0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
176 tayangan13 halaman
Makalah ini membahas pengkajian bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural pasien HIV/AIDS, pemeriksaan fisik dan diagnostik, tanda dan gejala, serta penatalaksanaannya. Pemeriksaan fisik mencakup suhu, berat badan, dan pemeriksaan organ tubuh dan kulit. Tanda dan gejala meliputi gejala mayor seperti penurunan berat badan signifikan dan gangguan neurologis, serta gejala minor seperti batuk kronis dan
Makalah ini membahas pengkajian bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural pasien HIV/AIDS, pemeriksaan fisik dan diagnostik, tanda dan gejala, serta penatalaksanaannya. Pemeriksaan fisik mencakup suhu, berat badan, dan pemeriksaan organ tubuh dan kulit. Tanda dan gejala meliputi gejala mayor seperti penurunan berat badan signifikan dan gangguan neurologis, serta gejala minor seperti batuk kronis dan
Makalah ini membahas pengkajian bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural pasien HIV/AIDS, pemeriksaan fisik dan diagnostik, tanda dan gejala, serta penatalaksanaannya. Pemeriksaan fisik mencakup suhu, berat badan, dan pemeriksaan organ tubuh dan kulit. Tanda dan gejala meliputi gejala mayor seperti penurunan berat badan signifikan dan gangguan neurologis, serta gejala minor seperti batuk kronis dan
KULTURAL, PEMERIKSAAN FISIK DAN DIAGNOSTIK , TANDA DAN GEJALA, PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN HIV/AIDS Nama Kelompok : Hanifah Anggraeni (P1337420619098) Amelia Sabili (P1337420619108) Septiana Gayuh (P1337420619113) Siti Aminah D W (P1337420619115) Dewi Rohmana (P1337420619116) Basuki (P1337420619119) A. PENGKAJIAN 1. Biologis a. Respons Biologis (Imunitas) Secara imunologis, sel T yang terdiri dari limfosit T-helper, disebut limfosit CD4+ akan mengalami perubahan baik secara kuantitas maupun kualitas. HIV menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi sel T (toxic HIV). Secara tidak langsung, lapisan luar protein HIV yang disebut sampul gp 120 dan anti p24 berinteraksi dengan CD4+ yang kemudian menghambat aktivasi sel yang mempresentasikan antigen (APC). 2. Psikologis a. Reaksi Psikologis Pasien HIV Reaksi Proses psikologis hal-hal yang biasa di jumpai : ■ Shock (kaget, goncangan batin) merasa bersalah, marah,tidak berdaya, rasa takut, hilang akal, frustrasi, rasa sedih, susah, acting out ■ Mengucilkan diri, merasa cacat dan tidak berguna, menutup diri, khawatir menginfeksi orang lain, murung. ■ Membuka status secara terbatas, ingin tahu reaksi orang lain, pengalihan stres, ingin di cintai penolakan, stres, konfrontasi. ■ Mencari orang lain yang HIV positif berbagi rasa, pengenalan, kepercayaan, penguatan, dukungan sosial, ketergantungan, campur tangan, tidak percaya pada pemegang rahasia dirinya. ■ Status khusus perubahan keter asingan menjadi manfaat khusus, perbedaan menjadi hal yang istimewa, dibutuhkan oleh yang lainnya, ketergantungan, dikotomi kita dan mereka (sema orang dilihat sebagai terinfeksi HIV dan direspon seperti itu), over identification. ■ Perilaku mementingkan orang lain, komitmen dan kesatuan kelompok, kepuasan memberi dan berbagi, perasaan sebagi kelompok Pemadaman, reaksi dan kompensasi yang berlebihan. ■ Penerimaan integrasi status positif HIV dengan identitas diri, keseimbangan antara kepentingan orang lain dengan diri sendiri, bisa menyebutkan kondisi seseorang, apatis, sulit berubah. 3. Sosial Interaksi social – Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, misalnya kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana. – Tanda : perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat aktivitas yang tak terorganisasi. 4. Spiritual a. Respons Adaptif Spiritual Respons adaptif spiritual dikembangkan dari konsep Ronaldson (2000) dan Kauman & Nipan (2003). Respons adaptif spiritual, meliputi: ■ Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan ■ Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang bijak mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh diri”. Perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan, misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat. ■ Pandai mengambil hikmah ■ Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya. Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus menerus. Sehingga pasien diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit. ■ Ketabahan hati ■ Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam menghadapi cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah dalam menghadapi setiap cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai keteguhan hati dalam menentukan kehidupannya. Ketabahan hati sangat dianjurkan kepada PHIV. Perawat dapat menguatkan diri pasien dengan memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau pendapat orang bijak; bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatNYA, melebihi kemampuannya (Al. Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang diberikan pasti mengandung hikmah, yang sangat penting dalam kehidupannya. 5. Kultural ■ Faktor budaya berkaitan juga dengan fenomena yang muncul dewasa ini dimana banyak ibu rumah tangga yang “baik-baik” tertular virus HIV /AIDS dari suaminya yang sering melakukan hubungan seksual selain dengan istrinya. Hal ini disebabkan oleh budaya permisif yang sangat berat dan perempuan tidak berdaya serta tidak mempunyai bargaining position (posisi rebut tawar) terhadap suaminya serta sebagian besar perempuan tidak memiliki pengetahuan akan bahaya yang mengancamnya. ■ Kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah HIV /AIDS Selama ini adalah melaksanakan bimbingan sosial pencegahan HIV /AIDS, pemberian konseling dan pelayanan sosial bagi penderita HIV /AIDS yang tidak mampu. Selain itu adanya pemberian pelayanan kesehatan sebagai langkah antisipatif agar kematian dapat dihindari, harapan hidup dapat ditingkatkan dan penderita HIV /AIDS dapat berperan sosial dengan baik dalam kehidupannya. Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik, Tanda dan Gejala Pemeriksaan fisik
Suhu Berat Mata Mulut
Kelenjar getah Ginekologi
Perut Kulit bening terinfeksi. Tanda dan gejala
Gejala mayor
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis Demensia/ HIV ensefalopati Tanda dan gejala
Gejala minor
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Dermatitis generalisata Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang Kandidias orofaringeal Herpes simpleks kronis progresif Limfadenopati generalisata Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita Retinitis virus Sitomegalo Penatalaksanaan Pasien Dengan HIV/AIDS 1. Aspek Medis meliputi : Pengobatan Suportif. Pencegahan dan pengobatan infeksi Oportunistik. Tuberkulosis Toksoplasmosis CMV Jamur Pengobatan Antiretroviral (ARV) Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat. Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV disebut “HAART” (Highly Active Anti Retroviral therapy). Kombinasi ARV lini pertama pasien naïve (belum pernah pakai ARV sebelumnya) yang dianjurkan : 2NRTI + 1 NNRTI. Penatalaksanaan Pasien Dengan HIV/AIDS
2. Aspek Psikologis, meliputi :
Perawatan personal dan dihargai. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-masalahnya. Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya. Tindak lanjut medis. Mengurangi penghalang untuk pengobatan. Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka Penatalaksanaan Pasien Dengan HIV/AIDS
Aspek Sosial
Dukungan sosial terutama
dalam konteks hubungan Seorang penderita HIV AIDS yang akrab atau kualitas setidaknya membutuhkan hubungan perkawinan dan bentuk dukungan dari keluarga merupakan lingkungan sosialnya sumber dukungan sosial yang paling penting