SKRIPSI
OLEH
SINTA M. Y SIHALOHO
NIM. 131000422
OLEH
SINTA M. Y SIHALOHO
NIM. 131000422
(Sinta M. Y Sihaloho)
NIM. 131000422
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Urolithiasis disease is the third mosted common cause of pain in the urinary tract
after Urinary Tract Infections (UTI) and Benign Prostatic Hiperflasia (BPH). In the
United States, about 13% of men and 7% of women will establish kidney stone during
their lifetime and prevalence continues to increase in industrialized countries.
Urolithiasis can attack people around the world, without exception for resident of
Indonesia.
The aims to identify characteristics of Urolithiasis who hospitalized at Santa
Elisabeth Hospital Medan in 2015-2016 . This is a descriptive study with case series
design. Population is all data of patient’s Urolithiasis who was hospitalized in Santa
Elisabeth General Hospital Medan 2015-2016 are 332 patient data, 181 samples taken
by simple random sampling.
The results shows that the largest proportion of Urolithiasis patients was ≥45
years old (57,7%), male (63,5%), Bataknese (86,7%), ProtestantChristian (57,5%),
Entrepreneur ( 27.6), married (89.5%),and Outside of Medan (57.5%), upper urinary
tract (97.8%),> 1 complaint (55,8%), hydronephrosis ( 42.5%), normal creatinin
(47,5%), normal ureum (65,2%), operation treatment (50.8%), average lenght of stay at
hospital is 5 days, healed (67,4%)
There was no significant difference in proportion between genre based on the
location of stone, the main complaint based on the location of stone, medical treatment
based on the location of stone, medical treatment based on the creatinine of blood,
medical treatment based on ureum of blood, the average lenght of stay at hospital based
on the location of the stone average lenght of stay at hospital. There was a significant
difference in proportion between in the average length of based on the medical
management.
It was rekomended that patient that patients who have symptomps of Urolithiasis
to get medical treatment immediately.
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih karuniaNya
yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2015-
Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tuaku tercinta, untuk Ayah
(Maddin Sihaloho S.Pd), Ibu (Nurmi Napitu) dan Kakak, Abang, Adik saya
(Imelda, Ira, Binsar, Sahman, Gifson, Gunawan, Sarah) yang tiada henti
memberikan bantuan, dukungan, motivasi, dan doa. Oleh karena itu pada
kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
v
Universitas Sumatera Utara
4. drh. Rasmaliah, M.Kes dan Drs. Jemadi, M.Kes sebagai Dosen Pembimbing,
terima kasih atas bimbingan dan dukungan kepada penulis selama penulisan
skripsi.
5. Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH dan dr. Fazidah A. Siregar, M.Kes,
Ph.D sebagai Penguji , terima kasih atas bimbingan dan dukungan kepada
6. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik selama
7. Seluruh Dosen FKM USU dan Staf FKM USU yang telah memberikan ilmu,
8. Dr. Maria Christina MARS selaku Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth
10. Sahabat-sahabat terbaik dan seperjuangan (Tere, Susyen, Yosefa, Ira, Siska,
Claodia, Vivi, Mai, Lovita), terimakasih untuk doa dan dukungan serta
11. Teman-teman PBL Sukajadi yang tak terlupakan (Yosefa, Mami Bunga,
Pizay, Susi, Jannah, Septo) dan seluruh keluarga besar di Desa Sukajadi,
vi
Universitas Sumatera Utara
12. Teman-teman LKP di Puskesmas Kampung Baru Kota Medan (Hertati, Susi,
Leli, Serlin, Eka) yang banyak memberikan semangat dan dukungan kepada
13. Teman-teman BMP (Yossi, Mega, Ikbal, Kristian) yang banyak memberikan
14. Keluarga Besar Epidemiologi Angkatan 2013 dan seluruh pihak yang tidak
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
viii
Universitas Sumatera Utara
3.5 Metode Analisis Data............................................................................ 38
3.6 Definisi Operasional ............................................................................. 38
ix
Universitas Sumatera Utara
5.2.1 Jenis Kelamin Berdasarkan Letak Batu ................................... 76
5.2.2 Keluhan Utama Berdasarkan Letak Batu................................. 77
5.2.3 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Letak Batu ..................... 78
5.2.4 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Kreatinin Darah ............. 79
5.2.5 Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Ureum Darah ................. 81
5.2.6 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Letak batu ................. 82
5.2.7 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Penatalaksanaan
Medis ..................................................................................... 83
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita BSK Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di RS Elisabeth Medan Tahun 2015-2016 ......................... 43
xi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita BSK
Berdasarkan Letak Batu Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Tahun
2015-2016 ....................................................................................... 53
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Anatomi Ginjal Normal Dan Anatomi Ginjal Dengan Batu Saluran
Kemih ............................................................................................ 12
Gambar 5.1 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat Inap
Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RS Elisabeth Medan
Tahun 2015-2016 ............................................................................ 58
Gambar 5.2 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat Inap
Berdasarkan Suku di RS Elisabeth Medan Tahun 2015-2016 .......... 60
Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat Inap
Berdasarkan Agama di RS Elisabeth Medan Tahun 2015-2016 ....... 61
Gambar 5.4 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat Inap
Berdasarkan Pekerjaan di RS Elisabeth Medan Tahun 2015-2016 .. 62
Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat Inap
Berdasarkan Status Perkawinan di RS Elisabeth Medan Tahun
2015-2016 ...................................................................................... 64
Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat Inap
Berdasarkan Tempat Tinggal di RS Elisabeth Medan Tahun 2015-
2016 ............................................................................................... 65
Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat Inap
Berdasarkan Letak Batu di RS Elisabeth Medan Tahun 2015-2016 . 67
Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat Inap
Berdasarkan Keluhan Utama di RS Elisabeth Medan Tahun 2015-
2016 ............................................................................................... 68
Gambar 5.9 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat Inap
Berdasarkan Kelainan Organik Ginjal di RS Elisabeth Medan
Tahun 2015-2016 ............................................................................ 70
Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PJK yang Dirawat Inap
Berdasarkan Kadar Kreatinin Darah di RS Elisabeth Medan Tahun
2015-2016 ...................................................................................... 71
Gambar 5.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PJK yang Dirawat Inap
Berdasarkan Kadar Ureum Darah di RS Elisabeth Medan Tahun
2011-2016 ...................................................................................... 72
xiii
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat Inap
Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RS Elisabeth Medan Tahun
2015-2016 ...................................................................................... 73
Gambar 5.13 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat Inap
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RS Elisabeth Medan
Tahun 2015-2016 ............................................................................ 75
Gambar 5.14 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita BSK
Berdasarkan Letak Batu yang Dirawat Inap Berdasarkan di RS
Elisabeth Medan Tahun 2015-2016 ................................................ 76
Gambar 5.15 Diagram Bar Distribusi Proporsi Keluhan Utama Penderita BSK
Berdasarkan Letak Batu yang Dirawat Inap Berdasarkan di RS
Elisabeth Medan Tahun 2015-2016 ................................................ 78
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Republik indonesia Tahun 1945 (Depkes RI, 2009). Dalam Undang Undang No.
36 Tahun 2009 yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI, 2009).
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
RI, 2009). Dalam Undang Undang No. 17 Tahun 2007 tentang RPJ-N salah satu
(Depkes RI, 2009). Di Indonesia, selama dua dekade terakhir ini telah terjadi
beban utama, meskipun beban penyakit menular masih berat juga. Indonesia
sedang mengalami double burden penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan
cukup prevalen, tersebar di seluruh dunia, menjadi penyebab utama kematian, dan
cukup sulit untuk dikendalikan (Bustan, 2015). Penyakit tidak menular (PTM)
membunuh 38 juta orang setiap tahun. Hampir tiga perempat dari kematian akibat
Salah satu PTM adalah Batu Saluran Kemih (BSK) yaitu massa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi (Depkes, 2008). Penyakit BSK
sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman Mesir Kuno. Sebagai salah satu
(Purnomo, 2009). Penyakit BSK merupakan penyebab nyeri ketiga tersering pada
saluran kemih setelah infeksi saluran kemih (ISK) dan pembesaran prostat
negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Australia, BSK banyak dijumpai di
saluran kemih bagian atas, sedang di negara berkembang seperti India, Thailand,
dan Indonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih (Sja’bani, 2010). Di
Amerika Serikat, sekitar 13% pria dan 7% wanita akan membentuk batu ginjal
selama hidup mereka, dan prevalensi di negara- negara industri terus meningkat
BSK bervariasi dari 1% sampai 20%. Di negara- negara dengan standar hidup
yang tinggi seperti Swedia, Kanada atau Amerika Serikat prevalensi batu ginjal
lebih dari 10% dan dilaporkan 20 tahun terakhir di daerah-daerah tertentu tingkat
terakhir sehingga pada tahun 2005 insiden batu di Jepang mencapai 115 individu
per 100.000 populasi (Yasui et al, 2008). Penyakit ini dapat menyerang penduduk
bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 55-64 tahun (1,3%), menurun
sedikit pada kelompok umur 65-74 tahun (1,2%) dan umur ≥75 tahun (1,1%).
Prevalensi tertinggi pada masyarakat tidak bersekolah dan tidak tamat SD (0,8%)
serta masyarakat wiraswasta (0,8%) dan status ekonomi hampir sama mulai 96
2013).
terdapat 220 penderita BSK rawat inap dengan proporsi penderita BSK terbanyak
pada kelompok umur 30-50 tahun 48,2%, jenis kelamin laki-laki 62,3%, suku
PNS/TNI/POLRI 26,4%, status kawin 90,9% dan tempat tinggal kota Medan
66,8%. Penelitian oleh Yehezkiel Bastanta Ginting di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2014 terdapat 1049 penderita BSK rawat
inap dengan karakteristik epidemiologi yang paling sering terjadi pada masing-
masing variabelnya adalah kelompok usia 46-55 Tahun (33,4%), jenis kelamin
pria (62,8%), suku Batak (31%), pekerjaan wiraswasta (31%), penderita tanpa
Hasil survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
tahun 2015-2016 diketahui bahwa jumlah penderita penyakit BSK sebanyak 332
penderita, dengan rincian tahun 2015 adalah sebanyak 135 penderita dan pada
tahun 2016 sebanyak 197 penderita. Berdasarkan uraian pada latar belakang,
maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita BSK yang rawat
yaitu umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, status perkawinan dan
fungsi ginjal.
penatalaksanaan medis.
sewaktu pulang.
batu.
kreatinin darah.
darah.
medis.
1.4.1 Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Rumah Sakit Santa
1.4.3 Sebagai bahan informasi atau referensi bagi penelitian tentang Batu
TINJAUAN PUSTAKA
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh akan larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine
(air kemih). Dan zat yang diperlukan tubuh akan beredar kembali kedalam tubuh
melalui pembuluh kapiler darah ginjal, masuk kedalam pembuluh darah dan
Sistem perkemihan terdiri atas dua ginjal atau ren, dua ureter yang menuju
ke satu kandung kemih atau vesica urinaria, dan satu uretra atau urethra
dari ginjal ke kandung kemih, kandung kemih bekerja sebagai penampung urine,
dan uretra mengeluarkan urine dari kandung kemih. (Nursallam et al, 2009).
Sumber: www.detikhealth.com
7
Universitas Sumatera Utara
8
a. Ginjal
Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang rongga perut atau
kavum abdominalis di belakang selaput perut atau peritonium pada kedua sisi
vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang perut atau
abdomen (Syaifuddin, 2006). Ukuran setiap ginjal orang dewasa adalah panjang
10 cm, lebar 5,5 cm dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar
150 gram (Muttaqin et all, 2011). Ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri
karena adanya hati. Saat inspirasi , kedua ginjal tertekan kebawah karena
kontraksi diafragma (O’Callaghan, 2007). Batas atas ginjal kiri setinggi iga ke-11
dan ginjal kanan setinggi iga ke-12 dan batas bawah ginjal kiri setinggi vertebrae
Ginjal terdiri dari lapisan luar yang disebut korteks, lapisan tengah yang
disebut medula, dan lapisan dalam yang terdiri dari kaliks dan pelvis (Stoller,
2008). Ginjal mempunyai fungsi yang paling penting yaitu menyaring plasma dan
memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi tergantung pada
kebutuhan tubuh. Akhirnya, ginjal membuang zat yang tidak diinginkan dengan
filtrasi darah dan mensekresinya dalam urine, sedangkan zat yang dibutuhkan
b. Ureter
urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Terdiri dari 2 saluran pipa,
panjangnya ±25-30 cm, dengan penampang ±0,5 cm. Pada orang dewasa,
panjangnya kurang lebih 20 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen
dan sebagian terdapat dalam rongga pelvis (Muttaqin et al, 2011, Syaifuddin,
2006).
Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar jaringan ikat ( jaringan
vibrosa), lapisan tengah lapisan otot polos dan lapisan sebelah dalam lapisan
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk kedalam kandung kemih atau
anatomis beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada
di tempat lain, sehingga batu atau benda lain yang berasal dari ginjal seringkali
tersangkut di tempat itu yaitu pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau
pelvi ureter juction, tempat ureter menyilang arteri iliaka rongga pelvis dan pada
a. Kandung kemih
orang dewasa besarnya adalah ±300-450 ml dan pada anak-anak 50-200 ml.
Organ ini berbentuk seperti buah pir atau kendi (Nursalam, 2009).
dibelakang simpisis pubis dan di depan rektum, pada wanita kandung kemih
b. Uretra
kemih melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian
yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam
Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria dewasa
kurang lebih 23-25 cm. Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan
hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada pria (Muttaqin et al, 2011)
perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak
pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Sfingter uretra interna terdiri atas
otot polos yang dipersrafi oleh sistem simpatik sehingga pada saat kandung kemih
penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris
dipersarafi oleh sistem somatik yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan
seseorang. Pada saat buang air kecil (BAK), sfingter ini terbuka dan tetap tertutup
BSK adalah penyakit dimana didapatkan massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter)
dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini
bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu
BSK menurut letak batu di golongkan menjadi batu ginjal, batu ureter,
(kalkuli) di ginjal. Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan mengisi pelvis serta seluruh kaliks
ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan
gambaran yang menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorm. Kelainan
Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot pelvikaliks dan
turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk
mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang ukurannya kecil (<5mm)
pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap
BSK.
Batu yang terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot sistem pelvikalises dan
turun ke ureter menjadi batu ureter (Muttaqin et al, 2011). Anatomi ureter
terhenti. Karena peristaltik maka akan terjadi gejala kolik yakni nyeri yang hilang
timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih yang
Batu kandung kemih atau batu buli-buli atau vesikolitiasis sering terjadi
pada pasien yang menderita gangguan miksi atau terdapat benda asing di kandung
dalam kandung kemih. Obstruksi kandung kemih merupakn faktor yang paling
prostat, ketinggian leher kandung kemih, dan statis sisa urin yang tinggi
Gejala khas batu kandung kemih adalah gejala gejala iritasi antara lain:
nyeri kencing/disuria hingga stranguri, perasaan tidak enak sewaktu kencing, dan
Batu uretra biasanya berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke
buli-buli, kemudian masuk ke uretra. Batu uretra yang merupakan batu primer
terbentuk di uretra sangat jarang, kecuali jika terbentuk di dalam divertikel uretra.
Angka kejadian uretra ini tidak lebih 1% dari seluruh batu saluran kemih.
(Purnomo, 2011).
sistin, silikat, dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan/komposisi zat yang
terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80% dari
seluruh BSK. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium
fosfat, atau campuram dari kedua unsur itu (Purnomo, 2011). Faktor
predisposisinya adalah volume urine yang rendah, kadar kalsium urine tinggi,
Batu kalsium lebih sering pada pria, usia awitan rata-rata adalah dekade
ketiga sampai keempat. Sekitar 50% orang yang membentuk batu kalsium
pembentukan batu pada pembentuk batu kambuhan adalah satu batu setiap 2 atau
a. Hiperkalisuria
Yaitu kadar kalsium di dalam urine lebih besar dari 250-300 mg/24 jam.
b. Hiperoksaluri
Yaitu ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 gram per hari. Keadaan ini
banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis
yang banyak oksalat, diantaranya: teh, kopi, minuman soft drink, kokoa,
c. Hiperurikosuria
Yaitu kadar asam urat di dalam urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat
terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal
metabolisme endogen.
d. Hipositraturia
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Hal ini
kalsium oksalat. Oleh karena itu sitrat dapat bertindak sebagi penghambat
pembentukan kalsium.
e. Hipomagnesuria
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di
antara 75-80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan
campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-
tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit
ini. Sumber asam urat berasal dari diet yang mengandung purin dan metabolisme
endogen di dalam tubuh . Asam urat relatif tidak larut dalam urine sehingga pada
keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam urat, dan selanjutnya
Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran
ginjal. Tidak seperti batu jenis kalsium yang bentuknya bergerigi, batu asam urat
bentuknya halus dan bulat sehingga seringkali keluar spontan (Purnomo, 2011).
Batu struvit disebut juga sebagi batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Batu ini terjadi akibat infeksi urine
oleh bakteri, biasanya spesies proteus, yang memiliki urease. Infeksi Proteus
yang dapat mendorong dominasi Proteus dalam saluran kemih. Adanya kristal
struvit dalam urine, berupa prisma rektangular yang dikatakan mirip dengan tutup
peti mati, menunjukkan infeksi oleh organisme penghasil urease (Jameson, 2013).
Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang
bati xanthin terbentuk karena penyakit bawaan berupa defisiensi enzim xanthn
silikat atau aluminometilsalisilat) yang berlebihan dan dalam jangka waktu lama
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalis
maupun anorganik yang terlarut didalam urin. Kristal-kristal tersebut tetap berada
dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urin jika tidak ada keadaan-
akan mejadi bahan yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat
kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu
agregat kristal menempel ada epitel saluran kemih (membentuk retensi Kristal),
dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk
batu yang cukup besar untuk membuntu saluran kemih (Purnomo, 2011).
dalam urine, konsentrasi solut di dalam urin, laju aliran urin di dalam saluran
kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat
dan kalsium fosfat;sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu
magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu xantin, batu sistein, dan batu
batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk
2.5.6 Kurangnya asupan air dan diet yang tinggi mengandung zat penghasil batu
2.5.7 Idiopatik.
Gejala Batu Saluran Kemih tergantung pada posisi atau letak batu, besar
batu, dan penyulit/komplikasi yang telah terjadi. Penyakit BSK dapat memberikan
gejala klinis yang sangat bervariasi, dari yang tanpa keluhan sampai dengan
a. Nyeri
bersifat kolik (Purnomo et al, 2010). Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri
kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot
peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non
kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidonefrosis atau
infeksi pada ginjal. Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh
pasien sebagai nyeri pada saat kencing atau sering kencing (Purnomo, 2011).
b. Hematuria
c. Infeksi
akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di
air kemih (hematuria) dan air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu
diagnosis adanya penyakit BSK (Dinkes, 2007). Setiap kali terjadi obstruksi aliran
d. Demam
urosepsis (Stoller, 2008). Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak
kelainan anatomik pada saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsis dan
terjadinya gejala mual dan muntah. Mekanisme mengenai ini belum biasa di
Batu staghorn berukuran besar, mengisi pelvis dan kaliks ginjal, dan
lainnya lebih kecil berukuran antara bebapa milimeter sampai 1-2 cm. Jenis ini
ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik, atau pielonefritis. Pada keadaan yang
lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi mengakibatkan
Gangguan fungsi ginjal akibat BSK pada dasarnya akibat obstruksi dan infeksi
urinearius dan dapat berakibat disfungsi atau insufisiensi ginjal akibat kerusakan
glomerulus (glomerular filtration rate, GFR) yaitu volume fitrat yang masuk
kedalam Kapsul Bowman per satuan waktu dan merupakan indikasi dalam
kesehatan ginjal (Corwin, 2009). Konsentrasi kreatinin dan kadar nitrogen urea
darah ( blood urea nitrogen, BUN) juga dapat digunakan sebagai petunjuk GFR.
kreatinin besarnya 0,7 sampai 1,5 mg per 100 ml, kadar yang lebih besar daripada
bagi fungsi ginjal. Bila GFR turun, kadar kreatinin dan BUN meningkat
(Suharyanto, 2009).
jumlah besar serta kristal kristal pembentuk batu yang dalam keadaan normal
tidak ditemukan atau sedikit jumlahnya juga digunakan sebagai petunjuk GFR
hingga samar < 150 mg/hari), glukosa (normal = negatif), dan leukosit (0-4/LBP),
Kristal (normal : banyak jenis). Silinder urin, yang muncul apabila terdapat
protein dalam jumlah besar di urin, juga dapat diamati pada beberapa keadaan
kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya
dapat terjadi dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang. Kemudian
a. Orang
BSK pada laki laki 3-4 kali lebih banyak daripada wanita. Hal ini mungkin
karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada wanita
lebih rendah daripada laki-laki. BSK lebih banyak dijumpai pada orang dewasa
antara umur 30-60 tahun, pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun (Lina et
al, 2008).
Prevalensi BSK lebih tinggi pada individu yang mengalami obesitas dan
kelebihan berat badan dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal.
Prevalensi BSK pada pria lebih tinggi daripada wanita. Prevalensi BSK lebih
tinggi pada individu kulit putih yang non-hispanik daripada individu hispanik. Di
Amerika Serikat kelompok umur yang paling banyak menderita BSK terdapat
b. Tempat
terutama negara kawasan Asia dan Afrika yang dilalui sabuk batu (Stone belt)
yaitu sebesar 4%-20% dan Indonesia termasuk di dalam daerah sabuk batu itu.
dijumpai batu saluran kemih bagian atas, sedang di Negara berkembang seperti
India, Thailand, dan Indonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih.
Peningkatan kejadian batu pada saluran kemih bagian atas terjadi abad-20,
khususnya di daerah bersuhu tinggi dan dari negara yang sudah berkembang.
Yogyakarta dengan prevalensi 1,2%, kemudian Aceh 0,9 %, Jawa Barat, Jawa
2013).
c. Waktu
tahun 1976-1980 menjadi sebesar 3,8% dan tahun 1982 sebesar 5,4%, kemudian
tahun 1988-1994 turun menjadi 5,2% dan pada tahun 2007-2010 mengalami
Indonesia sebanyak 37.636 kasus baru, jumlah kunjungan 58.959, rawat inap
19.018, dan meninggal 378 orang. Data tahun 2009-2011 di Rumah Sakit Cipto
menderita BSK sebanyak lebih dari 1100 orang (Hawariy et al, 2013).
2.7.2 Determinan
terjadinya BSK pada seseorang. Faktor-faktor iti adalah faktor intrinsik yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh
a. Faktor Intrinsik
sendiri. Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, dan
riwayat keluarga.
1. Umur
Penyakit BSK paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun (Purnomo,
2011). Puncak insiden dari batu urin dengan gejala adalah pada decade ketiga dan
2. Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien laki-
Tingginya kejadian BSK pada laki-laki disebabkan oleh anatomis saluran kemih
pada laki- laki yang lebih panjang dibandingkan perempuan, secara alamiah
didalam air kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan,
dan pada air kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki
endogen di hati, serta adanya hormon estrogen pada perempuan yang mampu
Rasio laki laki terhadap perempuan 1,7:1 sampai 1,3:1. Meningkatnya kejadian
pada wanita disebabkan oleh faktor gaya hidup yaitu obesitas. Di negara negara
Iran dan 1,6 : 1 Thailand, 2,5 : 1 di Irak dan 5:1 di Saudi Arabia (Bahdarsyam,
2003)
3. Heriditer/ Keturunan
menderita penyakit yang sama dibanding dengan keluarga bukan penderita batu
urin. Lebih kurang 30% sampai 40% penderita batu kalsiun oksalat mempunyai
riwayat famili yang positif menderita batu. Apakah ini terlibat faktor keturunan
b. Faktor Ekstrinsik
individu seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang, pekerjaan, infeksi,
1. Geografi
pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih yang dikonsumsi
oleh masyarakat dimana sumber air bersih tersebut banyak mengandung mineral
perbedaan insiden BSK di suatu tempat dengan tempat lainnya. Faktor geografi
mewakili salah satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti kebiasaan
Orang yang tinggal didaerah panas punya resiko tinggi menderita batu
urin. Pada daerah didaerah tropik, dikamar mesin akan menyebabkan keringat
Kuranngnya asupan air dan tingginya kadar mineral pada air yang
volume masukan air dapat mengurangi risiko pembentukan batu sehingga sangat
dianjurkan bagi para pasien batu ginjal, maupun untuk proteksi. Suatu penelitian
pada insidensi pembentukan batu dan suatu studi acak terkontrol mendapatkan
meningkatnya volume air kemih maka tingkat kejenuhan kalsium oksalat menurun
4. Diet/Pola makan
kalsium dan ekskresi kalsium masukan kalsium tinggi dianggap tidak pnting,
karena hanya diabsorpsi sekitar 6 persen dari kelebihan kalsium yang bebas dari
oksalat interstinal. Kenaikan kalsium air kemih ini terjadi penurunan absorpsi
5. Jenis Pekerjaan
duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life (Purnomo, 2011). Pekerja kasar
dan petani lebih banyak bergerak dibandingkan dengan pegawai kantor, penduduk
kota yang lebih banya duduk waktu bekerja, ternyata lebih sedikit menderita batu
kemih yang dapat berakibat timbulnya ISK. ISK yang disebabkan oleh kuman
pemecah urea dapat menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit (Lina, 2008).
Terbentuknya batu jenis struvit hampir semua didahului oleh ISK yang
disebabkan oleh bakteri pemecah urea, namun untuk jenis batu yang lain tidak
jelas apakah batu sebagai penyebab infeksi atau infeksi sebagai penyebab batu
(Bahdarsyam, 2003).
banyak makan protein, terutama protein hewani, juga karbohidrat dan gula, ini
lebih sering menderita BSKbagian atas. Sedangkan pada negara berkembang atau
orang yang sering makan Vegetarik dan kurang protein hewani sering menderita
hidup sosial ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan resiko penyakit
BSK dan diarahkan kepada mempertahankan kondisi dasar atau status kesehatan
saluran kemih atau faktor resiko batu saluran kemih dapat berkembang.
Pencegahan primordial yang dapat dilakukan untuk penyakit BSK adalah dengan
air minum dengan anjuran 2 liter atau setara 8 gelas per hari merupakan
kebiasaan yang baik untuk menjaga kesehatan ginjal, dan melaksanakan pola
2012).
penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK.
minum air putih minimal 2 liter per hari, melakukan diet untuk mengurangi kadar
zat-zat komponen pembentuk batu berupa diet rendah protein, rendah oksalat, rendah
garam, rendah purin serta melakukan aktivitas harian yang cukup dan pemberian
meningkatkan masukan cairan terutama pada malam hari untuk meningkatkan aliran
menghindari masukan gas (soft drink) lebih 1 liter perminggu, mengurangi masukan
protein (sebesar 1 g/kg berat badan /hari) karna , membatasi masukan natrium (diet
meningkatkan saturasi kalsium oksalat air kemih yang dapat merugikan pasien
BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini.
a. Diagnosa BSK
1. Pemeriksaan
kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidonefrosis, terlihat tanda-
tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi didapatkan
demam/menggigil.
d. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor timbulnya batu
adanya batu radiopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan
kalsium fosfat bersifat radiopak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis
lain, sedangkan batu asama urat bersifat non-opak atau radiolusen (Purnomo,2011).
ginjal. Selain tiu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-
opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika PIV belum dapat
2011).
4. Ultrasonografi
PIV, yaitu pada keadaan- keadaan : alergi terhadap kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai
b. Penatalaksanaan BSK
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi
untuk melakukan tindakan/terapi pada BSK adalah jika batu telah menimbulkan
obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi sosial. Batu dapat
1. Medicamentosa
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
diuretikum, dan minum banyak supaya mendorong batu keluar dari saluran kemih
Alat ESWL adalah pemecah batu yang digunakan untuk memecah batu
ginjal, batu ureter proksimal, atau batu kandung kemih tanpa melalui tindakan
invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu yang
3. Endourologi
mengeluarkan batu saluran kemih, yaitu berupa tindakan memecah batu dan
dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan, memakai egi hidrolik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Yaitu mengeluarkan batu yang berada dalam saluran ginjal, dengan cara
memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu
kecil.
b. Litotripsi
atau sistem pelo-kaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
tuntunan ureteroskopi/ureter.
d. Ekstraksi Dormia
dormia.
4. Bedah Laparoskopi
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
5. Bedah Terbuka
Di klinik atau rumah sakit yang belum mempunyai fasilitas yang memadai
penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan
lebih memahami tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang
telah rusak akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal
kembali dan tidak terjadi kekambuhan penyakit BSK, dan dapat memberikan
rendah proetein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine lebih asam, diet rendah oksalat, diet rendah garam
purin,diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderita
1. Sosiodemografi
Umur
Jenis Kelamin
Suku
Agama
Pekerjaan
Status Perkawinan
Tempat Tinggal
Sumber Biaya
2. Letak batu
3. Keluhan Utama
4. Kelainan Organik Pada Ginjal
5. Gangguan Fungsi Ginjal
6. Penatalaksanaan Medis
7. Lama Rawatan Rata-Rata
8. Keadaan Sewaktu Pulang
METODE PENELITIAN
case series.
Medan yaitu tersedianya data penderita penyakit Batu Saluran Kemih yang
dirawat inap tahun 2015-2016. Selain hal tersebut, Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan merupakan rumah sakit swasta type B di Kota Medan yang memiliki
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua data penderita BSK yang dirawat
inap di Rumah Sakit Umum Santa Elisabeth Medan tahun 2015-2016 yaitu
sebanyak 332.
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian data penderita BSK yang dirawat
36
Universitas Sumatera Utara
37
a. Besar sampel
Keterangan :
n = Besar Sampel
penelitiaan ini adalah sebanyak 181 data penderita BSK yang dirawat inap di
menggunakan angka acak pada program komputer C survey. Sampel diambil dari
populasi yang sudah diacak oleh komputer. Untuk menentukan sampel pertama
diambil dari baris atau kolom tertentu yang diperoleh dengan menggunakan spin
diambil disesuaikan dengan daftar pasien penderita BSK yang diberi nomor 1-332
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari rekam
medis di bagian Rekam Medik Rumah Sakit Santa Elisabeth Kota Medan tahun
2015-2016 kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan jenis variabel yang akan
diteliti.
Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisa secara statistik. Data yang
komputer dan data bivariat menggunakan uji Chi square,uji Fischerdan uji Mann-
BSK dengan kejadian BSK. Data disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi
3.6.1 Penderita BSK adalah semua pasien yang dinyatakan menderita BSK
3.6.2 Sosiodemografi
a. Umur adalah usia penderita BSK sesuai dengan yang tercatat dalam
1. Laki-laki
2. Perempuan
c. Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada diri si penderita sesuai
1. Islam
2. Kristen Protestan
3. Kristen Katolik
1. PNS/POLRI/Karyawan BUMN/BUMD
2. Wiraswasta
3. Karyawan Swasta
4. Petani/Nelayan
5. Ibu Rumah Tangga
6. Pensiunan
7. Lain-lain (Dokter/Supir/Pendeta/Perawat/Pelajar /Mahasiswa/Tidak
Bekerja/ Biarawat/i/Tidak tertulis)
dibedakan atas :
1. Kawin
2. Tidak Kawin
1. Kota Medan
2. Luar Kota Medan
3.6.3 Letak batu adalah lokasi dimana batu berada sesuai dengan yang tercatat di
1. Saluran kemih atas : apabila batu berada pada ginjal dan ureter
2. Saluran kemih bawah : apabila batu berada pada kandung kemih dan
uretra
3.6.4 Keluhan utama adalah keluhan yang dialami penderita Batu Saluran
Kemih sesuai dengan yang tercatat di kartu status, dibedakan atas :
1. 1 keluhan
- Nyeri pinggang/perut bagian bawah
- BAK Sakit/Sulit BAK/Tidak bisa BAK
- BAK Berdarah
- BAK berbatu/Berpasir
- Demam
- Mual dan Muntah
2. >1 keluhan
3.6.5 Kelainan organik pada ginjal adalah kondisi atau keadaan yang terjadi
pada ginjal sebagai efek dari penyakit BSK sesuai dengan yang tercatat di
atas:
a. Kreatinin (mg/100ml)
1. ≤ 1,3 (normal)
2. >1,3(tidak normal)
b. Ureum (mg/100ml)
1. ≤39 (normal)
2. >39(tidak normal)
status,dibedakan atas :
1. Tindakan Operasi
2. Tanpa operasi
8.6.8 Lama rawatan adalah lamanya penderita BSK dirawat inap di Rumah Sakit
3.6.9 Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi atau keadaan penderita BSK pada
waktu keluar dari Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sesuai dengan yang
1. Sembuh
2. Pulang Berobat Jalan (PBJ)
3. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)
4. Dirujuk/ Pindah RS
5. Meninggal
Utara dengan Kelas Madya, Type B. Rumah sakit ini adalah milik Kongregasi
Fransiskanes Santa Elisabeth Medan dengan motto “Ketika Aku Sakit Kamu
Melawat Aku”.
Allah di tengah dunia dengan membuka tangan dan hati untuk memberikan
kesehatan yang aman dan berkualitas atas dasar kasih, meningkatkan sumber daya
dan berkualitas, dan meningkatkan sarana serta prasarana yang memadai dengan
42
Universitas Sumatera Utara
43
kesehatan kepada masyarakat umum tanpa membedakan suku, bangsa, agama, ras
4.2 Deskriptif
Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016 berdasarkan sosiodemografi
Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa proporsi penderita BSK pada laki-
laki yang paling tinggi pada kelompok umur ≥45 tahun yaitu 64 orang (55,6%).
Sementara pada perempuan paling tinggi pada kelompok umur ≥45 tahun 40
orang (60,6%).
paling tinggi pada kelompok umur ≥45 tahun yaitu sebanyak 104 orang (57,7%).
Berdasarkan jenis kelamin penderita BSK lebih banyak laki-laki yaitu 115 orang
(63,5 ) dari pada perempuan yaitu 66 orang (36,5%). Rata-rata umur penderita
BSK di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah 46,2 tahun, dengan umur
penderita BSK terendah yaitu 3 tahun sebanyak 1 orang dan umur tertinggi yaitu
Aceh 1 0,6
Minang 3 1,7
Melayu 1 0,6
Total 181 100
Agama f %
Islam 48 26,5
Kristen Protestan 104 57,5
Kristen Katolik 29 16,0
Total 181 100
Pekerjaan f %
PNS/POLRI/Karyawan 31 17.2
BUMN/BUMD
Wiraswasta 50 27,6
Karyawan Swasta 23 12,7
Petani/Nelayan 16 8,8
Ibu Rumah Tangga 38 21,0
Pensiunan 7 3,9
Lain-lain 16 8,8
Total 181 100
Status Perkawinan f %
Kawin 162 89,5
Tidak Kawin 19 10,5
Tempat Tinggal f %
Kota Medan 77 42,5
Luar Kota Medan 104 57,5
Total 181 100
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa proporsi penderita penyakit BSK
berdasarkan suku, proporsi suku tertinggi pada suku Batak sebanyak 157 orang
(86,7%) dan yang terendah pada suku Aceh dan Melayu masing masing sebanyak
Kristen Protestan sebanyak 104 orang (57,5%), dan Kristen Katolik sebanyak 29
tertinggi pada status kawin sebanyak 162 orang (89,5%), sedangkan status tidak
tinggal tertinggi pada tempat tinggal di Luar Kota Medan sebanyak 104 orang
proporsi penderita BSK Luar Kota Medan secara spesifik yaitu sebagai berikut :
Letak Batu di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015-2016 dapat
Dari tabel 4.4 dapat dketahui bahwa proporsi penderita BSK berdasarkan
letak batu yang tercatat tertinggi pada saluran kemih atas yaitu sebanyak 177
orang (97,8%) dan terendah pada saluran kemih bawah sebanyak 4 orang (2,2%).
utam di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016 dapat dilihat
Dari tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita BSK
berdasarkan keluhan utama yang tercatat terbanyak adalah >1 keluhan sebanyak
101 orang (55,8%) dan paling sedikit adalah 1 keluhan sebanyak 77 orang
Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa proporsi penderita penyakit
bawah sebanyak 170 orang (93,9%), sedangkan yang terendah adalah BAK
kelainan organik ginjal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015–
Dari Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa proporsi penderita BSK berdasarkan
orang (42,5%) dan yang paling sedikit adalah Abses ginjal sebanyak 1 orang
(0,6%).
gangguan fungsi ginjal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 –
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa proporsi penderita BSK berdasarkan
orang (47,5%) dan ureum, tertinggi ≤ 39 normal sebanyak 118 orang (65,2%).
Penatalaksanaan medis di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 –
Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa proporsi penderita BSK berdasarkan
Lama rawatan rata – rata penderita penyakit BSK yang dirawat inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016 berdasarkan lama
Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa lama rawatan rata-rata penderita
BSK yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2015-2016
adalah 5,48 hari, dengan lama rawatan tersingkat (minimum) satu hari dan terlama
(maksimum) 23 hari.
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016 berdasarkan lama
Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa proporsi penderita BSK berdasarkan
keadaan sewaktu pulang, terbanyak dalam keadaan pulang sembuh sebanyak 122
orang (67,4%) dan pulang dan paling sedikit meninggal sebanyak 1 orang (0,6%).
yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elsabeth Medan pada tahun 2015-2016
letak batu saluran kemih atas terbesar pada laki laki yaitu 111 orang (62,7%), dan
pada perempuan yaitu 66 orang (37,3%). Penderita BSK dengan letak batu saluran
kemih bawah yaitu 4 orang pada laki-laki yaitu 4 orang (100%) sedangkan pada
artinya tidak ada perbedaan bermakna proporsi jenis kelamin berdasarkan letak
yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elsabeth Medan pada tahun 2015-2016
Dari tabel 4.14 dapat dilihat bahwa dari 177 penderita BSK dengan letak
batu saluran kemih atas yang mengalami 1 keluhan sebanyak 76 orang (42,9%)
dan yang mengalami >1 keluhan sebanyak 101 orang (57,1%). Penderita BSK
dengan letak batu saluran kemih bawah yaitu 4 orang yang mengalami 1 keluhan
sebanyak 1 orang (25,0%) dan yang mengalami >1 keluhan sebanyak 3 orang
(75,0%).
Berdasarkan hasil uji fisher diperoleh p=0,326 (p>0,05), artinya tidak ada
perbedaan bermakna keluhan utama berdasarkan letak batu di Rumah Sakit Santa
dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elsabeth Medan pada tahun 2015-2016 dapat
Dari tabel 4.15 dapat dilihat bahwa dari 177 orang penderita BSK dengan
letak batu saluran kemih atas yang di operasi sebanyak 89 orang (58,5%) dan
tanpa operasi sebanyak 88 orang (41,5%). Penderita BSK dengan letak batu
saluran kemih bawah yaitu 4 orang yang di operasi sebanyak 3 orang (75,5%) dan
Berdasarkan hasil uji fisher diperoleh p=0,621 (p>0,05), artinya tidak ada
darah yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elsabeth Medan pada tahun 2015-
43 orang (50%) dan tanpa operasi sebesar 43 orang (50%), yang memiliki
Hasil uji statistik dengan uji Fisher diperoleh nilai p=0,872 (p>0,05),
yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elsabeth Medan pada tahun 2015-2016
(45,8%) dan tanpa operasi sebesar 64 orang(54,2%), yang memiliki ureum >39
Hasil uji statistik dengan uji Fisher diperoleh nilai p=0,024 (p>0,05),
dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elsabeth Medan pada tahun 2015-2016 dapat
Dari tabel 4.18 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata 177 orang
penderita BSK dengan letak batu saluran kemih atas yaitu 5,00 hari dan standar
deviasi (SD) 3,265. Lama rawatan rata-rata 4 orang penderita BSK dengan letak
batu saluran kemih bawah yaitu 5,50 hari dan standar deviasi (SD) 3,202.
artinya tidak ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata penderita BSK
berdasarkan letak batu di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2015-2016.
dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elsabeth Medan pada tahun 2015-2016 dapat
Dari tabel 4.19 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata 92 orang
penderita BSK yang di operasi yaitu 6,07 hari dan standar deviasi (SD) 3,307.
Lama rawatan rata-rata 89 orang penderita BSK yang tidak di operasi yaitu 4,84
artinya ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata penderita BSK dengan
Proporsi penderita penyakit BSK yang dirawat inap berdasarkan umur dan
jenis kelamin di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016
15-14 0,9% 0
<5 0,9% 0
Gambar 5.1 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat
Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RS Elisabeth
Medan Tahun 2015-2016
Dari gambar 5.1 dapat diketahui bahwa proporsi penderita BSK pada laki-
laki yang paling tinggi pada kelompok umur ≥45 tahun yaitu 64 orang (55,6%).
Sementara pada perempuan paling tinggi pada kelompok umur ≥45 tahun 40
penderita BSK paling tinggi pada kelompok umur ≥45 tahun yaitu sebanyak 104
orang (57,7%).
58
Universitas Sumatera Utara
59
pada laki-laki terdapat pada kelompok umur 30-50 tahun, sedangkan pada
perempuan pada kelompok umur >50 tahun. Menurut Johnson salah satu yang
periode usia >50 tahun. Hal ini juga menyebabkan rendahnya angka kejadian batu
saluran kemih pada wanita sebelum usia 50 tahun karena kadar estrogen dalam
tubuh juga mempengaruhi proses resorpsi kalsium yang merupakan salah satu
bahan pembentuk batu. Puncak insiden terjadinya batu pada wanita Asia seperti di
Jepang berada pada usia 50-79 tahun. Sementara pada pria, insiden meningkat
pada periode usia tersebut disebabkan faktor metabolisme dalam tubuh serta gaya
Penyakit BSK paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun (Purnomo,
2011). Puncak insiden dari batu urin dengan gejala adalah pada decade ketiga dan
juga terbentuknya BSK berlangsung sangat lama dari tanpa gejala sampai baru
banyak laki-laki yaitu 63,5% dari pada perempuan yaitu 36,5%. Hal ini sejalan
dengan penelitian Syafrini (2008) di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2005-2007
dengan desai case series menyatakan bahwa proporsi penderita BSK yang dirawat
saluran kemih pada laki- laki yang lebih panjang dibandingkan perempuan,
secara alamiah didalam air kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi
BSK pada anak sangat jarang ditemukan, namun pada penelitian ini
5.1.2 Suku
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016 dapat dilihat pada
1,7% 0,6%
0,6%
3,3%
7,1%
86,7%
Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat
Inap Berdasarkan Suku di RS Elisabeth Medan Tahun 2015-
2016
Berdasarkan gambar 5.2 di atas dapat dilihat proporsi BSK lebih besar
pada suku Batak yaitu 86,7%. Hal ini sejalan dengan penelitian Ginting, Y.,B
(2015) di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan dengan desain case series yang
menyatakan bahwa proporsi penderita BSK tertinggi pada suku Batak (40%).
Pada penelitian ini proporsi penderita BSK lebih banyak pada suku Batak
karena pasien yang berobat di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mayoritas
suku Batak dan suku Batak merupakan penggabungan dari Batak Toba, Batak
5.1.3 Agama
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016 dapat dilihat pada
1,7% 0,6%
0,6%
3,3%
7,1%
86,7%
Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat
Inap Berdasarkan Agama di RS Elisabeth Medan Tahun 2015-
2016
Berdasarkan gambar 5.3 di atas dapat diketahui bahwa proporsi penderita
BSK berdasarkan agama tertinggi adalah agama Kriten Protestan (57,5%), diikuti
agama Islam (26,5%), dan yang terendah agama Kristen Katolik (16,0%). Hal ini
bukan berarti penderita BSK dengan agama Kristen Protestan lebih beresiko untuk
Rumah Sakit Elisabeth Medan sebagian besar beragama Kristen Protestan. Jika
dihubungkan dengan suku penderita BSK di Rumah Sakit Santa Elisabeth 86,7%
adalah suku Batak dan yang paling banyak adalah Batak Toba (65,6%). Hal ini
Kristen Protestan karena sebagian besar suku Batak Toba beragama Kristen
Protestan.
5.1.4 Pekerjaan
di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016 dapat dilihat
30
27,6%
25
21%
20
17,2%
15 12,7%
10 8,8% 8,8%
5 3,9%
Gambar 5.4 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat
Inap Berdasarkan Pekerjaan di RS Elisabeth Medan Tahun
2015-2016
BSK berdasarkan pekerjaan lebih banyak pada Wiraswasta 27,6% dan yang
Ginting (2004) di Rumah Sakit Adam Malik Medan yang menyatakan bahwa
Kejadian BSK lebih banyak pada orang-orang yang banyak duduk atau
wiraswasta lebih banyak duduk dalam waktu yang lama, kurang aktivitas dan juga
tidak diimbangi dengan mengonsumsi air putih yang cukup (2 liter/hari), sehingga
berlangsung begitu saja, membutuhkan waktu yang lama dan faktor- faktor lain
seperti umur, jenis kelamin, pola makan dan kelianan metabolisme dalam tubuh.
perkawinan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016
10,5%
89,5%
Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat
Inap Berdasarkan Status Perkawinan di RS Elisabeth Medan
Tahun 2015-2016
perkawinan di Rumah Sakit Santa Elisabeth terbesar pada pasien dengan status
sudah kawin (89,5%) sedangkan yang belum kawin (10,5%). Hal ini bila
dihubungkan dengan umur penderita BSK terbanyak umur >30 . Dimana pada
tinggal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016 dapat
42,5%
57,5%
Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat
Inap Berdasarkan Tempat Tinggal di RS Elisabeth Medan
Tahun 2015-2016
berdasarkan tempat tinggal adalah berasal dari luar kota Medan (57,5%) dan
penderita BSK yang dirawat inap adalah berasal dari kota Medan 177 orang
(70,24%). Hal ini bisa terjadi karena sebelumnya Rumah Sakit Santa Elisabeth
belum bekerja sama dengan BPJS tetapi pada tahun 2015-2016 Rumah Sakit
Elisabeth sudah bekerja sama dengan BPJS dan menerima rujukan dari rumah
sakit lain, sehingga kemungkinan pasien dari luar kota Medan banyak berobat
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa penderita BSK yang berasal dari
luar kota Medan paling banyak dari daerah Deli Serdang sebanyak 22 orang,
Sedangkan yang paling sedikit berasal dari Aceh dan Riau masing-masing 1
orang, hal ini berarti daerah masyarakat Deli serdang memiliki faktor resiko
paling besar terhadap penyakit BSK. Wilayah kabupaten Deli serdang terdiri dari
380 desa dan 133 dari desa/kelurahan tersebut merupakan dataran tinggi. Hal ini
sejalan dengan teori yang menyatakan prevalensi BSK banyak diderita oleh
Sedangkan penderita BSK dari daerah Aceh dan Riau sangat sedikit, hal
ini bukan berarti masyarakat di daerah tersebut memilki resiko keci terhadap
penyakit BSK, hal ini kemungkinan karena Rumah Sakit Santa Elisabeth berada
di kota Medan sehingga sedikit pasien dari luar provinsi Sumatera Utara karena
tinggal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016 dapat
2,2%
97,8%
Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat
Inap Berdasarkan Letak Batu di RS Elisabeth Medan Tahun
2015-2016
berdasarkan letak batu tertinggi adalah saluran kemih atas yaitu ginjal dan ureter
(97,8%) dan pada saluran kemih bawah yaitu kandung kemih dan uretra (2,2%).
Hal ini sejalan dengan penelitian Sinaga,D (2005) di Rumah Sakit Haji
bahwa proporsi penderita BSK berdasarkan letak batu paling banyak dijumpai di
saluran kemih (ginjal dan ureter) yaitu sebanyak 92,30% dan paling sedikit pada
saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra) yaitu sebanyak 7,70%).
pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin),
yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli (Purnomo, 2011). Urin
di ginjal. Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju kandung kemih, secara
anatomis beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada
di tempat lain, sehingga batu atau benda lain yang berasal dari ginjal seringkali
tersangkut (Setiadi, 2007). Dan biasanya penderita BSK datang ke Rumah Sakit
ketika sudah mengalami nyeri pinggang disebabkan batu menyumbat ureter. Hal
tersebut yang menyebabkan batu saluran kemih atas lebih banyak dari batu
utama di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016 dapat
44,2%
55,8%
Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat
Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RS Elisabeth Medan
Tahun 2015-2016
dirawat inap berdasarkan letak batu di Rumah Sakit Santa Elisabeth paling banyak
mengalami > 1 keluhan utama yaitu kombinasi keluhan utama berupa nyeri
BAK, demam, mual dan muntah yaitu 55,8% sedangkan yang mengalami 1
Hal ini sejalan dengan penelitian Syafrina (2008) di Rumah Sakit Haji
Medan yang dengan desain case series menyatakan bahwa keluhan utama
penderita BSK yang paling tinggi yaitu >1 keluhan yaitu 72,3%.
Keluhan Batu Saluran Kemih tergantung pada posisi atau letak batu, besar
batu, dan penyulit/komplikasi yang telah terjadi. Keluhan yang paling sering
dirasakan adalah nyeri pinggang . Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik
ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos
sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu
Dari tabel 4.5 dapat diketahui distribusi penderita BSK dengan 1 keluhan
tertinggi yaitu nyeri pinggang/perut bagian bawah (93,9%) hal ini karena keluhan
yang paling sering dirasakan penderita BSK adalah nyeri pinggang yang bersifat
organik ginjal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016
45 42,5%
40 37%
35
30
25
20
15 13,3%
10
5 3,3% 1,1% 1,1% 1,1% 0,6%
0
Gambar 5.9 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat
Inap Berdasarkan Kelainan Organik Ginjal di RS Elisabeth
Medan Tahun 2015-2016
yang dirawat inap berdasarkan kelainan organik ginjal paling banyak mengalami
hidronefrosis yaitu 42,5% dan yang paling sedikit yaitu mengalami abses ginjal
yaitu 1,1%. Batu yang terletak pada ureter maupun sistem pelvikalikalises mampu
letak batu saluran kemih atas (ginjal dan ureter) yaitu 97,8%, sehingga penderita
mengakibatkan hidronefrosis.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Tondok, dkk (2012) di RSUP Prof.
kreatinin darah di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016
14,4%
47,5%
38,1%
Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PJK yang Dirawat
Inap Berdasarkan Kadar Kreatinin Ginjal di RS Elisabeth
Medan Tahun 2015-2016
yaitu 47,5%, >1,3 mg/100ml (tidak normal) sebesar 38,1%. Kadar yang
bagi fungsi ginjal. Bila GFR turun, kadar kreatinin dan BUN meningkat (Corwin,
2006). Penderita BSK di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang memiliki
ureum darah di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016
14,4%
20,4%
65,2%
Gambar 5.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PJK yang Dirawat
Inap Berdasarkan Kadar Ureum Ginjal di RS Elisabeth
Medan Tahun 2011-2016
berdasarkan kadar ureum darah tertinggi yaitu ureum ≤39 mg/100 ml sebesar
65,2%. Ureum ginjal merupakan indikator bagi fungsi ginjal, kadar yang lebih
dan adanya penyakit ginjal. Dalam penelitian ini penderita BSK berdasarkan
kadar ureum >39 mg/100 ml sebesar 20,4%, sehingga penderita BSK di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan yang memiliki gangguan fungsi ginjal berdasarkan
tinggal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016 dapat
49,2%
50,8%
Gambar 5.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat
Inap Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RS Elisabeth
Medan Tahun 2015-2016.
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang dilakukan tindakan operasi sebesar
Kabupaten Pidie provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan desai case series
52,60%.
Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada BSK adalah jika batu telah
menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi sosial.
uretholithotomi. Hal tersebut karena batu yang sudah menimbulkan masalah pada
saluran kemih dan secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit
Penderita BSK yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun
2015-2016 adalah 5,48 hari dengan Standar deviasi (SD) 3,255 hari dimana lama
rawatan tersingkat (minimum) adalah 1 hari sebanyak 6 orang dan paling lama
berusia >30 tahun, jenis kelamin masing-masing perempuan sebanyak 3 orang dan
sembuh 1 orang, pulang berobat jalan 1 orang dan pulang atas permintaan sendirri
(PAPS) sebanyak 4 orang. Pasien dengan lama rawatan ≥12 hari sebanyak 5
orang, 2 orang diantara nya menjalani operasi dan 3 orang tanpa operasi, 2 orang
Penderita BSK yang paling lama dirawat yaitu 23 hari sebanyak 2 orang, masing
masing 1 laki-laki dengan umur 53 tahun, mengalami lebih dari satu keluhan,
mengalami lebih dari keluhan organik dan 1 perempuan dengan umur 61 tahun,
ginjal dan pulang dengan keadaan sembuh mengalami lebih dari 1 keluhan,
mengalami kelainan organik ginjal berupa urosepsis dan pulang dengan keadaan
sembuh.
tinggal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 – 2016 dapat
67,4%
18,2%
11%
2,8% 0,6%
Gambar 5.13 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita BSK yang Dirawat
Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RS Elisabeth
Medan Tahun 2015-2016
keadaan sewaktu pulang sebagian besar dalam keadaan sembuh (67,4%), disusul
dengan Pulang Berobat Jalan (18,2%), Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)
dikatakan sembuh jika BSK sudah diambil, obstruksi dan infeksi akibat BSK
sudah diatasi dan keluhan BSK sudah tidak ada pada penderita.
kesehatan. Pasien yang meninggal berusia 52 tahun, mengalami lebih dari satu
keluhan utama serta lebih dari satu kelainan ginjal, mengalami gagal ginjal
stadium V dengan jumlah kreatinin sebesar 425 mg/100 ml dan ureum sebesar
inap berdasarkan letak batu di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun
120
100%
100
80
62,7%
60
37,3%
40
20
0
0
Saluran Kemih Atas Saluran Kemih Bawah
Laki-Laki Perempuan
Berdasarkan gambar 5.14 dapat dilihat bahwa dari 177 orang penderita
BSK dengan letak batu saluran kemih atas terbesar pada laki laki yaitu 111 orang
(62,7%), dan pada perempuan yaitu 66 orang (37,3%). Penderita BSK dengan
letak batu saluran kemih bawah yaitu 4 orang pada laki-laki yaitu 4 orang (100%)
artinya tidak ada perbedaan bermakna proporsi jenis kelamin berdasarkan letak
Hal ini berbeda dengan penelitian Saniwati (2003) di Rumah Sakit Umum
inap berdasarkan letak batu di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun
80 75%
70
59,9%
60
50 44,1%
40
30 25%
20
10
0
Saluran Kemih Atas Saluran Kemih Bawah
letak batu saluran kemih atas yang mengalami 1 keluhan 44,1% dan yang
mengalami >1 keluhan (59,9%). Penderita BSK dengan letak batu saluran kemih
bawah yang mengalami 1 keluhan (75,0%) dan yang mengalami >1 keluhan
(25,0%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher diperoleh nilai p=0,326
(p>0,05), artinya tidak ada perbedaan bermakna keluhan utama berdasarkan letak
inap berdasarkan letak batu di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun
80 75%
70
60
50,3% 49,7%
50
40
30 25%
20
10
0
Saluran Kemih Atas Saluran Kemih Bawah
Dari gambar 5.16 dapat dilihat bahwa penataksanaan medis dari 177 orang
penderita BSK dengan letak batu saluran kemih atas yang di operasi sebanyak 89
orang (58,5%) dan tanpa operasi sebanyak 88 orang (41,5%). Penderita BSK
dengan letak batu saluran kemih bawah yaitu 4 orang yang di operasi sebanyak 3
Hasil uji statistik dengan uji Fisher diperoleh nilai p=0,621 (p>0,05),
dirawat inap berdasarkan kreatinin darah di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
pada tahun 2015 – 2016 dapat dilihat pada gambar 5.17 di bawah ini.
53
52,2%
52
51
50% 50%
50
49
47,8%
48
47
46
45
≤1,3 (normal) >1,3 (tidak normal)
Dari gambar 5.16 dapat dilihat bahwa penderita BSK yang memiliki
50% dan tanpa operasi sebesar 50%, yang memiliki kreatinin >1,3 mg/100 ml
(tidak normal) dan mendapatkan tindakan operasi (52,2%) dan tanpa operasi
(47,8%).
Hasil uji statistik dengan uji Fisher diperoleh nilai p=0,872 (p>0,05),
dirawat inap berdasarkan ureum darah di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
pada tahun 2015 – 2016 dapat dilihat pada gambar 5.18 di bawah ini.
80
67,6%
70
60 54,2%
50 45,8%
40 32,4%
30
20
10
0
≤39 (normal) >39 (tidak normal)
Dari tabel 4.18 dapat dilihat bahwa penderita BSK yang memiliki ureum
≤39 mg/100 ml(normal) dan mendapatkan tindakan operasi (45,8%) dan tanpa
operasi (54,2%), yang memiliki ureum >39 mg/100 ml dan mendapatkan tindakan
Hasil uji statistik dengan uji Fisher diperoleh nilai p=0,024 (p>0,05),
inap berdasarkan letak batu di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun
0 1 2 3 4 5 6 7
Dari gambar 5.19 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata 177 orang
penderita BSK dengan batu saluran kemih atas adalah 5 hari dan lama rawatan 4
orang penderita BSK dengan saluran kemih bawah adalah 5,5 hari(6 hari).
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t-test tidak memenuhi syarat
karena didapat nilai p<0,05 atau tidak berdistribusi normal, kemudian di lanjutkan
dengan uji Mann Wihtney. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Mann
Whtney diproleh nilai p=0.946 (>0,05), artinya tidak ada perbedaan bermakna
lama rawatan rata-rata penderita BSK berdasarkan letak batu di Rumah Sakit
inap berdasarkan letak batu di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun
0 1 2 3 4 5 6 7
Dari gambar 5.20 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita
BSK yang mendapatkan tindakan operasi adalah 6,07 (6 hari), lama rawatan rata-
rata penderita BSK tanpa tindakan operasi adalah 4,87 ( 5 hari), lama rawatan 1
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t-test tidak memenuhi syarat
menggunakan uji Mann Whitney diperoleh nilai p= 0,001 (p<0,05), artinya ada
medis yang diberikan pada penderita, jika penatalaksanaan dengan operasi maka
6.1.2 Proporsi penderita BSK berdasarkan letak batu tertinggi adalah saluran
6.1.3 Proporsi penderita BSK berdasarkan keluhan utama tertinggi adalah lebih
6.1.5 Proporsi penderita BSK berdasarkan gangguan fungsi ginjal tertinggi pada
6.1.9 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin berdasarkan
6.1.10 Tidak ada perbedaan bermakna keluhan utama berdasarkan letak batu
(p=0,326).
85
Universitas Sumatera Utara
86
batu (p=0,621).
kreatinin darah(p=0,287).
darah (p=0,103).
6.1.14 Tidak ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata penderita BSK
6.1.15 Ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata penderita BSK dengan
6.2 Saran
6.2.1 Kepada pasien dengan keluhan nyeri pinggang, BAK sakit/sulit BAK,
BAK berdarah, BAK berbatu, demam, mual dan muntah agar segera
6.2.2 Kepada petugas kesehatan baik dkter maupun perawat RS Santa Elisabeth
penderita BSK dengan banyak minum air putih minimal 2 liter per hari
kembali BSK.
6.2.3 Kepada pihak Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Agar melakukan
pencatatan data ukuran batu, kadar ureum dan kreatinin ginjal penderita
BSK.
6.2.4 Diharapkan kepada Peneliti lain agar melakukan penelitian dengan analitik
Grace, P, A., Borley, N., R., 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi Ketiga.
Erlangga Medical Series (EMS).
Hawariy, S., Rodjani, A., 2013. Pengaruh Kadar Asam Urat terhadap
Kejadian Batu Asam Urat pada Pasien Batu Saluran Kemih. Fakultas
Kedokteran UI.
88
Universitas Sumatera Utara
89
Jameson, J.L, Loscalzo, J., 2013. Harrison Nefrologi dan Gangguan Asam-
Basa. Jakarta : EGC.
Lina N., 2008. Faktor-Faktor Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki-
Laki. Tesis Mahasiswa Pasca Sarjana Epidemiologi UNDIP.
http://eprints.undip.ac.id/18458/1/Nur_Lina.pdf. Di akses pada 22
Maret 2017.
Romero, V., Akpinar, H., Assimos, D, G., 2010. Kidney Stone : A Global
Picture of Prevalence, Insidence, and Associated Risk Factors.
MedReviews.
Scales, C, D., Smith, A, C., Saigal C, S., 2013. Prevalence of Kidney Stones in
The United States. National Institutes Of Health (NIH).
Sja’bani, M, 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Penerbit FK UI,
Jakarta
Sjamsuhidayat, R, Jong, W, d., 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi.
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Stoller, M.L., 2008. Smith’s General Urology 18th Edition: Urinary Stone
Disease. Amerika Serikat: McGraw Hill
Syafrina, I., 2013. Karakteristik Penderita Batu Saluran Kemih (Bsk) Rawat
Inap Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2005-2007. Skripsi FKM
USU, Medan.
Tondok, M.,E.,B., Monoarfa, A., Limpeleh H., 2012. Angka Kejadian Batu
Ginjal Di RSUP Prof. Dr.R.D. Kandou Manado Periode Januari 2010-
Desember 2012. Kandidat Skripsi : FK Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Yasui, T., Iguchi, M., Suzuki, S., Okada, A., Itoh, Y., Tozawa, K., Kohri K.,
2008. Prevalence and epidemiologic characteristics of lower urinary
tract stones in Japan. MedReviews.