Anda di halaman 1dari 15

KONSEP MASALAH PSIKOSOSIAL MENARIK DIRI PADA LANSIA

OLEH :
KELOMPOK IX

1. DEDEK RIAHNA PURBA


2. YOHANA TERESSYA
3. YUDI SEBAYANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKes ELISABETH MEDAN
T.A 2017/2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia
termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri
dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang
mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis,
psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain. Menurut Setiawan (1973),
timbulnya perhatian pada orang-orang usia lanjut dikarenakan adanya sifat-sifat
atau faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut.

Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu yang
berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga
psikologis dan sosial. Menurut Laksamana (1983:77), perubahan yang terjadi
pada lansia dapat disebut sebagai perubahan `senesens` dan perubahan senilitas.
Perubahan `senesens adalah perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat
usia lanjut. Perubalian senilitas adalah perubahan-perubahan patologik
permanent dan disertai dengan makin memburuknya kondisi badan pada usia
lanjut. Sementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada amumnya adalah pada
bidang klinik, kesehatan jiwa dan problema bidang sosio ekonomi. Oleh karma itu
lansia adalah kelompok dengan resiko tinggi terhadap problema fisik dan mental.

Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan.
Seinakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin tinggi pula harapan
hidup masyarakatnya dan padan gilirannya makin tinggi pula jumlah
penduduknya yang berusia lanjut. Demikian pula di Indonesia.
Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia sangat perlu
ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan
sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang
pelayanan kesehatan pada lansia yang membutuhkan suatu pelayanan yang
komprehensif.

Usia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja,
tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Lansia
sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai dengan
kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Banyak faktor yang
menyebabkan seorang mengalami gangguan mental seperti menarik diri.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia.
Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat
menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang
dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah
sebagai berikut:

Penurunan kondisi fisik

Penurunan fungsi dan potensi seksual

Perubahan aspek psikososial

Perubahan yang berkaitan dengan pekcrjaan

Perubahan dalam peran sosial di masyarakat


1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan lansia


dengan masalah sosio cultural.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa/


mahasiswi mengetahui dan dapat melakukan hal sebagai berikut :

1. Mengetahui definisi dari Isolasi dan Menarik Diri?

2. Mengetahui etiologi dari Menarik Diri?

3. Mengetahui Faktor Predisposisi

4. Mengetahui Faktor Presifitasi

5. Mengetahui Tanda dan Gejala

6. Mengetahui Rentang Respon

7. Mengetahui Karakteristik Perilaku

8. Mengetahui Permasalahan
BAB 2

KONSEP DASAR TEORITIS

2.1. Definisi

Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal diri
/cita-cita /harapan langsung menghasilkan perasaan berharga .Harga diri dapat
diperoleh melalui penghargaan diri sendiri maupun dari orang lain.Perkembangan
harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai,dihormati oleh orang
lain,serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya
(Hidayat,2006).

Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau


merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam(Towsend,1998)

Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang
lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia
mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang
dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak
sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).

Dari segi kehidupan sosial cultural, interaksi sosial adalah merupakan hal yang
utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya kerusakan
interaksi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomen
kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan suatu elemen penting
dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.
2.2. Etiologi

Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan,
yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya
diri kurang, dan juga dapat mencederai diri (Carpenito,L.J,1998:352)

2.3. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan


perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa
tertekan.

Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang
parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin
bekerja sendiri atau dalam kombinasi.

1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif melalui


riwayat keluarga atau keturunan.
2. Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi
karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
3. Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu
dengan benda atau yang sangat berarti.
4. Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang
negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan
penilaian seseorang terhadap sesuatu
5. Model kognitif menyatakan bahwa defresi, merupakan masalah kognitif
yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang,
dunia seseorang, dan masa depan seseorang.
2.4. Faktor Presifitasi

Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya


stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis seperti
berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung,
merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons
menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and sundeen, 1995).

2.5. Tanda dan Gejala

1. Apatis, ekspresi, afek tumpul.


2. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri
dari orang lain.
3. Komunikasi kurang atau tidak ada.
4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah klien kurang mobilitasnya.
6. Menolak hubungan dengan orang lain klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

2.6. Rentang Respon

1. Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk


merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu
cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2. Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3. Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
4. Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling tergantung
antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
5. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
6. Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal mengambangkan rasa
percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
7. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada
individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
8. Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan
orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-
tanda cembru, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan induvidu ditandai dengan
humor yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang
dingin dan tanpa emosi.

2.7 Karakteristik Perilaku

1. Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.


2. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
3. Kemunduran secara fisik.
4. Tidur berlebihan.
5. Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
6. Banyak tidur siang.
7. Kurang bergairah.
8. Tidak memperdulikan lingkungan.
9. Kegiatan menurun.
10. Immobilisasai.
11. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).
12. Keinginan seksual menurun.

2.8 Permasalahan

Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian


kesejahteraan Lanjut Usia, antara lain sebagai berikut :

1. Permasalahan Umum
a. Masih besarnya jumlah Lajut Usia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dan dihormati, berhubung
terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih
mengarah pada bentuk kelurga kecil.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industri, yang memiliki ciri kehidupan
yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan
berdasarkan perhitungan untung rugi, lugas dan efisien, yang secara tidak
langsung merugikan kesejahteraan lanjut usia.
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia dan masih terbatasnnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus
bagi lanjut usia dengan berbagai bidang pelayanan pembinaan
kesejahteraan lanjut usia.
e. Belum membudaya dam melembaganya kegiatan pembinaan kesejateraan
lanjut usia.
2. Permasalahan Khusus

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1998), berbagai


permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia adalah
sebagai berikut:

a. Berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya masalah


baik fisik, mental maupun sosial. Mundurnya keadaan fisik yang
menyebabkan penuaan peran sosialnya dan dapat menjadikan mereka lebih
tergantung kepada pihak lain.
b. Berkurangnya integrasi sosial Lanjut Usia, akibat produktivitas dan
kegiatan Lanjut Usia menurun. Hal ini berpengaruh negatif pada kondisi
sosial psikologis mereka yang merasa sudah tidak diperlukan lagi oleh
masyarakat lingkungan sekitarnya.
c. Rendahnya produktivitas kerja lanjut usia dibandingkan dengan tenaga
kerja muda dan tingkat pendidikan serta ketrampilan yang rendah,
menyebabkan mereka tidak dapat mengisi lowongan kerja yang ada, dan
terpaksa menganggur.
d. Banyaknya lanjut usia yang miskin, terlantar dan cacat, sehingga
diperlukan bantuan dari berbagai pihak agar mereka tetap mandiri serta
mempunyai penghasilan cukup.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada tatanan
masyarakat individualistik, sehingga Lanjut Usia kurang dihargai dan
dihormati serta mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan bisa
menjadi terlantar. Di samping itu terjadi pergeseran nilai budaya
tradisional, dimana norma yang dianut bahwa orang tua merupakan bagian
dari kehidupan keluarga yang tidak dapat dipisahkan dan didasarkan
kepada suatu ikatan kekerabatan yang kuat, dimana orang tua dihormati
serta dihargai, sehingga seseorang anak mempunyai kewajiban untuk
mengurus orang tuanya. Di pihak lain, dapat terjadi sebagian generasi
muda beranggapan bahwa para lanjut usia tidak perlu lagi aktif dalam
urusan hidup sehari-hari. Hal ini akan memperburuk integrasi sosial para
lanjut usia dengan masyrakatlingkungannya, sehingga dapat terjadi
kesenjangan antara-generasi tua dan muda. Dengan demikian, sulit untuk
mempertahankan dan melestarikan budaya bangsa ini secara terus-menerus
dari generasi ke generasi selanjutnya.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan seperti dampak
lingkungan, polusi dan urbanisasiyang dapat mengganggu kesehatan fisik
lanjut usia. Terkosentrasinya dan penyebaran pembangunan yang belum
merata menimbulkan ketimpangan antara penduduk lanjut usia di kota dan
di desa.
2.9 Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Masalah Psikososial

