Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN KASUS HIV AIDS


Edy Yuli Riyawan Sabtu, Mei 04, 2013

LANDASAN TEORI
HIV-AIDS

A. Pengertian
1) AIDS ( Acquaired Immuno Deficiency Syndrome ) adalah sindrom yang
menunjukan defisiensi imun seluler seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk
dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun,
penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya (Rampengan & Laurentz, 1999:171)
2) AIDS ( Acquaired immune Defisiensi Syndrom ) adalah penyakit yang
disebabkan Virus yang merusak system kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999:09)
3) Jadi, HIV adalah virus yang menyerang sisitem kekebakan tubuh manusia yang dalam
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS adalah suatu sindrom
penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relative lama karena penurunan system
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.

B. Etiologi

- AIDS disebabkan oleh virus HIV tipe 1 yang melekat dan memasuki Limfosit T
helper CD4, yang juga ditemukan dalam jumlah yang lebih rendah pada monosit dan
makofag.
- HIV-1 merupakan virus RNA dan merupakan parasit obligat intrasel. Dalam bentuk
yang asli ia merupakan partikel yang inert tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia
masuk ke sel host (sel target)

C. Macam Infeksi HIV


- Secara klinis gambaran yang terliaht terbagi dalam 4 tahap urutan, dan ini sejalan
dengan perubahan fungsi imunitas dan aktivitas virus di dalam tubuh orang yang terinfeksi.
Keempat urutan tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Tahap infeksi primer (primeri infection) yaitu setelah


beberapa minggu dari saat infeksi, dan ditandai dengan gejala demam, rasa
sakit pada tenggorokan, sakit kepala, fotofobia, rasa lemas dan lesu,
pembesaran kelenjar limfe, dan bercak makulopapular pada kulit.
Berlangsung sekitar 1-2 minggu, dan terlihat pada sekitar 70% pengidap.
Anti bodi tes negative, periode ini disebut dengan periode window periode.
2. Tahap infeksi dini (early infection), tahap ini merupakan
masa laten dari virus dan lamanya berlangsung beberapa tahun sampai 5/10
tahun. Pada tahap ini pengidap pada umumnya tanpa gejala, kecuali bebrapa
dengan pembesaran kelenjar limfe secara umum. Pada tahap ini julah sel
limfosit T relative masih stabil dan antigen-HIV tidak dapat dikesan dalam
serum darah pengidap. Keadaan ini menggambarkan bahwa derajat aktivitas
virus HIV rendah. Pada periode ini ada yang menyebut dengan tahap
seroconvertion.
3. Tahap simtomatik, tahap ini ditandai dengan munculnya
kembali antigen-HIV dan turunya limfosit-T. Dengan turunya jumlah sel
limfosit T4, maka derajat kompetensi imunitas tubuh menjadi turun dan
pengidap menjadi sangat rentan terhadap berbagai serangan infeksi yang
ringan sekalipun. Infeksi yang terjadi biasanya multiple dan rekulen
(berulang-ulang) serta resisten (rentan) terhadap obat yang biasa digunakan.
Gangguan muko-kutan (selaput lendir kulit) seperti kandidiasis di mulut,
folikulitis, dan dermatitis seboroik.
4. Tahap AIDS, tahap ini ditandai dengan timbulnya infeksi
oportunistik dan neoplasma, dan penderita dalam sakit berat dengan angka
kematianya yang tinggi. Tahap inilah yang disebut sakit AIDS, yang
berdasarkan pemeriksaan imunologis/laboratories terlihat jelas turunya
jumlah sel limfosit T4 yang bermakna.

