Anda di halaman 1dari 12

Modul Esofagus

Neoplasma

BUKU MODUL UTAMA

MODUL ESOFAGUS
NEOPLASMA

EDISI I

KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH
KEPALA DAN LEHER
2008

0
Modul Esofagus
Neoplasma

MODUL NO. 14.7


ESOFAGUS :
NEOPLASMA

WAKTU

Mengembangkan Kompetensi Hari :..


Sesi dalam kelas .X.. menit
Sesi dengan fasilitas pembimbing .X.. menit
Sesi praktek dan pencapaian kompetensi .X.. menit

PERSIAPAN SESI

Materi presentasi :
o LCD 1 : Anatomi dan fisiologi Esofagus
o LCD 2 : Definisi Neoplasma Esofagus
o LCD 3 : Etiopatologi
o LCD 4 : Gejala Klinik
o LCD 5 : Diagnosis Neoplasma Esofagus
o LCD 6 : Penatalaksanaan Neoplasma Esofagus
o LCD 7 : Esofagoskopi Neoplasma Esofagus

Kasus : Neoplasma Esofagus

Sarana dan Alat Bantu Latih : ( disesuaikan dengan pencapaian kompetensi )


o Penuntun belajar (learning guide) terlampir
o Tempat belajar (training setting): bangsal THT, Poliklinik THT, kamar operasi, bangsal
perawatan pasca bedah THT.
o Model Anatomi
o Audio-visual (pemutaran film)
o Kadaver

REFERENSI

1. Griffith Pearson.F, Joel D.C, Jean Deslauries,et.al : Trauma. Foreign Bodies. Esophageal
surgery, 2nd ed.577-615.2002
2. Schiratzki H: Removal of Foreign Body in The Esophagus. Archives of Otolaryngology.
Vol 102, Number 4. 238-240.1976
3. Ellen M.Friedman : Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the Aerodigestive Tract.
Byron I.Bailey.Head and Neck Surgery Otolaryngology.2nd ed. Lippincot-Raven.1998
4. Byron J Bailey,Karen H.Calhoun : Atlas of Head and Neck Surgery-Otolaryngology.2 nd
edition.834-835. J P Lippincot, Philadelphia, 2001

KOMPETENSI

Mampu mendiagnosis dan menatalaksana neoplasma esofagus

Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil :
1. Mengenali gejala dan tanda neoplasma esofagus
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan terhadap neoplasma esofagus
3. Melakukan keputusan untuk pemeriksan penunjang seperti esogoskopi, esofagografi dan CT
Scan Torakoabdominal
1
Modul Esofagus
Neoplasma

4. Membuat keputusan klinik untuk penatalaksanaan lanjut neoplasma esofagus,


seperti merujukke bagian yang terkait.
5. Membuat keputusan penatalaksanaan komplikasi neoplasma esofagus

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran umum


Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang neoplasma esofagus dan merujuk ke bagian ilmu yang
terkait

Tujuan pembelajaran khusus


Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :
1. Menjelaskan anatomi, topografi, histologi dan fisiologi esofagus
2. Menjelaskan etiologi neoplasma esofagus
3. Menjelaskan patomekanisme, gambaran klinik dan penanganan neoplasma esofagus
4. Menjelaskan pemeriksaan penunjang diagnosis seperti esofagoskopi, esofagografi dan
CT-scan esofagus
5. Melakukan work-up penderita neoplasma esofagus yang meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisis dan pemeriksaan penunjang
6. Menentukan operabilitas, prognostik dan pilihan terapi pada penderita neoplasma
esofagus
7. Merawat penderita neoplasma esofagus (memberi penjelasan kepada penderita dan
keluarganya, informed consent), serta mampu melakukan penanganan komplikasi yang terjadi

CONTOH KASUS

Seorang laki-laki, 55 tahun datang ke poli THT dalam keadaan sulit menelan sejak 3 bulan lalu,
semakin hari semakin memberat dan sejak 1 minggu lalu bila makan atau minum dimuntahkan
kembali setelah 3 menit ditelan yang bercampur sedikit darah warna merah. Terdapat keluhan
rasa penuh dan nyeri di dada, keluhan tersedak tidak ada. Barium esofagogram : tampak stenosis
pada 1/3 tengah esofagus dengan permukaan mukosa tidak rata, tampak kontras sedikit di
lambung.

Diskusi :
Anatomi & histologi esofagus
Patogenesis terjadinya neoplasma esofagus
Tipe neoplasma esofagus
Prosedur diagnosis
Rencana penatalaksanaan

Jawaban :

METODE PEMBELAJARAN

Tujuan 1. Menguasai anatomi, histologi dan fisiologi esofagus


Untuk mencapai tujuan ini, maka dipilih metode pembelajaran berikut ini :
1. small group discussion
2. peer assisted learning
3. bedside teaching
4. task-based medical education
5. log-book

Harus diketahui : (khususnya untuk level Sp1)


2
Modul Esofagus
Neoplasma

Anatomi esofagus
Gambaran dan karakteristik esofagus
Fisiologi dan patofisiologi esofagus
Tujuan 2. Mempu menjelaskan etiopatogenesis dan gambaran klinis dari neoplasma
esofagus
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini :
1. small group discussion
2. peer assisted learning
3. bedside teaching
4. task-based medical education
5. log-book

Harus diketahui :
Etiologi
Patofisiolgi klinik
Gejala (keluhan pasien)
Tanda (hasil pemeriksaan)
Gambaran klinik

Tujuan 3. Menentukan dan melakukan pemeriksaan penunjang (X-ray, CT Scan,


esofagoskopi) untuk pemeriksaan esofagus
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini :
1. small group discussion
2. peer assisted learning
3. bedside teaching
4. task-based medical education
5. log-book .

Harus diketahui :
Metode standar anamnesis
Pemeriksaan penunjang yang sensitive dan spesifik
Divice sensitivity on neoplasma on Anomali Finding
Device specivity on Anomali Finding

Tujuan 4. Membuat diagnosis neoplasma esofagus dari pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini :
1. small group discussion
2. peer assisted learning
3. bedside teaching
4. task-based medical education
5. log-book

Harus diketahui :
Metoda anamnesis
Gejala dan tanda neoplasma esofagus
Pemeriksaan penunjang yang sensitif dan spesifik
Menentukan diagnosis kerja

Tujuan 5. Menjelaskan penatalaksanaan dari neoplasma esofagus


Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini :
1. small group discussion
2. peer assisted learning
3. bedside teaching
4. task-based medical education

3
Modul Esofagus
Neoplasma

5. log-book

Harus diketahui :
Prosedur konservatif
Prosedur operatif reseksi
Prosedur alternatif

Tujuan 6. Melakukan work up, memutuskan terapi pendahuluan serta merujuk


Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini :
1. small group discussion
2. peer assisted learning
3. bedside teaching
4. task-based medical education
5. log-book

Harus diketahui :
Work up key points
Jenis-jenis terapi yang direkomendasikan
Kondisi atau situasi penting untuk membuat keputusan untuk merujuk

Rangkuman
Neoplasma esofagus adalah suatu proses metaplasi dari esofagus yang dapat menimbulkan
gangguan fungsi menelan.
Diagnosis dan tatalaksana yang baik dapat mencegah timbulnya komplikasi yang disebabkan
kelainan ini.

EVALUASI

1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk essay dan oral sesuai
dengan tingkat masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai kinerja awal, yang dimiliki
peserta didik dan untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas :
Anatomi, gambarana klinik, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis,
penatalaksanaan dan prognosis.
2. Small group discussion bersama fasilitator untuk membahas kekurangan yang ada, hal- hal
yang berkenaan dengan penuntun belajar dan proses penilaian.
3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini mahasiswa diwajibkan untuk mengaplikasikan
langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar dalam bentuk role play dengan teman-
teman (peer assisted learning) atau kepada standardized patient. Pada saat tersebut yang
bersangkutan tidak diperkenankan membawa penuntun belajar, penuntun belajar dpegang
oleh teman-temannya untuk melakukan evaluasi (peer assieted evaluation). Setelah dianggap
memeadai melalui metode bed side teaching dibawah pengawasan fasilitator, peserta didik
mengaplikasikan penuntun belajar dari model anatomik dan setelah kompetensi tercapai
peserta didik akan diberikan kesempatan untuk melakukannya paqda pasien sesunggguhnya.
Pada saat pelaksaan, evaluator melakukan pengawasan langsung (direct observation)
dan mengisi formulir penilaian berikut :
- Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak dilaksanakan
- Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misalnya pemeriksaan terlalu lama
atau kurang memberi kenyamanan kepada pasien
- Baik : pelaksanaan benar dan baik (efisien)
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali untuk mendapatkan penjelasan dari
berbagai hal yang tidak memungkinkan dibicarakan di depan pasien, dan memberi masukan
untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
5. Self assesment dan peer assisted evaluation dengan mempergunakan penuntun belajar
6. Pendidik / fasilitator :
4
Modul Esofagus
Neoplasma

- Pengamatan lamngsung dengan memakai evaluation check list form (terlampir)


- Penjelasan lisan dari dari peserta didik / diskusi
- Kriteria penilaian keseluruhan : cakap / tidak cakap / lalai
7. Pada akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang dapat
memperbaiki kinerja (task-based medical education)
8. Pencapaian pembelajaran :
- Ujian akhir setelah penyelesaian modul meliputi (K, P, A )
- Ujian Tulis Kolegium THT-KL
- Ujian Lisan OSCE Kolegium THT-KL

INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF

Kuesioner meliputi :

1. Kuesioner Sebelum Pembelajaran

Soal :

Jawaban :

2. Kuesioner Tengah Pembelajaran

Soal :

Jawaban :

3. Essay/Ujian Lisan/Uji Sumatif

Soal :

Jawaban :

5
Modul Esofagus
Neoplasma

INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR ESOFAGOSKOPI NEOPLASMA DI ESOFAGUS

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi
di luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

Nama peserta didik : Tanggal


Nama pasien : No Rek Medik
PENUNTUN BELAJAR
No Kegiatan / Langkah klinik Kesempatan ke
1 2 3 4 5
I PERSIAPAN PROSEDUR

Nama
Diagnosis
Informed Choice & Informed Consent
Rencana Tindakan
Persiapan Sebelum Tindakan
Laboratorium
Pemeriksaan penunjang
II PROSEDUR ESOFAGOSKOPI

I. Pastikan kelengkapan peralatan esofagoskopi telah


tersedia dan lengkap, yaitu:
1. Esofagoskop sesuai ukuran
2. Ekstraktor forsep sesuai dengan jenis benda asing
3. Kanul suction
4. Sumber cahaya
5. Kabel sumber cahaya
II. Persiapan Pasien
1. Penderita puasa minimal 6 jam sebelum
esofagoskopi
2. Tentukan jenis anestesi (Lokal atau Umum)
3. Posisi penderita diatur dengan posisi kepala
menggantung di ujung meja operasi dan difiksasi
asisten
4. Posisi penderita berbaring terlentang dengan kepala
ditopang dan bahu berada pada ujung meja
III TAHAPAN PROSEDUR ESOFAGOSKOPI

6
Modul Esofagus
Neoplasma

1. Esofagoskop dipegang dengan tangan kiri seperti


memegang tongkat bilyar
2. Jari tengan dan jari manis tangan kanan membuka bibir atas
dan mengait gigi insisivus
3. Jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan memegang bagian
distal esofagoskop serta menarik bibir agar tidak terjepit di
antara pipa esofagoskop dengan gigi
4. Esofagoskop didorong tangan kiri seperti memegang pena
pada leher pegangan
5. Esofagoskop dimasukkan secara vertikal ke dalam mulut
melalui ujung kanan mulut, pada saat ini kepala penderita
diangkat sedikit sampai verteks berada kira-kira 1
sentimeter dari meja.
6. Identifikasi Valekula, epiglotis, plika faringo-epiglotik dan
laring
7. Memasuki sinus piriformis kanan. Esofagoskop disusupkan
di sisi kanan lidah sampai dinding posterior faring. Suatu
gerakan ringan ibu jari tangan kiri diberikan pada ujung
esofagoskop sehingga menuju aritenoid kanan yang
merupakan penunjuk ke sinus piriformis. Bibir
esofagoskop harus tetap di anterior dan pipa harus selalu
berada di medial. Pipa kemudian akan menyusup melalui
sinus piriformis kanan sampai 2 3 cm dan pada dasar
sinus terhenti. Lumen tidak tampak (buntu), hal ini
disebabkan karena m.kriko-faringeal selalu dalam keadaan
kontraksi kecuali kalau menelan.
8. Melewati penyempitan krikofaringeal. Dengan ibu jari
tangan kiri, ujung distal esofagoskop diangkat dan
digerakkan ke depan (jangan dengan kekuatan) ke arah
fosa suprasternalis sambil menunggu lumen yang
berbentuk bulan sabit tampak di sebelah anterior (saat
relaksasi m.krikofaringeal). Perhatikan posisi penderita
apakah kepala cukup tinggi sementara bahu tidak boleh
terangkat dari meja. Selanjutnya ujung esofagoskop akan
masuk ke dalam pembukaan lumen dan tergelincir dari
daerah krikofaringeal masuk ke esofagus segmen
servikalis. Selama pemeriksaan esofagus segmen
servikalis ini instrumen membentuk sudut 45 derajat.
9. Melalui esofagus segmen torakalis. Lumen esofagus
tampak lebih luas pada waktu inspirasi dan berkurang
selama ekspirasi. Bila posisi penderita benar maka
esofagoskop biasanya dengan mudah menyusup masuk.
Pada waktu esofagoskop mencapai penyempitan aorta dan
bronkus kiri, lumen akan menghilang di anterior.
Kemudian kepala penderita harus diturunkan sampai
mendatar untuk menyesuaikan sumbu esofagus sehingga
lumen tetap tampak.
10. Melalui penyempitan pada hiatus diafragma. Di sini kepala
penderita direndahkan lagi, kemudian leher dan kepala
digeser agak ke kanan untuk menjaga agar sumbu pipa
sesuai dengan sumbu sepertiga bagian bawah esofagus.
Operator membidik esofagoskop ke arah spina iliaka
anterior superior kiri. Hiatus esofagus dapat dilihat seperti
celah yang miring antara jam 10 dan jam 4 seperti bintang.
Fleksi tungkai penderita sangat membantu relaksasi
penyempitan ini. Setelah melewati diafragma kepala
7
Modul Esofagus
Neoplasma

penderita harus diturunkan sejauh mungkin sehingga arah


esofagoskop dari bawah dan dari kanan ke kiri. Dengan
demikian operator memasukkan esofagoskop dengan cara
high-low.
11. Selama melakukan tahapan tersebut diatas dilakukan
identifikasi tanda-tanda neoplasma esofagus dan lakukan
biopsi
12. Pada waktu mengeluarkan esofagoskop posisi penderita
dan arah gerakan esofagoskop dilakukan dengan cara yang
berlawanan.
IV. PASCA TINDAKAN

1. Observasi tanda perdarahan akibat laserasi atau adanya


perforasi

Penilaian Kinerja Keterampilan (ujian akhir)

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


PROSEDUR ESOFAGOSKOPI

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh
peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang
diuraikan dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan
prosedur atau panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh
peserta selama proses evaluasi oleh pelatih

PESERTA: _____________________________ TANGGAL :______________

KEGIATAN NILAI
I. PERSIAPAN PROSEDUR
1. Kaji ulang diagnosis
2. Menyiapkan peralatan operatif
3. Menyiapkan posisi pasien
4. Melakukan tindakan a & anti septik
II. PROSEDUR ESOFAGOSKOPI
- Esofagoskop dipegang dengan tangan kiri seperti memegang tongkat
bilyar, jari tengah dan jari manis membuka bibir atas dan mengait pada
gigi insisivus. Sementara itu jari telunjuk dan ibu jari memegang bagian
distal esofagoskop serta menarik bibir agar tidak terjepit di antara pipa
esofagoskop dengan gigi.
- Esofagoskop dimasukkan secara vertikal ke dalam mulut melalui ujung
kanan mulut
- Memasuki sinus piriformis kanan.
- Melewati penyempitan krikofaringeal
- Melalui esofagus segmen torakalis
- Melalui penyempitan pada hiatus diafragma
8
Modul Esofagus
Neoplasma

KEGIATAN NILAI
- Pada waktu mengeluarkan esofagoskop posisi penderita dan arah
gerakan esofagoskop dilakukan dengan cara yang berlawanan.
III. PASKA PROSEDUR ESOFAGOSKOPI
1. Lakukan evaluasi daerah diatas lokasi inkarserasi, bekas tempat
asing dan di bawah lokasi impaksi sampai gaster
2. Evaluasi tanda-tanda perforasi

MATERI PRESENTASI

o LCD 1 : Anatomi dan fisiologi Esofagus


o LCD 2 : Definisi Neoplasma Esofagus
o LCD 3 : Etiopatologi
o LCD 4 : Gejala Klinik
o LCD 5 : Diagnosis Neoplasma Esofagus
o LCD 6 : Penatalaksanaan Neoplasma Esofagus
o LCD 7 : Esofagoskopi Neoplasma Esofagus

MATERI BAKU

Neoplasma Esofagus

1. Tumor Jinak
Tumor jinak esofagus jarang terjadi dibandingkan gangguan esogfagus yang lain seperti
reflux esofagus, gangguan motilitas, kanker dan divertikulum, jumlahnya kurang dari 1% dari
semua neoplasma esofagus.
Gejala dan tanda gangguan esofagus merupakan problem yang sulit oleh karena beberapa
faktor antara lain :
1. Esofagus merupakan tabung otot yang berukuran 23 25 cm, memanjang
mulai dari faring sampai gaster.
2. Mempunyai fungsi yang relatif simple mengantar bolus makanan secara
cepat masuk ke dalam gaster melalui gerakan peristaltik aktif dan mencegah terjadinya
regurgitasi
3. Sensasi esofagus dapat dirasakan seperti rasa terbakar substernal yang
digambarkan sebagai nyeri dada dan nyeri susternal yang identik terhadap gangguan arteri
koroner
4. Esofagus relatif mudah diperiksa melalui pemeriksaan kontras radiologi,
CT-Scan,USG esofagus dan esofagoskopi
Oleh karena tumor esofagus tumbuh dengan perlahan, sehingga kebanyakan penderita tidak
merasakan keluhan pada tahap dini, sampai tumor esofagus mencapai tahap lanjut .
Gangguan yang dirasakan pasien biasanya berupa gangguan menelan, perasaan tidak enak
pada dada, kontraksi peristaltik yang abnormal, nyeri yang menyerupai cardiac pain, yang dapat
berkurang dengan pemberian nitrat, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan khusus untuk
membedakan nyeri esofagus dan cardiac pain.
Kesulitan menelan jangan pernah diabaikan oleh karena esofagus merupakan transit tube,
dimana makanan tidak dapat dicerna dan biasanya tidak stagnan sehingga dapat terjadi ulserasi
dan perdarahan yang disebabkan oleh tumor jinak.
Tumor jinak kadang-kadang bisa bersama dengan kondisi yang lain seperti divertikulum
esofagus, akalasia, hernia dan kanker.

9
Modul Esofagus
Neoplasma

Patofisiologi
Tumor jinak tumbuh dengan lambat dan mengadakan ekspansi, pembesaran dapat
menyerupai balon, dan menekan organ disekitarnya, tidak terdapat metastase, dapat terjadi
kalsifikasi yang dapat membahayakan penderita dengan beberapa cara :
1. Melalui komplikasi insidentil seperti obstruksi lumen
2. Melalui regurgutasi dan obstruksi jalan nafas
3. Melalui efek penekanan terhadap struktur mediastinal disekelilingnya
4. Melalui ulserasi dan perdarahan

Lokasi Anatomis
Esofagus lebih banyak terletak pada mediastinum posterior, kecuali bagian segmen terkecil
yang terletak pada leher dan abdomen. Tumor intramural yang terletak di bawah otot spingter
krikofaring biasanya bermanifestasi dengan cepat disertai kesulitan menelan dan batuk yang
keras pada saat penderita menelan.
Sejalan dengan ekspansi tumor yang perlahan di balik strukrur tulang thorakis dapat
menyebabkan obstruksi saluran nafas bagian atas.
Di dalam mediastinum esofagus mempunyai hubungan yang erat dengan trachea, bronkus
utama kiri, jantung, aorta, dengan tulang vertebra torarakalis, sehingga suatu tumor yang besar
yang meluas dari permukaan luar esofagus yang mencapai rongga mediastinum dan pleura dapat
memberikan penekanan pada struktur mediastinal sehingga menyebabkan atelektasis, sesak dan
syndroma obstruksi v.cava superior.

Diagnosis
Gambaran klinis tumor jinak esofagus dapat berlangsung menahun dan tidak memberikan gejala
klinis (<85%), dan ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan radiologi dan endoskopi.
Pemeriksaan fisik biasanya negatif pada tumor esofagus yang jinak, jika tumor terletak di
bawah spingter otot krikofaring keluhan biasanya berupa spluttering setiap kali penderita
menelan. Sangat jarang pasien mengeluhkan stridor inspiratoar dan obstruksi nafas saluran atas.
Disfagia berat dan berkelanjutan disertai dengan pneumonitis biasanya disebabkan oleh spill over
yang berulang dan aspirasi.
Kadang-kadang penderita mengeluhkan gangguan menelan yang ringan dan intermiten,
disertai dengan perasaan tertekan retrosternal, hematemesis dan melena jarang terjadi.
Diagnosis yang akurat biasanya dilakukan dengan anamnesis yang cermat, disertai dengan
pemeriksaan radiografi dan esofagoskopi. Bila gambaran endoskopi meragukan diperlukan biopsi
untuk menunjang diagnosis.
Hemangioma esofagial dapat didiagnosis dengan pemeriksaan endoskopi sebagai massa
polipoid sub mukosa berwarna biru keabuan dan lunak. Biopsi endoskopi sebaiknya dihindari
bila mukosa yang melapisinya intak. Spesimen biopsi sebaiknya dianalisis dengan pemeriksaan
imunohistokimia.
Pemeriksaan barium sering digunakan untuk mendiagnosis leimioma intramural, tumor ini
dapat berukuran sangat besar sampai mencapai ukuran > 10 Cm.
Dilatasi esofagial progresif yang terjadi dapat didiagnosis sebagai akalasia, lebih lanjut tumor
mid-esofagus dapat didiagnosis bila pedikel tumor tersebut mencapai faringo-esofagial junction.
Pada saat endoskopi tumor dapat tidak terlihat oleh karena tertutup lapisan mukosa esofagus yang
normal. Kesulitan dalam mendiagnosis dapat terjadi bila leimiomioma intramural menutup
esofagogastric junction yang dapat didignosis sebagai striktur peptik atau tumor ganas. Bila
tumor gagal terdiagnosis, dilatasi esofagial dapat menyebabakan perforasi esofagus. Penggunaaan
USG esofagus dalam mendiagnosis tumor submukosa seperti leimioma, kista atau fibroma. CT
kontras dan angiografi radionuklear merupakan dua teknik pemeriksaan noninvasif yang dapat
digunakan untuk membantu mendiagnosis hemangioma esofagus. Tumor-tumor yang terletak
pada mediastinum posterior baik yang belum atau sudah mengalami kalsifikasi, pemeriksaan CT-
Scan merupakan pemeriksaan yang tepat.

Deskripsi Dan Terapi


Papilloma Sel Squamosa
Merupakan true papilloma yang jarang terjadi mempunyai struktur papiler dengan inti sentral
pada stroma jaringan penunjang pembuluh darah yang ditutupi oleh epitel squamosa bertingkat
yang tebal.
10
Modul Esofagus
Neoplasma

Insidensi antara 0,01% - 0,04% , diduga disebabkan oleh human papilloma virus. Terletak
pada 1/3 bawah esofagus. Pada pemeriksaan endoskopi papilloma terlihat sebagai tumor yang
multilobulus dan sesile dengan permukaan licin dan konsistensi yang lunak. Sulit dibedakan
dengan veruka karsinoma sel squamosa, sehingga dibutuhkan biopsi.
Terdapat dua indikasi eksisi untuk tumor tersebut yaitu obstruksi esofagus dan kesulitan
menyingkirkan suatu keganasan. Pengangkatan tumor secara endoskopi dilakukan bila terjadi lesi
obstruktif. Jika diduga merupakan suatu keganasan atau tidak dapat mengangkat seluruh tumor,
eksplorasi secara pembedahan dapat dilakukan dengan lokal eksisi dan rekonstruksi esofagus
pasca operasi.

Polip Hipervaskuler
Sering sebagai lesi yang soliter, umumnya terjadi pada laki-laki tua antara 60 70 Th, lokasi
tumor 85% pada esofagus bagian atas, biasanya berasal dari tepi bawah otot spingter
krikofaringeus, diawali sebagai tumor mukosa yang kecil, dan tumbuh ke arah lumen, kadang-
kadang tumor tumbuh dengan ukuran yang besar dan mempunyai pedikel yang sangat panjang.

KEPUSTAKAAN MATERI BAKU

1. Griffith Pearson.F, Joel D.C, Jean Deslauries,et.al : Trauma. Foreign Bodies. Esophageal
surgery, 2nd ed.577-615.2002
2. Schiratzki H: Removal of Foreign Body in The Esophagus. Archives of Otolaryngology.
Vol 102, Number 4. 238-240.1976
3. Ellen M.Friedman : Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the Aerodigestive Tract.
Byron I.Bailey.Head and Neck Surgery Otolaryngology.2nd ed. Lippincot-Raven.1998
4. Byron J Bailey,Karen H.Calhoun : Atlas of Head and Neck Surgery-Otolaryngology.2 nd
edition.834-835. J P Lippincot, Philadelphia, 2001

11

Anda mungkin juga menyukai