Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling
sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan
kebutaan, melainkan juga kematian. Di Negara berkembang, upaya pencegahan dan
deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah
pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5 – 10% anak usia prasekolah dan 10% anak
usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit
menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada
anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining
dan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-
4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak
diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebh sering apabila telah ditemukan
masalah spesifik atau terdapat factor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang
penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di Negara Indonesia masih kurang
di perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui asuhan
keperawatan terhadap pasien dengan retinoblastoma.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimanakah konsep teori retinoblastoma ?
 Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan retinoblastoma ?
C. Tujuan
 Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retinoblastoma serta asuhan
keperawatan yang tepat terhadap penyakit retinoblastoma tersebut.
 Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari penyakit retinoblastoma
b. Mengetahui etiologi dari penyakit retinoblastoma
c. Mengetahi manifestasi klinis dari penyakit retinoblastoma
d. Mengetahui patofisiologi dari penyakit retinoblastoma
e. Mengetahui penatalaksanaan terhadap penyakit retinoblastoma
f. Mengetahui asuhan keperawatan yang tetap pada pasien retinoblastoma

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi Retina

Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis yang
melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina membentang kedepan
hamper sama jauhnya dengan corpus sillier, dan berakhir di tepi ora serrata. Retina
mempunyai tebal 0,1 mm pada kutub posterior. Di tengah-tengah retina posterior.

Fisiologi Retina
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus
berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu
trasdunces yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut dilapisan fotoreseptor mampu
mengubah rangsangan cahaya memjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan,
serta saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan.

B. Defenisi Retinoblastoma
- Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retino embrional
(Mansjoer, 2005).
- Retinoblastoma adalah Tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi sampai 5
tahun ( Sidarta Ilyas, 2002 ).
- Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel
batang) atau sel glia yang bersifat ganas.
- Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak
berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak.

Jadi dari beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa retinoblastoma adalah


penyakit kanker mata (retina) pada anak usia kurang dari 5 tahun.

2
Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada
usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi
unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang
diwariskan melalui kromosom.
Massa tumor diretina dapat tumbuh kedalam vitreus (endofitik) dan tumbuh
menembus keluar (eksofitik). Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan.
Sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan kalsifikasi. Pasien yang selamat
memiliki kemungkinan 50% menurunkan anak dengan retinoblastoma. Pewarisan ke
saudara sebesar 4-7%.
C. Etiologi
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada lengan panjang
kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode protein pRB, yang berfungsi sebagai
supresor pembentukan tumor. pRB adalah nukleoprotein yang terikat pada DNA
(Deoxiribo Nucleid Acid) dan mengontrol siklus sel pada transisi dari fase G1 sampai fase
S. Jadi mengakibatkan perubahan keganasan dari sel retina primitif sebelum diferensiasi
berakhir. Retinoblastoma normal yang terdapat pada semua orang adalah suatu gen
supresor atau anti-onkogen. Individu dengan penyakit yang herediter memiliki satu alel
yang terganggu di setiap sel tubuhnya, apabila alel pasangannya di sel retina yang sedang
tumbuh mengalami mutasi spontan, terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit yang
nonherediter, kedua alel gen Retinoblastoma normal di sel retina yang sedang tumbuh
diinaktifkan oleh mutasi spontan.
D. Patofisiologi
Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak dipakai
umumnya berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi pada lengan panjang
kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat berkembang pada beberapa sel retina dalam
atau luar. Pada intraokular, tumor tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola
pertumbuhan yang akan dipaparkan di bawah ini.

3
Pola pertumbuhan
Retinoblastoma Intraokular dapat menampakkan sejumlah pola pertumbuhan, pada
pola pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai gambaran massa putih sampai coklat
muda yang menembus membran limitan interna. Retinoblastoma Endofitik kadang
berhubungan dengan vitreus seeding. Sel-sel dari Retinoblastoma yang masih dapat hidup
terlepas dalam vitreous dan ruang sub retina dan biasanya dapat menimbulkan perluasan
tumor melalui mata. Vitreous seeding sebagian kecil meluas memberikan gambaran klinis
mirip endopthalmitis,vitreous seeding mungkin juga memasuki bilik mata depan, yang
dapat berkumpul di iris membentuk nodule atau menempati bagian inferior membentuk
Pseudohypopyon
Tumor Eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada ruang subretinal, yang
mengenai pembuluh darah retina dan sering kali terjadi peningkatan diameter pembuluh
darah dengan warna lebih pekat. Retinoblastoma eksofitik, berasal dari lapisan luar retina
dan meluas ke koroid menyebabkan solid RD, dapat meluas hingga ke sklera.
Retinoblastoma eksofitik ini dapat pula menyebabkan retinal detachment.
Invasi saraf optikus;
Dengan penyebaran tumor sepanjang ruang sub arachnoid ke otak. Sel
Retinoblastoma paling sering keluar dari mata dengan menginvasi saraf optikus dan
meluas kedalam ruang sub arachnoid.
Diffuse infiltration retina