D. Patofisiologi
- Pada neonatal HIV dapat masuk kedalam tubuh melalui penularan transplasenta atau
perinatal setelah virus HIV masuk kedalam target yang mempunyai reseptor untuk virus HIV
yang disebut CD4. Ia melepas bungkusnya kemudian mengeluarkan enzim R-tase yang
dibawahnya untuk mengubah bentuk RNA-nya menjadi DNA agar dapat bergabung menyatu
diri dengan DNA sel target. Dari DNA sel ini berlangsung seumur hidup. Sel limfosit T ini
dalam tubuh mempunyai fungsi yang penting sebagai daya tahan tubuh. Akibat infeksi ini
fungsi system imun berkurang atau rusak, maka fungsi imunologik lain juga mulai terganggu.
- HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus untuk melewati
sawar darah otak untuk masuk ke dalam otak, fungsi Limfosit B juga terpengaruh, dengan
peningkatan fungsi immunoglobulin total sehubungan dengan penurunan fungsi antibody
spesifik. Dengan memburuknya system imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan
terhadap infeksi oportunis dan juga berkurang kemampuanya dalam memperlambat replikasi
HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit multi system yang dapat
bersifatdominan selama bertahun-tahun sambil menyebabkan imunodefisiensi secara
bertahap. Kecepatan perkembangan dan manifestasi klinis dari penyakit ini berfariasi dari
orang keorang. Virus ini ditularkan hanya melalui kontak langsung dengan darah atau produk
darah dan cairan tubuh, melalui obat-obatan intravena, kontak seksual, transmisi perianal dari
ibu ke bayi, dan menyusui. Tidak ada bukti yang menunjukan infeksi HIV ddidapat melalui
kontak biasa.
Empat populasi utama pada kelompok usia pediatric yang terkena HIV :
1. Bayi yang terinfeksi melalui penularan perianal dan ibu yang terinfeksi, hal ini
menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun
2. Anak-anak yang telah menerima produk darah
3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku resiko tinggi
4. Bayi yang mendapat ASI terutama di Negara-negara berkebang
E. Manifestasi Klinis
Bayi dan anak, manifestasi klinisnya adalah
1. Berat badan lahir rendah
2. Gagal tumbuh
3. Limfadenopati umum
4. Hepatosplenomegali
5. Sinusitis
6. Infeksi saluran pernafasan atas berulang
7. Parotitis
8. Diare kronik atau kambuhan
9. Infeksi bakteri dan virus kambuhan
10. Sariawan orofaring
11. Trombositopenia
12. Infeksi bakteri seperti meningitis
13. Pneumonia interstisial kronik
Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang
memanifestasikan dirinya sebagai ensefalopati progresif, perkembangan yang terhambat, atau
hilangnya perkembangan motoris.

F. Pendekatan Diagnostik
Pada umumnya diagnosa infeksi HIV pada anak ditegakkan atas dasar:
1. Tergolong dalam kelompok resiko tinggi
2. Adanya infeksi oportunistik dengan atau tanpa keganasan
3. Adanya tanda-tanda defisiensi imun, seperti menurunya T4
4. Tidak didapat adanya penyebab lain dan defisiensi imun
Kriteria AIDS Related Complex (ARC) pada anak :
Kriteria mayor :
- Pneumonitis interstisiel
- Oral thrush Yang menetap/berulang
- Pembesarankelenjar parotis
Kriteria Minor :
- Limfadenopati pada dua tempat/lebih
- Pembesaran hapar dan lien
- Diare menahun /berulang
- Kegagalan pertumbuhan
- Ensefalopati idiopatik progresif
Kriteria Lab :
- Peningkatan Ig A/Ig M dalam serum
- Perbandingan T4/T8 terbalik
- IVAP rendah
Diagnosa ARC ditegakkan apabila ada 1 kriteria mayor, 1 kriteria minor dan 2
kriteria laboratorium selama lebih dari 3 bulan.

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS


HIV AIDS
1. PENGKAJIAN
1.1 Anamnese
1.1.1 Identitas
- AIDS pada anak dibawa umur 13 tahun di amerika13% merupakan akibat kontaminasi
dengan darah 5% akibat pengobatan hemofilia . 80% tertular dari orang tuanya
- Anak yang terinfeksi pada masa perinatal , rata-rata umur 5-17 bulan terdiaknosa
sebagai AIDS.
- Terbanyak meninggal 1 tahun setelah dibuat diagnosis.
- Study perspektif di afrika menunjukkan angka kematian anak usia lebih dari 15 bulan
lahir dari ibu IIIV (+)sebesar 16,5%penyebap terbanyak diare akut/kronik dan pnemonie
berulang .
1.1.2 Kejuhan utama
- Demam dan diare berkepanjanan
- Takhipnea, batuk, sesak nafas dan hipoxiakeadaan yang gawat
1.1.3 Riwayat penyakit sekarang
- Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
- Diare lebih dari 1 bulan
- Demam yang berkepanjangan (lebih dari 1 bulan )
- Mulut dan faring di jumpai bercak-bercak putih
- Limphodenophati yang menyeluruh
- infeksi berulang(otitis media,pharingitis)
- Batuk yang menetap(lebih dari 1 bulan)
- Dermatitis yang menyeluruh
1.1.4 Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat pemberian transfusi antara tahun 1978-1985
1.1.5 Riwayat penyakit dalam keluarga
- Orang tua yang terinfeksi HIV
- Penyalagunaan zat
1.1.6 Riwayat kehamilan dan persalinan
- Ibu selama hamil terinfeksi HIV50% tertular untuk anakmya
- Penularan dapat terjadi pada minggu ke9-20 dan kehanilan
- Penularan pada proses melahirkan ,terjadi kantak darah ibu dan bayi
- Penularan setelah lahir dapat terjadi melalui air susu ibu
1.1.7 Riwayat perkembangan dan pertumbuhan
- Kegagalan pertumbuhan 9 failure to thrive
1.1.8 Riwayat makanan
- Anoreksia, mual, muntah
1.1.9 Riwayat imunisasi
- Jadwal immunisasi bayi ban anak dengan infeksi HIV

UMUR VAKSIN
2 bulan DPT,polio,hepatitis B
4 bulan DPT, polio,hepatitis B
6 bulan DPT, polio,hepatitis B
12 bulan Tes Tuberculin
15 bulan MMR ,hrpatitis
18 bulan DPT ,polio, MMR
24 bulan Vaksin pnemokokkun
4-6 tahu DPT ,polio ,MMR
14-16 tahun DT, Campak
- Imunisasi BCG tidak boleh di berikankuman hidup.
- Immunisasi polio harus diberikan inactived pelivaccine,bukan tipe live
- Attenuated polio vaccine virus mati bukan virus hidup
- Immunisasi dengan vaksi HIV diberikan setelah ditemukan HIV (+)

1.2. Pemeriksaan
1.2.1 .Sistem Penginderaan
v Pada Mata
Cotton wool spot ( bercak katun wool pada retina ). Sytomegalovirus retinius dan
toxoplasma choroiditis, perivasculitis pada retina
Infeksi pada tepi kelopak mata, mata merah, perih gatal, banyak secret serta berkerak.
Lesi pada retina dengangambaran bercak eksudat kekurangan, tunggal/multiple, pada
satu/kedua mata toxoplasma goundii.
v Pada mulut
Oral thrush akibat jamur, stomatitis gangrenesa, peridontitis, sarcoma kaposi pada
mulut di mulai sebagai bercak merah datar kemudian menjadi biru, sering pada palatum.
v Pada telinga : otitis media nyeri, kehilangan pendengaran
1.2.2. Sistem pernafasan : batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak nafas, tachipneu
, hipoxia, nyeri dada, nafas pendek waktu istirahat gagal nafas.
1.2.3. Sistem pencernaan : BB menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan,
bercak putih, kekuningan pada mukosa oral, pharingitis, candidiasis esophagus, candidiasis
mulut, selaput lendir kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare kronik,
pembesaran limpha.
1.2.4 Sistem kardiovaskulerr
Suhu tubuh meningkat . nadi cepat , tekanan dara meningkat
Gejala congestive heard failure sekunder akibat kardiomiopatikarena HIV
1.2.5 Sistem integumen
Variccla : Lesi sagat luas vasikule yang benar, hemorragie menjadi nekrosis timbul
ulsera.
Herpes zoster : vasikule menggerombol , nyeri, panas, serta malaie
Evzemetoid skin ras, pydodernia, scabies
pyodermia gangrenosum dan scabbies sering di jumpai
1.2.6 Sistem perkemihan
Air seni kurang anurie
proteinurea
1.2.7 Sistem Edokrim : pembesaran kelenjar parotis , limphadenophti,pembesaran
kelenjar yang menyeluruh
1.2.8 Sistem nerologi
Sakit kepala , somnolence ,sukar konsentrasi , perubahan perilaku
Nyeri otot, kejang-kejang enselophati, gangguan psikomotor
Penurunan kesadaran , delirium , delirium
Serangan CNS : meningitis
Keterlambatan perkembangan
1.2.9 Sistem muskuloskeletal : nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak
(ataksia)
1.2.10 Psikososial
Orang tua merasa bersalah
Orang tua merasa malu
Menarik diri dari lingkungan

1.3 Pemeriksaan penunjang


1.3.1 pemeriksaan laboratorium
Darah
- Leukosit dan hitung jenis darah putih neutropenia (neutropil<1000/mm)
- Hitung trombosit..thrombositopenia (trombosit<100.000/mm)
- Hb dan konsentrasi HbAnemia (Hb<8g/Di)
- Limfopenia CD4+(linfosit<200/mm)
- LFT
- RFT
Pemeriksaan lain : urinalisis (protein urin ),cultur urine
Tes tuberculin (TB-indurasi .5mm)

1.3.2 Tes antibody anti-HIVTES ESALI


1.3.3 Tes westem blot(WB)
1.3.4 Tes PCR (polymerase chain reaclion)
Menemukan beberapa macm gen HIV yang bersenyawa di dalam dan sel yang
terinfeksi
Mengetahui apakah bayi yang lahir dari ibu dengan HIV(+)
1.3.5 Kardionegali pada photo rontgon
1.3.6 EKG terlihat hipertrophi ventrikel dan kelainan glombang T
1.3.7 Fungsi Lumbal
1.3.8 Bronkoskopi (PPC)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2.2. Resiko terjadi infeksi sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
2.3. Resiko terjadi infeksi (transmisi) sehubungan dengan virus yang menular
2.4. Gangguan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan nyeri ,
anoreksia, diare
2.5. Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan infeksi apartunistik saluran dari
pernafasan, penurunan volume dampak dari pengobatan ,bakteri , pnemoni, anemia
2.6. Kurangnya volume cairan tubuh sehubungan dengan diare dampak dari infeksi
oportunistik saluran pencernaan
2.7. Gangguan intekrital kulit sehubungan dengan diare
2.8. Perubahan / gangguan mukosa membran mulut sehubungan dengan lesi sekunder
membran mukosa dampak dari jamur dan infeksi herpes / radang mukosa dampak dari
pengobatan dan hygiene oral yang tidak adekuat
2.9. Hipertermia sehubungan dengan infeksi HIV,infeksi oportunistik , pengobatan
2.10. Gangguan tubuh kembang sehubungan dengan gangguan neurologis
2.11. Ketidak efektifan koping keluarga sehubungan dengan penyakit manahun dan
progresif
2.12. Kurang pengetahuan sehubungan dengan perawatan anak yang kompleks di
rumah

3. INTERVENSI
Prioritas keperawatan
1) Mencegah atau meminimalkan infeksi
2) Memaksimalkan masukan mutrisi
3) Meningkatkan kedekatan , pertumbuhan ,&perkembangan
4) Memberikan informasi pada orang tua tentang proses penyakit prognosis &
kebutuhan tindakan .(Doenges,2001:723)
Tujuan Pemulangan :
1) Beban dari infeksi oportunistik /nasokomial
2) Meningkatkan berat badan dengan sesuai
3) Melakukan ketrampilan khusus sesuai kelompok usia dalam lingkup/ tingkat
perkembangan yang ada
4) Orang tua / pembeli asuhan memahami kondisi / prognosis & kebutuhan tindakan
.(Doenges,2001:724)
v Diagnosa 1
Resiko terjadi infeksi sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Tujuan : Anak terbebas dari tanda dan gejala infeksi
Kriterial hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Badan tampak lebih kuat / bererergi
Tidak ada tanda-tanda kemerahan pada tubuh
Anak tidak terserang batuk dan rhinorrhea
Jumlah sel darah putih dan hitam jenis darah batas normal
Kulit tidak abrasi / rash
Intervensi dan rasional :
1. Kaji tanda-tanda infeksi ( demam, peningkatan nadi, Peningkatan RR, pallor,
kelemahan tubuh/lethargi )
R/ Deteksi secara dini menurunkan resiko infeksi nasokomial/infeksi lalin.
2. Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam
R/ Adanya perubahan dari tanda vital merupakan indicator terjadinya infeksi
3. Berikan antibiotik, anti viral, anti jamur sesuai advis dokter
R/ Membunuh kuman penyebab
4. Berikan intra venus gamma globulin sesuai advis dokter
R/ memperkecil resiko kambuh.
5. Gunakan tekhnik aseptic dengan prosedur yang tepat
R/Menurunkan resiko kolonisasi bakteri dan memutuskan rantai penularan dari klien
lain/lingkungan ke anak/sebaliknya.
6. Kaji batuk hidung tersumbat, pernafasan cepat dan suara nafas tambahan tiap 8 jam
R/ Mendeteksi secara dini infeksi saluran pernafasan
7. Pertahankan hygiene pulmonar yang adequat dengan cara
Tiap balon untuk fungsi paru
Suction mulut jika perlu
Jika anda mampu anjurkan untuk bermain secara efektif
R/ Aktifitas dapat membantu dalam penyesuaian penggunaan oksigen serta
memperkuat otot-otot pernafasan
8. Monitor SDP dan hitung jenis setiap hari
R/ Untuk memonitor terjadinya neutropenia
9. Kaji kulit setiap hari
R/ Memonitor adanya rash, lesi, drainage
10. Jaga kulit tetap bersih, kering dan kelembaban baik
R/ perlindungan terhadap kulit dan membersihkan kulit secara teratur dapt
mengangkat bahan-bahan penyebab iritasi dan melindungi kulit dari kerusakan yang lebih
parah
11 Ajarkan dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang pencegahan secara
umum ( universal )
R/ Kejelasan mengenai pencegahan akan menyiapkan keluarga pengunjung turut
serta memutuskan rantai penularan HIV/AIDS
12 Instruksikanpada seluruh pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan sesudah
memesuki ruangan pasien
R/ Dengan mencuci tanga yang benar akan memutus rantai penularan.
13 Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat pasien
R/ Untuk menjegah kontaminasi silang dengan klien lain
14. Gunakan sarung tangan ketika kontak dengan darah/ cairan tubuh, jaringan, kulit dan
atau permukaan tubuh yang terkontaminasi untuk antisipasi gunakan baju pelindung untuk
menghindari percikan darah gunakan masker dan pelindung mata.
R/ Proteksi diri terhadap cairan tubuh
15.Tempatkan jarum suntik sesegera mungkin dlam tempat yang kedap air dan tidak
mudah tembus jarum
R/ Proteksi diri terhadap perlukaan
16. Kontak personal dengan anak tanpa menggunakan sarung tangan, masker, baju
pelindung ketika melakukan kontak bicara mengukur vital sign dan menyuapi
R/ Mengurangi rasa terisolir secara fisik dan menciptakan suatu kontak sosial yang
positif.

v Diagnosa II
Resiko terjadi infeksi ( transmisi ) sehubungan dengan virus yang menular :
Tujuan : Menjegah terjadinya infeksi ( Transmisi )
Kriteria hasil : Anak bebas dari infeksi/komplikasi
Intervensi dan rasional :
1. Gunakan isolasi ketat sesuai protocol, pencegahan penyakit menular
R/ isolasi ketat dapat menghambat mata rantai penyebaran infeksi
2. Perlindungan ketat dengan prosedur cuci tangan
R/ Dengan mencuci tangan yang benar akan memutuskan rantai penularan
3. Gunakan alat-alat yang disposibel
R/ Mencegah kontaminasi silang

v Diagnosa III
Gangguan kebutuhan nutrisi ( kurang dari kebutuhan ) sehubungan dengan nyeri,
anoreksia, diare
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteri hasil :
BB meningkat
In take dan Out put seimbang
Turgor kulit baik
Anak mengkonsumsi diet berkalori tinggi
Intervensi dan rasional :
1. Timbang BB setiap hari
R/ Memonitor kurangnya BB dan efektivitas intervensi nutrisi yang di berikan.
2. Monitor In take dan Out put tiap 8 jam dan turgor kulit
R/ memonitor in take kalori dan insufisiensi kwalitas konsumsi makanan
3. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protrein
R/ dengan TKTP akan meningkatkan tumbuh kembang secara adekuat
4. Rencanakan makanan enteral atau paranteral
R/ Bila in take nutrisi oral in adekuat

v Diagnosa IV
Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan infeksi opariunistik saluran dari
pernafasan, bakteri pneumonia
Tujuan : Pertukaran gas normal
Kriteria hasil :
Respirasi normal dengan cirri frekuensi, irama dan kesadaran normal
Tidaka ada PCH (pernafasan cuping hidung) dengkuran nafas, retraksi
Suara nafas bersih pada semua lapisan paru
Saturasi O2 dan BGA normal
Tidak cyanosis
Tidak Tachikardia atau Tachipnea
Tidak ada perubahan pada status mental
Klien mampu batuk secara efektif
Intervensi dan rasional :
1.Kaji fungsi respirasi dengan mengkaji tipe RR, PCH, Retraksi, warna kulit dan warna
kuku
R/ Peningkatan frekuensi nafas, adanya retraksi merupakan tanda adanya konsulidasi
dari paru sianosis merupakan indikasi adanya penurunan kadar oksigen dalam darah
2.Monitor BGA
R/ mengukur asam basa darah arteri, mendeteksi secara dini terjadinya hipoxemia
3.Kaji tanda-tanda gangguan pertukaran gas (cyanosis,tachikardia,takhipna,kecemasan
/gelisah,imobilitas perubahan status mental .
R/ Untuk mendeteksi gangguan secara dini dapat segera dilakukan tindakan
4 Atur posisi klien agar ventilasi paruh maxsimal dan efektif (misal posisi semi fowler)
R/ diafragma lebih rendah dapat meningkatkan ekspansi dada
5.Berikan O2 sesuai kebutuhan
R/ Memaksimalkan transport oksigen dalam jaringan
6.Tingkatkan in take jaringan
R/ Hidrasi membantu menurunkan viscositas skret dan mempermudah pengeluaran
7 Anjurkan anak batuk secara efektif, chest fisiotherapi nafas
R/ Batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
Postural drainge dan perkusi merupakan tindakan pembersihan yang penting untuk
mengeluarkan sekresi dan memperbaiki ventilasi
8. Suction skret jika perlu
R/ Bila mekanisme pembersihan jalan nafas (batuk) tidak efektif dilakukan suction
9. Gunakan aktivitas yang tidak terlalu banyak menggunakan energi selama periode
istirahat
R/ Pemeliharaan keseimbangan antara kebutuhan dengan keadaan/kondisi klien
mempercepat proses penyembuhan, merangsang mekanisme koping emosional yang positif

v Diagnosa V
Kurangnya volume cairan tubuh sehubungan dengan diare dampak dari infeksi
oportunistik saluran pencernaan atau reaksi dari pengobatan.
Tujuan : Hidrasi baik
Kriteria hasil :
In take dan Out put seimbang
Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal
Penekanan daerah perifer kembali dalam waktu kurang dari 3 detik
Out Urine minimal per jam 1-2 CC/Kg/BB
Intervensi dan rasional
1. Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai keperluan
R/ Menggantikan kehilangan cairan akibat diare
2. Berikan cairan sesuai indikasi/toleransi
R/ mempertahankan status hidrasi apada keadaan diare
3. Ukur In take dan Out put termasuk urine, tinja dan emisi
R/ Deteksi keseimbangan cairan dalam tubuh
4. Monitor kadar elektrolit dalam tubuh
R/ mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal
5. Kaji tanda vital, waktu penekanan daerah perifer, turgor kulit, mukosa membran,
ubun-ubun tiap 4 jam
R/ Kehilangan cairan yang aktif secara terus menerus, akan mempengaruhi tanda
vital dalam mempertahankan aktifitasnya
6. Monitor urine tiap 6-8 jam/ sesuai keperluan
R/ Pemekatan urine merupakan respon terhadap kurangnya air

v Diagnosa VI
Gangguan integritas kulit sehubungan dengan diare
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
Warna kemerahan memudar pada daerah yang teriritasi dan menunjukkan tanda-tanda
penyembuhan.
Kulit utuh, bersih dan kering
Intervensi dan rasional :
1 Ganti popok/celana anak bila basah
R/ kondisi basah merupakan areal kontaminasi yang baik sebagai media pertumbuhan
organisme pathogenic
2. Bersihkan pantat dan keringkan setiap kali BAB
R/ Mencegah iritasi pada kulit
3. Gunakan salep/lotion
R/ Untuk melindungi kulit dari iritasi

v Diagnosa VII
Perubahan atau gangguan mukosa membran mulut sehubungan dengan lesi membran
mukosa dampak dari jamur dan infeksi herpes/radang mukosa dampak dari pengobatan dan
hygiene oral yang tidak adekuat
Tujuan : Tidak terjadi gangguan mukosa mulut
Kriteri Hasil :
Mukosa mulut lembab
Tidak ada lesi
Kebersihan mulut cukup
Anak/orang tua mampu mendemonstrasikan tekhnik kebersihan mulut secara efektif
Intervensi dan Rasional :
1. Kaji membran mukosa mulut
R/ Candidiasis oral, herpes, stomatitis, sarcoma, kaposis merupakan penyakit
oportunistik yang biasanya mempengaruhi membran mukosa
2. Berikan pengobatan sesuai advise dokter
R/ Membunuh kumam penyebab
3. Perawatan mulut tiap 2 jam
R/ Bibir yang kering dan jaringan yang terlintasi menjadi media perkembang biakan
yang baik bagi bakteri dan jamur. Kebersihan mulut yang dilakukan secara teratur dapat
merubah PH mulut dan menghambat pertumbuhan Jamur
4. Gunakan sikat gigi yang lembut untuk membersihkan gigi, gusi dan lidah
R/ mencegah pengiritasian mukosa
5. Oleskan normal saline tiap 4 jam dan sesudah membersihkan mulut
R/ Merupakan cara yang efisien untuk menghangatkan membran mukosa oral yang
mengalami inflamasi
6. Kolaborasi pemberian propilaksi (ketanozole, flaconazole) selama pengobatan
R/ Sebagai anti jamur untuk mematikan kuman
7. Gunakan anti septic oral
R/ Untuk mencegah kuaman patogen
8. Check Up gigi secara teratur
R/ Mencegah kerusakan gigi caries dental

v Diagnosa VIII
Hipertensia sehubungan dengan infeksi Hiv, infeksi oportunistik pengobatan
Tujuan : Anak menunjukkan temperatur normal
Kriteria hasil :
Suhu tubuh 36 C - 37C
Ekspresi anak nyaman
Kulit tidak panas, berkeringat
Intervensi dan Rasional:
1. Ukur Vital sign terutama temperatur tiap 2-4 jam selama masa febris (>38 C)
R/ Adanya peningkatan suhu yang terlalu lama meningkatkan metabolisme dan
kehilangan cairan melalui penguapan serta menentukan tindakan penanganannya
2. Gunakan antipiretik sesuai keperluan
R/ membantu menurunkan panas dari pusat pengatur suhu tubuh di Hiporalamus
anterior
3. Beri kompres hangat, beri kipas angin
R/ melancarkan aliran darah, membantu menurunkan panas dan memberikan rasa
nyaman klien
4. Ganti linen dan baju selama masa diaporesis.
R/ membantu penguapan panas dengan lebih mudah

v Diagnosa IX
Gangguan tumbuh kembang sehubungan dengan gangguan neurologis
Tujuan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia
Kriteria hasil :
Aktivitas perkembangan anak sesuai dengan usia cari segi personal sosial, bahasa,
kognitif dan motorik
Mampu berinteraksi sesuai dengan umur dan kondisi
Intervensi dan rasioanal :
1. Kaji tingkat perkembangan anak sesuai garis usia (DDST)
R/untuk mendeteksi tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak
2. Kaji system neurologis
R/ Untuk mendeteksi gangguan pada system neurology
3. Beri anak stimulasi berupa mainan dan terapi permainan
R/ rangsangan terhadap sensori mempengaruhi terhadap belajar anak dan
perkembangan anak
4. Anjurkan orang tua untuk berinteraksi dengan anak dalam perawatan permainan
R/ Kehadiran orang tua akan memberi rasa aman pada anak dan mencurahkan pada
anak
5. Kolaborasi dengan spesialis anak tentang tumbuh kembang
R/ Memberikan bantuan untuk menetapkan stimulasi atau rangsangan sensori atau
merencanakan pemeriksaan lain secara dini
6. Anjurkan menciptakan suasana layaknya di rumah
R/ Agar anak tidak takut dan merasa aman di lingkungan asing
7. Anjurkan (sesuai usia) tentang perawatan diri sehari-hari : makan, mandi dan
berpakaian
R/ Pemenuhan kebutuhan dasar akan memberikan keseimbangan dengan stressor yang
dialami anak
v Diagnosa X
Ketidakefektifan koping keluarga sehubungan dengan penyakit menahun dan kogestif
Tujuan : koping keluarga efektif
Kriterial hasil :
Orang itu mampu mengekspresikan secara verbal tentang rasa takut , perasaan
bersalah, rasa kehilangan
Orang tua mampu mengenali kebutuhan dirinya, dan cara memecahkan masalah serta
menganalisa kekuatan diri dan support sosial.
Orang tua mampu mengambil keputusan
Orang tua turut serta dalam perawatan anak
Intervensi dan Rasional ;
1. Konseling keluarga
R/ Membantu keluarga menerima kondisi anak termasuk melewati fase krisis
sehingga dapat bersikap suportif pada anak
2. Observasi ekspresi orang tua tentang rasa takut, bersalah dan kehilangan
R/ Ungkapkan perasaan merupakan sarana menurunkan ketegangan yang efektif
3. Diskusikan dengan orang tua tentang kekuatan diri dan koping mekanisme dengan
mengindentifikasi support sosial
R/ Stigma terhadap AIDS dan resiko kontak dengan penyakit AIDS menimbulkan
perubahan yang berarti pada koping keluarga
4. Libatkan orang tua dalam perawatan anak
R/ Ketelibatan orang tua dapat meningkatkan kepercayaan anak pada dokter dan
perawat
5. Monitor interaksi orang tua-anak
R/ Mengamati hubungan ayah dan ibu terhadap anak dengan HIV/AIDS.
6. Monitor tingkah laku orang tua
R/ Mengamati kemampuan orang tua sebagai role model, ekspresi verbal pada anak
dengan HIV/AIDS

v Diagnosa XI
kurang pengetahuan sehubungan perawatan anak yang kompleks di rumah.
Tujuan : Secara verbal keluarga dapat mengungkapkan atau
menjelaskan proses penyakit, penularan, pencegahan dan perawatan anak denagn HIV/AIDS.
Kriteria hasil :
Orang tua mampu menjelaskan secara global tentang diagnosa proses penyakit dan
kebutuhan home care.
Orang tua memahami daftar pengobatan efek samping dan dosis obat
Orang tua memahami tentang kebutuhan yang khusus bagi anaknya
Orang tua mampu menjelaskan bagaimana HIV menular
Intervensi dan rasional
1. Kaji pemahaman tentang diagnosa proses penyakit dan kebutuhan home care
R/ Pemahaman yang memadai, meningkatkan sikap kooperatif keluarga dalam
merawat anak
2. Jelaskan daftar pengobatan efek samping obat dan dosis
R/ Kewaspadaan terhadap efek samping obat akan meningkatkan kewaspadaan
penggunaan dosis obat
3. Jelaskan dan demonstrasikan cara perawatan khusus
R/ Memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam merawat anak dengan
HIV/AIDS
4. Jelaskan cara penularan HIV dan bagaimana cara pencegahannya
R/ Mendapatkan informasi yang terarah akan merasa mampu dan percaya diri untuk
merawat anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk (1999) Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Jakatra : EGC
Betz, Cecily L (2002) Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Blog Riyawan | Kumpulan Artikel Farmasi & Keperawatan
Doenges, Marilynn E (2001) Rencana Keperawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Jakarta :
EGC
Rampengan & Laurentz (1999) Ilmu Penyakit Tropik pada Anak. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai