangi Dismenore Primer dengan Ekstrak Jahe


Asam Jawa pada Mahasiswi Kebidanan Stikes Aisyiyah Surakarta. Gaster
Vol. XIV No. 2 Agustus, 78-89.

Susilawati, G. (2013). Hubungan Umur, Paritas dan Status Gizi dengan Kejadian
Dismenorepada Wanita Usia Subur di Gampang Baitussalam Aceh Besar.
Skripsi.

Tabari, N. M., & dkk. (2016). Comparison of the Effect of Stretching Exercises and
Mefenamic Acid on the Reduction of Pain and Menstruation Characteristics
in Primary Dysmenorrhea: A Randomized Clinical Tria. Oman Medical
Journal, Vol. 32, No. 1: 47-53.

World, Health Organization. (2013). Seksual Bebas pada Remaja.


https://www.google.com/searchpdf seksual bebas pada remaja menurut
WHO. Oktober 2014.

Yuniyanti, & dkk. (2014). Hubungan Tingkat Stress dengan Tingkat Dysmenorrhea
Pada Siswi Kelas X dan XI SMK Bhakti Karya Kota Magelang Tahun 2014.
Igrass. 3(1), 1–5.
Lampiran 1

TIME SCHEDULE 2019/2020 PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN ASAM JAHE TERHADAP PENURUNAN TINGKAT
NYERI DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH II TERPADU
YOGYAKARTA
November Desember Januari Maret April Mei
Februari 2020
Jadwal Kegiatan 2019 2019 2020 2020 2020 2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
Studi Pendahuluan
Penyusunan BAB I
Penyusunan BAB II
Penyusunan BAB III
Seminar Proposal
Revisi Proposal
Uji Etik
Pelaksanaan Penelitian
Penyusunan BAB IV
Penyusunan BAB V
Laporan Hasil
Penelitian
Sidang Hasil Penelitian
Revisi Skripsi
Pengumpulan Skripsi
Lampiran 2
PENILAIAN TINGKAT NYERI HAID
Rebusan Asam Jahe
Inisial : Kode Reponden :
Kelas : Lama Menstruasi :
Usia : Pengalaman yang Lalu :
BB :
TB :
Usia menstruasi Pertama :
1. Penilaian Tingkat Nyeri Sebelum Diberikan Rebusan Asam Jawa (Pre-Test)

Dari rentang nilai berikut, lingkarilah angka yang anda anggap mewakili

beratnya nyeri yang anda rasakan.

2. Penilaian Tingkat Nyeri Sesudah Diberikan Rebusan Asam Jawa (Post-Test)

Dari rentang nilai berikut, lingkarilah angka yang anda anggap mewakili

beratnya nyeri yang anda rasakan.

Keterangan :

0 : Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.

1 : Nyeri hampir tak terasa (sangat ringan), seperti gigitan nyamuk.

2 : Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit.

3 : Nyeri Sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan hidung

berdarah, atau suntikan oleh dokter.


4 : Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari

sengatan lebah.

5 : Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan kaki terkilir

6 : Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya

sebagian mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan tidak

fokus, komunikasi terganggu.

7 : Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit benar-benar mendominasi

indra anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan

tak mampu melakukan perawatan diri.

8 : Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan

Sering mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit

datang dan berlangsung lama.

9 : Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan sampai-

sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun

caranya, tidak peduli apa efek samping atau risikonya.

10 : Nyeri begitu kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak pernah

mengalami sakala rasa sakit ini. Karena sudah keburu pingsan

seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan kesadaran

akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah.
Lampiran 3

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Calon Responden Peneliti
Di
Tempat
Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi Kebidanan Program

Sarjana Terapan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta :

Nama : Tin Qamariah

NIM : 1910104031

Akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Rebusan

Asam Jahe Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Dysmenorrhea Pada Remaja

Putri Di Pondok Pesantren As-Salafiyah Ii Terpadu Yogyakarta”. Penelitian ini

tidak menimbulkan kerugian ataupun membahayakan saudara. Kerahasiaan

informasi dari responden akan terjaga dan hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian. Jika saudara tidak bersedia menjadi responden penelitian maka tidak ada

ancaman ataupun paksaan bagi saudara dan keluarga, dan jika saudara

menyetujuinya maka mohon kesediaan saudara untuk menandatangani persetujuan

menjadi responden dalam penelitian ini.

Demikianlah permohonan saya, atas perhatian dan kesediaannya saya ucapkan

terimakasih.

Yogyakarta, Februari 2020

Pemohon

Tin Qamariah
Lampiran 4

LEMBAR INFORMED CONSENT (Lembar Persetujuan Responden)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya bersedia untuk

berpartisispasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Kebidanan Program

Sarjana Terapan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta:

Nama : Tin Qamariah

NIM : 1910104031

Judul : Pengaruh Pemberian Rebusan Asam Jahe Terhadap Penurunan

Tingkat Nyeri Dysmenorrhea Pada Remaja Putri Di Pondok

Pesantren As-Salafiyah II Terpadu Yogyakarta

Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat bermanfaat

bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Demikian pernyataan kesediaan untuk menjadi responden dari saya dan

semoga dapat digunakan seperlunya.

Yogyakarta, Februari 2020

(Responden)

Anda mungkin juga menyukai