Pola yang ketiga adalah Retinoblastoma yang tumbuh menginfiltrasi luas yang
biasanya unilateral, nonherediter, dan ditemukan pada anak yang berumur lebih dari 5
tahun. Pada tumor dijumpai adanya injeksi conjunctiva, anterior chamber seeding,
pseudohypopyon, gumpalan besar sel vitreous dan tumor yang menginfiltrasi retina,
karena masa tumor yang dijumpai tidak jelas, diagnosis sering dikacaukan dengan keadaan
inflamasi seperti pada uveitis intermediate yang tidak diketahui etiologinya. Glaukoma
sekunder dan Rubeosis Iridis terjadi pada sekitar 50% kasus.

4
Penyebaran metastasis ke kelenjar limfe regional, paru, otak dan tulang.
Sel tumor mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk masuk ke orbita.
Perluasan ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis sebagaimana tumor tumbuh dalam
orbita. Pada bilik mata depan, sel tumor menginvasi trabecular messwork, memberi jalan
masuk ke limphatik conjunctiva. Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan cervical
yang dapat teraba.
Di Amerika Serikat, pada saat diagnosis pasien, jarang dijumpai dengan metastasis
sistemik dan perluasan intrakranial. Tempat metastasis Retinoblastoma yang paling sering
pada anak mengenai tulang kepala, tulang distal, otak, vertebra, kelenjar limphe dan
viscera abdomen.

Tumor mata ini, terbagi atas IV stadium, masing-masing:


1. Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang)
2. Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
3. Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung
nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
4. Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak.
Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi
perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki
kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.
E. Tanda dan Gejala
1. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya warna
iris yang tidak normal.
3. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam bilik
mata depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
4. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
5. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
6. Tajam penglihatan sangat menurun.
7. Nyeri
8. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan
kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah
di atasnya.

5
F. Pathway

Kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel protektif yang


berada dalam pita kromosom 13q14,mutasi atau keturunan

Tidak terdapat gen penekan tumor

RETINOBLASTOMA

Macula Gangguan Persepsi


Sensori Penglihatan
Strabismus Glaukoma

Leukokoria Kebutaan Tumor


bermetastase
ke otak,skelera,
Peradangan vitreus Gangguan Harga Diri
jaringan orbita,
menyerupai endoftalmitis
sinus paranasal
& sumsum
NYERI tulang melalui
pembulu darah
Terdapat neovaskularisasi &
perdarahan
Fundus
terlihat
Kurang perawatan bercak
kuning
mengkilat &
Perubahan status kesehatan menonjol ke
badan kaca

Ansietas Perubahan Status Resiko Cedera


Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan

6
G. Manifestasi Klinis
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar
akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous
seeding) yang menyerupai endoftalmitis.
Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata , akan menyebabkan
glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor
ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak,
melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat
menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna
iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan
submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.

H. Klasifikasi
1. Golongan I
 Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
 Terdapat pada atau dibelakang ekuator
 Prognosis sangat baik
2. Golongan II
 Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
 Prognosis baik
3. Golongan III
 Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
 Prognosis meragukan
4. Golongan IV
 Tumor multiple sampai ora serata
 Prognisis tidak baik
5. Golongan V
 Setengah retina terkena benih di badan kaca
 Prognosis buruk

7
I. Diagnosis Banding
Fibroplasia retrolental, displasia retina , endoftalmitis nematoda, katarak, dan ablasi
retina.
J. Prognosis
Tumor mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini dan intraokuler.
Prognosis sangat buruk bila sudah tersebar ekstra ocular pada saat pemeriksaan
pertama. Tumor dapat masuk ke dalam otak melalui saraf optik yang terkena infiltrasi sel
tumor.
K. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan
metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
L. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan dari retinoblastoma telah berubah secara dramatis sejak
beberapatahun belakangan sehubungan dengan evolusi dari kemajuan teknik operasi.
Tujuan dari terapi adalah diutamakan untuk menyelamatkan hidup pasien dan juga mata
pasien.
Tumor intraocular
A. Dini : besar tumor < 4 disc diameter dan tebal < 2,5 mm tergantung lokasi tumor dapat
dilakukan tindakan fotoagulasi dan atau krioterapi.
B. Untuk tumor lanjut intraokular yang belum terjadi vitreous seeding, bola mata
dipertahankan tanpa dilakukan enukleasi dengan cara kemoreduksi pemberian
kemoterapi kombinasi Carboplatin etoposide dan vitreuos sebanyak 2 siklus
untuk mengecilkan massa tumor dilanjutkan fokal terapi dengan fotokoagulasi atau
terapikrio.
Lanjut : stadium 4 dan 5 intraokular dan tajam penglihatan nol dilakukan tindakan bedah
pengangkatan bola mata (enukleasi). Pengobatan selanjutnya tergantung dari pemeriksaan
patologi anatomi. Bila hasil pemeriksaan patologi anatomi pada RB unilateral
menunjukkan tumor telah menembus sklera atau infiltrasi difus kekoroid atau korpus;
pengobatan dilanjutkan dengan kemoterapi. Khusus untuk kasus dengan infiltrasi
N.optikus post laminar pengobatan dilanjutkan dengan radioterapi dan kemoterapi. Harus
diingat bahwa pemberian radioterapi pada anak < 2 tahun tidak dianjurkan.Untuk tumor
bilateral tindakan pengobatan sesuai dengan masing-masing stadium tumor. Bila hasil PA

8
menunjukkan perluasan ekstratraokular pengobatan dilanjutkan dengan kemoterapi dengan
atau tanpa radioterapi.
Tumor ekstraokular
Klinis dengan protopsis :
A. Bila secara radiologi pada RB unilateral tidak ditemukan destruksi tulang
orbita,perluasan intrakranial dalam (-), metastasis jauh ( BMP / LP ) ( -) ; dilakukan
tindakan bedah mengangkat seluruh isi rongga mata (eksenterasi orbita), dilanjutkan
dengan radioterapi ( usia > 2 tahun ) dan kemoterapi.
B. Bila secara radiologis pada RB unilateral ditemukan destruksi dinding orbita, a t a u
metastase intrakranial dengan atau tanpa metastase jauh, tidak perlu dilakukan tindakan
bedah dan diberikan : radioterapi ( usia > 2 tahun ) dan kemoterapic. Tumor disertai
pembesaran kelenjar regional, penderita diberikan pengobatan: radiasi ( >2 tahun )
pada orbita dan kelenjar limfe yang membesar dilanjutkan dengan kemoterapid. Tumor
dengan metastasis jauh pada stadium lanjut ini gambaran kliniknya dapat sangat
bervariasi pada masing-masing penderita, oleh karenanya pengobatan berdasarkan
penilaian secara tersendiri kasus demi kasus ialah kemoterapi dan radioterapi dapat
dipertimbangkan kemudian.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1) Biodata
Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis. Identitas
orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan, pekerjaan/sumber
penghasilan, agama, dan alamat. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis
kelamin, hubungan dengan klien, dan status kesehatan.
2) Keluhan utama
Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang nafsu makan,
gelisah, cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi infeksi pada luka post op, serta
perawatan dan pengobatan lanjutan dari tindakan operasi.
3) Pengkajian yang penting untuk retinoblastoma
Sejak kapan sakit mata dirasakan. Penting untuk mengetahui perkembangan
penyakitnya, dan sejauhmana perhatian klien dan keluarganya terhadap masalah yang
dialami. Retinoblastoma mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini.
4) Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun bola mata.
Trauma sebelumnya dapat juga memberikan kelainan pada mata tersebut sebelum
meminta pertolongan.
5) Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya. Retinoblastoma
bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom, protein yang selamat
memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.
6) Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya. Retinoblastoma dapat
menyebabkan bola mata menjadi besar. Gejala awal yang muncul pada anak bisa
berupa bintik putih pada mata tepatnya pada retina, terjadi pembesaran, mata merah
dan besar.
7) Apakah ada keluhan lain yang menyertai
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering diberikan oleh penderita.
Adanya keluhan pada organ lain juga bisa diakibatkan oleh tumor yang bermetastase.
8) Penyakit mata sebelumnya

10
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata sebelumnya akan dapat
menerangkan tambahan gejala-gejala penyakit yang dikeluhkan penderita.
9) Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat pula
memperburuk keadaan klien.
10) Usia penderita
Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia tertentu.
Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di
bawah 5 tahun.
11) Riwayat Psikologi
Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang dialami pasien:
cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya.
12) Mekanisme koping
13) Pemeriksaan Fisik Umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum yang dapat
merupakan penyebab penyakit mata yang sedang diderita.
14) Pemeriksaan Khusus Mata
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata sehingga
dapat merusak semua organ di mata yang menyebabkan tajam penglihatan
sangat menurun.
b. Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat
merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan
menyebabkan mata juling.
c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea, bilik
mata depan, iris, lensa dan pupil. Kaji reaksi pupil terhadap cahaya, ukuran pupil
dan leukokoria (merupakan tanda penting dalam menentukan kelainan
retinoblastoma yang dilakukan melalui pemeriksaan refleks merah mata ). Bola
mata bisa dipertahankan jika terdapat strabismus dibandingkan dengan leukokoria,
tapi harapan hidup 5 tahun masih buruk.
Pada retinoblastoma didapatkan:

11
 Leukokoria, Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
 Hipopion, Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
 Hifema, Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
 Uveitis, Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
d. Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan dan gejala
yang paling sering ditemukan pada penderita dengan retinoblastoma.
e. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil saraf optik, dan
retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan
kaca.
f. Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata
meningkat.
B. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
 Mengeluh nyeri pada mata
 Sulit melihat dengan jelas
 Mengeluh sakit kepala
 Merasa takut
2. Data Objektif
 Mata juling (strabismus)
 Mata merah
 Bola mata besar
 Aktivitas kurang
 Tekanan bola mata meningkat
 Gelisah
 Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)
 Tajam penglihatan menurun
 Sering menangis
 Keluarga sering bertanya
 Ekspresi meringis

12
 Tak akurat mengikuti instruksi
 Keluarga nampak murung
 Keluarga nampak gelisah
 Pertanyaan/pernyataan keluarga salah konsepsi
C. Diagnosa
1. Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi
2. Gangguan persepsi sensori : visual b/d gangguan penerimaan sensori
3. Resiko cedera b/d keterbatasan lapang pandang
4. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik
5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
6. Gangguan harga diri b/d kecacatan bedah
D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri b/d  Melaporkan  Tentukan riwayat  Informasi memberikan
proses kehilangan nyeri nyeri mis : lokasi data dasar untuk
penyakit, nyeri, frekuensi, mengevaluasi kebutuhan
inflamasi durasi dan intensitas keefektivan intervensi.
(skala 0-10).  Ketidaknyamanan
 Evaluasi / sadari rentang luas adalah
terapi tertentu mis : umum (mis : nyeri
pembedahan, radiasi, insisi).
kemoterapi.  Meningkatkan relaksasi
 Berikan tindakan dan membantu
kenyamanan dasar menfokuskan kembali
dan aktivitas hiburan. perhatian.
 Dorong penggunaan  Memungkinkan pasien
keterampilan untuk berpartisipasi
manajemen nyeri (mis secara aktif dan
: teknik relaksasi, meningkatkan rasa
visualisasi) tertawa, control.
music, sentuhan  Nyeri adalah komplikasi
terapeutik. sering dari kanker,
 Kolaborasi : berikan meskipun respon

13
analgesic sesuai individual bebeda.
indikasi
2. Gangguan  Mengenal  Pastikan derajat/tipe  Mempengaruhi harapan
persepsi sensori gangguan kehilangan masa depan pasien dan
: visual b/d sensori dan penglihatan. pilihan intervensi.
gangguan berkompensasi  Dorong  Sementara intervensi dini
penerimaan terhadap mengekspresikan mencegah kebutaan,
sensori perubahan. perasaan tentang pasien menghadapi
 Mengidentifika kehilangan/kemumgki kemungkinan atau
si/ memperbaiki nan kehilangan mengalami kehilangan
potensial penglihatan. penglihatan.
bahaya dalam  Tunjukan pemberian  Mengontrol TIO,
lingkungan. tetes mata, contoh mencegah kehilangan
menghitung tetesan, penglihatan lanjut.
mengikuti jadwal,  Menurunkan bahaya
tidak salah dosis. keamanan sehubungan
 Lakukan tindakan dengan perubahan lapang
untuk membantu pandang/kehilangan
pasien menangni penglihatan dan
keterbatasan akomodasi pupil terhadap
penglihatan , contoh sinar lingkungan.
kurangi kekacauan,  Pengangkatan bola mata,
perbaiki sinar suram dilakukan apabila tumor
dan masalah sudah mencapai seluruh
penglihatan malam. vitreous dan visus nol,
 Kolaborasi : Siapkan dilakukan untuk
intervensi bedah mencegah tumor
sesuai indikasi: bermetastasis lebih jauh.
enuklasi.  Dilakukan apabila tumor
 Pelaksanaan masih intraokuler, untuk
krioterapi, mencegah pertumbuhan
fotokoagulasi laser, tumor akan
atau kombinasi mempertahankan visus.
sitostatik.
3. Resiko cedera  Menyatakan  Batasi aktivitas seperti  Menurunkan stress pada

