Anda di halaman 1dari 25

“ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN PENGGUNAAN ALKOHOL”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 8
1. Wandi Fataruba (1801081)
2. Vivi Farddrianti Koimakie (1801085)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
T.A 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang “Makalah ASUHAN KEPERAWATAN keluarga pada
pengguna Alkohol ” tepat pada waktunya.

Kelompok kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput dari
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
penyempurnaan penyusunan makalah kami ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Manado, April 2021

Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang……………………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...
C. Tujuan
……………………………………………………………………………………..
D. Manfaat
…………………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep
Keluarga…………………………………………………………………………..
B. Asuhan Keperawatan
Keluarga………………………………………………………………….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………
……
B. Saran……………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dewasa ini pengaruh Globalisasi telah mendunia, bahkan sudah merambah sampai
kesegala aspek kehidupan manusia. Misalnya saja dalam gaya hidup manusia modern
sekarang yang tak lepas dari minuman keras. Minuman keras atau miras kini bukanlah hal
yang tabu lagi dikalangan masyarakat. Bahkan peredarannya pun sudah tak terkendali.
Walaupun telah ada undang-undang dan larangan yang jelas dari masing-masing agama
tentang larangan peminum minuman keras, namun oknum-oknum nakal diluar sana tetap saja
menjual miras dengan bebas demi meraup untung yang besar.semakin lama hal tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan nilai terhadap minuman keras dimasyarakat,minuman
keras yang secara hukum maupun agama dianggap hal yang tidak baik menjadi sesuatu yang
dianggap lumrah dan wajar untuk dilakukan.

Miras atau minuman keras hanya akan memberikan dampak negative bagi tubuh. Namun
penikmat minuman haram ini makin lama semakin banyak. Bahkan kini kaum remajalah
yang paling mendominasi. Mungkin awalnya hanya coba-coba atau jika tidak minum akan
dianggap cemen oleh teman-temannya. Namun karena hal inilah yang menyebabkan mereka
kecanduan dan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan minuman tersebut. Sekarang
para penikmat minuman keras juga sering mengoplos minuman keras atau yang lebih dikenal
dengan miras oplosan. Miras oplosan dan miras biasa sama-sama memberikan dampak yang
tidak baik bagi tubuh, secara umum dampak minuman keras adalah dapat merusak system
saraf pusat. Dampak yang lebih lanjut lagi adalah dapat meyebabkan kematian. Di Indonesia
kini semakin marak pacandu minuman haram ini, salah satu factor penyebabnya adalah
kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang dampak minuman keras dan karena
maraknya minuman keras abal-abal yang sangat murah dan masyarakat kurang mampu pun
dapat membelinya dengan mudah. Maka dari itu penulis menulis judul “MINUMAN KERAS
MENGANCAM GENERASI MUDA” untuk makalah ini.

Pembatasan Masalah

Agar Tema yang diangkat oeh penulis lebih tepat sasaran dan mempermudah pembahasan,
maka penulis membatasi tema yang diangkat yaitu “MINUMAN KERAS MENGANCAM
GENERASI MUDA”
B. Rumusan Masalah

Agar tema yang diangkat oleh penulis lebih fokus terhadap pokok permasalahan. Maka
rumusan masalah yang penulis kemukakan adalah:

Apa itu minuman keras?

Apa bahan yang terkandung dalam minuman keras?

Apa dampak minuman keras?

Apa penyebab peminum minuman keras semakin banyak?

Bagaimana solusi untuk mengatasi ketergantungan miras?

Mengapa peredaran minuman keras dilarang?

C. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

Untuk mengetahui apa itu minuman keras

Untuk memberikan pengetahuan kepada khalayak umum tentang dampak minuman keras.

Untuk memberikan jalan keluar atau penyelesaian bagi seseorang yang telah kecanduan
minuman keras
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan perkembangan
social masyarakat. Berikut ini penulis akan kemukakan pengertian keluarga menurut
beberapa ahli :
Duvall, Sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatran perkawinan, adopsi, kelahiran
yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
mempertingkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari tiap anggota

WHO 1969, Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah,adopsi atau perkawinan.

Bergess,1962. Yang dimaksud keluarga adalah:Terdiri dari kelompok orang yang


mempunyai ikatan perkawinan,keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi. Anggota
tinggal bersama dalam satu rumah,Anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran
social,Mempunyai kebiasaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat tetapi mempunyai
keunikan sendiri.

Helvie,1981, Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah
tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.

Salvicion G.Bailon dan aracelis Maglaya,1989. keluarga adalah dua atau lebih dari dua
individu yang bergabung karena hubungan darah,hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam satu sama lain,dan didalam perannya masing-
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

Departemen Kesehatan RI 1998, Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat
yang terdri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

Kesimpulan

Keluarga adalah :Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain
dan masing – masing mempunyai peran sosial suami, isteri, anak, kakak, adik.
Mempunyai tujuan yaitu : menciptakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.

 Struktur Keluarga

Macam Struktur Keluarga:

a. Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah isteri.

d. Patrilokal

Adalah sepasang suami isteri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

e. Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami isteri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa
sanak saudar yang menjadi bagian kelaurga karena adanya hubungan dengan suami iste

 Ciri-ciri Struktur Keluarga


1. Terorganisasi :Saling berhubungan , saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2. Ada keterbatasan : Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan : Setiap anggota kelurga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing. (Anderson Carter).
 Type Keluarga

Tradisional Nuclear.
Keluarga Inti yang terdiri dari : ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat
bekerja di luar rumah.

1. Extended family
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya : nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi an lain sebagainya.
2. Reconstituted Nuclear.
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal
dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
3. Niddle Age / Aging Couple.
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak
sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
4. Dyadic Nuclear.
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah satu
bekerja di luar rumah.
5. Single Parent.
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan anak-anaknya
dapat tinggal di rumah/di luar rumah.
6. Dual Carrier.
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7. Commuter Married.
Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya
saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
8. Single Adult.
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untukkawin.
9. Three Generation.
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10. Institusional.
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
11. Comunal.
Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan
bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
12. Group Marriage.
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan
keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua
dari anak-anak.
13. Unmaried Parent and Child.
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi
14. Cohibing Caiple.
Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

Dari sekian macam tipe kelaurga, maka secara umum di negara Indonesia dikenal dua
type keluarga yaitu tipe keluarga tradisional dan type keluarga non tradisional. Yang
termasuk type keluarga tradisional : keluarga inti, extended family, single parent,
keluarga usila dan single adult.

Sedangkan yang termasuk dalam type keluarga extended family adalah ; commune family
yaitu : lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah, orang tua atau ayah ibu
yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga dan
homoseksual yaitu dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga.

 Peran Keluarga dan Peran Perawat Keluarga

Teori dan Definisi Peran

 Peran

yang lahir dari interaksi sosial. Dalam teks ini peran didefinisikan dalam pemahaman
yang lebih struktural, karena preskripsi-preskripsi normatif dalam keluarga, meskipun
berbeda-beda, secara relatif masih didefinisikan secara lebih baikn(Nye, 1976). Peran
merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang
didefinisikan dan diharapkan secara normative dari seseorang okupan peran (Role
occupan) dalam situasi sosial tertentu. Peran didasarkan pada preskripsi dan harapana
peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi
tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain
menyangkut peran-peran tersebut. (Nye, 1976 : 7). Peran adalah seperangkat tingkah laku
yang diharapkan orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem
(Kozier, Barbara, 1995 :21).peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam
maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk perikalu yang diharapkan dari
seesorang pada situasi sosial tertentu. Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk
menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan
formalnya uang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas
dan tanggung jawab keperawatan secara profesional. Dimana setiap peran yang
dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

 Konflik peran

Konflik terjadi ketika okupan dari suatu posisi merasa bahwa ia berkonflik dengan
harapan-harapan yang tidak sesuai. (Hardi, 1988). Sumber dari ketidakseimbangan
tersebut boleh jadi disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri
perilaku. Orang lain, atau dalam lingkungan.

 Macam konflik peran:


a. Konflik antar peran

Adalah konflik yang terjadi jika pola-pola perilaku atau norma-norma dari suatu peran
tidak kongruen dengan peran lain yang dimainkan secara bersamaan oleh individu.
Konflik atnra peran terjadi ketika peran yang kompleks dari seseorang individu – yaitu
sekelompok peran yang ia mainkan - termasuk sejumlah peran yang tidak seimbang.
(Hardi & Hardi, 1988). Tipe konflik ini disebabkan oleh ketidakseimbangan –
ketidakseimbangan perilaku yang berkaitan dengan berbagai peran atau besarnya tenaga
berlebihan yang dibutuhkan oleh peran – peran ini, misal dalam kasus keluarga dimana
peran sebagai siswa, penjaga rumah, memesak, perkawinan, perawatan anak dilaksanakan
sekaligus.

 Intersender role conflict ( konflik peran antar pengirim).

Suatu konflik dimana didalamnya atau dua orang atau lebih memegang harapan-harapan
yang berkonflik, menyangkut pemeran suatu peran. (La Rocca, 1978). Ilustrasi tentang
tipe konflik ini adalah adanya harapan-harapan yang berkonflik menyangkut bagainmana
peran seseorang seperti seorang perawat profesional harus ditunjukkan. Misalnya kepala
perawat boleh jadi mengharapkan efisensi dari suatu tindakan.” Pasien mungkin
mengharapkan segalanya terpusat pada pasien, berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang
dirasakannya, dan perawat boleh jadi mengharapkan agar dapat memberikan perawatan
individu sebangaimana yang dibatasi oleh standar profesional.

b. Person- role conflict

Meliputi suatu konflik antara nilai-nilai internal individu dan nilai-nilai eksternal yang
dikomunikasikan kepada pelaku oleh orang lain,dan melemparkan pelaku kedalam situasi
yang penuh stres peran. Orang dapat berfikir Preson-role conflict yang timuldalam
keluarga dengan anak remaja- apabila tersebut memiliki pemikiran internal menyangkut
perannya sebagai seorang remaja dan sebayanya menetukan suatu peran yang sangat
berbeda.

c. Peran-peran formal keluarga

Berkaitan dengan setiap posisi formal keluarga adalah peran-peran terkait, yaitu sejumlah
perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara merata
kepada para anggota keluarga seperti cara masyarakat membagi peran-perannya:

Menurut begaimana pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Ada
peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu, ada peran lain yang
tidak terlalu kompleks dapat didelegasikan kepada mereka yang kurang terampil atau
pada mereka yang kurang memiliki kekuasaan. Peran formal yang standar terdapat dalam
keluarga ( pencari nafkah, ibu rumah tangga, rukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh
anak, meneger keuangan dan tukang masak). Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit
orang yang memenuhi peran ini: dengan demikian lebih banyak tuntutan dan kesempatan
bagi anggota keluarga untuk memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda. Nye
& Ge, 1976 mengidentifikasi enam peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai
suami- ayah dan istri- ibu:

 peran sebagai profider atau penyedia.


 Sebagai pengatur rumah tangga.
 Perawat anak-anak.
 Sosialisasi anak.
 Rekresasi.

Persudaraan (kinsip) (memelihara hubungan keluarga patenal dan maternal)

Peran terapiotik (memenuhi kebutuhan afektifdari pasangan).

d. peran informal keluarga

peran-peran informal bersifat implicit biasanya tidak tampak kepermukaan dan


dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan untuk
menjaga keseimbangan dalam keluarga . (Satir, 1967). Kievit, 1968 menerangkan bahwa :
peran-peran informal mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada
usia, jenis kelamin dan lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian
anggota keluarga individual. Beberapa contoh peran-peran informal yang bersifat adaptif
danyang merusak kesejahteraan keluarga antara lain :

 Pendorong

Pemdorong, memuji, setuju dengan dan menerima kontribusi dari orang lain. Akibatnya
ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka
penting dan bernilai untuk didengar.

 Pengharmonis

Yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota penghibur
menyatukan kembali perbedaan pendapat.

 Inisiator-kontributor

Mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah


atau tujuan-tujuan kelompok.
 Pendamai
 Penghalang
 Dominator

Cenderung memaksakan kekuasaan atau superioritas dengan memanipulasi anggota


kelompok tertentu dan membanggakan kekuasaannya dan bertindak seakan-akan ia
mengetahui segala-galanya dan tampil sempurna.

 Penyalah
 Pengikut
 Pencari nafkah
 Martir
 Tidak menginginkan apa saja untuk dirinya, ia hanya berkorban anggota keluarga.
 Transati
 Sahabat
 Kambing hitam keluarga

Masalah anggota keluarga yang telah diidentifikasi dalam keluarga. sebagai korban atau
tempat pelampiasan ketegangan dan rasa bermusuha,n, baik secara jelas maupun tidak.
Kambing hitam berfungsi sebagai tempat penyaluran.

 Penghibur
 Perawat keluarga
 Pioner keluarga

Yaitu membawa keluarga pindah ke suatu wilayah asing, dan dalam pengalaman baru.

 Coordinator kaluarga

Mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga, yang berfungsi


mengangkat keakraban dan memeragi kepedihan.

 Distraktor dan orang yang tidak relevan

Distraktor bersifat tidak relevan dengan menunjukkan prilaku yang menarik perhatian, ia
membantu keluarga menghindari atau melupakan persoalan-persoalan yang menyedihkan
dan sulit.

 Penghubung keluarga
Perantara keluarga adalah penghubung,biasanya ibu mengirim dan memonitor
komunikasi dalam keluarga.

 Saksi

Sama dengan pengikut, kecuali dalam beberapa hal, saksi lebih pasif.saksi hanya
mengamati, tidak melibatkan dirinya. (Marlyn M. Friedman, 1998:299-300).

 Pengertian

Minuman keras / beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah
bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Diberbagai daerah
banyak jenis miras. Minuman keras meliputi seluruh jenis minuman yang mengandung
alkohol (nama kimianya etanol). Menurut catatan arkeologi, minuman beralkohol sudah
dikenal manusia sejak kurang lebih 5000 tahun yang lalu. Minuman beralkohol merupakan
bagian dari kehidupan sehari-hari pada berbagai kebudayaan tertentu. Di Indonesia dikenal
minuman keras yaitu tuak, ciu, sipo, arak dan cap tikus. Alkohol adalah zat penekan susuan
syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan Bahan
psikoaktif yang terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses
fermentasi madu, gula sari buah atau umbi umbian. Nama yang populer : minuman keras
(miras), kamput, tomi (topi miring), cap tikus , balo dll. Alkohol dapat dibuat melalui proses
fermentasi (peragian) berbagai jenis bahan yang mengandung gula, misalnya buah-buahan
(seperti anggur dan apel), biji-bijian (seperti beras dan gandum), umbi-umbian (seperti
singkong), dan madu. Melalui proses fermentasi dapat diperoleh alkohol dengan kadar 14%.
Alkohol dengan kadar yang lebih tinggi dapat diperoleh melalui penyulingan. Selain melalui
proses fermentasi, alkohol juga dapat dibuat dari etena, suatu produk dari minyak bumi.

 Jenis – Jenis Minuman Keras


1. Cap Tikus

Namanya saja sudah membuat takut, tapi entah kenapa para pemabuk itu sangat suka
meminumnya. Minuman keras cap tikus adalah minuman keras yang beredar di Manado. Ia
hasil penyulingan Sagoe, yaitu cairan yang diambil dari pohon enu. Kadar alkoholnya sekitar
5%, memang kadarnya kecil tetapi tetap memabukkan bagi peminumnya.Umumnya,
peminum minuman keras cap tikus ini adalah petani dan masyarakat Manado, mengetahui
berbahayanya minuman ini hingga setiap orang tua sudah mengingatkan anaknya untuk
menjauhi minuman keras cap tikus tersebut. Para petani meminumnya setelah panen. Namun
ingat, tidak semua petani suka meminum minuman keras cap tikus.

2. Tuak

Minuman keras ini sudah tidak asing lagi namanya, khususnya di Medan. Tuak adalah
minuman keras yang diambil dari nira kelapa atau aren. Setelah dibiarkan sehari dalam
kondisi terbuka, maka ia menjadi tuak. Minuman ini jika di Medan, menjadi minuman khas
orang Batak Kristen. Bahkan mereka pun menyediakan warung spesial menjual tuak,
namanya lapo tuak. Namun demikian, bukan tidak ada orang yang mengakunya beragama
Islam meminumnya. Dengan harga yang murah, orang memilih mabuk dengannya ketimbang
beli minuman keras jenis vodka, bir dan chivas. Bila ada pesta dibeberapa tempat para
preman yang menjaga parkir kerap meminum minuman keras yaitu tuak.Kadar alkohol tuak
hampir sama dengan minuman keras cap tikus. Ia tetap memabukkan, karena itu jauhkan
anda ataupun anak anda untuk menjauhi orang-orang yang sering mengkonsumsi minuman
keras tersebut. Karena umumnya mereka mengaku tuak adalah aren. Benar aslinya air aren
tetapi sudah diubah menjadi tuak.

3. Arak Bali

Namanya saja, anda sudah tahu bahwa arak bali tentulah minuman yang ada di Bali. Arak
Bali berasal dari fermentasi sari kelapa dan buah-buahan lainnya, kadar alkoholnya cukup
tinggi yaitu 30%-50%.Arak Bali ini digunakan oleh masyarakat Bali dalam upacara-upacara
adat, penggunaan arak bali dalam acara adat adalah sebagai penghormatan kepada dewata
dengan cara arak tersebut dituangkan ke daun pisang yang sudah dibentuk seperti tangkup.
Lalu arak tersebut dicipratkan ke tangan kanan para peserta adat dengan menggunakan
sebuah bunga.

4. Sopi

Jika anda wisata ke Maluku, hati-hati dengan tawaran minuman Sopi. Karena ia adalah
minuman keras yang beredar di daerah Maluku, Sopi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
tuak karena ia fermentasi dari pohon aren, namun kadar alkoholnya lebih dari 50%.Hanya
saja pembuatan Sopi untuk melahirkan rasa khasnya berbeda dengan tuak, ia ditambah
dengan bubuk akar Husor plus ditambah penggunaan bumbu untuk penyulingan.Bagi anda
yang berwisata ke Maluku, jangan sembarang menerima tawaran minum. Dari namanya
memang bagus, tetapi jika anda meminumnya dapat membuat anda mabuk.
5. Ciu

Minuman keras jenis ini ada di daerah Bekonang, Sukoharjo, Jawa Tengah. Dari namanya
memang mirip arak cina yang disebut Ang Ciu atau sering disebut arak merah, namun
sebenarnya tak memiliki hubungan sama sekali. Proses pembuatannya saja berbeda, Ciu
adalah minuman keras hasil fermentasi dari beras dengan memiliki kadar alkohol berkisar
50%-90%. Minuman keras ini tergolong ilegal, pemerintah selalu saja berusaha
memberantasnya, namun tetap saja banyak beredar dimasyarakat dan banyak peminatnya
bagi para pemuda dijaman sekarang. Peminat Ciu dijaman sekarang melonjak drastis,
lantaran peminatnya bukan saja orang dewasa, namun remaja-remaja pun banyak yang
mengkonsumsi minuman keras bernama Ciu tersebut.

6. Minuman Keras Oplosan

Minuman alkohol yang terkenal dengan nama minuman keras adalah sebuah minuman yang
membuat orang mabuk(pusing) kata orang meminumnya terasa plong bahkan tidak punya
beban. Minuman keras oplosan adalah minuman keras yang ditambahkan suatu bahan-bahan
lainnya. Minuman keras memang terasa kita tidak mempunyai masalah ketika meminumnya
namun itu justru berbahaya bagi kesehatan. Masa muda memang masa penuh dengan
tantangan, Selalu ingin mencoba hal-hal baru terutama menginjak SMP (Sekolah Menengah
Pertama).

Disinilah awal anak-anak diuji, awal merokok atau meminum-minuman keras biasanya
berawal kumpul-kumpul, kumpul disini dalam tanda kutip . Awalnya disuruh mencoba
terlebih dahulu diberi dan diberi supaya orang tersebut kecanduan. Ya kalau sudah kecanduan
bagaimana lagi? Ya harus beli bahkan nanti kita cenderung akan membelikan minuman untuk
mereka, dari minuman beralih ke tingkat lebih tinggi pil ekstasi bahkan ganja. Berikut adalah
contoh minuman keras beserta campurannya atau sering disebut dengan oplosan :

 Miras dengan minuman berenergi

Untuk mendapatkan cita rasa yang lebih baik, penggemar minuman keras sering
menambahkan suplemen minuman berenergi ke dalam minumannya. Oplosan ini sering
disebut ‘Sunrise’, dan bisa mengurangi rasa pahit pada bir atau rasa menyengat pada alkohol
yang kadarnya lebih tinggi.

Walaupun kadar alkohol menjadi sedikit berkurang, efek samping yang lain akan muncul
dalam pengoplosan ini. Dikutip dari detikBandung, Jumat (11/6/2010), ahli farmasi dari ITB,
Joseph I Sigit mengatakan bahwa alkohol dan minuman berenergi memiliki efek berlawanan.
Alkohol bersifat menenangkan, sedangkan suplemen berfungsi sebagai stimulan. Jika
digabungkan, efeknya bisa memicu gagal jantung

 Miras dengan susu

Salah satu jenis oplosan yang sering menyebabkan korban tewas adalah ‘Susu macan’
(Lapen), yakni campuran minuman keras yang dicampur dengan susu. Jenis minuman ini
banyak dijual di warung-warung miras tradisional.

Gunawan (nama samaran), salah satu pelanggan warung semacam itu mengakui adanya risiko
keracunan pada susu macan.

Ketika dihubungi detikHealth, pria asal Yogyakarta ini mengatakan bahwa penyebab
keracunan umumnya bukan susu melainkan jenis alkoholnya. Karena umumnya
menggunakan alkohol tradisional, maka jenis dan kadarnya tidak diketahui oleh pelanggan.

 Miras dengan cola atau minuman bersoda

Salah satu oplosan yang cukup populer adalah ‘Mansion Cola’, terdiri dari Vodka dicampur
dengan minuman bersoda. Tujuannya semata-mata untuk memberikan cita rasa atau
menutupi rasa tidak enak pada minuman keras. Salah satu penggemar Mansion Cola adalah
Yono (nama samaran), mahasiswa semester akhir di Yogyakarta. Menurutnya, selama jenis
alkohol yang digunakan

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Proses pengakajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi terus menerus
dan keputusan professional yang mengandung arti terhadap informasi yang
dikumpulkan. Pengumpulan data keluarga berasal dari berbagai sumber : wawancara,
observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota
keluarga.
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan no telpon
3) Komposisi keluarga
Komposisi keluarga terdiri dari Genogram 3 generasi.

4) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe/jenis keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang
terjadi pada keluarga tersebut.

5) Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
tersebut terkait dengan kesehatan.

6) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.

7) Status sosial ekonomi Keluarga


Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya.Selain itu sosial ekonomi keluarga ditentukan pula
oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang
dimiliki oleh keluarga.

8) Aktifitas Rekreasi Keluarga


Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama
untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton televisi dan
mendengarkan radio juga merupaka aktivitas rekreasi.

b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga


1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Menjelaskan
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan mengenai tugas
perkembangan keluaruarga yang belum terpenuhioleh keluarga serta kendala-kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti


Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap
pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang bias
digunakan keluarga dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya


Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga,
jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan momunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluraga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga berpindah


tempat.

4) Perkumpulan Keluarga dan interaksi dalam Masyarakat Menjelaskan


mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpulserta perkumpulan
keluarga yang ada dan sejauhmana interaksi keluarga dengan
masyarakat.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang dimilki keluarga untuk
menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau pendukung
dari anggota keluarga dan fasilitas social atau dukungan dari masyarakat setempat

d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur Kekuatan Keluarga


Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi oranglain untuk merubah perilaku.

3) Struktur Peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal.

4) Nilai dan Norma Budaya


Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yangberhubungan
dengan kesehatan.

e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, persaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.

2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.

3) Fungsi Perawatan Keluarga


Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,perlindungan
serta merawat anggota keluarga yg sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas
kesehatankeluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang
sakit,menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.

4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
a) Berapa juamlah anak?
b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga?
c) Metodeyang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlahanggota keluarga?

5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam
upaya peningkatan status kesehatan keluarga

f. Stress dan koping keluarga


1) Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang
dari enambulan.

2) Stressor jangka panjang


Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih
dari enambulan.

3) Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah


Stressor dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor
4) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menhadapi permasalahan/stress.

5) Strategi adaptasi disfungsional


Dijelaskan menegnai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permaslahan/stress.

g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang digunakan
samadengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.

2. Diagnosa keperawatan Keluarga


Diagnosa keperawatan keluarga meruoakan perpanjangan diagnosis ke system
keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian keperawatan.Diagnosis
keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktualdan potensial dengan
perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk
menanganinya berdasarkan pendidikan dan pengalaman.( Friedman, 2010). Tipologi
dari diagnosa keperwatan adalah:
a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).
b. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah
ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu kedaan
dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.

3. Intervensi keperawatan keluarga


Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan merumuskan
tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan
prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi
keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).
Lain halnya menurut Padila (2012) intervensi keperawatan keluarga terdiri dari
penetapan tujuan, mencakup tujuan umum dan tujuan khusus, rencana intervensi serta
dilengkapi dengan rencana evaluasi yang memuat kriteria standar. Tujuan dirumuskan
secara spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, rasional dan menunjukkan waktu.
4. Implementasi keperawatan keluarga adalah
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana intervensi
yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan memandirikan keluarga
dalam bidang kesehtan. Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang dimiliki
mereka dan mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan
keluarga untuk : mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan
dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga
sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota
keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat ( Sugiharto,2012).
5. Evaluasi keperawatan keluarga
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga
dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehinga memiliki produktivitas yang tinggi
dalam mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen kelima dalam
proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menetukan apakah tujuan yang telah
ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan evaluasi
(Sugiharto,2012).
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Proses pengakajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi terus menerus


dan keputusan professional yang mengandung arti terhadap informasi yang
dikumpulkan. Pengumpulan data keluarga berasal dari berbagai sumber : wawancara,
observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota
keluarga.

B.Saran

Bagi mahasiswa, sebagai perawat nantinya bisa mengaplikasikan ilmu ini atau
menerapkannya dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Dion, Yohanes & Yasinta Betan. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan
Praktik. Yogyakarta : Nuha Medika
Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori &
Praktik. Jakarta : EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2013. Metode Penelitian Keperawatan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika
http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.Terus.
Meningkat. diakses 8 januari 2016
Latief, Abdul. 2014. Obat Tradisonal. Jakarta : EGC
Masriadi . 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : TIM; 2016.
Mulyadi, 2015. Efektifitas Relaksasi Napas Dalam Pada Pasien Hipertensin Dengan
Gejala Nyeri Kepala Di Puskesmas Baki Sukoharjo.
http://eprints.ums.ac.id/41221/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20%28MILYA DI
%29.pdf (Diakses 3 Juni 2017)

Anda mungkin juga menyukai