A. Pengkajian

1) Identitas Klien
Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan menarik diri adalah
usia karena banyak klien lansia yang mengalami masalah
psikososialmenarik diri.
2) Keluhan utama
Keluhan utam yang sering diteruskan pada klien dengan masalah
psikososial:menarik diri adalah klien merasa tidak ada dukungan dari
orang yang penting (keluarganya),merasa tidak dikeluarganya,tidak mau
kontak dengan orang lain.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Riwaya kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat ini
mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat dilakukan
pengkajian.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah psikososial
sebelumnya dan bagaimana penanganannya.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan
psikososial seperti yang dialami oleh klien ,atau adanya penyakit genetik
yang mempengaruhi psikososial.
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah psikososial
menarik diri biasanya lemah.
b) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis
c) Tanda-tanda vital
d) Pemeriksaan Review Of System (ROS)
1. Sistem pernafasan (B1:breathing)
2. Sistem sirkulasi (B2:bleeding)
3. Sistem persyarafan (B3:brain)
4. Sistem perkemihan (B4:bleder)
5. Sistem pencernaan (B5:bowel)
6. Sistem muskuluskletal (B6:bone)
7. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
b. Pola nutri
c. Pola eliminasi
d. Pola tidur dan istirahat
e. Pola aktivitas dan istirahat
f. Pola hubungan dan peran
g. Pola sensori dan kognitif
h. Pola persepsi dan konsep diri
i. Pola seksual dan reproduksi
j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping
k. Pola tata nila dan kepercayaan

B.Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri


ditandai dengan klien menunjukkan ketidakmampuan untuk menerima
atau mengkomunikasikan rasa kepuasaan,rasa memiliki,menyayangi,klien
menunjukkan ketidaknyamanan dalam situasi sosial,keluarga melaporkan
perubahan gaya hidup atau pola interaksi.
2. Harga diri rendah situaional berhubungan dengan gamabaran diri,proses
kehilangan,perubahan peran sosial,kurangnya pengakuan/penghargaan
ditandai denganklien menunjukkan perilaku tidak asertif,klien
menganggap diri tidak berdaya,,tidak berguna.
3. Ketidakberdayaan berhubungan dengan lingkungan perawatan kesehatan
ditandai dengan klien tampak pasif,tidak adanya partisipasi dalam
perawatan atau membuat keputusan ketika ada kesempatan,klien enggan
untuk mengekspresikan perasaan yang benar,ketergantungan pada orang
lain,ekspresi ketidakpuasan dan frustasi selama ketidakmampuan untuk
memperlihatkan aktivitas,ekspresi ragu-ragu terhadap penampilan peran.

C.INTERVENSI

1. Intervensi Diagnosa Harga Diri Rendah


a. Dorong pengungkapan perasaan, menerima apa yang dikatakannya.
- Rasionalnya: membantu pasien orang terdekat untuk memulai
menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan
fungsi gaya hidup.
b. Bantu pasien dengan menjelaskan hal-hal yang diharapkan dan hal-hal
tersebut mungkin di perlukan untuk dilepaskan atau dirubah.
- Rasionalnya: memberi kesempatan untuk mengidentifikasi kesalahan
konsep dan mulai melihat pilihan-pilihan; meningkatkan orientasi
realita.
c. Berikan informasi dan penyerahan ke sumber-sumber komunitas.
- Rasionalnya: memungkinkan pasien untuk berhubungan dengan grup
yang diminati dengan cara yang membantu dan perlengkapan
pendukung, pelayanan dan konseling.

D.EVALUASI

1) Pasien mampu mengidentifikasi adanya kekuatan dan pandangan diri


sebagai orang yang mampu mengatasi masalahnya.
2) Pasien mampu menunjukkan kewaspadaan dari koping pribadi/kemampuan
memecahkan maslah.
3) Pasien mampu melakukan relaksasi dan melaporkan berkurangnya ansietas
ke tingkat yang dapat diatasi.
4) Pasien dapat menunjukkan pengetahuan yang akurat akan penyakit dan
pemahaman regimen pengobatan.
BAB 3
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal diri
/cita-cita /harapan langsung menghasilkan perasaan berharga .Harga diri dapat
diperoleh melalui penghargaan diri sendiri maupun dari orang lain.Perkembangan
harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai,dihormati oleh orang
lain,serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya.

3.2.Saran
1. Mengingat kondisi psikososial lansia yang tidak berbeda di antara lokasi
pemukiman, maka lansia dapat tinggal di mana saja asalkan tetap
mendapatkan perhatian atau dukungan, baik dari keluarga, masyarakat
maupun pemerintah.
2. Dapat dibentuk wadah tempat lansia bersosialisasi bersama peer groupnya.
Untuk meningkatkan aktifitas fisik dan perilaku kesehatan, hendaknya
difasilitasi dengan memberi kesejahteraan berupa dukungan moril dan
sprituil kepada kelompok lansia berupa perbaikan ekonomi, kesehatan,
transportasi, dan perumahan serta memberikan gizi yang baik dan obat-
obatan untuk mencegah terjadinya penyakit yang bisa mempercepat proses
penuaa.
3. Menghindari sikap menarik diri sebagai lansia.
4. Mengembangkan perspektif yang lebih jelas mengenai hidup lansia.
5. Menggantikan kepuasan-kepuasan yang hilang.
6. Mengembangkan hubungan yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani. Reny. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi


NANDA, NIC, dan NOC Jilid 1. Jakarta : Trans Info Media

Dewi. Sofia. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 1. Yogyakarta :

Deepublish

Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta : EGC

Padila. (2013). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medica

Setiabudhi, Tony dan Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi: Tinjauan dari


Berbagai Aspek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • NATA DE ALOE
    NATA DE ALOE
    Dokumen15 halaman
    NATA DE ALOE
    teressyasimanjuntak29
    67% (6)
  • AsuhanTuliKonduktif
    AsuhanTuliKonduktif
    Dokumen14 halaman
    AsuhanTuliKonduktif
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • RSUD Pendokumentasian
    RSUD Pendokumentasian
    Dokumen15 halaman
    RSUD Pendokumentasian
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3
    Kelompok 3
    Dokumen20 halaman
    Kelompok 3
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3
    Kelompok 3
    Dokumen20 halaman
    Kelompok 3
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • C Enterpreneur Kel.2 Makalah
    C Enterpreneur Kel.2 Makalah
    Dokumen19 halaman
    C Enterpreneur Kel.2 Makalah
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • 131000422
    131000422
    Dokumen109 halaman
    131000422
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • 3756 7950 1 SM
    3756 7950 1 SM
    Dokumen6 halaman
    3756 7950 1 SM
    Wahyuni
    Belum ada peringkat
  • Keluarga
    Keluarga
    Dokumen47 halaman
    Keluarga
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Fix RPK Yosika
    Fix RPK Yosika
    Dokumen18 halaman
    Fix RPK Yosika
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Teori Proses Menua Lansia
    Teori Proses Menua Lansia
    Dokumen14 halaman
    Teori Proses Menua Lansia
    Dicky R. Ferrysta
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen17 halaman
    Bab I
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Dokumen5 halaman
    Analisa Data
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Akkes Askep
    Akkes Askep
    Dokumen23 halaman
    Akkes Askep
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • pENGKAJIAN LANSIA 2017
    pENGKAJIAN LANSIA 2017
    Dokumen30 halaman
    pENGKAJIAN LANSIA 2017
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Katara K
    Katara K
    Dokumen20 halaman
    Katara K
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Askep Isos Lansia
    Askep Isos Lansia
    Dokumen15 halaman
    Askep Isos Lansia
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • pENGKAJIAN LANSIA 2017
    pENGKAJIAN LANSIA 2017
    Dokumen30 halaman
    pENGKAJIAN LANSIA 2017
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Kala 2
    Kala 2
    Dokumen15 halaman
    Kala 2
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Konseptual Model Keperawatan Keluarga 2015-03-16
    Konseptual Model Keperawatan Keluarga 2015-03-16
    Dokumen10 halaman
    Konseptual Model Keperawatan Keluarga 2015-03-16
    Anna
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gizi
    Makalah Gizi
    Dokumen22 halaman
    Makalah Gizi
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Gerontik Ny K
    Asuhan Keperawatan Gerontik Ny K
    Dokumen73 halaman
    Asuhan Keperawatan Gerontik Ny K
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Askep Lansia
    Format Pengkajian Askep Lansia
    Dokumen10 halaman
    Format Pengkajian Askep Lansia
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa HDR
    Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa HDR
    Dokumen14 halaman
    Laporan Pendahuluan Keperawatan Jiwa HDR
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Halusinasi
    Halusinasi
    Dokumen11 halaman
    Halusinasi
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Akkes Askep
    Akkes Askep
    Dokumen23 halaman
    Akkes Askep
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Askep Jiwa 1
    Askep Jiwa 1
    Dokumen14 halaman
    Askep Jiwa 1
    Sarya Purba
    Belum ada peringkat
  • Makalah Gizi
    Makalah Gizi
    Dokumen22 halaman
    Makalah Gizi
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat
  • Halusinasi
    Halusinasi
    Dokumen11 halaman
    Halusinasi
    teressyasimanjuntak29
    Belum ada peringkat