14
b/d pemahaman menggerakkan kepala area operasi atau
keterbatasan factor yang tiba-tiba, menggaruk menurunkan tekanan
lapang pandang terlibat dalam mata, membungkuk. intraokuler.
kemungkinan  Anjurkan keluarga  Menurunkan resiko
cedera. memberikan mainan memecahkan mainan dan
 Mengubah yang aman (tidak jatuh dari tempat tidur.
lingkungan pecah), dan  Memfokuskan lapang
sesuai indikasi pertahankan pagar pandang dan mencegah
untuk tempat tidur. cedera pada saat
meningkatkan  Arahkan semua alat berusaha untuk
keamanan mainan yang menjangkau mainan.
dibutuhkan klien pada  Digunakan untuk
tempat. mengatasi
 Pemberian analgesik, ketidaknyamanan,
misalnya: meningkatkan
acetaminophen istirahat/mencegah
(tyenol), empirin gelisah.
dengan kodein.
4. Perubahan  Mendemostrasi  Pantau masukan  Mengidentifikasi
status nutrisi kan berat badan makanan setiap hari. kekuatan/defisiensi
kurang dari stabil.  Ukur tinggi, berat nutrisi.
kebutuhan  Bebas tanda badan dan ketebalan  Membantu dalam
tubuh b/d status malnutrisi lipatan kulit trisep. identifikasi malnutrisi
hipermetabolik  Dorong pasien untuk protein-kalori, khususnya
makan diet tinggi bila berat badan dan
kalori kaya nutrient, pengukuran
dengan masukan antropometrik.
cairan adekuat.  Kebutuhan jaringan
 Identifikasi pasien metabolic ditingkatkan
yang mengalami begitu juga cairan.
mual/muntah yang  Mual muntah psikogenik
diantisipasi. terjadi sebelum
 Dorang komunikasi kemoterapi mulai secara
terbuka mengenai umum tidak berespon
masalah anoreksia terhadap obat antiemetic.
 Sering sebagai sumber

15
distress emosi,
khususnya untuk orang
terdekat yang
menginginkan untuk
memberi makan pasien
dengan sering. Bila
pasien menolak, orang
terdekat dapat merasakan
ditolak/frustasi
5. Ansietas b/d  Ansietas  Kaji tingkat ansietas,  Mempengaruhi persepsi
perubahan menurun derajat pengalaman pasien terhadap ancaman
status kesehatan sampai pada nyeri dan pengetahuan diri, dapat mempengaruhi
tingkat yang kondisi saat ini. upaya medic untuk
dapat diatasi.  Dorong pasien untuk mengontrol TIO.
 Menggunakan mengakui masalah  Memberikan kesempatan
sumber secara dan mengekspresikan pasien untuk menerima
efektif perasaan. situasi nyata.
 Berikan informasi  Menurunkan ansietas
yang akurat dan jujur. sehubungan dengan
ketidaktahuan/harapan
yang akan datang
6. Gangguan  Mengungkapak  Dikskusikan dengan  Membantu memastikan
harga diri b/d an pemahaman pasien/orang masalah untuk memulai
kecacatan mekanisme terdekat/orang tua proses pemecahan
bedah koping untuk bagaimana diagnosis masalah.
menghadapi dan pengobatan yang  Membantu
masalah secara mempengaruhi merencanakan perawatan
efektif kehidupan pribadi saat di Rumah Sakit serta
pasien/rumah dan setelah pulang.
akivitas bermain.  Meskipun beberapa
 Evaluasi struktur yang pasien beradaptasi diri
ada dan digunakan dengan efek kanker atau
oleh pasien/orang efek samping
terdekat. terapi;banyak
 Berikan dukungan memerlukan dukungan

16
emosi untuk tambahan selama periode
pasien/orang terdekat ini.
selama tes diagnostic  Pastikan individualitas
dan fase pengobatan. dan penerimaan penting
 Gunakan sentuhan dalam menurunkan
selam interaksi. Bila perasaan pasien tentang
dapat diterima pada ketidakamanan dan
pasien dan keraguan diri
mempertahankan
kontak mata

17
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan & Saran


Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut
sel batang) atau sel gila yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang
ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian
besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan
perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak mengalami
komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan edukasi tentang gejala
dini retinoblastoma agar dapat segera diobati.

18
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, E., et. al., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC,
Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media
Aekulapius. FK-UI, Jakarta.
Oswari hanifah, dkk. 123 Penyakit dengan Gangguan Pada Anak. 2009. BIP : Jakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985.
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian ilmu kesehatan anak fakultas
kedokteran Universitas Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai