Anda di halaman 1dari 15

BUKU ACUAN

ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI

MODUL V.5
ESOFAGITIS KOROSIF

EDISI II

KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
Modul V.5 - Esofagitis korosif

DAFTAR ISI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN...................................................................... 2
B. KOMPETENSI ............................................................................................ 2
C. REFERENSI ................................................................................................ 3
D. GAMBARAN UMUM ................................................................................ 3
E. MATERI BAKU .......................................................................................... 4
F. ALGORITME DAN PROSEDUR ............................................................13

1
Modul V.5 - Esofagitis korosif

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan
menatalaksana esophagitis korosif seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu:
1. Mengenali tanda dan gejala esofagitis korosif
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada esofagitis korosif
3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik akibat komplikasi esofagitis
korosif
4. Mengambil keputusan untuk pemeriksaan penunjang laboratorium darah
rutin, elektrolit, foto toraks , esofagoskopi dan esofagogram (foto kontras
esofagus)
5. Membuat diagnosis dan memberikan terapi cairan, antibiotik,
antiinflamasi dan analgetik yang tepat serta melakukan tindakan
esofagoskopi.
6. Membuat keputusan klinik untuk melakukan tindakan dilatasi akibat
striktur dan trakeostomi apabila ditemukan obstruksi nafas akibat
komplikasi esofagitis korosif tersebut.
7. Membuat keputusan klinik untuk melakukan konsultasi dengan bagian lain
(disiplin ilmu lain) dalam mengatasi komplikasi esofagitis kronis yang
tidak bisa dilakukan oleh bagian THT misalnya esofagektomi atau
gastrotomi
8. Mampu memberikan penyuluhan kepada pasien/keluarga dan
mengkonsultasikan ke bagian psikiatri apabila ada indikasi

B. KOMPETENSI
1. Kompetensi Umum
1. Mampu membuat diagnosis esophagitis korosif berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2. Mampu memutuskan dan melakukan terapi pendahuluan serta
merujuk ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi bila diperlukan

2. Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Mengenali gejala dan tanda esofagitis korosif
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada esofagitis
korosif
3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik akibat komplikasi
esofagitis korosif
4. Mengambil keputusan untuk pemeriksaan penunjang laboratorium
darah rutin, elektrolit, foto toraks , esofagoskopi dan esofagogram
(foto kontras esofagus)
2
Modul V.5 - Esofagitis korosif

5. Membuat diagnosis dan memberikan terapi medikamentosa yang


tepat serta melakukan tindakan esofagoskopi.
6. Membuat keputusan klinik untuk melakukan tindakan dilatasi
akibat striktur dan trakeostomi apabila ditemukan obstruksi nafas
akibat komplikasi esofagitis korosif tersebut.
7. Membuat keputusan klinik untuk melakukan konsultasi dengan
bagian lain (disiplin ilmu lain) dalam mengatasi komplikasi
esofagitis kronis yang tidak bisa dilakukan oleh bagian THT
misalnya esofagektomi atau gastrotomi
8. Mampu memberikan penyuluhan kepada pasien/keluarganya dan
mengkonsultasikan ke bagian psikiatri apabila ada indikasi

C. REFERENSI
1. Gregory N, Melanie W, Catherine J. Esophalogy.
Ballenger’sOtorhinolaryngology Head and Neck Surgery.17th ed. 975-982.
BC Decker-London. 2009
2. Dhingra PL. Disorders of Oesofagus Diseases of Ear, Nose and Throat. 4th
edition. India. Elsevier. 2009; 303-04
3. Warren K.Yunker, Ellen M.Friedman : Ingestion Injuries and Foreign
Bodies in the Aeorodigestive Tract. Bailey’s Head & Neck Surgery
Otolaryngology 5th ed. Wolter Kluwer,Lippincot Williams &
Wilkins.2013
4. Kavitt RT, Vaezi MF. Disease of the Esofagus. In: Flint PW, Haughoy
BH, Lund VJ, et al. Cummings otolaryngology Head and Neck Surgery.
6th ed. 2015. Elsevier Saunders. Philadelphia. P 993
5. Joseph R.Spiegel, Robert T.Sataloff : Caustic Injuries of the Esofagus. The
Esofagus 4th.ed. Lippincot Williams & Wilkins.2004

D. GAMBARAN UMUM
Memberikan penjelasan dan upaya yang akan dilakukan terhadap kasus
esofagitis korosif

E. MATERI BAKU

ESOFAGITIS KOROSIF

1. Kekerapan
Di Amerika diperkirakan sekitar 5000-15.000 kasus per tahun. Angka
kejadian menunjukkan 2 kelompok umur yang berbeda. Kelompok pertama,
dengan usia 1-5 tahun, banyak disebabkan oleh karena ketidak sengajaan
(kelalaian). Kelompok kedua terlihat pada usia 21 tahun keatas, dengan
3
Modul V.5 - Esofagitis korosif

penyebab utama percobaan bunuh diri. Trauma korosif dapat menyebabkan


luka bakar yang luas pada daerah bibir, mulut faring, dan saluran napas atas.
Efek dari agen korosif pada esofagus merupakan jumlah yang terbanyak yang
menimbulkan luka yang serius dan komplikasi jangka panjang baik pada
anak-anak dan orang dewasa. Komplikasi jangka pendek dapat berupa
perforasi sampai kematian. Pada anak-anak 18% - 46% trauma korosif
bersama-sama dengan luka bakar pada esofagus. Jumlah ini meningkat tajam
pada orang dewasa terutama yang menelan bahan korosif dengan tujuan
bunuh diri, penyebab lain sebesar 12,03%. Data yang ada di Indonesia
mengenai esofagitis korosif belum ditemukan

2. Etiologi
Esofagitis korosif adalah peradangan esofagus yang disebabkan oleh
luka bakar karena bahan kimia yang bersifat korosif misalnya asam kuat, basa
kuat/alkali dan bahan oksidator lainnya.
 Asam Kuat
Asam kuat menyebabkan nekrosis menggumpal (coagulation necrosis )
yang cenderung membatasi penetrasi asam lebih dalam. Secara histologik
dinding esofagus sampai lapisan otot seolah olah menggumpal, sehingga
membatasi kemampuan absorpsi bahan itu mencapai lambung. Kerusakan
di lambung lebih berat dibanding dengan kerusakan esofagus. Ph asam
akan memperberat jejas sehingga komplikasi perforasi lebih sering terjadi.
Pada luka bakar dengan ulserasi, penyembuhan berlangsung selama 2-3
minggu atau lebih dengan pembentukan jaringan granulasi pada lumen
esofagus.
Bahan kimia asam kuat (pH <7) antara lain asam nitrat, asam sulfat, perak
nitrat, pembersih kloset, air aki (baterai)

 Basa Kuat
Basa kuat menyebabkan terjadinya nekrosis mencair (liquifactum necrosis
) yang dapat mengenai seluruh lapisan esofagus tergantung pada jumlah
dan konsentrasi bahan yang tertelan. Secara histologis dinding esofagus
sampai lapisan otot seolah-olah mengalami pencairan, terjadi disintegrasi
mukosa dengan penetrasi dalam, keterlibatan oral dan esofagus lebih
banyak ditemukan.
Bahan kimia alkali (pH >7) antara lain natrium hidroksida, terdapat pada
bahan pembersih rumah tangga atau sebagai bubuk pembersih saluran air
kotor seperti Drano dan liquid Plumer, natrium karbonat (soda pencuci),
natrium metasilikat (bubuk mesin pencuci piring otomatis ), ammonia dan
tablet clinitest .
Alkali dapat tertelan dalam bentuk granul atau cairan pemutih (Ph
mendekati 7) seperti sodium hipoklorit, lisol dan karbol biasanya tidak
menyebabkan kelainan yang hebat hanya terjadi edema di mukosa atau

4
Modul V.5 - Esofagitis korosif

submukosa, keadaan tersebut dapat menyebabkan iritasi esofagus pada


umumnya tidak menimbulkan morbiditas, mortalitas maupun komplikasi

 Bahan Kimia Oksidator


Meskipun bahan-bahan kimia oksidator tidak selalu memiliki nilai pH
yang ekstrim, tetapi dapat menyebabkan perlukaan yang berat dengan
dehidrasi dan nekrosis pada mukosa esofagus dan lambung. Contoh bahan
kimia oksidator seperti permanganat, perklorat, hidrogen peroksida, asetil
peroksida, dll. Bahan ini biasanya dipakai sebagai pemutih atau
disinfektan.

Kategori bahan-bahan kaustik yang banyak


digunakan dalam rumah tangga

3. Patogenesis
Secara singkat , perjalanan lesi korosif pada esofagus dapat dibagi menjadi
tiga fase :
a. Fase nekrotikan akut : Kematian sel terjadi akibat koagulasi protein
intraseluler . Reaksi inflamasi secara intens berkembang disekitar daerah
nekrotik. Terjadi trombosis vena dan infiltrasi hemoragik di atas lapisan
daerah nekrotik. Fase ini terjadi 1-4 hari setelah trauma. Gejala yang

5
Modul V.5 - Esofagitis korosif

ditemukan ialah disfagi yang hebat, odinofagi, serta suhu badan yang
meningkat

b. Fase granulasi ulserasi : Pada hari ke 3-5, jaringan yang mengalami


nekrosis akan terkelupas dan membentuk ulkus. Proses reparasi sudah
mulai terjadi pada fase ini. Pada akhir minggu 1, seluruh lapisan esofagus
mengalami edema inflamasi disertai dengan terbentuknya jaringan
granulasi yang masih segar pada daerah superfisial. Pembentukan
pembuluh darah baru dan fibroblast juga terlihat pada fase ini. Jaringan
granulasi mengisi defek mukosa yang mengelupas dan jaringan ikat
kolagen terlihat berkembang pada hari ke 10-12. Respon perbaikan yang
signifikan pertama kali terlihat pada hari 5-7. Esofagus berada pada titik
paling lemah selama fase ini . Pada fase ini mudah terjadi perforasi baik
secara spontan maupun akibat tindakan esofagoskopi.

c. Pembentukan sikatriks dan striktur : Terjadi pada awal minggu ketiga atau
keempat. Jaringan ikat kolagen mulai mengalami kontraksi sehingga
menyebabkan penyempitan esofagus . Dapat terjadi perlekatan diantara
area granulasi dan membentuk pseudo divertikula dan striktur
endoluminal. Degenerasi kedua otot esofagus dan jaringan saraf dapat
terjadi. Setelah reaksi inflamasi berhenti, penyembuhan terjadi dengan
tergantinya lapisan submukosa dan muskularis menjadi lapisan fibrosa
yang padat. Maturasi lapisan superfisial yang mengalami inflamasi
berlangsung secara perlahan-lahan pada enam minggu pertama. Re -
epitelisasi esofagus terjadi pada minggu ke empat sampai tiga bulan. Pada
fase ini keluhan pasien berkurang, suhu badan menurun, pasien merasa
telah sembuh, sudah dapat menelan dengan baik akan tetapi sebenarnya
proses pembentukan jaringan parut masih berjalan terus.
Selama periode ini tanda-tanda klinis terbentuknya striktur harus
diwaspadai. Adanya perubahan pergerakan peristaltik dan aktivitas
sekretorik dari esofagus merupakan tanda-tanda telah terbentuknya
striktur. Kejadian striktur dapat terjadi pada periode laten selama 4 minggu
sampai beberapa tahun.

4. Gambaran klinik
Segera setelah bahan korosif tertelan, berbagai macam keluhan dapat
timbul, tergantung pada jenis bahan, bentuk padat atau cair, jumlah, jangka
waktu tertelan, disengaja atau tidak dan apakah lambung dalam keadaan terisi
atau tidak. Luka bakar bisa terjadi disekitar mulut, bibir dan orofaring.
Korelasi antara derajat luka bakar pada bibir, rongga mulut, faring dan
esofagus sangat kecil. Mungkin tidak terdapat luka bakar masif di esofagus
tetapi terjadi luka bakar hebat di rongga mulut dan faring atau sebaliknya.
Luka bakar atau edema pada laring atau epiglotis dapat menyebabkan
keluhan stridor, afoni, serak atau sesak. Keluhan-keluhan lain yang biasanya
6
Modul V.5 - Esofagitis korosif

menyertai seperti mual, muntah, hematemesis, disfagi, odinofagi dan


”drooling”.
Adanya nyeri abdomen atau kekakuan pada substernal/dada atau nyeri
belakang dapat dicurigai adanya luka bakar yang berat atau telah terjadi
perforasi.
Pemeriksaan dengan fiberoptik laringoskopi dapat dilakukan untuk
melihat patensi jalan napas penderita dengan trauma korosif. Jika jalan napas
tidak stabil, intubasi harus dilakukan dengan bantuan endoskop. ”Blind”
intubasi dapat menyebabkan terjadinya perdarahan dan pembentukan luka
baru sehingga dapat menyulitkan pemberian pertolongan selanjutnya. Jika
patensi jalan napas tidak dapat dilakukan dengan intubasi, dapat dilakukan
trakeostomi. Setelah jalan napas dipastikan aman, pemeriksaan fisis lengkap
dan pemberian pertolongan selanjutnya dapat dilakukan.
Pemeriksaan radiologik foto toraks harus dilakukan untuk melihat
adanya udara bebas pada mediastinum (tanda perforasi esofagus) atau di
bawah diafragma (tanda perforasi lambung).
Pemberian makanan atau cairan melalui mulut sebaiknya tidak
diberikan. Hasil pemeriksaan laboratorium dan tanda-tanda vital sebaiknya
dinilai untuk melihat kemungkinan terjadinya asidosis dan syok. Hindari
usaha untuk mengeluarkan bahan korosif yang tertelan dengan menginduksi
emesis agar tidak terjadi perlukaan lanjut akibat materi korosif yang keluar.
Netralisasi bahan korosif sebaiknya tidak dilakukan oleh karena dapat
berpotensi timbulnya perlukaan eksotermik yang dapat memperburuk luka
yang sudah ada sebelumnya

5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium darah rutin dan elektrolit
b. foto x-ray toraks posisi anterio-posterior dan lateral dilakukan untuk
mendeteksi adanya adanya udara bebas pada mediastinum (tanda perforasi
esofagus) atau di bawah diafragma (tanda perforasi lambung). Juga untuk
mengetahui apakah sudah terjadi mediastinitis atau aspirasi pneumonia
c. Esofagoskopi : endoskopi dengan anestesi umum harus dilakukan dalam
waktu 3 X 24 jam pertama, waktu yang terbaik untuk menilai tingkat
cedera luka bakar pada penderita dengan riwayat tertelan agen korosif
adalah 12 – 48 jam pertama. Tindakan endoskopi harus dihindari pada fase
subakut ( 5-15 hari setelah cedera ) karena risiko yang lebih besar untuk
terjadinya perforasi . Pada saat ini , jaringan berada pada kondisi yang
paling rapuh. Tindakan esofagoskopi sebaiknya dihentikan bila terlihat
luka bakar sirkumferensial derajat 2 atau luka bakar derajat 3,
esofagoskopi tidak boleh diteruskan melalui daerah luka bakar untuk
menghindari terjadinya perforasi esofagus.
Kontraindikasi relatif endoskopi termasuk luka bakar derajat ketiga yang
melibatkan hipofaring, luka bakar yang melibatkan laring , distress

7
Modul V.5 - Esofagitis korosif

pernapasan. Pada kasus ini ,penggunaan radiografi dengan kontras yang


larut dalam air dapat dilakukan sebagai gantinya.
d. Esofagogram : Esofagogram tidak banyak menunjukkan kelainan pada
stadium akut Esofagogram perlu dilakukan setelah minggu ke 2 untuk
melihat ada tidaknya striktur esofagus dan dapat diulang pada minggu ke
6-8 untuk evaluasi

6. Penanganan
Tujuan pemberian terapi pada esofagitis korosif adalah untuk mencegah
pembentukan striktur dengan jalan memperbaiki keadaan umum, menjaga
keseimbangan elektrolit, menjaga jalan nafas dan observasi terhadap
kemungkinan terjadinya komplikasi
Dalam 24 jam pertama setelah tertelan zat kaustik, pasien harus diberi
cairan parenteral dan diamati kemungkinan adanya mediastinitis, fistel
trakeoesfagus, perforasi lambung, peritonitis, pneoumonia dan edem laring.
Koreksi cairan jika terdapat gangguan keseimbangan elektrolit. Bilas
lambung dan obat perangsang muntah ( misal : Ipecac ) merupakan
kontraindikasi oleh karena muntah dapat menyebabkan berulangnya kontak
zat kaustik pada lumen esofagus dan dapat menambah trauma
Bila pada esofagoskopi terdapat luka bakar, harus di pasang pipa
nasogaster polietilen dan dipertahankan sampai risiko pembentukan striktur
terlampaui kemudian dilakukan esofagoskopi ulang 6 minggu kemudian.
Sukralfat diberikan secara oral dalam bentuk suspensi dengan harapan
terjadi penyembuhan ulkus esofagus tanpa disertai pembentukan striktur.
Cairan antasid, H2 Bloker dan PPI perlu diberikan.
Antibiotik spektrum luas diberikan secara peroral untuk mendapatkan
efek topikal pada daerah jaringan granulasi. Dapat diberikan ampisilin 50 -
100 mg/kg perhari selama 2-3 minggu atau 5 hari bebas demam.
Pemberian kortikosteroid diberikan untuk mencegah terjadinya
pembentukan fibrosis yang berlebihan. Kortikosteroid diberikan selama 3-6
minggu. Steroid adalah tambahan yang mungkin bermanfaat dalam
pengelolaan trauma korosif akibat bahan alkali karena efek anti - inflamasi
dan dapat mengurangi deposit kolagen , sehingga bekas luka tidak terlalu
parah. Steroid umumnya dianggap tidak memberikan manfaat pada luka
bakar derajat 1 oleh karena luka bakar pada derajat ini sembuh dengan baik
tanpa pembentukan striktur . Beberapa penulis merekomendasikan
penggunaan steroid untuk luka bakar derajat 2 asalkan pengobatan dimulai
dalam waktu 48 jam setelah tertelan bahan korosif. Penggunaan steroid pada
luka bakar derajat 3 merupakan kontraindikasi karena risiko terjadinya
perforasi lebih tinggi. Efek menguntungkan juga terlihat dari pemberian
steroid dengan metode lain, seperti injeksi interlesi triamsinolon dan
penggunaan larutan steroid oral.

Derajat Perlukaan mukosa esofagus pada trauma korosif


8
Modul V.5 - Esofagitis korosif

Derajat Gambaran Endoskopik Korelasi Klinis

Derajat 0 Ada riwayat tertelan zat korosif, tidak Dapat makan dan
ditemukan kerusakan atau keluhan minum seperti biasa.

Derajat 1 Kerusakan mukosa superfisial, eritema Disfagi bersifat


difus atau fokal, edena, hemoragik, sementara, dapat
belum ada pembentukan jaringan ikat makan dan minum
dalam 0-2 hari, tidak
ada stenosis, tidak
ada gejala sisa jangka
panjang.

Derajat 2 Kerusakan lapisan mukosa dan Risiko rendah untuk


submukosa, ulserasi, eksudat, terjadi perforasi.
pembentukan vesikel, jaringan Lebih lanjut dapat
granulasi, terjadi reaksi fibroblastik terjadi stenosis akibat
untuk pembentukan jaringan ikat terbentuknya
jaringan parut

9
Modul V.5 - Esofagitis korosif

Derajat 3 Kerusakan trans-mural, ulkus dalam, Risiko tinggi untuk


dinding esofagus berwarna abu-abu, terjadinya perforasi
coklat sampai kehitaman disertai dan kematian.
dengan perforasi Risiko tinggi untuk
terjadi stenosis

Luka bakar derajat 2 dapat diberikan kortikosteroid intravenus,


prednison 2mg/kg perhari maksimal 60mg/hari, diberikan terus menerus
dengan dosis penuh, kemudian ditappering 3 minggu kemudian. Analgetik
dapat diberikan secara oral, intravenus, intramuskuler atau per rectal sesuai
berat badan dan umur untuk mengurangi rasa nyeri. Morfin dapat diberikan
jika pasien sangat kesakitan
Bahan Laritrogenik seperti N-asetilsistein dan penisillamin dan
mitomisin (antibiotik dan agen antineoplastik) dapat mengurangi
pembentukan striktur esofagus.
Luka bakar derajat 3 diperlukan perawatan intensif. Dilakukan
trakeeostomi apabila terjadi stridor dan kesulitan bernafas. Laparotomi
dilakukan apabila ditemukan tanda tanda peritonitis dan ruptur lambung.
Esofagektomi atau gastrotomi dilakukan apabila terjadi nekrosis berat dan
mediastinitis
Diperlukan konsultasi psikiatri pada penderita anak yang lebih tua atau
penderita dewasa.
Dilatasi dilakukan pada pasien dengan striktur esofagus. Dilatasi dapat
dilakukan dengan metode mekanis prograd, metode mekanis dari retrograd
dari Tucker, dan metode hidrostatik menggunakan busi berisi air raksa. Pada
striktur tunggal yang pendek, dilatasi awal lebih tepat dilakukan cara prograd
dengan busi tenunan (woven) tipe Jackson melalui esofagoskop selama 10 –
15 menit. Bila cara ini berhasil baik, dilatasi selanjutnya dapat dilakukan
dengan busi berisi air raksa dari Maloney sekali atau dua kali seminggu
secara teratur, dengan tujuan memperbesar diameter dan interval antara dua
dilatasi. Pada striktur yang lebih parah suntikan triamsinolon diasetat ke
dalam striktur diikuti dengan dilatasi segera, telah terbukti bermanfaat
(Mendelsohn dan Maloney). Dilatasi dapat diulangi sesering mungkin dan
interval bervariasi dari satu minggu sampai satu bulan atau lebih, tergantung
10
Modul V.5 - Esofagitis korosif

dari sifat striktur. Dilatasi dilakukan sekali seminggu, bila ada perbaikan
dilakukan sekali dalam 2 minggu, setelah sebulan dilatasi dilakukan sekali
dalam 3 bulan dan demikian seterusnya sampai pasien dapat menelan
makanan seperti biasa. Dikatakan adekuat bila lumen esofagus dapat
berdilatasi sampai 15 mm dan keluhan disfagi menghilang. Jika selama 3 kali
dilatasi hasilnya kurang memuaskan sebaiknya dilakukan reseksi esofagus
dan dibuat anastomose ujung ke ujung (end to end)

7. Komplikasi
Syok sampai koma , Edema laring, Pneumonia aspirasi, Trakeoesofageal
striktur, Perforasi esofagus, Perforasi gaster, Mediastinitis, Peritonitis, Sepsis

Komplikasi lambat
Hiatus hernia, Refluk esofagitis, Peptic strictur, Kanker esofagus dapat terjadi
dalam 25 -69 tahun setelah terkena trauma zat korosif ( 1 – 4 %)

Penanganan komplikasi
Bila terjadi perforasi, penderita dikonsul ke bagian bedah digestif

8. Pencegahan
 Jauhkan peralatan pembersih rumah tangga, obat-obatan, produk garasi,
dan insektisida dari jangkauan dan penglihatan anak Anda
 Jangan pernah menyimpan makanan dan produk pembersih bersama-
sama.
 Simpan obat-obatan dan bahan kimia dalam wadah aslinya dan jangan
dalam wadah makanan atau minuman
 Hindari minum obat di hadapan anak Anda. Anak-anak suka meniru.
Jangan pernah menunjukkan bahwa obat adalah permen.
 Jangan gunakan obat dari wadah tidak berlabel atau tidak terbaca
 Kenali perkembangan tumbuh kembang anak. Sebagai contoh, jika
Anda memiliki bayi merangkak, jangan menyimpan produk rumah
tangga di atas permukaan lantai.
 Menyimpan nomor telepon dari dokter, pusat racun, rumah sakit, kantor
polisi, dan sistem medis darurat di dekat telepon

DAFTAR PUSTAKA

1. Gregory N, Melanie W, Catherine J. Esophalogy.


Ballenger’sOtorhinolaryngology Head and Neck Surgery.17 ed. 975-982.
th

BC Decker-London. 2009
2. Dhingra PL. Disorders of Oesofagus Diseases of Ear, Nose and Throat. 4th
edition. India. Elsevier. 2009; 303-04

11
Modul V.5 - Esofagitis korosif

3. Warren K.Yunker, Ellen M.Friedman : Ingestion Injuries and Foreign


Bodies in the Aeorodigestive Tract. Bailey’s Head & Neck Surgery
Otolaryngology 5th ed. Wolter Kluwer,Lippincot Williams &
Wilkins.2013
4. Kavitt RT, Vaezi MF. Disease of the Esofagus. In: Flint PW, Haughoy
BH, Lund VJ, et al. Cummings otolaryngology Head and Neck Surgery.
6th ed. 2015. Elsevier Saunders. Philadelphia. P 993
5. Joseph R.Spiegel, Robert T.Sataloff : Caustic Injuries of the Esofagus. The
Esofagus 4th.ed. Lippincot Williams & Wilkins.2004
6. Kim Su Hwan, JeongJi Bong et all, Clinical and endoscopic characteristic
of drug induced esofagitis, World Journal of Gastroenterology, 10994-
10999, August 2014
7. Contini S, ScarpignatoC, Caustic injury of the upper gastrointestinal tract :
A comprehensive review, World Journal of Gastroenterology, 3918-3930,
July 2013
8. Temiz A. Oguzkurt P et all, Predictability of outcome of caustic ingestion
by esophagogastroduodenoscopy in children, World Journal of
Gastroenterology, 1098-1103, Maret 2012
9. Adedeji O, TobihJ, et all, Corrosive oesophageal injury: a preventable
menace, PanAfrican Medical Journal, 15 :11 2013
10. Youn Jae Byung, Kim Woo sun et all, Balloon Dilatational for Corrosive
Esophageal Strictures in Children : Radiologic and Clinical Outcomes,
Korean J Radiol, Maret 2010

12
Modul V.5 - Esofagitis korosif

F. ALGORITMA DAN PROSEDUR

13
Modul V.5 - Esofagitis korosif

14

Anda mungkin juga menyukai