Anda di halaman 1dari 31

MODUL UTAMA

ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI

MODUL V.5
ESOFAGITIS KOROSIF

EDISI II

KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul V.5 – Esofagitis Korosif

DAFTAR ISI

A. WAKTU ....................................................................................................... 2
B. PERSIAPAN SESI ....................................................................................... 2
C. REFERENSI ................................................................................................ 2
D. KOMPETENSI ............................................................................................ 3
E. GAMBARAN UMUM ................................................................................ 4
F. CONTOH KASUS ...................................................................................... 4
G. TUJUAN PEMBELAJARAN...................................................................... 4
H. METODA PEMBELAJARAN .................................................................... 5
I. EVALUASI .................................................................................................. 5
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF .......................... 6
K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR ................. 10
L. MATERI PRESENTASI............................................................................ 16
M. MATERI BAKU ........................................................................................ 20
N. ALGORITMA DAN PROSEDUR ........................................................... 26

1
Modul V.5 - Esofagitis korosif

A. WAKTU

Proses Pengembangan Kompetensi Alokasi Waktu


Sesi di dalam kelas 4 X 60 menit (classroom session)
Sesi Pratikum - (coaching session)
Sesi Praktik dan pencapaian - (facilitation and assessment)
kompetensi

B. PERSIAPAN SESI

1. Materi esophagitis korosif meliputi :


a. Slide 1: Anatomi esofagus
b. Slide 2: Histologi esofagus
c. Slide 3: Bahan-bahan korosif
d. Slide 4: Patogenesa terjadinya erosi mukosa
e. Slide 5: Gejala Klinis
f. Slide 6: Derajat luka bakar
g. Slide 7: Pemeriksaan penunjang
h. Slide 8: Penatalaksanaan
i. Slide 9: Komplikasi

2. Kasus esophagitis korosif


Seorang wanita datang dikonsulkan dari poli psikiatri dengan
keluhan utama gangguan menelan sejak 2 minggu lalu. Saat ini
penderita hanya bisa minum cairan, bila makanan padat
dimuntahkan kembali setelah 3-5 menit ditelan dan rasa
mengganjal di dada depan. Riwayat tentamen suicide 1 tahun lalu
dengan minum cairan pemutih pakaian. Pemeriksaan fisik dalam
batas normal.

3. Sarana dan Alat Bantu Latih :


a. Model anatomi laring, video
b. Penuntun belajar (learning guide) terlampir
c. Tempat belajar (training setting): ruang kuliah, poliklinik THT-KL.

C. REFERENSI

1. Gregory N, Melanie W, Catherine J. Esophalogy.


Ballenger’sOtorhinolaryngology Head and Neck Surgery.17th ed. 975-982.
BC Decker-London. 2009
2. Dhingra PL. Disorders of Oesofagus Diseases of Ear, Nose and Throat. 4th
edition. India. Elsevier. 2009; 303-04
2
Modul V.5 - Esofagitis korosif

3. Warren K.Yunker, Ellen M.Friedman : Ingestion Injuries and Foreign


Bodies in the Aeorodigestive Tract. Bailey’s Head & Neck Surgery
Otolaryngology 5th ed. Wolter Kluwer,Lippincot Williams &
Wilkins.2013
4. Kavitt RT, Vaezi MF. Disease of the Esofagus. In: Flint PW, Haughoy
BH, Lund VJ, et al. Cummings otolaryngology Head and Neck Surgery.
6th ed. 2015. Elsevier Saunders. Philadelphia. P 993
5. Joseph R.Spiegel, Robert T.Sataloff : Caustic Injuries of the Esofagus. The
Esofagus 4th.ed. Lippincot Williams & Wilkins.2004

D. KOMPETENSI

1. Kompetensi Umum
1. Mampu membuat diagnosis esophagitis korosif berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2. Mampu memutuskan dan melakukan terapi pendahuluan serta
merujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi bila diperlukan

2. Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Mengenali gejala dan tanda esofagitis korosif
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada esofagitis
korosif
3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik akibat komplikasi
esofagitis korosif
4. Mengambil keputusan untuk pemeriksaan penunjang laboratorium
darah rutin, elektrolit, foto toraks , esofagoskopi dan esofagogram
(foto kontras esofagus)
5. Membuat diagnosis dan memberikan terapi medikamentosa yang
tepat serta melakukan tindakan esofagoskopi.
6. Membuat keputusan klinik untuk melakukan tindakan dilatasi
akibat striktur dan trakeostomi apabila ditemukan obstruksi nafas
akibat komplikasi esofagitis korosif tersebut.
7. Membuat keputusan klinik untuk melakukan konsultasi dengan
bagian lain (disiplin ilmu lain) dalam mengatasi komplikasi
esofagitis kronis yang tidak bisa dilakukan oleh bagian THT
misalnya esofagektomi atau gastrotomi
8. Mampu memberikan penyuluhan kepada pasien/keluarganya dan
mengkonsultasikan ke bagian psikiatri apabila ada indikasi

3
Modul V.5 - Esofagitis korosif

E. GAMBARAN UMUM

Memberikan penjelasan dan upaya yang akan dilakukan terhadap kasus


esofagitis korosif

F. CONTOH KASUS
Seorang wanita datang dikonsulkan dari poli psikiatri dengan keluhan utama
gangguan menelan sejak 2 minggu lalu. Saat ini penderita hanya bisa minum
cairan, bila makanan padat dimuntahkan kembali setelah 3-5 menit ditelan
dan rasa mengganjal di dada depan. Riwayat tentamen suicide 1 tahun lalu
dengan minum cairan pemutih pakaian. Pemeriksaan fisik dalam batas
normal.

Diskusi :
 Mekanisme kerusakan jaringan
 Komplikasi yang terjadi pasca iritasi

Jawaban :

G. TUJUAN PEMBELAJARAN

Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan
menatalaksana esophagitis korosif seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu:
1. Mengenali tanda dan gejala esofagitis korosif
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada esofagitis korosif
3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik akibat komplikasi esofagitis
korosif
4. Mengambil keputusan untuk pemeriksaan penunjang laboratorium darah
rutin, elektrolit, foto toraks , esofagoskopi dan esofagogram (foto kontras
esofagus)
5. Membuat diagnosis dan memberikan terapi cairan, antibiotik, antiinflamasi
dan analgetik yang tepat serta melakukan tindakan esofagoskopi.
6. Membuat keputusan klinik untuk melakukan tindakan dilatasi akibat
striktur dan trakeostomi apabila ditemukan obstruksi nafas akibat
komplikasi esofagitis korosif tersebut.
7. Membuat keputusan klinik untuk melakukan konsultasi dengan bagian lain
(disiplin ilmu lain) dalam mengatasi komplikasi esofagitis kronis yang
tidak bisa dilakukan oleh bagian THT misalnya esofagektomi atau
gastrotomi
4
Modul V.5 - Esofagitis korosif

8. Mampu memberikan penyuluhan kepada pasien/keluarga dan


mengkonsultasikan ke bagian psikiatri apabila ada indikasi

H. METODA PEMBELAJARAN

 Presentasi modul
 Mini lecture

I. EVALUASI

1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk lisan dan tulisan,
yang bertujuan untuk menilai kinerja awal, yang dimiliki peserta didik dan
untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pre-test terdiri atas :
- Anatomi, fisiologi dan histologi esofagus
- Penegakan diagnosis
- Terapi (teknik ekstraksi)
- Komplikasi dan penanganannya
- Follow-up
2. Selanjutnya dilakukan small group discussion bersama fasilitator untuk
membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang
berkenan dengan penuntun belajar, kesempatan yang akan diperoleh pada
saat bedside teaching dan proses penilaian.
3. Setelah dianggap memadai, melalui metode bedside teaching dibawah
pengawasan fasilitator, peserta didik mengaplikasikan penuntun belajar
kepada model anatomik (manekin) dan setelah kompetensi tercapai peserta
didik akan diberikan kesempatan untuk melakukannya pada pasien
sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan
langsung (direct observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai
berikut :
- Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak
dilaksanakan
- Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misalnya
pemeriksaan terdahulu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada
pasien
- Baik : pelaksaan baik dan benar
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk
mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan
dibicarakan di depan pasien dan memberi masukan untuk memperbaiki
kekurangan yang ditemukan.
5. Self assesment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan
penuntun belajar
6. Pendidik mengevaluasi melalui:

5
Modul V.5 - Esofagitis korosif

- Pengamatan langsung dengan memakai evaluation check list form


(terlampir)
- Penjelasan lisan dari dari peserta didik / diskusi
- Kriteria penilaian keseluruhan : cakap / tidak cakap / lalai
7. Pada akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan
diberi tugas yang dapat memperbaiki kinerja (task-based medical
education)
8. Pencapaian pembelajaran :
- Ujian akhir setelah penyelesaian modul meliputi (K, P, A )
- Log-Book
- Ujian Tulis Kolegium THT-KL
- Ujian Lisan OSCE Kolegium THT-KL

J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF

1. Kuesioner Sebelum Pembelajaran


1. Bahan kimia manakah di bawah ini yang dapat menyebabkan terjadinya
nekrosis mencair pada dinding esofagus ?
a. Perak Nitrat
b. Air aki
c. Sodium hipoklorit
d. Natrium hidroksida
e. Asam sulfat
Jawaban: D
2. Bagaimanakah klasifikasi esofagitis korosif berdasarkan gejala klinis dan
perjalanan penyakit ?
a. Fase akut, fase sub akut dan fase kronik
b. Fase akut dan fase kronik
c. Fase intermediate, fase laten dan fase kronik
d. Fase laten, fase sub akut dan fase kronik
e. Fase akut, fase laten dan fase kronik
Jawaban: A
3. Pada kasus tertelan zat korosif basa kuat dan kurang dari 6 jam, tindakan
awal apa yang dapat dilakukan ?
a. Pemberian antasida
b. Pemasangan pipa NGT
c. Pemberian kortikosteroid
d. Pemberian susu
e. Bilas lambung dan pemberian obat perangsang muntah
Jawaban: B
4. Kapan sebaiknya tindakan esofagoskopi dilakukan pada pasien esofagitis
korosif ?
a. Dalam waktu 24-48 jam dan terdapat keluhan sulit menelan
b. Setelah dilakukan pemeriksaan foto polos toraks dan esofagogram
6
Modul V.5 - Esofagitis korosif

c. Dilakukan sesegera mungkin pada saat pasien datang


d. Dalam waktu 3x24 jam setelah kejadian atau bila luka bakar di mulut
dan tenggorok sudah tenang
e. Tidak perlu dilakukan tindakan esofagoskopi
Jawaban: A
5. Apakah faktor yang tidak mempengaruhi keparahan trauma pada esofagitis
korosif?
a. Jumlah, jenis dan konsentrasi zat korosif
b. Lamanya kontak dengan dinding esofagus
c. Sengaja diminum atau tidak
d. Faktor usia dan penyakit lainnya
e. Makanan lain di lambung
Jawaban: D

2. Kuesioner Tengah Pembelajaran


1. Seorang perempuan usia 28 tahun datang ke IGD dengan riwayat tertelan
cairan pembersih kloset dengan sengaja sejak 8 jam yang lalu.
Pasien mengeluh nyeri pada saat menelan dan keluar banyak air liur.
Tindakan apa yang pertama kali akan anda lakukan ?
a. Esofagoskopi
b. Esofagogram
c. Pemberian cairan parentral dan observasi
d. Pemeriksaan darah rutin dan elektrolit
e. Pemberian antasida
Jawaban: C
2. Seorang laki-laki usia 68 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sulit
menelan sejak 3 bulan yang lalu, pasien mempunyai riwayat menelan
cairan air aki pada 2 tahun yang lalu kemungkinan apa yang terjadi pada
pasien ini ?
a. Refluks esofagitis
b. Kanker esofagus
c. Perforasi esofagus
d. Striktur esofagus
e. Spasme difus esofagus
Jawaban: D
3. Seorang anak laki-laki usia 8 tahun datang ke IGD dibawa oleh ibunya
dengan riwayat tertelan cairan pembersih saluran sejak 6 jam yang lalu.
Pada pemeriksaan terdapat luka bakar pada mulut pasien, pasien kemudian
dilakukan tindakan esofagoskopi dan pada pemeriksaan esofagoskopi
terlihat permukaan esofagus eritema, terdapat eksudat dan ulserasi sampai
ke muskulus. Berdasarkan derajat luka bakar, termasuk derajat berapa
pada kasus ini ?
a. I
b. II
c. III
7
Modul V.5 - Esofagitis korosif

