Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH MATAKULIAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


TIROIDITIS
Dosen Sri Yulianti,S.Kep.,Ns.,M.Kep

KELAS 2B KEPERAWATAN
KELOMPOK 2
1. I Wayan Adi Sucipta (201901053)
2. Antika Rahman (201901044)
3. Deslin N Salarupa (201901048)
4. Susanti (201901077)
5. Saiful (201701133)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA dimana atas
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Tiroiditis ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga dengan adanya makalah ini
dapat berguna bagi diri sendiri, bagi yang mendengarkan, dan bagi yang membaca.
Makalah ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan kita.
Walaupun dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
kemampuan yang dimiliki masih kurang berkat kerja keras dan media
pembelajaran yang kami gunakan sangat memadai. Sehingga saya dapat
menyelesaikan dengan tepat waktu serta memberikan hasil yang maksimal.

Palu, 02 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Sampul..........................................................................................
Kata Pengantar.............................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................
BAB I PENDAULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................
A. Anatomi Fisiologi ..........................................................................
1. Anatomi.....................................................................................
2. Fisiologi.....................................................................................
B. Konsep Medis...................................................................................
1. Definisi......................................................................................
2. Aspek Epidemiologi..................................................................
3. Penyebab...................................................................................
4. Patofisiologi..............................................................................
5. Pathway.....................................................................................
6. Manifestasi Klinik.....................................................................
7. Klasifikasi.................................................................................
8. Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier..............................
9. Penatalaksaan............................................................................
10. Komplikasi................................................................................
11. Farmakologi..............................................................................
12. Terapi Komplementer...............................................................
C. Proses Keperawatan.........................................................................
1. Pengkajian.................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................
3. Intervensi Rasional....................................................................
4. Discharge Planning...................................................................
D. Hasil Penelitian Terkait Intervensi Keperawatan.............................
BAB III PENUTUP.....................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar Belakang Kelenjar tiroid termasuk salah satu kelenjar endokrin
terbesar pada tubuh manusia, terletak tepat dibawah laring dan berada disebelah
depan dari trakea. Kelenjar ini menghasilkan dua hormon utama yaitu tiroksin (T4)
dan triiodotironin (T3), hormon tersebut berperan dalam mengatur metabolisme
tubuh. 1 Pembentukan hormon tiroid diatur oleh Thyroid Stimulating Hormone
(TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. 2 Kelainan tiroid merupakan suatu
kondisi dimana seseorang mengalami perubahan fungsi maupun perubahan bentuk
estetik dari kelenjar tiroid.
Perubahan fungsi dari kelenjar tiroid dapat berupa hipotiroidisme atau
hipertiroidisme. Sebagian besar dari kelainan tiroid merupakan pembesaran
kelenjar yang dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu pembesaran dalam
bentuk difus (pembesaran kelenjar yang merata) atau bentuk nodul (pembesaran
kelenjar berupa benjolan).2 Kelainan pada kelenjar tiroid dapat berupa pembesaran
kelenjar yang bersifat jinak maupun ganas.
Untuk kasus yang jinak seperti pada nodul koloid, tiroiditis Hashimoto, kista
hemoragik, adenoma folikulare dan tiroiditis subakut. Sedangkan yang ganas yaitu
pada karsinoma papilare, karsinoma folikulare, karsinoma anaplastik, karsinoma
medulare, atau metastasis. 3 Kelainan pada kelenjar tiroid merupakan kelainan
endokrin terbanyak kedua di dunia setelah penyakit diabetes.
Di dunia dilaporkan sekitar 300 juta orang menderita kelainan tiroid. 4 Di
Amerika Serikat dari 275 juta penduduk diperkirakan sekitar 20 juta orang
mengalami berbagai kelainan tiroid dan paling banyak pada perempuan.5 Negara
dengan kelainan tiroid paling banyak di dunia berada di India, dengan 42 juta
orang menderita kelainan tiroid.4 Data dari Surveillance Epidemiology and End
Results Program (SEER) kasus keganasan tiroid pada tahun 2015 sebanyak 14,6
per 100.000 pria dan wanita per tahun. Dengan angka kematian akibat keganasan
tiroid adalah 0,5 per 100.000 pria dan wanita per tahun.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi tiroiditis?
2. Bagaimana definisi tiroiditis?
3. Bagaimana aspek epidemiologi tiroiditis?
4. Apa saja penyebab atau etiologi tiroiditis?
5. Bagaimana patofisiologi tiroiditis?
6. Bagaimana pathway tiroiditis?
7. Bagaimana manifestasi klinis tiroiditis?
8. Bagaimana klasifikasi tiroiditis?
9. Bagaimana cara pencegahan tiroiditis?
10. Bagaimana penatalaksanaan tiroiditis?
11. Apa saja komplikasi tiroiditis?
12. Apa saja farmakologi tiroiditis?
13. Apa saja terapi komplementer tiroiditis?
14. Bagaimana pengkajian tiroiditis?
15. Bagaimana diagnosa keperawatan tiroiditis?
16. Bagaimana intervensi dan rasional tiroiditis?
17. Bagaimana discharge planning tiroiditis?
18. Bagaimana hasil penelitian dalam keperawatan medis dalam keadaan darurat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi tiroiditis
2. Untuk mengetahui definisi tiroiditis
3. Untuk mengetahui aspek epidemiologi tiroiditis
4. Untuk mengetahui penyebab atau etiologi tiroiditis
5. Untuk mengetahui patofisiologi tiroiditis
6. Untuk mengetahui pathway tiroiditis
7. Untuk mengetahui manifestasi klinis tiroiditis
8. Untuk mengetahui klasifikasi tiroiditis
9. Untuk mengetahui cara pencegahan tiroiditis
10. Untuk mengetahui penatalaksanaan tiroiditis
11. Untuk mengetahui komplikasi tiroiditis
12. Untuk mengetahui farmakologi tiroiditis
13. Untuk mengetahui terapi komplementer tiroiditis
14. Untuk mengetahui pengkajian tiroiditis
15. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan tiroiditis
16. Untuk mengetahui intervensi dan rasional tiroiditis
17. Untuk mengetahui discharge planning tiroiditis
18. Untuk mengetahui hasil penelitian dalam keperawatan medis dalam keadaan
darurat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Dan Fisiologi Kelenjar Tiroid
1. Anatomi

Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin,


Tetraiodothyronin dan Thyroxin ) yang merangsang metabolisme jaringan yang
meliputi : konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme
protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-
hormon lain. Pada janin kelenjer tiroid mulai terlihat berbentuk pada saat janin
berukuran 3,5- 4 mm, diakhir bulan pertama kehamilan. Fungsi utama hormon
tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktifitas metabolic seluler. Kedua
hormone ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses
metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh
peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi
oksigen dan oleh perubahan sifat responsive jaringan terhadap hormone yang lain.
Hormone tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi
perkembangan otak. Adanya hormone tiroid dalam jumlah yang adekuat juga
diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap
metabolisme seluler, maka hormone tiroid sangat mempengaruhi setiap system
yang penting.
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangat
vascular. Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi vertebra
cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis 1. Kelenjar ini terselubungi lapisan
pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2 lobus, lobus dextra dan sinistra,
yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira- kira 25 gr tetapi bervariasi pada
tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama saat
menstruasi dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya
menyimpang ke lateral ke garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan
basisnya setinggi cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus
menghubungkan bagian bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa
orang tidak ada. Panjang dan lebarnya kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari
cartilgo trachea walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah karena kedudukan
dan ukurannya berubah.
Kelenjar ini tersusun dari bentukan bentukan bulat dengan ukuran yang
bervariasi yang disebut thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel
selapis kubis pada tepinya yang disebut Sel Folikel dan mengelilingi koloid di
dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh
darah. Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai
dengan aktivitas kelenjar thyroid tersebut. Ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel
foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas
kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna
koloid yang dapat berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat
Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.

2. Fisiologi
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua
buah lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher
pada cincin trakea ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan
dan mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang
penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Karakteristik triioditironin
adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum karena reseptornya lebih sedikit dalam
protein pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak
resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki banyak reseptor pada protein pengikat
plasma di serum yang mengakibatkan banyaknya jumlah hormon ini di serum,
tetapi ia kurang kuat berikatan pada jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.
Proses pembentukan hormon tiroid adalah:
1. Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini
dapat memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
2. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang
nantinya akan mensekresi hormon tiroid;
3. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh
enzim peroksidase dan hidrogen peroksidase.
4. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan
menggantikan hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi
karena afinitas iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar
daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
5. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I
menjadi diiodotirosin)
6. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika
monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi
triiodotironin. Jika dua diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin
atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air
jadi untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam
hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat
plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama
tiroksin sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan
triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah. (Guyton.
2013)
B. Konsep Medis
1. Definisi
Tiroiditis adalah suatu peradangan pada kelenjar tiroid, menyebabkan
hipertiroidisme sementara yang seringkali diikuti oleh hipotiroidisme sementara
atau sama sekali tidak terjadi perubahan dalam fungsi tiroid. (Yohanes Oda
Teda Ona widarma, 2011).
Tiroiditis adalah merupakan radang pada kelenjar tiroid yang ditandai
oleh beberapa bentuk radang tiroid. Jenis-jenis tiroiditis secara umum dapat
dibagi menjadi kategori nyeri dan tanpa nyeri. Jenis yang menyebabkan nyeri
yaitu tiroiditis subakut dan supuratif, serta kasus seperti diinduksi oleh yodium
radioaktif, trauma, dan penyebab langka lainnya. Sedangkan jenis tanpa nyeri
seperti tiroiditis hashimoto yang merupakan jenis paling umum dari penyakit
tiroid kronis, termasuk juga postpartum, obat yang diinduksi, dan Tiroiditis
Riedel (Samuels, 2012). Selain itu tiroiditis autoimun juga merupakan kelainan
autoimun organ spesifik paling banyak terjadi di dunia (Kimia & Brawijaya,
2013).
2. Aspek Epidemiologi
Tiroiditis paling banyak diderita pada wanita berusia 30-50 tahun dengan
rasio pria: wanita adalah 1 : 3 - 7. Penyakit ini terjadi 2% - 4% pada wanita dan
1% pada pria (Kimia & Brawijaya, 2013). Di dunia dilaporkan bahwa kasus
tiroiditis subakut merupakan tiroiditis yang paling banyak dijumpai. Dilaporkan
bahwa 5 – 12 kasus terjadi pada setiap 100.000 orang dan meningkat setiap
tahunnya (Luo, Lü, Pei, & Xia, 2014).
3. Penyebab
a. Infiltrasi (perusakan) limfosit dan sel-sel plasma.
b. Gangguan autoimunitas.
c. Gangguan produksi T3 & T4 serum.
d. Gangguan TSH
e. Infeksi virus (campak, koksakie, dan adenovirus)
f. Infeksi bakteri (stafilokokuis, pneumokokus)
g. Defisiensi yodium.
4. Patofisiologi
Tiroiditis akut adalah bentuk dari infeksi dan inflamasi akut. Biasanya
salah satu lobus terkena, yang lainya tidak terkena. Destruksi folikuler, infiltrasi
sel, dan deplesi koloid terjadi pada kondisi ini. Umumnya, mikrobses akan
terjadi. Tiroiditis subakut terbagi atas tiga fase :
a. Fase I
Kondisi sakit dimulai pada waktu 3 sampai 4 minggu virus prodromal.
Demam dan rasa tidak enak badan mengawali pembesaran kelenjar.
Pembesaran kelenjar bisa mencapai dua atau tiga kali dari normal.
Hipertiroidisme ringan dapat terjadi karena pelepasan tiba-tiba dari hormone
tiroid dalam darah akibat inflamasi dan destruksi kelenjar.
b. Fase II
Hipertiroidisme ringan terjadi akibat penyembuhan yang tidak selesai dari
cedera kelenjar dan keletihan dalam menyimpan hormone tiroid. Relaps
mungkin bisa terjadi. Kondisi hipertiroidisme jarang yang permanen
c. Fase III
Fase penyembuhan terjadi pada 2 sampai 4 bulan setelah onset sakit.

Penyakit hashimoto dimanifestasikan dalam pembesaran kelenjar dalam


mungkin mengakibatkan manifestasi hipertiroid jika kelenjar dirusak oleh
system autoimun. Kondisi eutiroid dapat terjadi jika kelenjar tidak mengalami
kerusakan.

Tiroiditis Kronik (Tiroiditis Hashimoto, Tiroiditis Limfositik). Limfosit


disensitasi terhadap antigen dan autoantibody tiroid terbentuk, yang bereaksi
dengan antigen-antigen. Tiga autoantibodi tiroid terpenting adalah antibody
tiroglobulin (Ab Tg), antibodi tiroid peroksidase (Ab TPD), dahulu disebut
antibodi mikrosomal, dan TSH reseptor blocking antibody (TSH-R Ab [blok]).
Selama fase awal, Ab Tg meningkat sedikit, kemudian Ab Tg akan menghilang,
tapi Ab TPD akan menetap untuk bertahun-tahun. Destruksi kelenjar berakibat
turunnya kadar T3 dan T4 serum, dan naiknya TSH. Mula-mula TSH bisa
mempertahankan sintesis hormone yang adekuat dengan terjadinya pembesaran
tiroid atau goiter, tetapi dalam banyak kasus kelenjar gagal dan terjadilah
hipotiroidisme dengan atau tanpa goiter.

5. Pathway

Bakteri Virus Penyakit Autoimun

Penurunan Produksi
T3 dan T4

Penurunan PH Serum

Laju endap darah


meningkat

Peradangan Tiroid

Ketidakseimbangan
Nutrisi
Gangguan Menelan Nyeri kronis
6. Manifestasi Klinis
a. Tiroiditis Akut
1) Nyeri dan pembengkakan leher anterior, demam, disfagia.
2) Faringitis atau nyeri faring sering timbul.
3) Kehangatan, eritema dan nyeri tekan kelenjar tiroid.
b. Tiroiditis Subakut
1) Antenia yang nyata
2) Panas, malaise
3) Rasa saklit di leher, dapat meluas ke atas sampai angulus mandibula atau
ke daun telinga pada satu atau kedua sisi leher.
4) Tiroid membesar secara simetris.
5) Mulanya penderita bisa mempunyai gejala hipertiroidisme dengan
palpitasi, agitasi, dan keringat.
6) Peka rangsang, gelisah, insomnia, dan penurunan berat badan yang
merupakan manifestasi hipertiroidisme.
7) Tidak ada oftalmopati.
8) Tanda-tanda klinis toksisitas termasuk takikardi, tremor, dan
hiperrefleksia bisa dijumpai.
c. Tiroiditis Kronik
1) Tiroiditis Hasihimoto biasanya dengan goiter dan pada pasien yang
eutiroid atau yang menderita hipotiroidisme ringan
2) Distribusi seksual wanita dibanding pria adalah 4:1.
3) Prosesnya tidak sakit dan penderita bisa tidak sadar akan adanya goiter
kecuali bila jadi sangat besar.
4) Pasien lebih tua dapat muncul dengan tiroidisme berat walau kelenjar
tiroid yang kecil atrifik lunak.
7. Klasifikasi
a. Tiroiditis subakut
Yang jelas sampai sekarang tidak diketahui, pada umumnya diduga oleh
virus. Pada beberapa kasus dijumpai antibody autoimun.
b. Tiroiditis akut supuratif
Kuman penyebab biasanya stafhylococcus aureus, stafhylocaccus
hemolyticus dan pneumococcus. Infeksi dapat terjadi melalui aliran darah,
penyebaran langsung dari jaringan sekitarnya, saluran getah bening, trauma
langsung dan duktuk tiroglosus yang persisten, kelainan yang terjadi dapat
disertai terbentuknya abses atau tanpa abses. Abses ini dapat menjurus ke
mediastinum, bahkan dapat pecah ke trakea dan esophagus.
c. Tiroiditis hashimoto
Untuk alasan yang tidak diketahui, tubuh melawan dirinya sendiri dalam
suatu reaksi autoimun, membentuk antibodi yang menyerang kelenjar tiroid.
Penyakit ini 8 kali lebih sering terjadi pada wanita dan bisa terjadi pada
orang-orang yang memiliki kelainan kromosom tertentu, seperti sindroma
Turner, sindroma Down dan sindroma Kleinefelter.
d. Tiroiditis limfosotik laten
Penyebabnya tidak diketahui. Terjadi penyusupan limfosit (sejenis sel darah
putih) ke dalam kelenjar tiroid. Penyebabnya bermacam-macam, tiroiditis
bisa menimbulkan hipertiroid, atauhipotiroid, atau mungkin kadar
hormonnya tidak berubah sama sekali(normotiroid).(Hans Tandra, 2011)
8. Pencegahan Primer, Sekunder, Dan Tersier
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer ditunjukan untuk mencegah timbulnya penyakit dengan
mengendalikan faktor resiko. Tujuan dari penjegahan primer pada tiroiditis
hasimoto adalah mencegah terjadinya penyakit tiroiditis tersebut melalui
penyuluhan kepada masyarakat. Tindakan: mencakup Pendidikan kesehatan
misalnya, tentang penceghan terjadinya penyakit, pengenalan tentang gejala
awal, penaganan segerah setelah ditemukan tanda dan gejala untuk dibawah
ke pelayanan kesehatan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder mengacu pada upaya diagnosis dini dan penyakit
subklinis, tanpa gejala, untuk mencegah perkembangannya menuju penyakit
yang jelas secara klinis. Tujuan : tujuan utama pencegahan sekunder ini
adalah mencegah terj adinya komplikasi yang lebih berat dari penyakit
tiroiditis dengan perawatan intensif agar tidak memperburuk penyakit.
Tindakan : mempersiapkan kondisi fisik dan psikologis klien dalam
menghadapi terapi pengobatan, seperti pemberian terapi sulih hormon.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier meliputi semua tindakan yang diambil setelah terjadinya
penyakit klinis untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi atau cacat.
Tujuan : untuk mencegah terjadinya komplikasi dan perbaikan kembali
kearah stabilitas system klien secara optimal. Tindakan : program
rehabilitasi: membantu pasien menjalankan terapi pengobatan seumur hidup
dan menyarankan keluarga untuk pemberian nutrisi yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh seperti pemberian vitamin diet TKTP.
9. Penatalaksanaan
Nonsteroidal antiinflammatory agents (NSAIDs) adalah lini pertama
nyeri tiroid pada tiroiditis subakut. Glukokortikoid digunakan pada kasus yang
parah atau jika NSAIDs tidak efektif. β -bloker digunakan untuk mengontrol
gejala pada fase tirotoksik, meskipun sering tidak diperlukan pengobatan jika
gejala nya ringan. Levothyroxine (L-T4) dapat digunakan untuk mengobati
gejala jika diperlukan.
10. Komplikasi
Komplikasi utama Tiroiditis Hashimoto adalah Hipertiroidisme Progresif.
Bila masa tiroid membesar, sementara menerima dosis tirokdsin maksimal
yang dapat di toleransi maka dapat dicurigai sebagai kanker tiroid, dan karena
hipotiroidisme dapat menimbulkan miksedema.
11. Farmakologi
Tiroiditis diobati dengan 4 golongan obat, yaitu :
a. Antitiroid, obat yang menghambat sistesis hormone secara langsung
b. Penghambat transport iodide.
c. Iodium
d. Iodium radioaktif
12. Terapi Komplementer
Terapi komplementer yang diberikan seperti terapi pemberian jahe, kunyit,
dan maca.
C. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Demografi
Riwayat dan pemeriksaan kesehatan berfokus pada kekambuhan
gejala yang berkaitan dengan percepatan metabolisme.Hal ini mencakup
keluhan keluarga dan pasien tentang kepekaan dan peningkatan reaksi
emosional.Penting juga untuk menentukan dampak dari perubahan ini yang
telah dialami dalam interaksi pasien dengan kelaurga, teman, dan rekan
kerja.Riwayatnya meliputi stresor lain dan kemampuan pasien untuk
menghadapi stres.
Status nutrisi dan adanya gejala dikaji.Kekambuhan gejala berkaitan
dengan output sistem saraf berlebihan dan perubahan penglihatan dan
penampilan mata.Oleh karena kemungkinan adanya perubahan emosi yang
berkaitan dengan hipertiroid, status emosi dan psikologi pasien dievaluasi.
Keluarga pasien mungkin memberikan informasi tentang perubahan
terakhir dalam status emosi pasien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang ditimbulkan dari pasien tiroiditis adalah nyeri
akibatperadangan yang terjadi pada area sekitar faring.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien merasakan nyeri pada bagian leher dan pada terkadang
disertaidengan gangguan menelan dan komunikasi verbal.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit yang sama atau
penyakitgangguan hormon tiroid lainnya.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama ataupenyakit
gangguan hormon tiroid lainnya.
c. Data Fokus Terkait Perubahan Pola Fungsi Dan Pemeriksaan Fisik
1) Data Subjektif
Hipersekresi kelenjar tiroid menimbulkan efek yang hebat pada
kemampuan pasien untuk berfungsi, begitu pula pada proses-proses
fisiologis.Perawat mengumpulkan data dari pasien atau anggota
keluarganya mengenai keadaan yang lalu dan keadaan sekarang :
Tingkat energi, kemampuan suasana hati dan mental,Kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari, Kemampuan mengatasi stress,
Intoleransi terhadap panas atau dingin, Asupan makanan, Pola eliminasi.
Wawancara harus dapat membantu perawat mengetahui pemahaman
pasien atau keluarganya mengenai penyakit dan pengobatannya, dan
mengenai perawatan yang diperlukan oleh pasien.
2) Data Objektif
Pemeriksaan fisik awal harus mencakup keterangan pokok mengenai
pasien : status mental (kemampuan mengikuti pengarahan),status gizi,
status kardiovaskular, karakteristik tubuh, penampilan dan tektur kulit,
penampilan mata dan gerakan ekstraokuler, adanya edema serta
lokasinya, penampilan leher dan gerakannya, lingkaran perut,
ekstremitas.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) T4 dan T3 serum
2) Tiroksin bebas
3) Kadar TSH serum
4) Ambilan isodium radioskopi
Pemeriksaan fungsi tiroid dapat dilakukan pada tingkat hipotalamus,
hipofise, tiroid, serum atau jaringan perifer.Pemeriksaan yang paling sering
dilakukan adalah pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum dan T3 resin uptake.
Pemeriksaan T3 resin uptake dilakukan untuk menilai perubahan
konsentrasi protein serum yang dapat merubah ikatan T3 dan T4, T4
merupakan hormon yang lebih poten. Perubahan tiroxine-binding globulin
(TBG) dan prealbumin dapat merubah konsentrasi T4 bebas, dan sedikit
merubah T3.
Peningkatan kadar T4 biasanya sesuai dengan keadaan klinis
hipertiroid berat, sedangkan pemeriksaan T3 lebih sensitif dalam
menentukan hipertiroid ringan. Radioimmunoassay TSH dan tes stimulasi
dapat membantu membedakan hipertiroid primer dan sekunder.
Pemeriksaan nodul tiroid mungkin memerlukan biopsi jarum dan
eksplorasi bedah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungna
dengam ketidakmampouan pemasukan makanan
c. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan psikososial / fisik
secara kronis.
3. Intervensi Dan Rasional
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervenssi
Hasil
1 Gangguan menelan Setelah telakukan a. Kaji kemampuan
berhubungan dengan tindakan perawatan menelan klien
kerusakan pasien mampu b. Ajarkan klien cara
neuromuskuler. menelan secara menelan
adekuat c. Monitor konsistensi
Kriteria hasil : makanan yang
a. Adanya reflek dibentuk dari latihan
menelan menelan.
b. Usaha menelan d. Monitor tanda dan
secara normal gejala aspirasi
Kenyamanan dalam
menelan
2 Ketidakseimbangan Pasien mampu a. Monitor masukan
nutrisi : kurang dari memenuhi kebutuhan makanan / cairan dan
kebutuhan tubuh nutrisinya dengan hitung masukan kalori
berhubungna dengam adekuat. harian secara tepat.
ketidak mampuan 1. Pemasukan makan b. Anjurkan pasien
pemasukan makanan dan cairan untuk memilih
a. Pemasukan makanan lunak
makanan melalui
oral
b. Pemasukan
cairan melalui
oral
c. Pemasukan
cairan
d. Pemasukan total
nutrisi secara
parenteral
2. Status Menelan :
Fase esophagus
a. Nyaman dalam
menelan
b. Tidak tersedak
dan batuk saat
menelan
c. Tidak terjadi
muntah pada
malam hari
3 Nyeri kronis Nyeri terkendali atau a. Kaji nyeri meliputi
berhubungan dengan berkuarang. lokasi, karakteristik,
ketidakmampuan Kriteria hasil : durasi, frekuensi,
psikososial / fisik 1. Tingakat Nyeri kualitas nyeri.
secara kronis. a. Melaporkan b. Ajarkan teknik
nyeri relaksasi
b. Frekuensi nyeri c. Berikan analghetik
c. Ekspresi nyeri sebagai control nyeri
2. Kontrol Nyeri jika diperlukan
a. Factor penyebab d. Gunakan pengukuran
nyeri control nyeri sebelum
b. Penggunaan nyeri terjadi.
analgetik dengan e. Ajak pasien untuk
tepat berdiskusi tentang
c. Gejala nyeri pengalaman
4. Discharge Planning
Perencanaan Pemulangan (Discharge Planning) adalah proses sistimatis
yang bertujuan menyiapkan pasien meninggalkan Rumah Sakit untuk
melanjutkan program pengobatan dan perawatan yang berkelanjutan di rumah
atau di unit perawatan komunitas Program perencanaan pemulangan pada
dasarnya merupakan program pemberian pendidikan sesehatan kepada pasien
D. Hasil Penelitian Terkait Intervensi Keperawatan

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid, yang secara lambat
mengalami pembesaran pada kelenjar tiroid. Istilah umum ini digunakan pada
kelainan-kelainan yang ditandai jelas dengan infiltrasi leukosit, fibrosis, atau
kedua-duanya dalam kelenjar tiroid.
Tiroiditis (inflamasi kelenjar tiroid) ada dalam tiga kondisi dasar : supuratif
akut, tiroiditis subakut (granulomatosa [tiroiditis sakit] atau limpositik [tanpa
gejala atau tiroiditis tanpa sakit]), atau tiroiditis kronis (penyakit Hashimoto).
B. SARAN
Tiroiditis adalah penyakit peradangan tenggerokan yang dapat sembuh
maka untuk penderita Tioriditis kami sarankaan agar tetap sabar dan berusaha
untuk pengobatan rutin. Dan berusahasa agar cepat sembuh.                    

DAFTAR PUSTAKA
Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai