ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI
MODUL V.5
ESOFAGITIS KOROSIF
EDISI II
KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul V.5 – Esofagitis Korosif
DAFTAR ISI
A. WAKTU ....................................................................................................... 2
B. PERSIAPAN SESI ....................................................................................... 2
C. REFERENSI ................................................................................................ 2
D. KOMPETENSI ............................................................................................ 3
E. GAMBARAN UMUM ................................................................................ 4
F. CONTOH KASUS ...................................................................................... 4
G. TUJUAN PEMBELAJARAN...................................................................... 4
H. METODA PEMBELAJARAN .................................................................... 5
I. EVALUASI .................................................................................................. 5
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF .......................... 6
K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR ................. 10
L. MATERI PRESENTASI............................................................................ 16
M. MATERI BAKU ........................................................................................ 20
N. ALGORITMA DAN PROSEDUR ........................................................... 26
1
Modul V.5 - Esofagitis korosif
A. WAKTU
B. PERSIAPAN SESI
C. REFERENSI
D. KOMPETENSI
1. Kompetensi Umum
1. Mampu membuat diagnosis esophagitis korosif berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2. Mampu memutuskan dan melakukan terapi pendahuluan serta
merujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi bila diperlukan
2. Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Mengenali gejala dan tanda esofagitis korosif
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada esofagitis
korosif
3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik akibat komplikasi
esofagitis korosif
4. Mengambil keputusan untuk pemeriksaan penunjang laboratorium
darah rutin, elektrolit, foto toraks , esofagoskopi dan esofagogram
(foto kontras esofagus)
5. Membuat diagnosis dan memberikan terapi medikamentosa yang
tepat serta melakukan tindakan esofagoskopi.
6. Membuat keputusan klinik untuk melakukan tindakan dilatasi
akibat striktur dan trakeostomi apabila ditemukan obstruksi nafas
akibat komplikasi esofagitis korosif tersebut.
7. Membuat keputusan klinik untuk melakukan konsultasi dengan
bagian lain (disiplin ilmu lain) dalam mengatasi komplikasi
esofagitis kronis yang tidak bisa dilakukan oleh bagian THT
misalnya esofagektomi atau gastrotomi
8. Mampu memberikan penyuluhan kepada pasien/keluarganya dan
mengkonsultasikan ke bagian psikiatri apabila ada indikasi
3
Modul V.5 - Esofagitis korosif
E. GAMBARAN UMUM
F. CONTOH KASUS
Seorang wanita datang dikonsulkan dari poli psikiatri dengan keluhan utama
gangguan menelan sejak 2 minggu lalu. Saat ini penderita hanya bisa minum
cairan, bila makanan padat dimuntahkan kembali setelah 3-5 menit ditelan
dan rasa mengganjal di dada depan. Riwayat tentamen suicide 1 tahun lalu
dengan minum cairan pemutih pakaian. Pemeriksaan fisik dalam batas
normal.
Diskusi :
Mekanisme kerusakan jaringan
Komplikasi yang terjadi pasca iritasi
Jawaban :
G. TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan
menatalaksana esophagitis korosif seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu:
1. Mengenali tanda dan gejala esofagitis korosif
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada esofagitis korosif
3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik akibat komplikasi esofagitis
korosif
4. Mengambil keputusan untuk pemeriksaan penunjang laboratorium darah
rutin, elektrolit, foto toraks , esofagoskopi dan esofagogram (foto kontras
esofagus)
5. Membuat diagnosis dan memberikan terapi cairan, antibiotik, antiinflamasi
dan analgetik yang tepat serta melakukan tindakan esofagoskopi.
6. Membuat keputusan klinik untuk melakukan tindakan dilatasi akibat
striktur dan trakeostomi apabila ditemukan obstruksi nafas akibat
komplikasi esofagitis korosif tersebut.
7. Membuat keputusan klinik untuk melakukan konsultasi dengan bagian lain
(disiplin ilmu lain) dalam mengatasi komplikasi esofagitis kronis yang
tidak bisa dilakukan oleh bagian THT misalnya esofagektomi atau
gastrotomi
4
Modul V.5 - Esofagitis korosif
H. METODA PEMBELAJARAN
Presentasi modul
Mini lecture
I. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk lisan dan tulisan,
yang bertujuan untuk menilai kinerja awal, yang dimiliki peserta didik dan
untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pre-test terdiri atas :
- Anatomi, fisiologi dan histologi esofagus
- Penegakan diagnosis
- Terapi (teknik ekstraksi)
- Komplikasi dan penanganannya
- Follow-up
2. Selanjutnya dilakukan small group discussion bersama fasilitator untuk
membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang
berkenan dengan penuntun belajar, kesempatan yang akan diperoleh pada
saat bedside teaching dan proses penilaian.
3. Setelah dianggap memadai, melalui metode bedside teaching dibawah
pengawasan fasilitator, peserta didik mengaplikasikan penuntun belajar
kepada model anatomik (manekin) dan setelah kompetensi tercapai peserta
didik akan diberikan kesempatan untuk melakukannya pada pasien
sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan
langsung (direct observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai
berikut :
- Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak
dilaksanakan
- Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misalnya
pemeriksaan terdahulu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada
pasien
- Baik : pelaksaan baik dan benar
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk
mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan
dibicarakan di depan pasien dan memberi masukan untuk memperbaiki
kekurangan yang ditemukan.
5. Self assesment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan
penuntun belajar
6. Pendidik mengevaluasi melalui:
5
Modul V.5 - Esofagitis korosif
d. IV
e. V
Jawaban: C
4. Seorang laki-laki usia 72 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri
menelan setelah tertelan cairan racun rumput sejak 3 minggu yang lalu,
pasien juga mengeluh sulit menelan dan terdapat luka bakar pada mulut
pasien. Pemeriksaan apa yang sebaiknya dilakukan pada pasien ini ?
a. Foto polos dada posteroanterior
b. Esofagoskopi
c. Pemeriksaan darah rutin dan elektrolit
d. Esofagogram
e. Laringoskop direk
Jawaban: D
5. Seorang perempuan usia 48 tahun dengan riwayat tertelan cairan asam
keras sejak 2 hari yang lalu. Pada pemeriksaan ditemukan adanya tanda-
tanda mediastinitis. Apakah tindakan selanjutnya yang akan dilakukan?
a. Pemberian kortikosteroid dan antibiotik yang adekuat
b. Esofagoskopi
c. Konsul bagian bedah untuk laparatomi
d. Konsul bagian bedah untuk esofagektomi
e. Pemberian susu untuik netralisir
Jawaban: D
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR ESOFAGOSKOPI KAKU ESOFAGITIS KOROSIF
KEGIATAN KASUS
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR
Nama
Diagnosis
Informed Choice & Informed Consent
Rencana Tindakan
Persiapan Sebelum Tindakan
Laboratorium
Pemeriksaan penunjang
KEGIATAN KASUS
3. Penderita berbaring terlentang dengan posisi
kepala ditinggikan 15 cm dari meja operasi
sehingga leher fleksi dan kepala ekstensi
maksimal
4. Asisten duduk sebelah kiri pasien memegang
kepala
KEGIATAN KASUS
esofagoskop biasanya akan menyusup masuk dengan
mudah. Pada waktu esofagoskop mencapai
penyempitan aorta dan bronkus kiri, lumen akan
menyempit di anterior.
13. Melalui penyempitan pada hiatus diafragma. Kepala
penderita direndahkan lagi, kemudian leher dan
kepala digeser agak ke kanan untuk menjaga agar
sumbu pipa sesuai dengan sumbu sepertiga bagian
bawah esofagus. Operator mengarahkan esofagoskop
ke spina iliaka anterior superior kiri. Hiatus esofagus
dapat dilihat seperti celah yang miring antara jam 10
dan jam 4
14. Setelah melewati diafragma, kepala penderita harus
diturunkan sesuai dengan kebutuhan untuk
mempertahankan visualisasi lumen esofagus
15. Esofagoskop dihentikan bila terlihat luka bakar
sirkumferensial derajat 2 atau luka bakar derajat
3disepanjang lumen esofagus. Esofagoskopi tidak
boleh diteruskan melalui daerah luka bakar untuk
menghindari terjadinya perforasi esofagus.
16. Apabila didapatkan kelainan pada lumen esofagus
maka disebutkan kelainan yang ditemukan berupa
apa dan setinggi apa
17. Apabila didapatkan striktur esofagus dapat dilakukan
dilatasi
18. Pada saat mengeluarkan esofagoskop, posisi
penderita dan arah gerakan esofagoskop dilakukan
dengan cara yang berlawanan
12
Modul V.5 - Esofagitis korosif
KEGIATAN KASUS
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR
Nama
Diagnosis
Informed Choice & Informed Consent
Rencana Tindakan
Persiapan Sebelum Tindakan
Laboratorium
Pemeriksaan penunjang
13
Modul V.5 - Esofagitis korosif
KEGIATAN KASUS
4. Asisten duduk sebelah kiri pasien memegang
kepala
KEGIATAN KASUS
penyempitan aorta dan bronkus kiri, lumen akan
menyempit di anterior.
13. Melalui penyempitan pada hiatus diafragma.
Kepala penderita direndahkan lagi, kemudian
leher dan kepala digeser agak ke kanan untuk
menjaga agar sumbu pipa sesuai dengan sumbu
sepertiga bagian bawah esofagus. Operator
mengarahkan esofagoskop ke spina iliaka anterior
superior kiri. Hiatus esofagus dapat dilihat seperti
celah yang miring antara jam 10 dan jam 4
14. Setelah melewati diafragma, kepala penderita
harus diturunkan sesuai dengan kebutuhan untuk
mempertahankan visualisasi lumen esofagus
15. Esofagoskop dihentikan bila terlihat luka bakar
sirkumferensial derajat 2 atau luka bakar derajat 3
di sepanjang lumen esofagus. Esofagoskopi tidak
boleh diteruskan melalui daerah luka bakar untuk
menghindari terjadinya perforasi esofagus.
16. Apabila didapatkan kelainan pada lumen esofagus
maka disebutkan kelainan yang ditemukan berupa
apa dan setinggi apa
17. Apabila didapatkan striktur esofagus dapat
dilakukan dilatasi
18. Pada saat mengeluarkan esofagoskop, posisi
penderita dan arah gerakan esofagoskop dilakukan
dengan cara yang berlawanan
15
Modul V.5 - Esofagitis korosif
L. MATERI PRESENTASI
a. Slide 1: Anatomi esofagus
16
Modul V.5 - Esofagitis korosif
17
Modul V.5 - Esofagitis korosif
18
Modul V.5 - Esofagitis korosif
h. Slide 8: Penatalaksanaan
i. Slide 9: Komplikasi
19
Modul V.5 - Esofagitis korosif
M. MATERI BAKU
ESOFAGITIS KOROSIF
1. Kekerapan
Di Amerika diperkirakan sekitar 5000-15.000 kasus per tahun. Angka
kejadian menunjukkan 2 kelompok umur yang berbeda. Kelompok pertama,
dengan usia 1-5 tahun, banyak disebabkan oleh karena ketidak sengajaan
(kelalaian). Kelompok kedua terlihat pada usia 21 tahun keatas, dengan
penyebab utama percobaan bunuh diri. Trauma korosif dapat menyebabkan
luka bakar yang luas pada daerah bibir, mulut faring, dan saluran napas atas.
Efek dari agen korosif pada esofagus merupakan jumlah yang terbanyak yang
menimbulkan luka yang serius dan komplikasi jangka panjang baik pada
anak-anak dan orang dewasa. Komplikasi jangka pendek dapat berupa
perforasi sampai kematian. Pada anak-anak 18% - 46% trauma korosif
bersama-sama dengan luka bakar pada esofagus. Jumlah ini meningkat tajam
pada orang dewasa terutama yang menelan bahan korosif dengan tujuan
bunuh diri, penyebab lain sebesar 12,03%. Data yang ada di Indonesia
mengenai esofagitis korosif belum ditemukan
2. Etiologi
Esofagitis korosif adalah peradangan esofagus yang disebabkan oleh
luka bakar karena bahan kimia yang bersifat korosif misalnya asam kuat, basa
kuat/alkali dan bahan oksidator lainnya.
Asam Kuat
Asam kuat menyebabkan nekrosis menggumpal (coagulation necrosis )
yang cenderung membatasi penetrasi asam lebih dalam. Secara histologik
dinding esofagus sampai lapisan otot seolah olah menggumpal, sehingga
membatasi kemampuan absorpsi bahan itu mencapai lambung. Kerusakan
di lambung lebih berat dibanding dengan kerusakan esofagus. Ph asam
akan memperberat jejas sehingga komplikasi perforasi lebih sering terjadi.
Pada luka bakar dengan ulserasi, penyembuhan berlangsung selama 2-3
minggu atau lebih dengan pembentukan jaringan granulasi pada lumen
esofagus.
Bahan kimia asam kuat (pH <7) antara lain asam nitrat, asam sulfat, perak
nitrat, pembersih kloset, air aki (baterai)
Basa Kuat
Basa kuat menyebabkan terjadinya nekrosis mencair (liquifactum necrosis
) yang dapat mengenai seluruh lapisan esofagus tergantung pada jumlah
dan konsentrasi bahan yang tertelan. Secara histologis dinding esofagus
sampai lapisan otot seolah-olah mengalami pencairan, terjadi disintegrasi
mukosa dengan penetrasi dalam, keterlibatan oral dan esofagus lebih
banyak ditemukan.
20
Modul V.5 - Esofagitis korosif
Bahan kimia alkali (pH >7) antara lain natrium hidroksida, terdapat pada
bahan pembersih rumah tangga atau sebagai bubuk pembersih saluran air
kotor seperti Drano dan liquid Plumer, natrium karbonat (soda pencuci),
natrium metasilikat (bubuk mesin pencuci piring otomatis ), ammonia dan
tablet clinitest .
Alkali dapat tertelan dalam bentuk granul atau cairan pemutih (Ph
mendekati 7) seperti sodium hipoklorit, lisol dan karbol biasanya tidak
menyebabkan kelainan yang hebat hanya terjadi edema di mukosa atau
submukosa, keadaan tersebut dapat menyebabkan iritasi esofagus pada
umumnya tidak menimbulkan morbiditas, mortalitas maupun komplikasi
21
Modul V.5 - Esofagitis korosif
3. Patogenesis
Secara singkat , perjalanan lesi korosif pada esofagus dapat dibagi menjadi
tiga fase :
a. Fase nekrotikan akut : Kematian sel terjadi akibat koagulasi protein
intraseluler . Reaksi inflamasi secara intens berkembang disekitar daerah
nekrotik. Terjadi trombosis vena dan infiltrasi hemoragik di atas lapisan
daerah nekrotik. Fase ini terjadi 1-4 hari setelah trauma. Gejala yang
ditemukan ialah disfagi yang hebat, odinofagi, serta suhu badan yang
meningkat
c. Pembentukan sikatriks dan striktur : Terjadi pada awal minggu ketiga atau
keempat. Jaringan ikat kolagen mulai mengalami kontraksi sehingga
menyebabkan penyempitan esofagus . Dapat terjadi perlekatan diantara
area granulasi dan membentuk pseudo divertikula dan striktur
endoluminal. Degenerasi kedua otot esofagus dan jaringan saraf dapat
terjadi. Setelah reaksi inflamasi berhenti, penyembuhan terjadi dengan
tergantinya lapisan submukosa dan muskularis menjadi lapisan fibrosa
yang padat. Maturasi lapisan superfisial yang mengalami inflamasi
berlangsung secara perlahan-lahan pada enam minggu pertama. Re -
epitelisasi esofagus terjadi pada minggu ke empat sampai tiga bulan. Pada
fase ini keluhan pasien berkurang, suhu badan menurun, pasien merasa
telah sembuh, sudah dapat menelan dengan baik akan tetapi sebenarnya
proses pembentukan jaringan parut masih berjalan terus.
Selama periode ini tanda-tanda klinis terbentuknya striktur harus
diwaspadai. Adanya perubahan pergerakan peristaltik dan aktivitas
sekretorik dari esofagus merupakan tanda-tanda telah terbentuknya
striktur. Kejadian striktur dapat terjadi pada periode laten selama 4 minggu
sampai beberapa tahun.
22
Modul V.5 - Esofagitis korosif
4. Gambaran klinik
5. Pemeriksaan penunjang
cedera luka bakar pada penderita dengan riwayat tertelan agen korosif
adalah 12 – 48 jam pertama. Tindakan endoskopi harus dihindari pada fase
subakut ( 5-15 hari setelah cedera ) karena risiko yang lebih besar untuk
terjadinya perforasi . Pada saat ini , jaringan berada pada kondisi yang
paling rapuh. Tindakan esofagoskopi sebaiknya dihentikan bila terlihat
luka bakar sirkumferensial derajat 2 atau luka bakar derajat 3,
esofagoskopi tidak boleh diteruskan melalui daerah luka bakar untuk
menghindari terjadinya perforasi esofagus.
Kontraindikasi relatif endoskopi termasuk luka bakar derajat ketiga yang
melibatkan hipofaring, luka bakar yang melibatkan laring , distress
pernapasan. Pada kasus ini ,penggunaan radiografi dengan kontras yang
larut dalam air dapat dilakukan sebagai gantinya.
d. Esofagogram : Esofagogram tidak banyak menunjukkan kelainan pada
stadium akut Esofagogram perlu dilakukan setelah minggu ke 2 untuk
melihat ada tidaknya striktur esofagus dan dapat diulang pada minggu ke
6-8 untuk evaluasi
6. Penanganan
bakar derajat 1 oleh karena luka bakar pada derajat ini sembuh dengan baik
tanpa pembentukan striktur . Beberapa penulis merekomendasikan
penggunaan steroid untuk luka bakar derajat 2 asalkan pengobatan dimulai
dalam waktu 48 jam setelah tertelan bahan korosif. Penggunaan steroid pada
luka bakar derajat 3 merupakan kontraindikasi karena risiko terjadinya
perforasi lebih tinggi. Efek menguntungkan juga terlihat dari pemberian
steroid dengan metode lain, seperti injeksi interlesi triamsinolon dan
penggunaan larutan steroid oral.
Derajat 0 Ada riwayat tertelan zat korosif, tidak Dapat makan dan
ditemukan kerusakan atau keluhan minum seperti biasa.
25
Modul V.5 - Esofagitis korosif
7. Komplikasi
Syok sampai koma , Edema laring, Pneumonia aspirasi, Trakeoesofageal
striktur, Perforasi esofagus, Perforasi gaster, Mediastinitis, Peritonitis, Sepsis
Komplikasi lambat
Hiatus hernia, Refluk esofagitis, Peptic strictur, Kanker esofagus dapat terjadi
dalam 25 -69 tahun setelah terkena trauma zat korosif ( 1 – 4 %)
Penanganan komplikasi
Bila terjadi perforasi, penderita dikonsul ke bagian bedah digestif
8. Pencegahan
Jauhkan peralatan pembersih rumah tangga, obat-obatan, produk garasi,
dan insektisida dari jangkauan dan penglihatan anak Anda
Jangan pernah menyimpan makanan dan produk pembersih bersama-
sama.
Simpan obat-obatan dan bahan kimia dalam wadah aslinya dan jangan
dalam wadah makanan atau minuman
Hindari minum obat di hadapan anak Anda. Anak-anak suka meniru.
Jangan pernah menunjukkan bahwa obat adalah permen.
Jangan gunakan obat dari wadah tidak berlabel atau tidak terbaca
Kenali perkembangan tumbuh kembang anak. Sebagai contoh, jika
Anda memiliki bayi merangkak, jangan menyimpan produk rumah
tangga di atas permukaan lantai.
Menyimpan nomor telepon dari dokter, pusat racun, rumah sakit, kantor
polisi, dan sistem medis darurat di dekat telepon
DAFTAR PUSTAKA
27
Modul V.5 - Esofagitis korosif
28
Modul V.5 - Esofagitis korosif
29
Modul V.5 - Esofagitis korosif
30