Mengembangkan kompetensi
Sesi didalam kelas
Sesi dengan fasilitas pembimbing
Sesi
praktek
dan
pencapaian
kompetensi
Waktu
.. x 2 jam (classroom session)
.. minggu (coaching session)
12
minggu
(facilitation
assessment)
and
Tujuan Umum
Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu menjelaskan latar belakang ,
indikasi , kontraindikasi dan mampu melakukan tindakan, perawatan serta
penanganan komplikasi nefrostomi perkutan dan terbuka.
Tujuan Khusus / Pembelajaran
Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : (K4)
1. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi nefrostomi perkutan dan terbuka.
2. Menjelaskan komplikasi nefrostomi perkutan dan terbuka.
3. Melakukan persiapan nefrostomi perkutan dan terbuka.
4. Melakukan operasi nefrostomi perkutan dan terbuka.
5. Melakukan penanganan komplikasi nefrostomi perkutan dan terbuka.
6. Melakukan follow up dan perawatan penderita setelah nefrostomi perkutan
dan terbuka.
Proses Pembelajaran
Menguatkan proses pembelajaran
Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses
pembelajaran serta bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan partisipasi penuh dari peserta didik
Tujuan 1 : Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi nefrostomi perkutan dan
terbuka
Metode pembelajaran :
Kuliah singkat dan diskusi tentang indikasi dan kontraindikasi nefrostomi
perkutan dan terbuka. (must to know pointers)
Tujuan 2 : Menjelaskan komplikasi nefrostomi perkutan dan terbuka
Metode pembelajaran :
Kuliah singkat dan diskusi tentang komplikasi nefrostomi perkutan dan
terbuka. (must to know pointers)
Tujuan 3 : Melakukan persiapan nefrostomi perkutan dan terbuka.
Metode pembelajaran :
Diskusi, curah pendapat dan coaching tentang persiapan nefrostomi perkutan
dan terbuka.
Diskusi
Apakah penderita ini menderita urosepsis yang diakibatkan batu yang telah
menimbulkan hidropionefrosis ?
o Diagnosis :
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
b.
c.
d.
8.
Linen steril
Anestesi lokal
Povidon iodin 10%
Pada pasien dengan nefrostomi permanen, maka kita perlu
mempertimbangkan :
a. Pemakaian kateter nelaton
b. Pemakainan kateter foley
c. Pemakaian kateter silikon
d. Pemakaian NGT dengan diameter terbesar
9. Selang nefrostomi dengan kateter foley atau NGT sedikitnya harus diganti
setiap :
a. 1 minggu sekali
b. 2. minggu sekali
c. 3 minggu sekali
d. 4 minggu sekali
10. Hal-hal berikut ini , penting diperhatikan pada perawatan selang nefrostomi,
kecuali
a. Pergantian secara berkala sampai tindakan definitif selesai
b. Pemberian antibiotika pada awal tindakan
c. Fiksasi selang pada kulit
d. Sekali-sekali selang kateter boleh dilipat untuk memudahkan memakai
pakaian
II.
KEGIATAN
MENGENALI.................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
.........................................................................................
PERSIAPAN TINDAKAN
KASUS
10
PESERTA :
TANGGAL:
KEGIATAN
NEFROSTOMI PERKUTAN / TERBUKA
PERSIAPAN :
1. Penjelasan kepada penderita mengenai langkah-langkah
oiperasi, kemungkinan komplikasi, dan perawatan paska
tindakan
2. Meminta persetujuan tertulis untuk tindakan ini yang
ditandatangani
oleh pasien/keluarga terdekat dan dokter operator serta dokter
anestesi
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
Prosedur
11.
NILAI
11
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Komentar / Ringkasan :
Rekomendasi :
Tanda
tangan
penguji___________________________________tanggal___________
NEFROSTOMI
I. Batasan :
Nefrostomi perkutan adalah suatu prosedur terapi dimana dilakukan
penempatan suatu kateter kedalam system pengumpul ginjal melalui kulit,
dengan tuntunan image . Nefrostomi terbuka adalah tindakan penempatan
kateter kedalam sistem pengumpul ginjal melalui pendekatan operasi terbuka.
Ini adalah tindakan untuk dekompresi sistem pengumpul ginjal, yang dapat
bersifat sementara atau menetap.
Anatomi Ginjal yang berhubungan dengan Nefrostomi
Mengenal dengan baik anatomi ginjal sangat penting untuk memilih traks
yang aman pada ginjal saat tindakan nefrostomi, baik perkutan atau terbuka
Arteri renalis bercabang menjadi cabang utama ventral dan dorsal, yang
menciptakan suatu zona yang relative avaskuler diantara
ujung-ujung
percabangannya .(gbr 1.)
12
Zona ini ( dikenal sebagai Brdels line, suatu garis insisi imaginer yang
relatif avaskuler) terletak tepat di posterior pada sisi cembung lateral ginjal .
Komplikasi perdarahan akibat tindakan nefrostomi dapat diminimalkan dengan
menusuk pada daerah ini.
Arah kaliks anterior dan posterior dapat diketahui secara fluoroskopi
dengan menggunakan kontras yang mengandung iodine dan udara. Dengan
pasien posisi pronasi, urin yang mengandung kontras akan lebih banyak terletak
di kaliks anterior. Udara yang dimasukan kedalam sistem pengumpul akan
menumpuk dibagian atas atau di dalam kaliks posterior , sehingga memudahkan
melakukan identifikasi kaliks posterior.
Penuntun dan Pemilihan Akses
Ada beberapa pilihan guiding / penuntun , seperti ultrasonografi (USG),
dan fluoroskopi . Akses pada kaliks posterior pole bawah melalui pendekatan
subkostal adalah akses yang paling bagus untuk drainase urine biasa. Akses
kaliks posterior pada pole tengah dan atas akan memberikan akses yang lebih
mudah untuk mencapai ureteropelvic junction dan system pengumpul (pada
kasus dimana tindakan nefrostomi dilakukan sekaligus sebagai usaha untuk
mengeluarkan batu atau pada endopyeolotomi), walaupun angka komplikasi
lebih tinggi (trauma pleura). Punksi tepat dibelakang batu , dapat menjadi cara
yang paling baik pada kasus batu tanpa komplikasi.
II. Indikasi :
1. Obstruksi saluran kemih yang disebabkan obstruksi ureter karena penyebab
instrinsik atau ekstrinsik yang berhubungan dengan kasus-kasus batu
saluran kemih, keganasan, atau iatrogenic. Obstruksi saluran kemih ini
merupakan 87% kasus yang menjadi indikasi nefrostomi. Obstruksi saluran
kemih dapat menyebabkan azotemia,urosepsis, atau mungkin ditemukan
secara tidak sengaja pada pemeriksaan radiologi.
2. Pionefrosis atau hidronefrosis terinfeksi . Pasien-pasien dengan kondisi ini
mempunyai resiko tinggi terhadap sepsis kuman gram-negatif, dan drainase
urin merupakan tindakan yang penting. Pasien menunjukkan gejala demam.
Nyeri pinggang, dan ditemuan adanya obstruksi pada pemeriksaan radiologi.
13
Batu saluran kemih adalah penyebab lebih dari 50% kasus obstruksi saluran
kemih.
3. Kebocoran urine atau fistula.
4. Untuk akses pada prosedur intervensi lainnya dan untuk prosedur endoskopi:
a. Pengambilan batu ginjal dan ureter pada kasus-kasus tertentu. Pada
rumah sakit
yang mengkhususkan pada pengobatan batu saluran kemih,
sebanyak 50%
nefrostomi baru dilakukan untuk terapi batu secara
perkutan.
b. Pemasangan stent ureter , bila secara retrograde tidak memungkinkan atau
gagal, pieloureteroskopi, endopielotomi.
c. Untuk memasukan obat-obatan atau kemoterapi ke dalam system pengumpul
seperti pada pengobatan infeksi jamur , instilasi vaksin BCG (Bacillus
Calmette- Guerin ) pada karsinoma transisional sel di traktus urinarius atas,
atau untuk terapi kemolisis pada batu ginjal atau ureter.
d. Untuk mengambil benda asing, seperti potongan stent.
5. Diversi urine pada sistitis hemoragik.
6. Tindakan terapi pada uropati obstruktif nondilatasi
7. Tindakan terapi pada obstruksi saluran kemih yang berhubungan dengan
kehamilan
8. Sebagai bagian dari test Whitaker
9. Sebagai bagian dari PNL
10. Dekompresi cairan nefrik atau perinefrik (abses, urinoma) .
11.Indikasi nefrostomi perkutan pada ginjal transplant pada umumnya sama
dengan ginjal biasa. . Kadang-kadang nefrostomi perkutan dilakukan sebagai
terapi percobaan untuk membedakan gagal ginjal apakah disebabkan oleh
obstruksi atau reaksi penolakan.
12.Nefrostomi terbuka dilakukan bila sarana imaging (USG, C-arm ) tidak
tersedia.
III. Kontara Indikasi:
1. Kontraindikasi absolut nefrostomi perkutan adalah perdarahan diatesis (
paling sering disebabkan koagulopati yang tak terkontrol)
2. Pasien yang tidak kooperatif.
3. Penyakit terminal.
IV. Komplikasi :
Komplikasi ringan yang tidak memerlukan terapi khusus berkisar antara
15%-25% kasus . Angka kematian karena tindakan ini rendah berkisar antara
0.046%0.3% . Komplikasi nefrostomi diantaranya adalah :
1. Hematuria transien, umumnya terjadi pada semua pasien yang dilakukan
tindakan ini.
2. Perdarahan hebat yang memerlukan transfusi atau intervensi terjadi pada
1%3% pasien . Pada kebanyakan kasus , perdarahan yang terjadi pada
saat nefrostomi dapat dikontrol dengan cara tamponade dari traksnya
dengan menggunakan kateter nefrostomi pada traks yang sempit, pada
traks yang besar dilakukan tamponade dengan menggunakan dilatasi
14
ballon kateter. Bila hal ini gagal atau bila kehilangan darah yang signifikan
terjadi beberapa hari pemasangan atau pengangkatan selang nefrostomi,
maka dilakukan pemeriksaan angiografi untuk mengetahui adanya fistula
arteriovenosa, pseudoaneurisma atau laserasi pembuluh darah.
Umumnya trauma vaskular ini dapat diterapi dengan tindakan embolisasi
angiografik, dan jarang dilakukan intervensi bedah.
3. Sepsis (1%2.5%). Instrumentasi pada traktus urinarius yang obstruksi
dapat menimbulkan resiko terjadinya komplikasi sepsis. Manipulasi harus
seminimal mungkin pada pasien obstruksi yang disertai infeksi.
Pemeriksaan imaging dan manipulasi selanjutnya harus dilakukan setelah
48-72 jam setelah drainase urine eksternal, pemberian antibiotika yang
sesuai dan pasien secara klinis stabil. Prevalensi komplikasi sepsis pada
pasien pionefrosis yang dilakukan nefrostomi adalah 25% atau lebih.
4. Trauma pada organ sekitar. Suatu kolon yang retrorenal, suatu variasi
anatomi yang jarang , dapat saja kena trauma.
15
V. Persiapan
A. Persiapan Penderita
1. Surat Persetujuan Tindakan Medik (informed consent)
2. Pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan prothrombin time
(PT), activated partial thromboplastin time (aPTT), BUN , kreatinin
serum, hematokrit , kadar hemoglobin , jumlah lekosit, thrombosit,
urinalisis dan kultur urine.
3. Pemeriksaan ulang dengan menggunakan image ( seperti sonografi,
CT scan, IVP, dan skintigrafi radionuklir) untuk memastikan lokasi kolon,
hati dan limpa dalam menentukan lokasi punksi.
4. Pasang infus intravena dan hidrasi pasien yang cukup
16
Persiapan Alat :
1. Meja operasi tembus sinar X
2. Image intensifer = Carm
3. Ultrasonografi
4. Kontras minimal 2 ampul
5. Set katun steril
6. Klem desinfektan
7. Kassa depper
8. Larutan desinfektan (povidon iodin 10%)
9. Doek klem atau steridrape
10. Spidol steril
11. Spuit 10 ml (2 buah)
12. Larutan anestesi 1%
13. Tangkai dan pisau yang sesuai
14. Jarum punksi lengkap dengan mandrin : jarum Chiba 22G 20 cm (2
buah)
15. Larutan kontras (urografin atau yang lain) minimal 2 ampul
16. Guide wire : standar : panjang 80 cm , 0.97 mm, ujung fleksibel lurus
atau
panjang 100 cm, 0.97 mm, ujung fleksibel J
17. Dilator teflon : Ch 6,8,10 dan 12 F
18. Set dilator metal yang terdiri dari :
- Rigid guide wire (antena) Storz 27090 AG
- 6 buah telescoping dilator / Storz 27090 A : Ch 9,12,15,21,24 F
- Slotted canulla Storz 27094 V
19. Kateter Ch 18 F atau 20 F, kantong urin
20. Alat jahit
21. Kasa, plester
C.
17
VI. Pelaksanaan
1. Tehnik Operasi Nefrostomi Perkutan dengan bimbingan fluoroskopi
Gbr 4 :
pasien
arm
Sumber
Posisi
dan C:
Campbell Walsh Urologi, edisi 9
19
20
21