OLEH:
Nim : 012015031
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil
menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini yang berjudul HARGA DIRI RENDAH.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena
itu kritik dan saran dari pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata,saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.semoga Allah
Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati segala usaha kita.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1998). Menurut
Revision (DSM IV, TR 2000), harga diri rendah merupakan salah satu jenis
orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Sedangkan menurut
mencapai 2,5 juta orang. Berdasarkan data medical record di Rumah Sakit
Jiwa Provsu Medan yang diperoleh melalui survei pendahuluan tercatat bahwa
pasien rawat inap yang keluar masuk dan 23.522 pasien rawat jalan.
Sedangkan tahun 2009 tercatat sebanyak 1.929 pasien rawat inap yang keluar
masuk dan 12.377 pasien rawat jalan. Sementara jumlah pasien yang menderita
skizofrenia paranoid sebanyak 1.581 pasien rawat inap dan 9.532 pasien rawat
jalan.
pelaksaan komunikasi pada pasien harga diri rendah mencakup kegiatan yang
harga diri rendah sebanyak 26 orang dari total 44 orang atau sekitar 59,2%
yang dirawat di ruang Kamboja Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan. Pelaksanaan
keperawatan dan belum ada evaluasi tentang keefektifan dari tindakan tersebut.
meningkatkan harga diri. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Defenisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. (Yosep,2009)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan. (Towsend,2008)
2.1.2 Penyebab
b. Faktor presipitasi
i. Merasionalisasi penolakan
Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri rendah
yaitu :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit
c. Merendahkan martabat
f. Menciderai diri
2.1.4 Penatalaksanaan
a. Psikofarmaka
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan
atau latihan bersama. (Maramis,2005)
c. Terapi Modalitas
1 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2 Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera kerumah sakit , menyalahkan atau mengejek diri sendiri.
3 Merendahkan martabat contohnya saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya merasa tidak berguna, saya sangat jelek, saya orang bodoh dan
tidak tau apa-apa, saya tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar
1.Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain lebih suka sendri
2.Percaya diri kurang klien sukar mengambil keputusan misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
3.Mencederai diri. Akibat harga diri rendah disertai harapan suram mungkin
klien ingin mengakhiri kehidupan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri.Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah.
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah yang nampak kurang memperhatikan
perawatan diri, berpakaian tidak rapi,selera makan menurun, tidak mampu
menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada
suara lemah. (Jenny Marlindawani, 2008)
2.2.2 Diagnosa
2.2.3 Intervensi