d. IV
e. V
Jawaban: C
4. Seorang laki-laki usia 72 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri
menelan setelah tertelan cairan racun rumput sejak 3 minggu yang lalu,
pasien juga mengeluh sulit menelan dan terdapat luka bakar pada mulut
pasien. Pemeriksaan apa yang sebaiknya dilakukan pada pasien ini ?
a. Foto polos dada posteroanterior
b. Esofagoskopi
c. Pemeriksaan darah rutin dan elektrolit
d. Esofagogram
e. Laringoskop direk
Jawaban: D
5. Seorang perempuan usia 48 tahun dengan riwayat tertelan cairan asam
keras sejak 2 hari yang lalu. Pada pemeriksaan ditemukan adanya tanda-
tanda mediastinitis. Apakah tindakan selanjutnya yang akan dilakukan?
a. Pemberian kortikosteroid dan antibiotik yang adekuat
b. Esofagoskopi
c. Konsul bagian bedah untuk laparatomi
d. Konsul bagian bedah untuk esofagektomi
e. Pemberian susu untuik netralisir
Jawaban: D

3. Essay/Ujian Lisan/Uji Sumatif


1. Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang dengan keluhan sulit menelan
sejak 2 hari yang lalu, pasien hanya bisa minum cairan dan tidak bisa
menelan makanan padat serta rasa mengganjal di dada. Riwayat tertelan
cairan pembersih toilet dengan sengaja sebanyak ½ gelas. Pada
pemeriksaan tampak luka bakar pada daerah bibir dan mulut. Pemeriksaan
fisik menunjukkan kesadaran kompos mentis, tidak ada sesak, tekanan
darah 110/70 mmHg, nafas 22x/menit dan suhu 37,5oC.
Pertanyaan :
1. Menurut anda apa yang terjadi pada pasien ini ? Jelaskan secara
singkat
2. Pemeriksaanapa yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis ?
3. Penatalaksanaan awal apa yang dapatdiberikan pada pasien ini ?
4. Tindakan selanjutnya apa yang akandilakukan ?
5. Komplikasi apa yang mungkin terjadi pada pasien ini ?

Jawaban: (nilai maksimal 100)


Pertanyaan Jawaban Nilai Nilai
Maksimal Peserta
Pertanyaan a Trauma korosif esofagus 10
Dugaan penyakit akibat zat basa sehingga
menyebabkan disfagia. Saat
8
Modul V.5 - Esofagitis korosif

ini dalam fase akut


Pertanyaan b Esofagoskopi eksplorasi 10
Pemeriksaan inisial
Pertanyaan c Awasi sistem kardiovaskuler 30
Tatalaksana awal Awasi jalan napas, bila ada
gangguan pernapasan 
intubasi atau trakeotomi
Awasi gangguan
keseimbangan elektrolit
Bila curiga perforasi 
esofagogram  konsul bedah
digestif
Pertanyaan d Pemasangan NGT 20
Tindakan
Pertanyaan e Sepsis, pneumonia aspirasi, 30
Komplikasi perforasi esofagus,
mediastinitis, striktur
esofagus

2. Seorang wanita usia 17 tahun datang ke IRJ dengan anamnesis menelan


larutan pembersih toilet setengah gelas, 1 jam yang lalu. Pada pemeriksaan
tidak ditemukan adanya luka bakar pada mulut. Bagaimanakah
penatalaksanaan yang perlu segera dilakukan ?
Pertanyaan :
1. Menurut anda apa yang terjadi pada pasien ini ? Jelaskan secara singkat
2. Pemeriksaan apa yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis ?
3. Penatalaksanaan awal apa yang dapat diberikan pada pasien ini ?

Jawaban : (nilai maksimal 100)


Pertanyaan Jawaban Nilai Nilai
Maksimal Peserta
Pertanyaan 1 Trauma korosif esofagus 25
Dugaan penyakit akibat zat basa kuat
Pertanyaan 2 Esofagoskopi eksplorasi 25
Pemeriksaan inisial
Perntanyaan 3 Awasi sistem 50
Penatalaksanaan kardiovaskuler
Awasi jalan napas, bila ada
gangguan pernapasan 
intubasi atau trakeotomi
Awasi gangguan
keseimbangan elektrolit
Bila curiga perforasi 
esofagogram  konsul
bedah digestif
9
Modul V.5 - Esofagitis korosif

K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR

PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR ESOFAGOSKOPI KAKU ESOFAGITIS KOROSIF

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai


berikut.:
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya
(jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan
atau membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja
yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan)

NAMA PESERTA: ............................ TANGGAL: .................................

KEGIATAN KASUS
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR
 Nama
 Diagnosis
 Informed Choice & Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan Sebelum Tindakan
 Laboratorium
 Pemeriksaan penunjang

II. PERSIAPAN PROSEDUR


I. Pastikan kelengkapan peralatan esofagoskopi telah
tersedia dan lengkap, yaitu:
1. Esofagoskop berbagai ukuran
2. Teleskop 0
3. Forsep ekstraksi sesuai dengan jenis benda asing
4. Kanul suction
5. Sumber cahaya + kabel sumber cahaya
6. Camera system, monitor dan lumina jika tersedia
II. Persiapan Pasien
1. Penderita puasa minimal 6 jam sebelum
esofagoskopi
2. Anestesi umum
10
Modul V.5 - Esofagitis korosif

KEGIATAN KASUS
3. Penderita berbaring terlentang dengan posisi
kepala ditinggikan 15 cm dari meja operasi
sehingga leher fleksi dan kepala ekstensi
maksimal
4. Asisten duduk sebelah kiri pasien memegang
kepala

III. TAHAPAN PROSEDUR TINDAKAN


1. Esofagoskop dipegang dengan tangan kanan di
bagian proksimal dan tangan kiri di bagian distal
seperti memegang pensil
2. Jari tengah dan jari manis tangan kiri membuka bibir
atas dan mengait gigi insisivus
3. Jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri memegang
bagian distal esofagoskop serta menarik bibir agar
tidak terjepit di antara esofagoskop dengan gigi
4. Tangan kanan memegang bagian proksimal
esofagoskop dengan menjepit di antara jari telunjuk
dan jari tengah
5. Esofagoskop didorong perlahan dengan
menggerakkan ibu jari tangan kiri menyusuri sisi
bawah esofagoskop dan tangan kanan berfungsi
untuk mengarahkan esofagoskop dengan
memegangnya seperti memegang pensil pada leher
pegangan
6. Esofagoskop dimasukkan secara vertikal ke dalam
mulut pada garis tengah lidah
7. Identifikasi uvula dan dinding faring posterior
8. Esofagoskop didorong menyusuri dinding posterior
faring sampai terlihat adanya aritenoid kanan dan kiri
9. Esofagoskop disusupkan ke bawah aritenoid. Suatu
gerakan ringan ibu jari tangan kiri diberikan pada
ujung esofagoskop sehingga tampak lumen introitus
esofagus
10. Skope didorong memasuki lumen esofagus dengan
hati-hati dengan menggerakan ibu jari tangan kiri
secara perlahan. Dilakukan evaluasi introitus kearah
atas, bawah, kanan dan kiri
11. Selanjutnya esofagoskop didorong menyusuri lumen
esofagus dengan gerakan ibu jari tangan kiri
12. Melalui esofagus segmen torakal. Kepala penderita
harus diturunkan sampai mendatar untuk
menyesuaikan sumbu esofagus sehingga lumen tetap
tampak. Bila posisi penderita benar maka
11
Modul V.5 - Esofagitis korosif

KEGIATAN KASUS
esofagoskop biasanya akan menyusup masuk dengan
mudah. Pada waktu esofagoskop mencapai
penyempitan aorta dan bronkus kiri, lumen akan
menyempit di anterior.
13. Melalui penyempitan pada hiatus diafragma. Kepala
penderita direndahkan lagi, kemudian leher dan
kepala digeser agak ke kanan untuk menjaga agar
sumbu pipa sesuai dengan sumbu sepertiga bagian
bawah esofagus. Operator mengarahkan esofagoskop
ke spina iliaka anterior superior kiri. Hiatus esofagus
dapat dilihat seperti celah yang miring antara jam 10
dan jam 4
14. Setelah melewati diafragma, kepala penderita harus
diturunkan sesuai dengan kebutuhan untuk
mempertahankan visualisasi lumen esofagus
15. Esofagoskop dihentikan bila terlihat luka bakar
sirkumferensial derajat 2 atau luka bakar derajat
3disepanjang lumen esofagus. Esofagoskopi tidak
boleh diteruskan melalui daerah luka bakar untuk
menghindari terjadinya perforasi esofagus.
16. Apabila didapatkan kelainan pada lumen esofagus
maka disebutkan kelainan yang ditemukan berupa
apa dan setinggi apa
17. Apabila didapatkan striktur esofagus dapat dilakukan
dilatasi
18. Pada saat mengeluarkan esofagoskop, posisi
penderita dan arah gerakan esofagoskop dilakukan
dengan cara yang berlawanan

IV. PASCA TINDAKAN


1. Bila terdapat tanda luka bakar , maka dilakukan
pemasangan pipa nasogastrik
2. Rencana dilakukan esofagoskopi dan esofagogram
ulangan untuk mengevaluasi

12
Modul V.5 - Esofagitis korosif

Instrumen Penilaian Kinerja Keterampilan (Ujian Akhir)

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


PROSEDUR ESOFAGOSKOPI KAKU ESOFAGITIS KOROSIF

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang


diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur,
dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur
atau panduan standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan
sesuai dengan prosedur atau panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak
diperagakan oleh peserta selama proses evaluasi oleh pelatih

NAMA PESERTA: ...................................... TANGGAL: .................................

KEGIATAN KASUS
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR
 Nama
 Diagnosis
 Informed Choice & Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan Sebelum Tindakan
 Laboratorium
 Pemeriksaan penunjang

II. PERSIAPAN PROSEDUR


I. Pastikan kelengkapan peralatan esofagoskopi telah
tersedia dan lengkap, yaitu:
1. Esofagoskop berbagai ukuran
2. Teleskop 0
3. Forsep ekstraksi sesuai dengan jenis benda asing
4. Kanul suction
5. Sumber cahaya + kabel sumber cahaya
6. Camera system, monitor dan lumina jika tersedia
II. Persiapan Pasien
1. Penderita puasa minimal 6 jam sebelum
esofagoskopi
2. Anestesi umum
3. Penderita berbaring terlentang dengan posisi
kepala ditinggikan 15 cm dari meja operasi
sehingga leher fleksi dan kepala ekstensi
maksimal

13
Modul V.5 - Esofagitis korosif

KEGIATAN KASUS
4. Asisten duduk sebelah kiri pasien memegang
kepala

III. TAHAPAN PROSEDUR TINDAKAN


1. Esofagoskop dipegang dengan tangan kanan di
bagian proksimal dan tangan kiri di bagian distal
seperti memegang pensil
2. Jari tengah dan jari manis tangan kiri membuka
bibir atas dan mengait gigi insisivus
3. Jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri memegang
bagian distal esofagoskop serta menarik bibir agar
tidak terjepit di antara esofagoskop dengan gigi
4. Tangan kanan memegang bagian proksimal
esofagoskop dengan menjepit di antara jari
telunjuk dan jari tengah
5. Esofagoskop didorong perlahan dengan
menggerakkan ibu jari tangan kiri menyusuri sisi
bawah esofagoskop dan tangan kanan berfungsi
untuk mengarahkan esofagoskop dengan
memegangnya seperti memegang pensil pada leher
pegangan
6. Esofagoskop dimasukkan secara vertikal ke dalam
mulut pada garis tengah lidah
7. Identifikasi uvula dan dinding faring posterior
8. Esofagoskop didorong menyusuri dinding
posterior faring sampai terlihat adanya aritenoid
kanan dan kiri
9. Esofagoskop disusupkan ke bawah aritenoid.
Suatu gerakan ringan ibu jari tangan kiri diberikan
pada ujung esofagoskop sehingga tampak lumen
introitus esofagus
10. Skope didorong memasuki lumen esofagus dengan
hati-hati dengan menggerakan ibu jari tangan kiri
secara perlahan. Dilakukan evaluasi introitus
kearah atas, bawah, kanan dan kiri
11. Selanjutnya esofagoskop didorong menyusuri
lumen esofagus dengan gerakan ibu jari tangan
kiri
12. Melalui esofagus segmen torakal. Kepala
penderita harus diturunkan sampai mendatar untuk
menyesuaikan sumbu esofagus sehingga lumen
tetap tampak. Bila posisi penderita benar maka
esofagoskop biasanya akan menyusup masuk
dengan mudah. Pada waktu esofagoskop mencapai
14
Modul V.5 - Esofagitis korosif

KEGIATAN KASUS
penyempitan aorta dan bronkus kiri, lumen akan
menyempit di anterior.
13. Melalui penyempitan pada hiatus diafragma.
Kepala penderita direndahkan lagi, kemudian
leher dan kepala digeser agak ke kanan untuk
menjaga agar sumbu pipa sesuai dengan sumbu
sepertiga bagian bawah esofagus. Operator
mengarahkan esofagoskop ke spina iliaka anterior
superior kiri. Hiatus esofagus dapat dilihat seperti
celah yang miring antara jam 10 dan jam 4
14. Setelah melewati diafragma, kepala penderita
harus diturunkan sesuai dengan kebutuhan untuk
mempertahankan visualisasi lumen esofagus
15. Esofagoskop dihentikan bila terlihat luka bakar
sirkumferensial derajat 2 atau luka bakar derajat 3
di sepanjang lumen esofagus. Esofagoskopi tidak
boleh diteruskan melalui daerah luka bakar untuk
menghindari terjadinya perforasi esofagus.
16. Apabila didapatkan kelainan pada lumen esofagus
maka disebutkan kelainan yang ditemukan berupa
apa dan setinggi apa
17. Apabila didapatkan striktur esofagus dapat
dilakukan dilatasi
18. Pada saat mengeluarkan esofagoskop, posisi
penderita dan arah gerakan esofagoskop dilakukan
dengan cara yang berlawanan

IV. PASCA TINDAKAN


1. Bila terdapat tanda luka bakar , maka dilakukan
pemasangan pipa nasogastrik
2. Rencana dilakukan esofagoskopi dan esofagogram
ulangan untuk mengevaluasi

15
Modul V.5 - Esofagitis korosif

L. MATERI PRESENTASI
a. Slide 1: Anatomi esofagus

b. Slide 2: Histologi esofagus

16
Modul V.5 - Esofagitis korosif

c. Slide 3: Bahan-bahan korosif

d. Slide 4: Patogenesa terjadinya erosi mukosa

17
Modul V.5 - Esofagitis korosif

e. Slide 5: Gejala Klinis

f. Slide 6: Derajat luka bakar

g. Slide 7: Pemeriksaan penunjang

18
Modul V.5 - Esofagitis korosif

h. Slide 8: Penatalaksanaan

i. Slide 9: Komplikasi

19
Modul V.5 - Esofagitis korosif

M. MATERI BAKU

ESOFAGITIS KOROSIF

1. Kekerapan
Di Amerika diperkirakan sekitar 5000-15.000 kasus per tahun. Angka
kejadian menunjukkan 2 kelompok umur yang berbeda. Kelompok pertama,
dengan usia 1-5 tahun, banyak disebabkan oleh karena ketidak sengajaan
(kelalaian). Kelompok kedua terlihat pada usia 21 tahun keatas, dengan
penyebab utama percobaan bunuh diri. Trauma korosif dapat menyebabkan
luka bakar yang luas pada daerah bibir, mulut faring, dan saluran napas atas.
Efek dari agen korosif pada esofagus merupakan jumlah yang terbanyak yang
menimbulkan luka yang serius dan komplikasi jangka panjang baik pada
anak-anak dan orang dewasa. Komplikasi jangka pendek dapat berupa
perforasi sampai kematian. Pada anak-anak 18% - 46% trauma korosif
bersama-sama dengan luka bakar pada esofagus. Jumlah ini meningkat tajam
pada orang dewasa terutama yang menelan bahan korosif dengan tujuan
bunuh diri, penyebab lain sebesar 12,03%. Data yang ada di Indonesia
mengenai esofagitis korosif belum ditemukan

2. Etiologi
Esofagitis korosif adalah peradangan esofagus yang disebabkan oleh
luka bakar karena bahan kimia yang bersifat korosif misalnya asam kuat, basa
kuat/alkali dan bahan oksidator lainnya.
 Asam Kuat
Asam kuat menyebabkan nekrosis menggumpal (coagulation necrosis )
yang cenderung membatasi penetrasi asam lebih dalam. Secara histologik
dinding esofagus sampai lapisan otot seolah olah menggumpal, sehingga
membatasi kemampuan absorpsi bahan itu mencapai lambung. Kerusakan
di lambung lebih berat dibanding dengan kerusakan esofagus. Ph asam
akan memperberat jejas sehingga komplikasi perforasi lebih sering terjadi.
Pada luka bakar dengan ulserasi, penyembuhan berlangsung selama 2-3
minggu atau lebih dengan pembentukan jaringan granulasi pada lumen
esofagus.
Bahan kimia asam kuat (pH <7) antara lain asam nitrat, asam sulfat, perak
nitrat, pembersih kloset, air aki (baterai)

 Basa Kuat
Basa kuat menyebabkan terjadinya nekrosis mencair (liquifactum necrosis
) yang dapat mengenai seluruh lapisan esofagus tergantung pada jumlah
dan konsentrasi bahan yang tertelan. Secara histologis dinding esofagus
sampai lapisan otot seolah-olah mengalami pencairan, terjadi disintegrasi
mukosa dengan penetrasi dalam, keterlibatan oral dan esofagus lebih
banyak ditemukan.

20
Modul V.5 - Esofagitis korosif

Bahan kimia alkali (pH >7) antara lain natrium hidroksida, terdapat pada
bahan pembersih rumah tangga atau sebagai bubuk pembersih saluran air
kotor seperti Drano dan liquid Plumer, natrium karbonat (soda pencuci),
natrium metasilikat (bubuk mesin pencuci piring otomatis ), ammonia dan
tablet clinitest .
Alkali dapat tertelan dalam bentuk granul atau cairan pemutih (Ph
mendekati 7) seperti sodium hipoklorit, lisol dan karbol biasanya tidak
menyebabkan kelainan yang hebat hanya terjadi edema di mukosa atau
submukosa, keadaan tersebut dapat menyebabkan iritasi esofagus pada
umumnya tidak menimbulkan morbiditas, mortalitas maupun komplikasi

 Bahan Kimia Oksidator


Meskipun bahan-bahan kimia oksidator tidak selalu memiliki nilai pH
yang ekstrim, tetapi dapat menyebabkan perlukaan yang berat dengan
dehidrasi dan nekrosis pada mukosa esofagus dan lambung. Contoh bahan
kimia oksidator seperti permanganat, perklorat, hidrogen peroksida, asetil
peroksida, dll. Bahan ini biasanya dipakai sebagai pemutih atau
disinfektan.

Kategori bahan-bahan kaustik yang banyak


digunakan dalam rumah tangga

21
Modul V.5 - Esofagitis korosif

3. Patogenesis
Secara singkat , perjalanan lesi korosif pada esofagus dapat dibagi menjadi
tiga fase :
a. Fase nekrotikan akut : Kematian sel terjadi akibat koagulasi protein
intraseluler . Reaksi inflamasi secara intens berkembang disekitar daerah
nekrotik. Terjadi trombosis vena dan infiltrasi hemoragik di atas lapisan
daerah nekrotik. Fase ini terjadi 1-4 hari setelah trauma. Gejala yang
ditemukan ialah disfagi yang hebat, odinofagi, serta suhu badan yang
meningkat

b. Fase granulasi ulserasi : Pada hari ke 3-5, jaringan yang mengalami


nekrosis akan terkelupas dan membentuk ulkus. Proses reparasi sudah
mulai terjadi pada fase ini. Pada akhir minggu 1, seluruh lapisan esofagus
mengalami edema inflamasi disertai dengan terbentuknya jaringan
granulasi yang masih segar pada daerah superfisial. Pembentukan
pembuluh darah baru dan fibroblast juga terlihat pada fase ini. Jaringan
granulasi mengisi defek mukosa yang mengelupas dan jaringan ikat
kolagen terlihat berkembang pada hari ke 10-12. Respon perbaikan yang
signifikan pertama kali terlihat pada hari 5-7. Esofagus berada pada titik
paling lemah selama fase ini . Pada fase ini mudah terjadi perforasi baik
secara spontan maupun akibat tindakan esofagoskopi.

c. Pembentukan sikatriks dan striktur : Terjadi pada awal minggu ketiga atau
keempat. Jaringan ikat kolagen mulai mengalami kontraksi sehingga
menyebabkan penyempitan esofagus . Dapat terjadi perlekatan diantara
area granulasi dan membentuk pseudo divertikula dan striktur
endoluminal. Degenerasi kedua otot esofagus dan jaringan saraf dapat
terjadi. Setelah reaksi inflamasi berhenti, penyembuhan terjadi dengan
tergantinya lapisan submukosa dan muskularis menjadi lapisan fibrosa
yang padat. Maturasi lapisan superfisial yang mengalami inflamasi
berlangsung secara perlahan-lahan pada enam minggu pertama. Re -
epitelisasi esofagus terjadi pada minggu ke empat sampai tiga bulan. Pada
fase ini keluhan pasien berkurang, suhu badan menurun, pasien merasa
telah sembuh, sudah dapat menelan dengan baik akan tetapi sebenarnya
proses pembentukan jaringan parut masih berjalan terus.
Selama periode ini tanda-tanda klinis terbentuknya striktur harus
diwaspadai. Adanya perubahan pergerakan peristaltik dan aktivitas
sekretorik dari esofagus merupakan tanda-tanda telah terbentuknya
striktur. Kejadian striktur dapat terjadi pada periode laten selama 4 minggu
sampai beberapa tahun.

22
Modul V.5 - Esofagitis korosif

4. Gambaran klinik

Segera setelah bahan korosif tertelan, berbagai macam keluhan dapat


timbul, tergantung pada jenis bahan, bentuk padat atau cair, jumlah, jangka
waktu tertelan, disengaja atau tidak dan apakah lambung dalam keadaan terisi
atau tidak. Luka bakar bisa terjadi disekitar mulut, bibir dan orofaring.
Korelasi antara derajat luka bakar pada bibir, rongga mulut, faring dan
esofagus sangat kecil. Mungkin tidak terdapat luka bakar masif di esofagus
tetapi terjadi luka bakar hebat di rongga mulut dan faring atau sebaliknya.
Luka bakar atau edema pada laring atau epiglotis dapat menyebabkan
keluhan stridor, afoni, serak atau sesak. Keluhan-keluhan lain yang biasanya
menyertai seperti mual, muntah, hematemesis, disfagi, odinofagi dan
”drooling”.
Adanya nyeri abdomen atau kekakuan pada substernal/dada atau nyeri
belakang dapat dicurigai adanya luka bakar yang berat atau telah terjadi
perforasi.
Pemeriksaan dengan fiberoptik laringoskopi dapat dilakukan untuk
melihat patensi jalan napas penderita dengan trauma korosif. Jika jalan napas
tidak stabil, intubasi harus dilakukan dengan bantuan endoskop. ”Blind”
intubasi dapat menyebabkan terjadinya perdarahan dan pembentukan luka
baru sehingga dapat menyulitkan pemberian pertolongan selanjutnya. Jika
patensi jalan napas tidak dapat dilakukan dengan intubasi, dapat dilakukan
trakeostomi. Setelah jalan napas dipastikan aman, pemeriksaan fisis lengkap
dan pemberian pertolongan selanjutnya dapat dilakukan.
Pemeriksaan radiologik foto toraks harus dilakukan untuk melihat
adanya udara bebas pada mediastinum (tanda perforasi esofagus) atau di
bawah diafragma (tanda perforasi lambung).
Pemberian makanan atau cairan melalui mulut sebaiknya tidak
diberikan. Hasil pemeriksaan laboratorium dan tanda-tanda vital sebaiknya
dinilai untuk melihat kemungkinan terjadinya asidosis dan syok. Hindari
usaha untuk mengeluarkan bahan korosif yang tertelan dengan menginduksi
emesis agar tidak terjadi perlukaan lanjut akibat materi korosif yang keluar.
Netralisasi bahan korosif sebaiknya tidak dilakukan oleh karena dapat
berpotensi timbulnya perlukaan eksotermik yang dapat memperburuk luka
yang sudah ada sebelumnya

5. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium darah rutin dan elektrolit


b. foto x-ray toraks posisi anterio-posterior dan lateral dilakukan untuk
mendeteksi adanya adanya udara bebas pada mediastinum (tanda perforasi
esofagus) atau di bawah diafragma (tanda perforasi lambung). Juga untuk
mengetahui apakah sudah terjadi mediastinitis atau aspirasi pneumonia
c. Esofagoskopi : endoskopi dengan anestesi umum harus dilakukan dalam
waktu 3 X 24 jam pertama, waktu yang terbaik untuk menilai tingkat
23
Modul V.5 - Esofagitis korosif

cedera luka bakar pada penderita dengan riwayat tertelan agen korosif
adalah 12 – 48 jam pertama. Tindakan endoskopi harus dihindari pada fase
subakut ( 5-15 hari setelah cedera ) karena risiko yang lebih besar untuk
terjadinya perforasi . Pada saat ini , jaringan berada pada kondisi yang
paling rapuh. Tindakan esofagoskopi sebaiknya dihentikan bila terlihat
luka bakar sirkumferensial derajat 2 atau luka bakar derajat 3,
esofagoskopi tidak boleh diteruskan melalui daerah luka bakar untuk
menghindari terjadinya perforasi esofagus.
Kontraindikasi relatif endoskopi termasuk luka bakar derajat ketiga yang
melibatkan hipofaring, luka bakar yang melibatkan laring , distress
pernapasan. Pada kasus ini ,penggunaan radiografi dengan kontras yang
larut dalam air dapat dilakukan sebagai gantinya.
d. Esofagogram : Esofagogram tidak banyak menunjukkan kelainan pada
stadium akut Esofagogram perlu dilakukan setelah minggu ke 2 untuk
melihat ada tidaknya striktur esofagus dan dapat diulang pada minggu ke
6-8 untuk evaluasi

6. Penanganan

Tujuan pemberian terapi pada esofagitis korosif adalah untuk mencegah


pembentukan striktur dengan jalan memperbaiki keadaan umum, menjaga
keseimbangan elektrolit, menjaga jalan nafas dan observasi terhadap
kemungkinan terjadinya komplikasi
Dalam 24 jam pertama setelah tertelan zat kaustik, pasien harus diberi
cairan parenteral dan diamati kemungkinan adanya mediastinitis, fistel
trakeoesfagus, perforasi lambung, peritonitis, pneoumonia dan edem laring.
Koreksi cairan jika terdapat gangguan keseimbangan elektrolit. Bilas
lambung dan obat perangsang muntah ( misal : Ipecac ) merupakan
kontraindikasi oleh karena muntah dapat menyebabkan berulangnya kontak
zat kaustik pada lumen esofagus dan dapat menambah trauma
Bila pada esofagoskopi terdapat luka bakar, harus di pasang pipa
nasogaster polietilen dan dipertahankan sampai risiko pembentukan striktur
terlampaui kemudian dilakukan esofagoskopi ulang 6 minggu kemudian.
Sukralfat diberikan secara oral dalam bentuk suspensi dengan harapan
terjadi penyembuhan ulkus esofagus tanpa disertai pembentukan striktur.
Cairan antasid, H2 Bloker dan PPI perlu diberikan.
Antibiotik spektrum luas diberikan secara peroral untuk mendapatkan
efek topikal pada daerah jaringan granulasi. Dapat diberikan ampisilin 50 -
100 mg/kg perhari selama 2-3 minggu atau 5 hari bebas demam.
Pemberian kortikosteroid diberikan untuk mencegah terjadinya
pembentukan fibrosis yang berlebihan. Kortikosteroid diberikan selama 3-6
minggu. Steroid adalah tambahan yang mungkin bermanfaat dalam
pengelolaan trauma korosif akibat bahan alkali karena efek anti - inflamasi
dan dapat mengurangi deposit kolagen , sehingga bekas luka tidak terlalu
parah. Steroid umumnya dianggap tidak memberikan manfaat pada luka
24
Modul V.5 - Esofagitis korosif

bakar derajat 1 oleh karena luka bakar pada derajat ini sembuh dengan baik
tanpa pembentukan striktur . Beberapa penulis merekomendasikan
penggunaan steroid untuk luka bakar derajat 2 asalkan pengobatan dimulai
dalam waktu 48 jam setelah tertelan bahan korosif. Penggunaan steroid pada
luka bakar derajat 3 merupakan kontraindikasi karena risiko terjadinya
perforasi lebih tinggi. Efek menguntungkan juga terlihat dari pemberian
steroid dengan metode lain, seperti injeksi interlesi triamsinolon dan
penggunaan larutan steroid oral.

Derajat Perlukaan mukosa esofagus pada trauma korosif

Derajat Gambaran Endoskopik Korelasi Klinis

Derajat 0 Ada riwayat tertelan zat korosif, tidak Dapat makan dan
ditemukan kerusakan atau keluhan minum seperti biasa.

Derajat 1 Kerusakan mukosa superfisial, eritema Disfagi bersifat


difus atau fokal, edena, hemoragik, sementara, dapat
belum ada pembentukan jaringan ikat makan dan minum
dalam 0-2 hari, tidak
ada stenosis, tidak
ada gejala sisa jangka
panjang.

Derajat 2 Kerusakan lapisan mukosa dan Risiko rendah untuk


submukosa, ulserasi, eksudat, terjadi perforasi.
pembentukan vesikel, jaringan Lebih lanjut dapat
granulasi, terjadi reaksi fibroblastik terjadi stenosis akibat
untuk pembentukan jaringan ikat terbentuknya
jaringan parut

25
Modul V.5 - Esofagitis korosif

Derajat 3 Kerusakan trans-mural, ulkus dalam, Risiko tinggi untuk


dinding esofagus berwarna abu-abu, terjadinya perforasi
coklat sampai kehitaman disertai dan kematian.
dengan perforasi Risiko tinggi untuk
terjadi stenosis

Luka bakar derajat 2 dapat diberikan kortikosteroid intravenus,


prednison 2mg/kg perhari maksimal 60mg/hari, diberikan terus menerus
dengan dosis penuh, kemudian ditappering 3 minggu kemudian. Analgetik
dapat diberikan secara oral, intravenus, intramuskuler atau per rectal sesuai
berat badan dan umur untuk mengurangi rasa nyeri. Morfin dapat diberikan
jika pasien sangat kesakitan
Bahan Laritrogenik seperti N-asetilsistein dan penisillamin dan
mitomisin (antibiotik dan agen antineoplastik) dapat mengurangi
pembentukan striktur esofagus.
Luka bakar derajat 3 diperlukan perawatan intensif. Dilakukan
trakeeostomi apabila terjadi stridor dan kesulitan bernafas. Laparotomi
dilakukan apabila ditemukan tanda tanda peritonitis dan ruptur lambung.
Esofagektomi atau gastrotomi dilakukan apabila terjadi nekrosis berat dan
mediastinitis
Diperlukan konsultasi psikiatri pada penderita anak yang lebih tua atau
penderita dewasa.
Dilatasi dilakukan pada pasien dengan striktur esofagus. Dilatasi dapat
dilakukan dengan metode mekanis prograd, metode mekanis dari retrograd
dari Tucker, dan metode hidrostatik menggunakan busi berisi air raksa. Pada
striktur tunggal yang pendek, dilatasi awal lebih tepat dilakukan cara prograd
dengan busi tenunan (woven) tipe Jackson melalui esofagoskop selama 10 –
15 menit. Bila cara ini berhasil baik, dilatasi selanjutnya dapat dilakukan
dengan busi berisi air raksa dari Maloney sekali atau dua kali seminggu
secara teratur, dengan tujuan memperbesar diameter dan interval antara dua
dilatasi. Pada striktur yang lebih parah suntikan triamsinolon diasetat ke
dalam striktur diikuti dengan dilatasi segera, telah terbukti bermanfaat
(Mendelsohn dan Maloney). Dilatasi dapat diulangi sesering mungkin dan
interval bervariasi dari satu minggu sampai satu bulan atau lebih, tergantung
dari sifat striktur. Dilatasi dilakukan sekali seminggu, bila ada perbaikan
26
Modul V.5 - Esofagitis korosif

dilakukan sekali dalam 2 minggu, setelah sebulan dilatasi dilakukan sekali


dalam 3 bulan dan demikian seterusnya sampai pasien dapat menelan
makanan seperti biasa. Dikatakan adekuat bila lumen esofagus dapat
berdilatasi sampai 15 mm dan keluhan disfagi menghilang. Jika selama 3 kali
dilatasi hasilnya kurang memuaskan sebaiknya dilakukan reseksi esofagus
dan dibuat anastomose ujung ke ujung (end to end)

7. Komplikasi
Syok sampai koma , Edema laring, Pneumonia aspirasi, Trakeoesofageal
striktur, Perforasi esofagus, Perforasi gaster, Mediastinitis, Peritonitis, Sepsis

Komplikasi lambat
Hiatus hernia, Refluk esofagitis, Peptic strictur, Kanker esofagus dapat terjadi
dalam 25 -69 tahun setelah terkena trauma zat korosif ( 1 – 4 %)

Penanganan komplikasi
Bila terjadi perforasi, penderita dikonsul ke bagian bedah digestif

8. Pencegahan
 Jauhkan peralatan pembersih rumah tangga, obat-obatan, produk garasi,
dan insektisida dari jangkauan dan penglihatan anak Anda
 Jangan pernah menyimpan makanan dan produk pembersih bersama-
sama.
 Simpan obat-obatan dan bahan kimia dalam wadah aslinya dan jangan
dalam wadah makanan atau minuman
 Hindari minum obat di hadapan anak Anda. Anak-anak suka meniru.
Jangan pernah menunjukkan bahwa obat adalah permen.
 Jangan gunakan obat dari wadah tidak berlabel atau tidak terbaca
 Kenali perkembangan tumbuh kembang anak. Sebagai contoh, jika
Anda memiliki bayi merangkak, jangan menyimpan produk rumah
tangga di atas permukaan lantai.
 Menyimpan nomor telepon dari dokter, pusat racun, rumah sakit, kantor
polisi, dan sistem medis darurat di dekat telepon

DAFTAR PUSTAKA

1. Gregory N, Melanie W, Catherine J. Esophalogy.


Ballenger’sOtorhinolaryngology Head and Neck Surgery.17th ed. 975-982.
BC Decker-London. 2009
2. Dhingra PL. Disorders of Oesofagus Diseases of Ear, Nose and Throat. 4th
edition. India. Elsevier. 2009; 303-04
3. Warren K.Yunker, Ellen M.Friedman : Ingestion Injuries and Foreign
Bodies in the Aeorodigestive Tract. Bailey’s Head & Neck Surgery

27
Modul V.5 - Esofagitis korosif

Otolaryngology 5th ed. Wolter Kluwer,Lippincot Williams &


Wilkins.2013
4. Kavitt RT, Vaezi MF. Disease of the Esofagus. In: Flint PW, Haughoy
BH, Lund VJ, et al. Cummings otolaryngology Head and Neck Surgery.
6th ed. 2015. Elsevier Saunders. Philadelphia. P 993
5. Joseph R.Spiegel, Robert T.Sataloff : Caustic Injuries of the Esofagus. The
Esofagus 4th.ed. Lippincot Williams & Wilkins.2004
6. Kim Su Hwan, JeongJi Bong et all, Clinical and endoscopic characteristic
of drug induced esofagitis, World Journal of Gastroenterology, 10994-
10999, August 2014
7. Contini S, ScarpignatoC, Caustic injury of the upper gastrointestinal tract :
A comprehensive review, World Journal of Gastroenterology, 3918-3930,
July 2013
8. Temiz A. Oguzkurt P et all, Predictability of outcome of caustic ingestion
by esophagogastroduodenoscopy in children, World Journal of
Gastroenterology, 1098-1103, Maret 2012
9. Adedeji O, TobihJ, et all, Corrosive oesophageal injury: a preventable
menace, PanAfrican Medical Journal, 15 :11 2013
10. Youn Jae Byung, Kim Woo sun et all, Balloon Dilatational for Corrosive
Esophageal Strictures in Children : Radiologic and Clinical Outcomes,
Korean J Radiol, Maret 2010

28
Modul V.5 - Esofagitis korosif

N. ALGORITMA DAN PROSEDUR

29
Modul V.5 - Esofagitis korosif

30

Anda mungkin juga menyukai