Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

TIROIDITIS

DOSEN PEMBIMBING : SRI YULIANTI, S.Kep.,Ns M.Kep

KELOMPOK 2

I GUSTI AGUNG GIRI UTAMI : 201801106


RAHMA : 201801126
SINTA : 201801135
KHAIRIL ANWAR : 201801110

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA NUSANTARA PALU

2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Kami


panjatkan atas terselesaikannya makalah ini dengan judul (TIORIDITIS) sebagai
bahan ajar yang diberikan oleh dosen kepada Kami.

Dengan terselesaikannya makalah ini kami berharap semoga makalah ini


dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Makalah ini tidaklah luput dari kekurangan, oleh karena itu kami
memohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan kami harapkan saran dan
kritik untuk perbaikan makalah ini.

Demikian dari saya, atas perhatian kritik dan saran kami ucapkan terima
kasih.

Palu, Oktober 2020

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................
Daftar isi..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
B. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi....................................................................................
B. Konsep Medis..........................................................................................
1. Definis...............................................................................................
2. Aspek Epidiomologi..........................................................................
3. Etiologi.............................................................................................
4. Patofisiologi......................................................................................
5. Pathway.............................................................................................
6. Manefestasi Klinis…………………………………………………..
7. Klafikasi…………………………………………………………......
8. Pencegahan…………………………………………………………..
9. Penatalaksanaan…………………………………………………….
10. Komplikasi.......................................................................................
C. Terapi Komplementer.............................................................................
D. Pencegahan Primer,Sekunder dan Tersier...............................................
E. Proses Keperawatan Secara Teori...........................................................
1. Pengkajian.........................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................
3. Intervensi dan Rasional.....................................................................
F. Telah Evidence Based Pranctive (EBP)..................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................
B. Saran..................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar Belakang Kelenjar tiroid termasuk salah satu kelenjar endokrin
terbesar pada tubuh manusia, terletak tepat dibawah laring dan berada
disebelah depan dari trakea. Kelenjar ini menghasilkan dua hormon utama
yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), hormon tersebut berperan
dalam mengatur metabolisme tubuh. 1 Pembentukan hormon tiroid diatur
oleh Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis
anterior. 2 Kelainan tiroid merupakan suatu kondisi dimana seseorang
mengalami perubahan fungsi maupun perubahan bentuk estetik dari
kelenjar tiroid.
Perubahan fungsi dari kelenjar tiroid dapat berupa hipotiroidisme atau
hipertiroidisme. Sebagian besar dari kelainan tiroid merupakan
pembesaran kelenjar yang dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu
pembesaran dalam bentuk difus (pembesaran kelenjar yang merata) atau
bentuk nodul (pembesaran kelenjar berupa benjolan).2 Kelainan pada
kelenjar tiroid dapat berupa pembesaran kelenjar yang bersifat jinak
maupun ganas.
Untuk kasus yang jinak seperti pada nodul koloid, tiroiditis Hashimoto,
kista hemoragik, adenoma folikulare dan tiroiditis subakut. Sedangkan
yang ganas yaitu pada karsinoma papilare, karsinoma folikulare,
karsinoma anaplastik, karsinoma medulare, atau metastasis. 3 Kelainan
pada kelenjar tiroid merupakan kelainan endokrin terbanyak kedua di
dunia setelah penyakit diabetes.
Di dunia dilaporkan sekitar 300 juta orang menderita kelainan tiroid. 4
Di Amerika Serikat dari 275 juta penduduk diperkirakan sekitar 20 juta
orang mengalami berbagai kelainan tiroid dan paling banyak pada
perempuan.5 Negara dengan kelainan tiroid paling banyak di dunia berada
di India, dengan 42 juta orang menderita kelainan tiroid.4 Data dari
Surveillance Epidemiology and End Results Program (SEER) kasus
keganasan tiroid pada tahun 2015 sebanyak 14,6 per 100.000 pria dan
wanita per tahun. Dengan angka kematian akibat keganasan tiroid adalah
0,5 per 100.000 pria dan wanita per tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi tiroiditis?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi tiroiditis?
3. Bagaimana aspek epidemiologi tiroiditis?
4. Apa saja penyebab atau etiologi tiroiditis?
5. Bagaimana patofisiologi tiroiditis?
6. Bagaimana pathway tiroiditis?
7. Bagaimana manifestasi klinis tiroiditis?
8. Bagaimana klasifikasi tiroiditis?
9. Bagaimana cara pencegahan tiroiditis?
10. Bagaimana penatalaksanaan tiroiditis?
11. Apa saja komplikasi tiroiditis?
12. Bagaimana pengkajian tiroiditis?
13. Bagaimana diagnosa keperawatan tiroiditis?
14. Bagaimana intervensi dan rasional tiroiditis?
15. Apa saja komplikasi tiroiditis?
16. Bagaimana hasil penelitian dalam keperawatan medis dalam
keadaan darurat

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi tiroiditis?
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi tiroiditis?
3. Untuk mengetahui aspek epidemiologi tiroiditis?
4. Untuk mengetahui apa saja penyebab atau etiologi tiroiditis?
5. Untuk mengetahui patofisiologi tiroiditis?
6. Untuk mengetahui pathway tiroiditis?
7. Untuk mengetahui manifestasi klinis tiroiditis?
8. Untuk mengetahui klasifikasi tiroiditis?
9. Untuk mengetahui cara pencegahan tiroiditis?
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan tiroiditis?
11. Untuk mengetahuiapa saja komplikasi tiroiditis?
12. Untuk mengetahui pengkajian tiroiditis?
13. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan tiroiditis?
14. Untuk mengetahui intervensi dan rasional tiroiditis?
15. Untuk mengetahuiapa saja komplikasi tiroiditis?
16. Untuk mengetahui hasil penelitian dalam keperawatan medis
dalam keadaan darurat
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah


kartilago, di samping kiri dan kanan trakea. Pada orang dewasa beratnya
18 gram. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus kiri dan kanan yang dipisahkan
oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ukuran 2 cm,
lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm.
Kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior
dan arteri tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior merupakan
percabangan dari arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior
merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar tiroid
mendapat suplai darah yang lebih besar daripada lobus kiri.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4, dan
sedikit Tirokalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel
sedangkan tirokalsitonin dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar
pembentukan hormon-hormon ini adalah yodium yang diperoleh dari
makanan dan minuman. Yodium yang dikonsumsi akan diubah menjadi
ion yodium yang masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan
ATP sebagai energi.

Fungsi hormon-hormon tiroid adalah sebagai berikut :


a. Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya
meningkatkan metabolisme karena peningkatan konsumsi oksigen
dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-
paru dan testis. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi
namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat
dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat
dibandingkan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat
diubah menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar.
b. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya
pertumbuhan saraf dan tulang.
c. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin.
d. Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah
kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.
e. Merangsang pembentukan sel darah merah.
f. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi
tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolism.
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid, yang secara
lambat mengalami pembesaran pada kelenjar tiroid. Istilah umum
ini digunakan pada kelainan-kelainan yang ditandai jelas dengan
infiltrasi leukosit, fibrosis, atau kedua-duanya dalam kelenjar
tiroid.Tiroiditis (inflamasi kelenjar tiroid) ada dalam tiga kondisi
dasar : supuratif akut, tiroiditis subakut (granulomatosa [tiroiditis
sakit] atau limpositik [tanpa gejala atau tiroiditis tanpa sakit]), atau
tiroiditis kronis (penyakit Hashimoto)
Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid yang ditandai
dengan pembesaran dan disfungsi kelenjar tiroid (Dr. H.M.
Sjalfoellah Noer, 1996).

2. ASPEK EPIDIMIOLOGI
TiroiditisHashimoto merupakan penyebab tersering kejadian
hipotiroidisme di Amerika Utara.Insiden puncak dari TH terjadi
pada decade ketiga sampai kelima dari kehidupan.Resiko kejadian
antara wanita dan pria dari tiroiditshashimoto iniadalah 10-15 : 1
dan mengenai kurang lebih 2% populasi dari seluruh wanita. Umur
rata-rata didiagnosis TH adalah 60 tahun dan prevalensi dari
hipotiroidisme yang jelas meningkat sesuai dengan umur.

3. ETIOLOGI
a. Infiltrasi (perusakan) limfosit dan sel-sel plasma.
b. Gangguan autoimunitas.
c. Gangguan produksi T3 & T4 serum.
d. Gangguan TSH
e. Infeksi virus (campak, koksakie, dan adenovirus)
f. Infeksi bakteri (stafilokokuis, pneumokokus).
g. Defisiensi yodium.
4. PATOFISIOLOGI TIROIDITIS
1. TIROIDITIS SUBAKUT
Pada fase awal, kadar T4 serum meningkat dan penderita
mungkin mempunyai gejala tirotoksikosis, tetapi ambilan
yodium radioaktif jelas tersupresi.. T3 dan T4 meningkat,
sementara TSH serum dan ambilan iodine radioaktif tiroid
sangat rendah. Laju endap darah sangat meningkat, kadang-
kadang sampai setinggi 100 mm/jam pada skala Westergen.
Autoantibodi tiroid biasanya tidak ditemukan di serum.
Bersamaan dengan perjalanan penyakit, T3 dan T4 akan
menurun. TSH akan naik dan didapatkan gejala- gejala
hipotiroidisme. Lebih lanjut, ambilan iodine radioaktif akan
meningkat, mencerminkan adanya penyembuhan kelenjar dan
serangan akut.
Tiroiditis subakut biasanya sembuh spontan setelah beberapa
minggu atau bulan, kadang-kadang penyakit ini dapat mulai
menyembuh dan tiba-tiba memburuk. Kadang-kadang
menyangkut pertama-tama satu lobus kelenjar tiroid, baru
kemudian lobus satunya. Eksaserbasi sering terjadi ketika kadar
T4 telah turun, TSH telah meningkat dan kelenjar mulai
berfungsi kembali.
2. TIROIDITIS KRONIK (Tiroiditis Hashimoto, Tiroiditis
Limfositik)
Limfosit disensitasi terhadap antigen dan autoantibody
tiroid terbentuk, yang bereaksi dengan antigen-antigen. Tiga
autoantibodi tiroid terpenting adalah antibody tiroglobulin (Ab
Tg), antibodi tiroid peroksidase (Ab TPD), dahulu disebut
antibodi mikrosomal, dan TSH reseptor blocking antibody
(TSH-R Ab [blok]). Selama fase awal, Ab Tg meningkat
sedikit, kemudian Ab Tg akan menghilang, tapi Ab TPD akan
menetap untuk bertahun-tahun. Destruksi kelenjar berakibat
turunnya kadar T3 dan T4 serum, dan naiknya TSH. Mula-
mula TSH bisa mempertahankan sintesis hormone yang
adekuat dengan terjadinya pembesaran tiroid atau goiter, tetapi
dalam banyak kasus kelenjar gagal dan terjadilah
hipotiroidisme dengan atau tanpa goiter.

5. PATHWAY
Bakteri Virus Penyakit
Autoimun

Penurunan
Produksi T3 dan
T4

Penurunan PH Serum

Laju endap darah


meningkat

Peradangan Teroid

Ketidakseimbangan
Nutrisi
Kerusakan
Nyeri
Menelan
6. MANIFISTASI KLINIK
Manifestasi tiroiditis akut terjadi onset yang mendadak pada
unilateral leher bagian depan dengan kemungkinan menjalar ke
telinga dan mandibula sebagai efek samping. Terjadi demam,
diaforesis, dan manifestasi lain akibat toksisitas bakteri mungkin
bisa muncul.
Tiroiditis granulomatosa subakut biasanya menunjukkan rasa
sakit, sedangkan tiroiditis limfositik subakut tidak menunjukkan
rasa sakit. Pengkajian data klinis termasuk karakteristik anterior
leher, sakit leher unilateral tiba-tiba, terjadi setelah infeksi saluran
napas atau infeksi virus. Manifestasi klinis akibat virus seperti
mialgia, demam ringan, lesu, sakit tenggorokan, mungkin bisa
terjadi. Sekitar 50% penderita akan mengalami tirotoksikosis.
Tiroiditis limfositosik subakut ditandai dengan kejadian
hipertiroidisme yang jarang, dan goiter tanpa rasa sakit. Goiter
terlihat tegas, tersebar, dan pembesaran ringan.
Manifestasi tiroiditis kronis adalah tidak nyeri, pembesaran
tidak simetris kelenjar, yang menyebabkan pendesakan struktur
sekitar, sehingga dapat berakibat disfagia dan tekanan respirasi.
a. Tiroiditis akut
1) Nyeri dan pembengkakan leher anterior, demam, disfagia
dan disfonia
2) Faringitis atau nyeri faring sering timbul
3) Nyeri tekan tiroid
b. Tiroiditis subakut
1) Tiroid membesar secara simetris dan kadang terasa sangat
nyeri
2) Kulit yang ada di atas tiroid sering tampak kemerahan dan
teraba hangat
3) Menelan mungkin akan menjadi sulit dan tidak nyaman
4) Peka rangsang, gelisah, insomnia, dan penurunan berat
badan, yang merupakan manifestasi dari hipertiroiditisme
5) Umum terjadi mungkin mengalami demam menggigil
(Baughman, Diance C dan JoAnn C. Hackley. 2000).

7. KLASIFIKASI
1. Tiroiditis Akut Merupakan penyakit yang dikarenakan infeksi
bakteri tertentu dan sebagai akibat radang mulut, tonsil, atau
lymphonodi cervicales.
2. Tiroiditis Subakut Merupakan kelainan inflamasi akut kelenjar
tiroid yang kemungkinan besar disebabkan infeksi virus.
3. Tiroiditis Kronik Merupakan penyebab utama goiter pada
anak-anak dan dewasa muda dan kemungkinan penyebab
utama “miksedema idiopatik” yang merupakan stadium akhir
tiroiditis hashimoto dengan destruksi total kelenjar.

8. PENCEGAHAN
Ada beberapahal yang bias dilakukan untuk mencegah gangguan
tiroid yaitu sebagai berikut :
a. Cek riwayat kesehatan keluarga. Kelenjartiroid.Bisa juga
terjadi akibat keturunan.
b. Cukupi kebutuhan yodium. Yodium tidak hanya diperoleh dari
garam peryodium, tapi juga banyak terdapat dalam susu dan
rumput laut.
c. Hindari stress. Stress melemahkan imunitas tubuh yang dapat
memicu timbulnya gangguan tiroid.
d. Lakukan tes pemeriksaan hormon TSH

9. PENATALAKSANAAN
1. Troiditis akut
a. Preparat, antimicrobial dan penggantian cairan.
b. Insisi bedah dan drainase bila terdapat abses.
2. Tiroiditis subakut
a. Kontrol inflamasi
b. Preparat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) untuk
menghilangkan nyeri leher.
c. Preparat penyekat-beta untuk mengontrol gejala hipertiroidisme
d. Kortikosteroid oral untuk menghilangkan nyeri dan
mengurangi pembengkakan; biasanya tidak
mempengaruhi penyebab yang mendasari.
(Baughman, Diance C dan JoAnn C. Hackley.
2000)

10. KOMPLIKASI
Komplikasi utama Tiroiditis Hashimoto adalah Hipertiroidisme
Progresif. Bila masa tiroid membesar, sementara menerima dosis
tirokdsin maksimal yang dapat ditoleransi maka dapat dicurigai
sebagai kanker tiroid, dan karena hipotiroidisme dapat
menimbulkan miksedema.

B. TERAPI KOMPLEMENTER
Hasil penelitian terapi komplementer yangdilakukan belum banyak dan
tidak dijelaskandilakukan oleh perawat atau bukan. Beberapa yangberhasil
dibuktikan secara ilmiah misalnya terapisentuhan untuk meningkatkan
relaksasi,menurunkan nyeri, mengurangi kecemasan,mempercepat
penyembuhan luka, dan memberikontribusi positif pada perubahan
psikoimunologik(Hitchcock et al., 1999).
Terapi pijat (massage)pada bayi yang lahir kurang bulan
dapatmeningkatkan berat badan, memperpendek hari rawat, dan
meningkatkan respons. Sedangkanterapi pijat pada anak autis
meningkatkan perhatiandan belajar. Terapi pijat juga dapat
meningkatkanpola makan, meningkatkan citra tubuh, danmenurunkan
kecemasan pada anak susah makan(Stanhope, 2004). Terapi kiropraksi
terbukti dapatmenurunkan nyeri haid dan level plasmaprostaglandin
selama haid (Fontaine, 2005).
Hasil lainnya yang dilaporkan misalnyapenggunaan aromaterapi. Salah
satu aromaterapiberupa penggunaan minyak esensial berkhasiatuntuk
mengatasi infeksi bakteri dan jamur (Buckle,2003). Minyak lemon thyme
mampu membunuhbakteri streptokokus, stafilokokus dan
tuberkulosis(Smith et al., 2004). Tanaman lavender dapatmengontrol
minyak kulit, sedangkan teh dapatmembersihkan jerawat dan
membatasikekambuhan (Key, 2008).
Dr. Carl menemukanbahwa penderita kanker lebih cepat sembuh
danberkurang rasa nyerinya dengan meditasi danimagery (Smith et al.,
2004). Hasil riset jugamenunjukkan hipnoterapi meningkatkan
suplaioksigen, perubahan vaskular dan termal,mempengaruhi aktivitas
gastrointestinal, danmengurangi kecemasan (Fontaine, 2005).

C. PENCEGAHAN PRIMER,SEKUNDER DAN TERSIER

D. PROSES KEPERAWATAN SECARA TEORI


ASUHAN KEPERAWATAN TIROIDITIS
A. PENGKAJIAN
Informasi yang perlu diperoleh dari klien dan keluarga yaitu :
1. Keluhan Utama
a) Apakah merasa sakit pada tenggorokan ?
b) Apakah sulit untuk menelan ?

2. Data Obyektif
a) Demam
b) Tiroid membesar
c) Gelisah
d) Insomnia
e) Penurunan berat badan
f) Disfagia
3. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi - melihat, apakah ada pembesaran tiroid pada leher
pasien.
b) Palpasi - leher pasien (kenyal atau keras)
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium untuk Tiroiditis Subakut
1. Pada mulanya, T3 dan T4 meningkat, bersamaan dengan
perjalanan penyakit, T3 dan T4 akan menurun.
2. Sementara TSH serum dan ambilan iodine radioaktif tiroid
sangat rendah. Bersamaan perjalanan penyakit TSH akan
naik dan didapatkan gejala-gejala hipotiroidisme.
Lebih lanjut, ambilan iodine radioaktif akan meningkat,
mencerminkan adanya penyembuhan dan serangan akut.
3. Laju endap darah sangat meningkat, kadang-kadang sampai
setinggi 100 mg/jam pada skala Westergren.
4. Autoantibody tiroid biasanya tidak ditemukan di serum.
b) Pemeriksaan Laboratorium untuk Tiroiditis Kronik
(Hashimoto)
1. Terdapat kelainan multiple pada metabolisme iodine.
Aktivitas peroksida menurun sehingga organifikasi iodine
terganggu.
2. Iodinasi material protein yang metabolic tidak aktif terjadi,
sehingga terdapat PBI serum yang tinggi tidak sebanding
dengan T4 serum.
3. Ambilan radio iodin bisa tinggi, normal atau rendah.
4. Kadar hormone tiroid sirkulasi biasanya normal atau rendah
dan bila rendah, TSH akan meningkat.
5. Penemuan laboratorium yang paling menonjol adalah titer
yang tinggi dari antibodi antitiroid di serum.
6. Uji serum untuk Ab Tg atau Ab TPO positif kuat pada
kebanyakan penderita tiroiditis hashimoto.
7. Biopsy aspirasi jarum halus.

B. DIAGNOSA
1. Kerusakan menelan berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungna dengam ketidakmampouan pemasukan makanan
3. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan psikososial /
fisik secara kronis.

C. INTERVENSI

N Diagnosa Keperawatn Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


O
1 Kerusakan menelan Status Menelan Terapi Menelan
berhubungan dengan Kriteria hasil : a. Monitor
kerusakan a. Adanya reflek konsistensi
neuromuskuler menelan makanan
Tujuan : Pasien b. Usaha menelan yang
mampu menelan secara normal dibentuk
secara adekuat. Kenyamanan dalam dari latihan
menelan menelan.
b. Monitor
tanda dan
gejala
aspirasi
2 Ketidakseimbangan Status Nutrisi : Terapi Nutrisi :
Nutrisi : kurang dari 1. Pemasukan makan dan 1. Monitor
kebutuhan tubuh cairan masukan
berhubungan dengan a. Pemasukan makanan /
ketidakmampuan makanan melalui cairan dan
pemasukan makanan. oral hitung
Tujuan : Pasien b. Pemasukan cairan masukan
mampu memenuhi melalui oral kalori
kebutuhan nutrisinya c. Pemasukan cairan harian
dengan adekuat. d. Pemasukan total secara
nutrisi secara tepat.
parenteral 2. Anjurkan
2. Status Menelan : Fase pasien
esophagus untuk
a. Nyaman dalam memilih
menelan makanan
b. Tidak tersedak dan lunak
batuk saat menelan
c. Tidak terjadi
muntah pada
malam hari
3 Nyeri Kronik 1. Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan dengan 2. Kontrol Nyeri 1. Kaji nyeri
ketidakmampuan Tujuan : Nyeri terkendali meliputi
psikososial / fisik atau berkuarang lokasi,
secara kronis Kriteria hasil : karakteristi
1. Tingakat Nyeri k, durasi,
a. Melaporkan nyeri frekuensi,
b. Frekuensi nyeri kualitas
c. Ekspresi nyeri nyeri.
2. Kontrol Nyeri 2. Ajarkan
a. Factor penyebab teknik
nyeri relaksasi
b. Penggunaan 3. Berikan
analgetik dengan analghetik
tepat sebagai
c. Gejala nyeri control
nyeri jika
diperlukan
4. Gunakan
pengukuran
control
nyeri
sebelum
nyeri
terjadi.
5. Ajak pasien
untuk
berdiskusi
tentang
pengalaman

E. Telah Evidence Based Paranctive (EBP)


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid, yang secara lambat
mengalami pembesaran pada kelenjar tiroid. Istilah umum ini digunakan
pada kelainan-kelainan yang ditandai jelas dengan infiltrasi leukosit,
fibrosis, atau kedua-duanya dalam kelenjar tiroid.
Tiroiditis (inflamasi kelenjar tiroid) ada dalam tiga kondisi dasar :
supuratif akut, tiroiditis subakut (granulomatosa [tiroiditis sakit] atau
limpositik [tanpa gejala atau tiroiditis tanpa sakit]), atau tiroiditis kronis
(penyakit Hashimoto).
B. SARAN
Tiroiditis adalah penyakit peradangan tenggerokan yang dapat sembuh
maka untuk penderita Tioriditis kami sarankaan agar tetap sabar dan
berusaha untuk pengobatan rutin. Dan berusahasa agar cepat
sembuh.                    

DAFTAR PUSTAKA

Ragg, Mark.1998. Memahami Masalah Tiroid . Jakarta : Arcan

Isselbacher (etal). 2009. Herrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 5


Edisi 13. Jakarta : EGC

LeMone,p.,Burke,k.M,.&Bauldoff,G.
(2015).BukuAjarKeperawatanMedikalBedah.jakarta:EGC

Greenspan, Francis S.2000. Endokrinologi Dasar dan Klinik Edisi 4. Jakarta :


EGC

Aside, Ahmad H.2000. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta : EGC


Dunphy, Englebert, dkk.1985. Pemeriksaan Fisik Bedah. Yogyakarta : Yayasan
Essentia Medika

Anda mungkin juga menyukai