Anda di halaman 1dari 8

Tentang Diabetes Melitus (DM)

Diabetes mellitus adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan timbulnya hiperglikemia
akibat gangguan sekresi insulin dan biasanya ditandai dengan polifagi, polidipsi, dan poliuria.
Klasifikasi
Klasifikasi DM menurut American Diabetes Association (2008), terbagi 4 bagian yaitu:
1. Diabetes tipe 1
DM tipe 1 (tergantung insulin), DM ini disebabkan kerusakan sekresi produksi insulin sel-sel
beta pankreas, sehingga penurunan insulin sangat cepat sampai akhirnya tidak ada lagi yang
disekresi. Oleh karena itu dalam penatalaksanaannya substitusi insulin tidak dapat dielakkan
(disebut diabetes yang tergantung insulin).Dibagi menjadi dua yaitu imunologik dan idiopati.
2. Diabetes tipe 2
DM tipe 2 (tak tergantung insulin), adalah DM yang lebih umum, penderitanya lebih banyak
dibandingkan DM tipe 1.Penderita DM tipe 2 mencapai 90 % dari keseluruhan populasi
penderita diabetes. DM tipe 2 sering terjadi pada usia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini
di kalangan remaja dan anak-anak populasi penderita DM tipe 2 meningkat. Berbeda dengan
DM tipe 1, pada DM tipe 2 terutama penderita DM tipe 2 pada tahap awal umumnya dapat
dideteksi jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga
tinggi. DM tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel
sasaran insulin gagal atau tak mampu merespons insulin secara normal.Keadaan ini lazim
disebut resistensi insulin.Obesitas atau kegemukan sering dikaitkan dengan penderita DM
tipe 2.
3. Diabetes gestational
DM ini adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau mulai diketahui selama pasien
hamil.Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon disertai pengaruh metaboliknya
terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan merupakan keadaan diabetogenik.
4. Diabetes spesifik
DM ini disebabkan defekasi genetik fungsi sel-sel beta, defekasi genetic kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, DM karena obat, DM karena infeksi, DM
imunologi dan sindrom genetik.
Gejala dan Diagnosis DM
Gejala klasik DM meliputi poliuria, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dijelaskan
sebabnya. Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi
ereksi pada laki-laki serta pruritus vulva pada perempuan.
Diagnosis DM dapat dibantu dengan pemeriksaan kadr glukosa darah. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena atau bahan darah utuh

(whole blood) vena atau kapiler sesuai kondisi dengan memperhatikan angka-angka kriteria
Tes
Normal
Hemoglobin A1c
<5.7%
(A1c) a
Glukosa Darah
< 100 mg/dL
Puasa
Glukosa Darah
< 130 mg/dL
Sewaktu
Tes Toleransi
< 140 mg/dL
Glukosa Oral
diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan

Pre-diabetes
5.7-6.4%

Diabetes
6.5%

100-125 mg/dL

126 mg/dL

130-199 mg/dL

200 mg/dL

140-199 mg/dL

200 mg/dL

WHO.Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat

diperiksa glukosa darah kapiler (Gustaviani, 2006)

Factor risiko DM
i. Factor genetic
Peranan faktor genetik ini juga jelas pada kembar yang menderita diabetes mellitus. Pada kembar
yang monozygote insidensi agar keduanya menderita diabetes peranan faktor genetik pada
diabetes mellitus usia muda berlainan dengan diabetes mellitus pada usia lanjut. Orang usia
lanjut yang mempunyai saudara kandung penderita diabetes mellitus lebih mudah untuk
menderita diabetes mellitus.
ii. Kurangnya aktivitas fisik
Aktivitas fisik seperti pergerakan atau olahraga yang dilakukan secara teratur adalah usaha yang
dapat dilakukan untuk menghindari kegemukan atau obesitas, sehingga kemungkinan untuk
menderita diabetes mellitus semakin kecil.Apabila kita berolahraga atau mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan yang berat kita memerlukan lebih banyak energi.Ini berarti bahwa kita
perlu lebih banyak glukosa yang kemudian diubah menjadi energi.
iii. Kehamilan

Hal tersebut bisa dikaitkan dengan keadaan seperti kehamilan, ibu-ibu yang hamil secara lahiriah
akan lebih banyak makan dari biasanya dengan tujuan memberikan makanan yang cukup
kepada janin dan akhirnya mereka menjadi gemuk. Pada saat tubuh tidak dapat lagi
mengolah gula yang beredar didalam darah, maka timbullah diabetes mellitus (Brudnell,
1996).
iv. Usia lanjut
Dengan bertambahnya umur maka terjadilah gangguan pada fungsi pankreas dan kerja dari
insulin yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat. Gangguan fungsi pankreas
menyebabkan terjadinya sekresi insulin berkurang. Kerja insulin yang berkurang akan
menyebabkan terjaadinya resistensi insulin, sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat
akibat terjadinya diabetes mellitus (Pusat Diabetes dan Nutrisi, 1994).
v. Social ekonomi
Perubahan pola penyakit di negara-negara berkembang khususnya di Indonesia dianggap ada
hubungannya dengan cara hidup yang berubah sesuai dengan bertambahnya kemakmuran
yang bercermin dalam pendapatan perkapita Indonesia (Syaifoellah, 1996). Perubahan dalam
gaya hidup, makanan, olahraga dan perpindahan ke kota dianggap mempunyai kontribusi
terhadap prevalensi diabetes mellitus yang lebih tinggi disuatu daerah.
Faktor risiko diabetes tipe 2 terbagi atas:
Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat keluargadengan diabetes, usia >
45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahirlebih dari 4 kg, riwayat pernah
menderita DM Gestasional dan riwayat berat badanlahir rendah < 2,5 kg.
Faktor risiko yang dapat diperbaiki seperti berat badan lebih (indeks massatubuh > 23kg/m2,
kurang aktivitas fisik, hipertensi(>140/90 mmHg), dislipidemia(HDL <35 mg/dl dan atau
trigliserida > 250 mg/dl dan diet tinggi gula rendah serat.
Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes seperti penderitasindrom ovarium polikistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensiinsulin, sindrom metabolik,
riwayat toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasaterganggu dan riwayat penyakit
kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darahkoroner jantung, pembuluh darah arteri
kaki) (Tedjapranata M, 2009)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DM dikenal Empat Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu ( PERKENI,
2006):

1) Terapi gizi medis


-

Memakan makanan dengan komposisi yang seimbang yaitu : Karbohidrat (45-60 %),
Protein (10-20 %) dan Lemak (20-25 %), sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi
Seimbang (Waspadji, 2009).

Memperhitungkan jumlah kalori yang disesuaikan dengan pertumbuhan status gizi, umur,
stres akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
idaman.

Makanan yang telah dihitung jumlah kalori tersebut dibagi atas 3 porsi yaitu untuk makan
pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%)
diantara 2 waktu makan (setiap 3 jam harus makan untuk mencegah hipoglikemia) dan
harus teratur.

Jumlah serat yang dikonsumsi 25-50 gram per hari ( sumber makanan: buah-buahan,
sayur-sayuran, kacang polong, gandum) ( Hutagalung, 1999).

Jumlah sukrosa tidak perlu dibatasi, namun jangan sampai lebih dari total kalori per hari
(sumber makanan: gula merah, buah, sayuran, gula pasir , permen) (Almatsier, 2001).

Fruktosa tidak boleh lebih dari 60 gram / hari ( sumber makanan : madu, pemanis buatan,
buah dan minuman ringan) ( Almatsier, 2001).

Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/ hari. Jika kadar kolesterol LDL 100 mg/dl,
maka maksimal kolesterol yang dapat dikonsumsi 200 mg/hari (sumber makanan yang
mengandung tinggi kolesterol : hati, ginjal, kuning telur, daging, susu penuh, keju, udang
dan kerang, sedangkan ikan dan ayam bahan makanan yang mengandung rendah
kolesterol) (Almatsier, 2001).

Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam lemak tidak jenuh
rantai panjang dan membatasi pengkonsumsian asam lemak bentuk trans (Canadian
Diabetes Association, 2008).

Makanan yang harus dihindari adalah mengandung gula murni, sirup, roti, cake dan lainlain karena sangat cepat diserap sehingga kadar glukosa darah mudah naik (Suyono,
2002).

2) Latihan jasmani

Latihan jasmani dilakukan secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit),
merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM Tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti
berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga,berkebun harus tetap dilakukan. Selain untuk
menjaga kebugaran, latihan jasmani juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai,
jogging dan berenang.Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi
maksimal (220-umur), disesuiakan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.Untuk
mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan.Sementara yang sudah
mendapat komplikasi DM dapat dikurangi (Syahbudin, 2002).
Tetapi pada DM yang tidak terkendali kadar glukosa darahnya, olahraga akan menyebabkan
terjadinya peningkatan kadar glukosa darah dan benda keton yang dapat bersifat fatal. Pada
suatu penelitian didapatkan bahwa DM tidak terkontrol dengan glukosa darah sekitar 332
mg/dl, olahraga tidak menguntungkan malah membahayakan.Oleh karena itu olahraga harus
disertai terapi gizi medis (Ilyas, 2009).
3) Intervensi Farmakologis
Jika penderita telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur, namun
pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik
oral maupun insulin. Sarana pengelolaan farmakologis DM dapat berupa (PERKENI, 2006)
4) Penyuluhan atau edukasi
Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam
pengelolaan DM yang diberikan kepada setiap penderita DM yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman penderita akan penyakitnya, yang
diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta
kualitas hidup yang lebih baik.
Diet DM
Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus

adalah makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Hal yang terpenting
adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah
yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu banyak makan makanan yang
memperparah penyakit diabetes mellitus.
Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak dianjurkan atau
dibatasi bagi penderita diabetes mellitus yaitu:
a. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah:
1). Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi dan sagu.
2). Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu skim, tempe, tahu dan
kacang-kacangan.
3). Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan
terutama mudah diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.
b. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita diabetes mellitus
adalah:
1). Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jelly, buah-buahan
yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es krim, kue-kue manis, dodol, cake dan tarcis.
2). Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast-food), goreng-gorengan.
3). Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan yang diawetkan
(Almatsier, 2006).
Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol kadar gula darah.
Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan bila berulang-ulang
dalam jangka panjang, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi diabetes mellitus.Oleh karena
itu, sebaiknya sebelum lapar karena makan disaat lapar sering tidak terkendali dan berlebihan.
Agar kadar gula darah lebih stabil, perlu pengaturan jadwal makan yang teratur. Makanan dibagi
dalam 3 porsi besar yaitu makan pagi (20 %), siang (30 %), sore (25 %) serta 2-3 kali porsi kecil
untuk makanan selingan masing-masing (10-15 %).
Komplikasi DM
Komplikasi akut berupa :
i. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi jika kadar gula darah turun hingga 60 mg/dl. Keluhan dan gejala
hipoglikemia dapat bervariasi, tergantung sejauh mana glukosa darah turun. Keluhan pada

hipoglikemia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu keluhan akibat otak tidak
mendapat kalori yang cukup sehingga mengganggu fungsi intelektual dan keluhan akibat
efek samping hormon lain yang berusaha meningkatkan kadar glukosa dalam darah (Tandra,
2007).
- Ketoasidosis Diabetes
Pada DM yang tidak terkendali dengan kadar gula darah yang terlalu tinggi dan kadar insulin
yang rendah, maka tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Sebagai
gantinya tubuh akan memecah lemak sebagai sumber energi alternatif. Pemecahan lemak
tersebut kemudian menghasilkan badan-badan keton dalam darah atau disebut dengan
ketosis.Ketosis inilah yang menyebakan derajat keasaman darah menurun atau disebut
dengan istilah asidosis.Kedua hal ini lantas disebut dengan istilah ketoasidosis. Adapun
gejala dan tanda-tanda yang dapat ditemukan pada pasien ketoasidosis diabetes adalah kadar
gula darah > 240 mg/dl, terdapat keton pada urin, dehidrasi karena terlalu sering berkemih,
mual, muntah, sakit perut, sesak napas, napas berbau aseton, dan kesadaran menurun hingga
koma (Nabyl, 2009).
- Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK)
Sindrom HHNK merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia
serta diikuti oleh perubahan tingkat kesadaran.Kelainan dasar biokimia pada sindrom ini
berupa kekurangan insulin efektif.Keadaan hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis
osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik, cairan akan berpindah dari ruang intrasel ke ruang ekstrasel. Dengan
adanya glukosuria dan dehidrasi, akan dijumpai keadaaan hipernatremia dan peningkatan
osmolaritas. Salah satu perbedaan utama antar HHNK dan ketoasidosis diabetes adalah tidak
terdapatnya ketosis dan asidosis pada HHNK.Perbedaan jumlah insulin yang terdapat pada
masing-masing keadaan ini dianggap penyebab parsialperbedaan di atas.Gambaran klinis
sindrom HHNK terdiri atas gejala hipotensi, dehidrasi berat,takikardi, dan tanda-tanda
neurologis yang bervariasi (Brunner & Suddarth,2001).
Komplikasi kronis berupa :
i. Komplikasi Makrovaskular
Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada pasien DM adalah penyakit
jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada pasien DM tipe II yang umumnya menderita
hipertensi, dislipidemia, dan atau kegemukan (Nabyl,2009). Komplikasi ini timbul akibat

aterosklerosis dan tersumbatnya pembuluh-pembuluh darah besar, khususnya arteri akibat


timbunan plak ateroma.Komplikasi makrovaskular atau makroangiopati tidak spesifik pada
diabetes, namun pada DM timbul lebih cepat, lebih sering, dan lebih serius.Berbagai studi
epidemiologi menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit kardiovaskular dan
diabetes meningkat 4 -5 kali dibandingkan pada orang normal. Komplikasi makroangiopati
umumnya tidak ada hubungannya dengan kontrol kadar gula darah yang baik. Tetapi telah
terbukti secara epidemiologi bahwa angka kematian akibat hiperinsulinemia merupakan
suatu faktor resiko mortalitas kardiovaskular, di mana peninggian kadar insulin menyebabkan
resiko kardiovaskular semakin tinggi pula. Kadar insulin puasa > 15 mU/ml akan
meningkatkan resiko mortalitas kardiovaskular sebanyak 5 kali lipat. Hiperinsulinemia kini
dikenal sebagai factor aterogenik dan diduga berperan penting dalam menyebabkan
timbulnya komplikasi makrovaskular (UNPAD, 2005).
ii. Komplikasi Neuropati
Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi. Dalam jangka waktu yang
cukup lama, kadar glukosa dalam darah akan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang
berhubungan langsung ke saraf. Akibatnya, saraf tidak dapat mengirimkan pesan secara
efektif.Keluhan yang timbul bervariasi, yaitu nyeri pada kaki dan tangan, gangguan
pencernaan, gangguan dalam mengkontrol BAB dan BAK, dan lain-lain (Tandra,
2007).Manifestasi klinisnya dapat berupa gangguan sensoris, motorik, dan otonom. Proses
terjadinya komplikasi neuropati biasanya progresif, di mana terjadi degenerasi serabutserabut saraf dengan gejala nyeri, yang sering terserang adalah saraf tungkai atau lengan
(UNPAD, 2005 ).
iii. Komplikasi Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular merupakan komplikasi unik yang hanya terjadi pada DM. Penyakit
mikrovaskular diabetes atau sering juga disebut dengan istilah mikroangiopati ditandai oleh
penebalan membran basalis pembuluh kapiler.Ada dua tempat di mana gangguan fungsi
kapiler dapat berakibat serius yaitu mata dan ginjal.Kelainan patologis pada mata, atau
dikenal dengan istilah retinopati diabetes, disebabkan oleh perubahan pada pembuluhpembuluh darah kecil di retina.Perubahan yang terjadi pada pembuluh darah kecil di retina
ini dapat menyebabkan menurunnya fungsi penglihatan pasien DM, bahkan dapat menjadi
penyebab utama kebutaan (Brunner & Suddarth, 2001).

Anda mungkin juga menyukai