Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN HARGA DIRI RENDAH

OLEH:

Nama : Yohana Teressya Simanjuntak

Nim : 012015031

Dosen Pembimbing: Nagoklan Simbolon SST.,M.Kes

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN


T.A 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil
menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini yang berjudul HARGA DIRI RENDAH.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena
itu kritik dan saran dari pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata,saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.semoga Allah
Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati segala usaha kita.

Medan, Februari 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Harga diri adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,hilangnya percaya diri

dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998). Menurut

klasifikasi Diagnostic and Statisyical Manual of Mental Disorder Text

Revision (DSM IV, TR 2000), harga diri rendah merupakan salah satu jenis

gangguan jiwa kategori gangguan kepribadian (Videbeck, 2008).

World Health Organitation tahun 2001 menyatakan paling tidak 1 dari 4

orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Sedangkan menurut

Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan World Health Organitation di

berbagai negara menunjukkan bahwa sebesar 20 30 % pasien yang datang ke

pelayanan kesehatan menunjukkan gejala gangguan jiwa. Departement of

Human Service (1999), memperkirakan 51 juta penduduk Amerika didiagnosis

mengalami gangguan jiwa (Videbeck, 2008).

Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2000

mencapai 2,5 juta orang. Berdasarkan data medical record di Rumah Sakit

Jiwa Provsu Medan yang diperoleh melalui survei pendahuluan tercatat bahwa

jumlah pasien gangguan jiwa kategori skizofrenia paranoid sebanyak 1.814

pasien rawat inap yang keluar masuk dan 23.522 pasien rawat jalan.

Sedangkan tahun 2009 tercatat sebanyak 1.929 pasien rawat inap yang keluar

masuk dan 12.377 pasien rawat jalan. Sementara jumlah pasien yang menderita
skizofrenia paranoid sebanyak 1.581 pasien rawat inap dan 9.532 pasien rawat

jalan.

Strategi pelaksanaan komunikasi adalah pelaksanaan standar asuhan

keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk

mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani (Fitria, 2009). Strategi

pelaksaan komunikasi pada pasien harga diri rendah mencakup kegiatan yang

dimulai dari mengidentifikasi hingga melatih kemampuan yang masih dimiliki

pasien sehingga semua kemampuan dapt dilatih. Setiap kemampuan yang

dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien (Keliat, 2009).

Pada studi pendahuluan, peneliti memperoleh data bahwa jumlah pasien

harga diri rendah sebanyak 26 orang dari total 44 orang atau sekitar 59,2%

yang dirawat di ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan. Pelaksanaan

strategi pertemuan komunikasi terapeutik hanya dilakukan oleh mahasiswa

keperawatan dan belum ada evaluasi tentang keefektifan dari tindakan tersebut.

Sejauh ini, belum ada literatur tentang pengaruh strategi pelaksanaan

komunikasi terhadap kemampuan pasien harga diri rendah dalam

meningkatkan harga diri. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Carolina terhadap pasien halusinasi menunjukkan bahwa dengan penerapan

asuhan keperawatan halusinasi yang sesuai standar dapat membantu

meningkatkan kemampuan pasien mengontrol halusinasi (Carolina, 2008).

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang pengaruh penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada


pasien harga diri rendah dalam meningkatkan harga diri di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provsu Medan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh strategi pelaksanaan komunikasi terhadap


kemampuan pasien harga diri rendah dalam meningkatkan harga diri di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik pasien harga diri rendah di Rumah

Sakit Jiwa daerah Provsu Medan.

2. Mengetahui kemampuan kognitif dan psikomotor pasien

dalam meningkatkan harga diri sebelum dan setelah

intervensi pada kelompok kontrol di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provsu Medan.

3. Mengetahui kemampuan kognitif dan psikomotor pasien dalam

meningkatkan harga diri sebelum dan setelah intervensi pada

kelompok intervensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.

4. Mengetahui perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien

dalam meningkatkan harga diri sebelum dan setelah intervensi pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provsu Medan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Defenisi

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. (Yosep,2009)

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan. (Towsend,2008)

Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa


seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. (Keliat BA,2006)

2.1.2 Penyebab

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri


seseorang. Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul
saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.( Yosep,2009).

Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga


diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai
berikut :
a. Faktor predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang


tua, harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.

2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe


peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya

3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi


ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial. (Stuart & Sundeen, 2006)

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah


kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh,kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum,
gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul
secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,kecelakaan,perkosaan atau
dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga
diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat
bantu yang membuat klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien
sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat
dirawat.(Yosep,2009)

Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping


individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif,
kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan ego,
pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system keluarga
serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal.(Townsend,2008)
2.1.3 Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan
harga diri rendah antara lain :

a. Mengkritik diri sendiri

b. Menarik diri dari hubungan sosial

c. Pandangan hidup yang pesimis

d. Perasaan lemah dan takut

e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri

f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri

g. Hidup yang berpolarisasi

h. Ketidakmampuan menentukan tujuan

i. Merasionalisasi penolakan

j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah

k. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )

Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri rendah
yaitu :

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit

b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri

c. Merendahkan martabat

d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri


e. Percaya diri kurang

f. Menciderai diri

2.1.4 Penatalaksanaan

Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah


dikembnagkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang
dimaksud meliputi :

a. Psikofarmaka

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya


diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL
(psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol
(mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua
misalnya, Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
(Hawari,2001)

b. Psikoterapi

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan
atau latihan bersama. (Maramis,2005)

c. Terapi Modalitas

Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk


skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien.
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri
dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi kelompok
bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)

d.Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara


artifisial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 5 joule/detik. (Maramis, 2005)

2.2 Konsep Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
a Identitas Pasien:seperti nama, umur, tempat dan tanggal lahir
b Keluhan Utama
c Pengalaman masa hidup yang tidak menyenangkan
d Konsep Diri
Gambaran Diri
Ideal Diri
Harga Diri
Indentitas
Peran
e Alam Perasann

Tanda dan gejala yang dapat dikaji:

1 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2 Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera kerumah sakit , menyalahkan atau mengejek diri sendiri.
3 Merendahkan martabat contohnya saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya merasa tidak berguna, saya sangat jelek, saya orang bodoh dan
tidak tau apa-apa, saya tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar
1.Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain lebih suka sendri
2.Percaya diri kurang klien sukar mengambil keputusan misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
3.Mencederai diri. Akibat harga diri rendah disertai harapan suram mungkin
klien ingin mengakhiri kehidupan

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri.Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah.

a. Mengkritik diri sendiri


b.Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d.Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri

Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah yang nampak kurang memperhatikan
perawatan diri, berpakaian tidak rapi,selera makan menurun, tidak mampu
menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada
suara lemah. (Jenny Marlindawani, 2008)
2.2.2 Diagnosa

Perubahan sensori persepsi : Halusinasi


effect

isolasi social: menarik diri


Core Problem

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


Causa

a. Perubahan sensori persepsi halusinasi b/d menarik diri


b. Isolasi social menarik diri b/d harga diri rendah
(prabowo 2014 : 114)

2.2.3 Intervensi

Menurut Buku. Afnuhazi.2015.Komunikasi Terapeutik dalam


Keperawatan Jiwa.
Sp1:Melatih Klien dalam Menjaga kebersihan diri pasien dapat dilakukan
tahapantindakan yang meliputi:
Menjelaskan Pentingya menjaga kebersihan diri
Menjelasjan alat-alat unruk menjaga kebersihan diri
Menjelaskan cara melakukan kebersihan diri
Melatih pasien mempraktekkan caa menjaga kebersihan diri

SP2: Melatih klien beerdandan (berhias)


Perawat yang dapat melatih pasien berdadan.Untuk pasien laki-laki tentu
harus dibedakan dengan wanita
Klien laki-laki latihan meliputi:berpakaian,meyisir rambut,mencukur.
Klien wanita,latihan meliuti:berpakaian,meyisirb rambut dan berhias

SP 3:Melatih Pasien Mandiri


Melatih makan klien dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
Menjelasan cara mempersiapkan makan
Menjelaskan cara makan yang tertib
Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
Praktek makan sesuao dengan tahapan makan yang baik.

SP 4:Mengajarkan Klien melakukan BAB atau BAK secara mandiri


Melath klien untuk BAB san BAK sesuai dengan tahapan berukut:
Menjelaskan tempat BAB atau BAK yang sesuai
Menjelaskan cara ,membersihkan diri setelah BAB dan BAK
Menjelaskan cara,membersihkan tempat BAB dan BAK.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika


Aditama.
Keliat. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta:


EGC.
Prabowo, E. (2014). Konsep&Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN
JIWA.Yogyakarta : Nuhamedika.
Sari, Kartika. (2015).Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan
Jiwa. Jakarta: CV.Trans Info Media
Sundeen, S. &. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Townsend. (2008). Nursing Diagnosis in Psuchiatric Nursing a Pocket
Guide for Care Plan Construction. jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai